Anda di halaman 1dari 10
PANDUAN PRAKTIK KLINIS ‘SMF. limu Bodah Saraf RSUD Dr Soetomo, Surabaya 2020 aie DEFEK TULANG | 1oD-10; M95.2 Pengeriian (Dein) | Defek Tulang disebabkan jrektur tulang tengkorak yang dapat ciketegorkan sobagal fraktur linear, deoresi Fraktur Linier: fraktur tunggal dengan alignment masih beik | Fraktur depress/impresi: fraktur dimana segmen frakiumya di bawah level sagmen fraktur yang berdekatan ((ebih dari tebal tabula atau kurang dar tebal tabula). Fraktur impresi dapat berupa frektur terbuka maupun tertutup Fraktur tulang tengkorak bermanifestasi neurologis berupa efek langsung dari udara atmosfer di otak. perubanan dalam calran serebrospinal (CSF) hidrocinamika dan perubanan al otak aliran daran dan metabolisme ‘Anamnesis T. Didapatkan rwayat trauma T 2. Didapatkan gangguan neurologis (amnesie, penurunan kesadaran, kejang, dl.) 3. _Macam trauma: kecelakaen kerja, kecelekaan lalu jintas, penganiayaan, jatuh dari ketinggian dan lain-lain 4. Riwayat kongenital Pomerkeaan Fisk 4, Pomerikeaan Fisik Umum (pemeriksaan dengan inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi) = Pemeriksaan fisk pertame kali diutamakan pada evaluasi A (airways), B (breathing), dan C (circulation) 2, Pemeriksaan Kepala = Mencari tanda~tanda jejas, patah daser tengkorak, patah tulang wajeh, trauma pada mata, auskultesi karotis untuk menentukan adenya bruit 3. Pemeriksaan pada Leher dan Tulang belakang = Meneari tandetanda cedera pada tulang belakang (terutama cedera servikal) dan codera pada medulla spinalis aan lain a Cadera lain dieari dengan cermat dari cranial kekaudal b. Semua temuan tanda trauma dicatat. Benjolan, luka lecet, luka terbuka, false movement, fiil chest, dinding abdomen, nyeritekan dan lain-lain, perdaranan yang tampak segera cihentikan 5, Pemeriksaan Neurologis a. Tingkat kesadaranGlasgow Coma Scale (GCS) b. Saraf Lill, esisaraf Vil peri ¢. Fundoskopi dicari tanda-tande edema pupil, retinal detachment d 4, Pemé Motoris & sensoris, bandingkan kanan dan kiri, atas dan bawah Pandan Prakok Kris _ SIF imu Bevan Sare RSUD Dr Scetamo Surabaya . Autinomis Kriteria Dagnosis 7. Anamnesis sesvai dialas 2. Pemeniksaan Klinis sesual diatas 3. Pemeriksaan imaging sesuai Kiinis Diagnosis Kerje Defek Tulang (ICD-10; M95.2) Diagnosis Banding 7. Kelainan kongenital pediatic 2. Metabolic Bone Disease of Prematunity 9. Fraktur Linier Kelvaria atau Fraktur Impresi Kalvaria Pemeriksaan Penunjang No Pemeriksaan Rekomend: GR Ref 767 Sean KepalaGT-SeanBoneWindowuntuk 4A «23,46 mmlinat gambar tlang kalvaria ‘o18 dan CT-Scan Brain Window 30 untuk melihat lesi parenkim otak atau perdarahan otak. Bila dibutunkan dapat dlakukan CT-Scan 20 Gambaran garis frakiur linear ata raion tulang yeng masuk melebihi fragmen tulang di okay Biasaya dots! sal hematoma di tempat patahan tulang Fraktur pada skull diasanya disertai lesi intraparenkim. -Frakur dearest pase tengkork membutukan CT 2 MRI © MMRIlebinsenetfurisk == «2A, menunjukkan at eeas. «area kee kentusional atau perdarahan kecil, cedera aksonal. dan perdarahan kecil ekstra aksial. 3 X-foto kepala - Bila jejas cukup besar ; cari 1c 3,4,6, gars fraktur, 2erokel, darah TAB dalam sins prensa, shit slarda pineal, Fagen tieng dan Korps anu “Panduan Prakiok Knis SNF imu Bedah Sera SUD Dr Soetomo Surabaya ~ Tidak uniuk mencantraktur basis Pendenta yang memeriukan CT-scan kepala dak perlu dibual X-fotokepala 4 X-foto vertebra - Mencari cedera penyerta 1c 2,3,4.5,6 servi tertama bla ees |uge we didapatkan ai bahu, leber, dan dicurigai adanya cedera leher dari pemeriksaan klinis X-foto thoraks = Mencari cedera penyerta 1c 6 — USGkepala = Pada bayi dan anak-anak 1c 624,25 dengan tulang yang tips ‘memiliki sensitfitas can spesifiias yang lebih dari foto acray kepala 7 CT-Scen Whole Whole Body CT (WBCT) 2K 42 Bony digunekan pada kasus multitrauma untuk mengurangi waktu diagnosis, dapat digunakan pada pasien dengan nemodinamik tidak stabil Terapi No. Terapi Prosedur (ICD 8 Cif) GR Ref { Operasi ——=~S*S*~CS~S*«é ata fulang tenghovak 1c dengan luka tertuka - Patah tulang sinus frontalis dengan luke terbuka atau didapathan gambaran pneumatocephalus = Patah tulang tengkorak impresi dengan fragmen tulang melebihi fragmen tulang di dekatnya dan didapatkan defisit neurologi ~ Prosedur operasi antare lain: = Craniotomy (IED 9 = 01.24) = Debridement + dekortikasi sinus frontal + arden Prakiek Kinis _ SMF imu Beiah Saref RSUD Dr Soetoro. Suabaya| | ~ _ dexompresi (ICD 9: 02.02) ~ cranoplasty (ICD 9: 02.08) ~ jahitduramater (ID 9 102.11) 2 Konservatif = Patan tulangttertutup, patah 1B tulang impresi tertutup tanpa lan disertai defisit neurologis 39.40.44 43,44,48 = Perawatan non operatif ci ruangan meliputi «+ Observasi GCS, pupl, lateralisasi, dan faal vital. (18) + Optimaiisasi, stabitsas! taal vital, menjaga optimainya suplai 02 keotak. (1B) + Alway: menghisap sekrev derahimuntahan bila ipertukan, trakhoostomi Penderita COB dengan lesi yang tidak memeriukan evakuasi dan penderita dengan gangquan analisa ges darah dirawat dalam respirator. (18) + Memperahenkan perfusi otak, memposisikan kepala head up sekiter 30, dengan menghindarifioksileher. (18) « Kateter bul-buli diperlukan untuk mencatat produksi urine, mencegah retensi urine, mencegah tempat tidurbasah (dengan demikian mengurangl risiko dekubitus). (1C) © Head Up 300 (28) Parduan Prakiek Kinis _SNF liu Bedah Saref RSUD Dr Soetoro. Surabeya + Berikan cairan secukupnya (normal saiine) untuk resusitasi korban agar tetap normovolemia, atasi hipotensi yang terjadi dan berikan tensfuse dareh jka Hb kurang dari 10 grid (18) + Periksa tanda vital, adanya codera sistemik di bagian anggota tubuh lain, GCS dan pemerksaan batang + otak secara periodk + Berikan obatabatan analgetik + (misal: acetaminophen, ibuprofen untuk nyen ringan dan sedang) bla didapatkan kelunan nyeri pada penderita (28) + Berikan obat-obatan anti muntah (misal metoclopramide atau ondansentron) dan anti ulkus gastritis H2 bloker (misal ranitidine atau omeprazole) |ika penderita muntan (28) + Beriken Cairan hipertonik (mannitol 20%), bila tampak edema atau cedera yang tidak operable pada CT Scan, Manito! dapat diberikan sebagai bolus 0,5 ~1 g/kg, BB pada + keadaan tertentu, atau dosis kecll berulang, misalnya (4- 6) x 100 co manitol 20% dalam 24 jam, Penghentian secara gradual. (1B) © Berikan Phenytoin (PHT) protilaksis pada pasien Parduan Prakiek Kinis _ SMF imu Bedah Saref RSUD Dr Soetoro. Suebays dengan resiko tinggi Kejang dengan dosis 300 mg/hati atau 5-10 mg kg BB/hari selama 10 hari Bila telah terjadi kejang, PHT diberkan sebagai terapi. (1B) Edukasi Penjeasan kepada pasien dan Keluerganya’ a. Perjalanan penyakit den kompikasi yang mungkin terjadi b. Terap' dan tindakan yang akan diberikan baserta keuntungan dan kerugian cc, Tata cara perawatan dan dokter yang merawat Tipe perdarahan yang memberikan hasil pasca operasi paling balk di antara tipe perdaranan lainnya jika segera cilakukan tindakan evakuasi . Memerlukan perawatan pasca operasi untuk pemuiihan fungsi neurologis yang terganggu, mealui program rehabiltasimecik Prognosis Kontibutor ‘Ad Vitam (Hidup) Dubia ad bonam ‘Ad Sanationam (sembuh) : Dubia ad bonam ‘Ad Fungsionam (fungsi) : Dubia ad bonam Prognosis dipengaruhi a. Usia ‘Status Neurologisawal Jarak antara trauma dan tindakan bedah Edema cerebri Kelainan intrakrarial lain seperti kontusional, hematom subarachnoid, dan hematom epidural 1. ~Faktor ekstrakranial 4. Prof. Dr, Abdul Hafid Bajamal, dr., Sp.B5 (K) 2. Dr. Agus Turchan, dr., Sp.BS (K) 3. Dr. M. Arifin Parenrengi, dr., Sp.BS (K) 4. Dr. Joni Wahyuhadi, dr., Sp.BS (i) 6. Dr. Eko Agus Subagyo, dr., Sp.BS (K) 6 7 8 8 e@aog Dr. Asra Al Fauzi, dr, Sp.BS (K) Wihasto Suyaningtyas, dr. Sp.BS (K) Muhammad Faris, dr. Sp.BS (K) Rahadian Indarto, dr... Sp.BS (K) 10, Achmad Fahmi, dr, Sp BS (K) 11, Nur Setiawan Suroto, dr, Sp.BS (K) 12, Irwan Barlian Immadoe! Hag, dr, Sp.BS (K) 413, Tedy Apriawan, dr., Sp.BS (K) 414, Heri Subianto, dr, Sp.BS (K) Indikator Medis Perbaikan status neurologis ‘SNF lint Bedah Sara RSUD Dr Soetomo_Surataya Kepustakaan 10. "1 12. 13, Cooper PR, (ed), 1993, Head injury, 3° Ed, Wiliam & Wikins Baltimore, Marylend, USA, Wilkins RH and Rengachary SS (eds), Neurosurgery Vol. I, 2 ed. MC Grew Hill Co. New York, Narayan RK, Wilberger JE Jr, Poviishock JT (eds) 1996. Neuretrauma, MC Graw Hill Co, New York. Pati PG, Radtke RA, Friedman AH, 2002 Contemp. Neurosurgery 24 (22): 1-6. Mayer S, Rowiand L. Head injury. In: Merritt's Neurology, Rowland L. (E¢), Lippincott Wiliams & Wilkins, Philadelphia 2000. p.401 Tim Neurotrauma RSUD Dr. Soetomo. 2014. Pedoman Tatalaksana Cedera Otak edisi Kedua RSUD Dr. Soetomo: Surabaya Bullock MR. Chesnut R, Ghajar J, et al. Surgical management of acute epidural Neurost 2006; 98: INT ‘of head injuri | 2002: 42:1237. A ure M, Te ve i ma ith traumatic nous fit midal tery: ao: ‘SurgNeurol 2001; §5:302. Melver .auer BW, CH, Ati carci in 49-447 rau: nt | haematoma — iew of the Guin 1 2004: 11:79, isG. Gi A, Simon L mplicatior inusitis a report and literature review. 2002: 26:382, zkup P. Stoneham. rt inal epi ad case ind revi literature, Br J Radi 77: 18. nic ronal failure. A case Pe 1 2004: 19-41 ‘Awad JN, KM, Doni al Anal risk: develoy ive spinal epi 2005; 87.1248. Parduan Prakek Kinis _ SNF imu Bedah Saref RSUD Dr Soetoro. Surabaya 79, Sokolowski Md, Ganvey TA, Pati J 2nd, etal Prospective study of postoperative lumbar epidural nematomna:Inck risk factors, Spine (Phila Pa 1976) 21 33:108. 20. i¢ D. Tesi G, Jokovic M. [Epidural he: of Vojnosanit Pregl 2004; 61:133. a

Anda mungkin juga menyukai