Disusun oleh :
Putri Isna Farikha 2100020023
Yatus Widiana Hanizatul A 2100020024
Dhea Mardatillah 2100020026
Badi Al-Zaman Abullez bin Al-Razz Al-Jazari ini merupakan seorang cendekiawan
muslim di bidang sains dan teknologi yang lahir di Ardhul Jazirah, sebuah wilayah yang
terletak diantara Sungai Efrat dan Tigris di Irak, pada tahun 1136 M. Nama Al-Jazari sendiri
diambil dari nama tempat kelahirannya tersebut. Al-Jazari merupakan ilmuwan muslim yang
telah menciptakan humanoid. Keluarga Al-Jazari tinggal di daerah antara Sungai Eufrat dan
Tigris, Irak. Ayah dan kakeknya diketahui berprofesi sebagai petani. Namun, Al-Jazari lebih
menyukai berkarier sebagai penulis dan ilmuwan eksperimental. Sebagian besar usianya
dihabiskan untuk belajar. Al-Jazari wafat pada tahun 1206 M. Namun, ada pula yang
menyebutkan bahwa Al-Jazari meninggal dunia pada tahun 1220 M saat usinya 70 tahun.
Hingga akhir hayatnya, Al-Jazari telah menghasilkan lebih dari 174 gambar rancangan
perangkat mekanis (ashkal).
Kitab fii Ma'rifat al-Hiyal al-Handasiya atau kitab pengetahuan tentang rancang
bangun mesin merupakan salah satu karya Al-Jazari yang terbit pada tahun 1206. Pada kitab
tersebut menjelaskan tentang cara kerja dan Langkah pembuatan pesawat mekanis. Dengan
merujuk pada berbagai teori fisika tertentu, Al-jazari dapat membuat penemuan-penemuan
baru yang lebih presisi salah satunya adalah satu set robot pemain musik di atas miniatur
perahu. Orang-orangan yang duduk pada benda tersebut otomatis akan mengeluarkan irama
merdu setiap satu jam sekali. Seluruh humanoid itu dapat bekerja karena terhubung dengan
serangkaian piston dan kabel yang digerakkan oleh air. Rancangan alat tersebut dibuat
berdasarkan teori hukum Archimedes.
Al-Jazari didaulat sebagai bapak robotika atau pelopor ilmu teknik modern. Banyak
alat-alat canggih yang biasa dijumpai hari ini merupakan pengembangan lebih lanjut dari
rancangan karya Al-Jazari misalnya roda katrol besar yang bertumpu pada kesetimbangan
statis, alat kalibrasi, laminasi kayu, dan roda gerigi untuk memindahkan putaran atau gaya dari
Hasil karya Al-Jazari lainnya yang masih diterapkan hingga saat ini adalah alat mencuci
tangan atau wastafel. Wastafel tersebut dirancang atas permintaan Raja Artuqid yang ingin
kompleks istananya menjadi tempat yang nyaman bagi siapapun untuk mengamalkan salah
satu kebiasaan islami, yakni menjaga kebersihan. Wastafel tersebut digunakan juga sebagai
tempat berwudhu. Pada alat pencuci tangan buatan sang insinyur dari abad ke-12 ini, terdapat
wadah untuk menampung air. Di atasnya, diletakkan sebuah cawan besar yang tampak cantik
karena dipegang patung berbentuk sosok perempuan. Cawan berfungsi sebagai keran tempat
air keluar. Air itu diambil dari sumbernya dan diterik dengan mekanisme tekanan air pula.
Siapapun yang ingin membasuh tangannya, cukup menarik tuas. Secara otomatis, air
akan mengucur dari cawan tadi ke arah penadah air. Wastafel tersebut tidak hanya untuk
kalangan istana, tetapi juga publik, khususnya jamaah masjid seantero negeri Artuqid. Mencuci
tangan tak sekadar mengalirkan air bersih. Peradaban Islam pada masa itu pun sudah mengenal
sabun. Maka, al-Jazari membuat tempat sabun di sisi wastafel karyanya. Uniknya, tempat itu
sengaja dirancang dengan apik, yakni berbentuk burung merak dan terdapat tempat handuk
Hasil karya Al-Jazari yang lainnya pun banyak membantu di dalam beberapa aspek
kehidupan manusia seperti pompa air, dispenser, jam kastil, jam lilin, dan jam gajah. Jam kastil
merupakan perangkat kompleks yang tingginya sekitar 11 kaki (3,4 m) dan memiliki beberapa
fungsi diantaranya sebagai pencatat waktu, tampilan zodiak, serta orbit matahari dan bulan.
Fitur inovatif yang terdapat di dalam jas kastil tersebut adalah adanya kemampuan untuk
memprogram ulang panjang siang dan malam untuk menghitung perubahan sepanjang tahun.
Jam gajah yang dibuat oleh Al-Jazari bekerja dengan tenaga air dan berat benda untuk
menggerakkan secara otomatis sistem mekanis yang dalam interval tertentu akan memberikan
suara seperti burung berkicau. Jam gajah tersebut merupakan simbol status, kemegahan, dan
kekayaan. Al-Jazari merancang alat tersebut dalam rangka mengkokohkan citra uslam sebagai