Anda di halaman 1dari 9

NAMA : BESSE NURVADILLA

NIM : 105731117920
KELAS : FA20B

RESUME BAB 6

“ FILOSOSFI RISET AKUNTANSI KEPERILAKUAN ”

A. MENGENAL FILSAFAT

Pengertian Filsafat

Kata filosofi (philosophy) berasal dari bahasa Yunani “philos” yang artinya suka
atau cinta dan “sophia” yang artinya kebijaksanaan. Jadi, kata filosofi berarti cinta
kepada kebijaksanaan. Filsafat sering kali disebut oleh sejumlah pakar sebagai induk
dari ilmu pengetahuan. Filsafat merupakan disiplin ilmu yang berusaha untuk
menunjukkan batas-batas dan ruang lingkup pengetahuan manusia secara tepat dan
lebih memadai. Jika dikelompokkan secara karakteristik cara pendekatannya, dalam
filsafat dikenal ada banyak aliran filsafat. Ciri pemikiran filsafat mengacu pada tiga
konsep pokok, yaitu persoalan filsafat bercorak sangat umum, persoalan filsafat tidak
bersifat empiris dan menyangkut masalah-masalah asasi (Ahmad Syadali dan Mudzakir,
1997). Kemudian, Kattsoff menyatakan karakteristik filsafat dapat diidentifikasi sebagai
berikut :

1. Filsafat adalah berpikir secara kritis.


2. Filsafat adalah berpikir dalam bentuknya yang sistematis.
3. Filsafat menghasilkan sesuatu yang runtut.
4. Filsafat adalah berpikir secara rasional.
5. Filsafat bersifat komprehensif (Solihin, 2007).

Metodologi Filsafat

Menurut Socrates, cara yang paling baik untuk mendapatkan pengetahuan yang
diandalkan adalah dengan melakukan pembicaraan yang teratur (disciplined
conversation) dengan memainkan peranan seorang intellectual midwife. Metode yang
dipakai Socrates dinamakan dialektika. Proses dialektika adalah dialog antara dua
pendirian yang bertentangan. Hal yang penting adalah dialektika merupakan
perkembangan pemikiran dengan memakai pertemuan (interplay) antar ide. Pemikiran
dialektika atau metode dialektika berusaha untuk mengembangkan suatu contoh
argumen yang di dalamnya terjalin  implikasi bermacam-macam proses (sikap) yang
saling memengaruhi. Dengan metode dialektika setidaknya akan disampaikan kepada
pemecahan sementara, ada jawaban yang  tampak lebih memuaskan, tetapi ada juga
jawaban yang harus dibuang.

B. PENDEKATAN FILSAFAT RISET AKUNTANSI KEPERILAKUAN

1. Filosofi Paradigma Metodologi Riset Burrel dan Morgan (1979)

Burrel dan Morgan mengembangkan aspek paradigma dalam asumsi


metateoretis yang mendasari kerangka referensi, model teori dan modus operasi
dari ilmuwan yang berada dalam paradigma tersebut. Burrel dan Morgan
memandang bahwa filsafat ilmu harus mampu melihat keterkaitan antara
kehidupan manusia dengan lingkungannya. Pendekatan voluntarisme
(volluntarism) memberikan penekanan pada esensi bahwa manusia berada di dunia
ini untuk memecahkan fenomena sosial sebagai makhluk yang memiliki kehendak
dan pilihan bebas (free will and choice). Secara ringkas, Burrel dan Morgan
membagi asumsi tersebut ke dalam dua bagian, yaitu pendekatan subjektivisme dan
pendekatan objektivisme.

C. PARADIGMA RISET AKUNTANSI KEPERILAKUAN

1. Paradigma Fungsionalisme/Positivistik

Paradigma fungsionalisme/positivistik adalah paradigma yang muncul


paling awal dalam dunia ilmu pengetahuan. Paradigma fungsionalisme ini sering
disebut fungsional struktural  (structural functionalist) atau kontinjensi rasional
(rational contingency). Paradigma ini merupakan paradigma umum bahkan sangat
dominan digunakan dalam riset akuntansi dibandingkan dengan paradigma lain
sehingga disebut paradigma utama (mainstream paradigm). 

2. Paradigma Interpretif

Paradigma ini disebut juga interaksionis subjektif (subjective interactionist).


Pendekatan alternatif ini berasal dari filsuf Jerman yang menitikberatkan pada
peranan bahasa, interpretasi dan pemahaman dalam ilmu sosial. Sementara itu,
menurut Burrel dan Morgan, paradigma ini menggunakan cara pandang para
nominalisme yang melihat realitas sosial sebagai sesuatu yang hanya merupakan
label, nama atau konsep yang digunakan untuk membangun realitas. Paradigma
interpretif memasukkan aliran etnometodologi (ethno methodology) dan
interaksionisme simbolis fenomenologis (phenomenological symbolic
interactionism) yang didasarkan pada aliran sosiologis, hermeneutis dan
fenomenologis.

Tujuan pendekatan ini adalah menganalisis realitas sosial dan cara realitas
sosial tersebut terbentuk. Berikut dua aliran riset dengan pendekatan interpretif ini,
yaitu

1. Tradisional, yang menekankan pada penggunaan studi kasus, wawancara lapangan


dan analisis historis.
2. Metode Foucaldian, yang menganut teori sosial dari Michael Foucault sebagai
pengganti konsep tradisional historis yang disebut “a historical” atau
“antiquarian”. 

3. Paradigma Strukturalisme Radikal

Aliran alternatif lainnya adalah strukturalisme radikal yang mempunyai


kesamaan dengan fungsionalisme, yang mengasumsikan bahwa sistem sosial
mempunyai keberadaan ontologisme yang konkret dan nyata. Pendekatan ini berfokus
pada konflik mendasar sebagai dasar dari produk hubungan kelas dan struktur
pengendalian, serta memperlakukan dunia sosial sebagai objek eksternal dan memiliki
hubungan terpisah dari manusia tertentu. Riset yang diklasifikasikan dalam paradigma
struktural radikal (structural radicalism) adalah riset yang didasarkan pada teori
Marxisme tradisional. 

4. Paradigma Humanis Radikal

Riset akan diklasifikasikan ke dalam paradigma humanis radikal (radical


humanist) jika didasarkan pada teori kritis dari Frankfurt Schools dan Habermas.
Pendekatan kritis Habermas melihat objek studi sebagai suatu  interaksi sosial yang
disebut dunia kehidupan (life world) yang berarti interaksi berdasarkan pada
kepentingan kebutuhan yang melekat dalam diri manusia dan membantu untuk
pencapaian yang saling memahami.

5. Paradigma Posmodernisme

Paradigma posmodernisme muncul karena adanya kelemahan dari beberapa


paradigma yang ada. Pascamodernisme/posmodernisme (postmodernism) menolak
pendapat modernisme yang meyakini bahwa manusia mempunyai kapasitas untuk
maju, untuk memperbaiki dirinya sendiri dan bepikir secara rasional. Bagi seorang
postmodern tidak ada keadaan yang lebih baik, tidak ada dunia yang lebih baik, tidak
ada yang disebut kemajuan atau pengendalian alam. Postmodern membuang metode
dan teori yang dominan mengenai modernitas dan menggantikannya dengan metode
pascastrukturalisme (post-structuralism). Oleh karena itu, postmodern menempuh jalan
yang berbeda dengan paradigma selanjutnya.

6. Paradigma Akuntansi Kritis

Paradigma akuntansi kritis akan dipandang melalui refleksi dari ilmu sosial
politik. Paradigma ini dikemukakan pertama kali oleh Mattessich (1964) melalui
sebuah derivatif filosofi fungsionalisme dalam sistem ekonomi kapitalis. Oleh karena
itu, teori ini tidak berkaitan dengan penyelesaian masalah keterasingan, melainkan
dengan proses teknis penilaian dimana penilaian didefinisikan sebagai nilai objektif
yang didasarkan pada konsep ekonomi marginalis. Hal yang diinginkan disini
sebenarnya adalah teknologi yang lebih baik yang didasarkan pada kelompok asumsi
dasar yang menghasilkan representasi alternatif yang konsisten dengan faktor
lingkungan ekonomi.

D. PELUANG RISET AKUNTANSI KEPERILAKUAN PADA LINGKUNGAN


AKUNTANSI

1. Pemeriksaan Akuntansi (Auditing)

Suatu tinjauan atas artikel riset akuntansi keperilakuan selama tahun 1990-1991
menunjukkan penekanan pada kekuatan daam pembuatan keputusan yang merupakan
karakteristik dari sebagian besar riset akuntansi keperilakuan. Penjelasan dari bagian
itu berorientasi pada pembuatan keputusan dalam audit dan telah memfokuskan riset
terakhir pada penilaian dan pembuatan keputusan auditor, seperti perbedaan
penggunaan laporan audit dan meningkatnya perkembangan yang berorientasi kognitif.
Secara persuasif, Libby dan Frederick (1990) menjelaskan pentingnya pemahaman
mengenai bagaimana variabel-variabel psikologi, seperti pembelajaran, pengetahuan
faktual dan prosedural, serta pengaruh memori dalam pembuatan keputusan.

Riset ini juga diterapkan pada subbidang akuntansi yang lain. Riset ini
menyarankan bahwa terdapat suatu peluang yang berhubungan dengan pemahaman
dan evaluasi hasil keputusan audit. Salah satu kesulitan dengan riset yang berorientasi
pada keputusan dalam audit adalah kurangnya kriteria variabel yang dapat diamati
terhadap penilaian kinerja auditor sehingga peneliti sering melakukan studi atas
konsensus penilaian dan konsistensi.

2.    Akuntansi Keuangan

Beberapa publikasi menunjukkan bahwa riset akuntansi keperilakuan dalam


bidang akuntansi keuangan jumlahnya terbatas sehingga sulit diidentifikasi. Beberapa
alasan riset akuntansi keperilakuan dalam bidang keuangan mungkin memberikan
kontribusi yang lebih besar di masa datang, yaitu :

a. Riset pasar modal saat ini adalah konsisten dengan beberapa komponen pasar modal
dengan ekspektasi naïf.

b. Alasan riset akuntansi keperilakuan dalam bidang akuntansi keuangan berpotensi


memberikan keperilakuan dalam bidang audit. 

3. Akuntansi Manajemen

Pada awalnya, analisis ini menunjukkan bahwa riset akuntansi keperilakuan


dalam bidang akuntansi manajemen merupakan pertimbangan yang lebih luas
dibandingkan dengan riset yang sama dalam akuntansi keuangan dan memungkinkan
pencerminan tradisi lama yang berbeda dari riset akuntansi keperilakuan dalam bidang
audit. Riset akuntansi keperilakuan dalam bidang akuntansi manajemen hanya
merupakan subbidang akuntansi yang telah memperluas pengujian dari pengaruh
fungsi akuntansi terhadap perilaku. Riset ini menguji fungsi akuntansi, seperti
anggaran dan standar memengaruhi motivasi, umpan balik dan kinerja.

4. Sistem Informasi Akuntansi


Keterbatasan riset akuntansi keperilakuan dalam bidang sistem informasi
akuntansi adalah kesulitan membuat generalisasi meskipun berdasarkan pada studi
sistem akuntansi yang lebih awal sekalipun. Informasi akan mendorong penggunaan
keunggulan teknologi saat ini, seperti pencitraan data (data imaging), jaringan
(networks) dan akses data dinamis melalui sistem pengoperasian menyarankan
pertimbangan atas peluang riset akuntansi keperilakuan dalam bidang sistem akuntansi.
Riset ini akan lebih berhasil jika difokuskan pada domain spesifik dari variabel-
variabel yang unik dalam sistem akuntansi dan konteks keputusan akuntansi, seperti
standar profesi dan analisis pengecualian.

5. Perpajakan

Riset akuntansi keperilakuan dalam bidang perpajakan telah memfokuskan diri


pada kepatuhan pajak (tax compliance) dengan melakukan pengujian variabel
psikologi dan lingkungan. Variabel yang sering diuji dengan hasil campuran
menyarankan bahwa perilaku kepatuhan pajak adalah hasil yang kompleks. Alma
(1991) menyebutkan bahwa pengujian teori alternatif dari perilaku kepatuhan pajak
menghasilkan kegagalan atas ekspektasi teori utilitas untuk menjelaskan keputusan
kepatuhan secara lengkap. Riset akuntansi keperilakuan dalam bidang perpajakan saat
ini telah membentuk bermacam-macam perilaku pengetahuan dari riset akuntansi
keperilakuan dalam bidang audit. 

6. Pertumbuhan Riset Perilaku

Indikasi penting dari pertumbuhan minat dalam pendekatan perilaku terhadap


akuntansi merupakan pengaruh dari paradigma perilaku riset. Untuk menangani
dimensi ini, Dyckman (1998) memilih untuk menentukan persentase penulisan dan
artikel yang diterbitkan oleh dua jurnal utama, yaitu Journal of Accounting Research
dan The Accounting Review. Terdapat beberapa kombinasi dari tiga faktor utama,
yaitu :

a.   Para peneliti yang menggunakan paradigma perilaku menghasilkan lebih banyak


artikel yang diterbitkan oleh kedua jurnal di atas.

b. Beberapa artikel yang ditulis oleh para peneliti yang sementara dilakukan dalam
bidang ini belum ada calonnya.
c. Minat pembaca pada bidang ini telah meningkat.

7.    Perkembangan Terakhir

Bamber (1993) telah mengidentifikasi riset akuntansi keperilakuan yang


diterbitkan selama periode 1987-1991 pada Accounting Review, Contemporary
Accounting Research, Journal of Accounting Research dan Accounting Organization
and Society. Jurnal-jurnal tersebut pada umumnya dipilih karena merupakan jurnal
yang paling banyak menerbitkan bagian riset ini dengan metodologi yang terbuka
untuk seluruh subjek akuntansi. Secara relatif, riset keperilakuan dalam audit juga
paling baik dipresentasikan dalam artikel yang secara umum merupakan hampir
setengah dari total penerbitan Behavioral Research in Accounting. Selanjutnya
diduduki oleh bidang akuntansi manajemen yang hampir mencapai seperempat dari
total penerbitan, sementara sisanya merupakan subbidang lainnya. Spesialisasi dalam
jurnal menjadi lebih penting untuk Behavioral Research in Accounting. Dyckman
(1998) dalam Sutrisno (2000) telah menggunakan Hasselback’s Directory untuk
menghitung jumlah staf pengajar akuntansi yang dipilih dan mengidentifikasi mereka
yang mempunyai minat terhadap bidang perilaku selama tiga periode. 

 E. TEORI PERILAKU TENTANG PERUSAHAAN

Teori organisasi modern berkaitan dengan perilaku perusahaan sebagai satu


kesatuan terhadap pemahaman kegiatan perusahaan dan alasan anggotanya. Tanpa
memedulikan besar kecilnya, dapat dipastikan bahwa biasanya dipandang sebagai
milik dari pemegang saham yang perhatiannya lebih terfokus pada dimensi keuangan
yang berputar di sektor harga saham dan berada di luar lingkup keputusan. Untuk
menguraikan cara perusahaan mengadopsi seperangkat tujuan serta cara perusahaan
mengawali penyesuaian dan pencapaian memerlukan suatu pemahaman yang mendasar
atas keputusan dan proses penyelesaian masalah dengan pasti. Agar lebih spesifik, teori
modern perusahaan terkait dengan arah tujuan perilaku yang dipastikan berkaitan
dengan tujuan, motivasi dan karakteristik menyelesaikan masalah anggota-anggotanya.

Model Motivasi dari Perilaku Manajerial

Implikasi perilaku organisasi dibagi menjadi dua. Pertama, seseorang akan


berharap mencapai suatu subkelompok dari tujuannya di dalam organisasi. Kedua,
perilaku di dalam organisasi dapat diuraikan dalam hubungannya dengan pemecahan
masalah, kepuasan dan model hubungan kepribadian. Dalam pandangan ini, hal
penting untuk menekankan bahwa suatu organisasi (perusahaan) diharapkan untuk
menjadi penolong dalam mencapai beberapa subkelompok tujuan pribadi seseorang.
Selain itu, keputusan seseorang untuk bergabung dengan suatu kelompok adalah untuk
mencapai prestasi untuk tujuan pribadinya.  Secara umum, pandangan perilaku
individu mengarah pada tujuan prinsip perilaku umum dari teori kebutuhan. Tujuan
perilaku biasanya mengarah pada pemunculan kebutuhan karakteristik psikologis.
Selain itu, ketidakmampuan untuk mencapai suatu tujuan dapat menggeser perhatian
dari satu tujuan ke tujuan lain.  Fred Luthans yang dikutip dari Robbins melihat
masalah mengenai apa yang dilakukan oleh para manajer dari perspektif yang agak
berbeda. Ia mengemukakan pertanyaan, “Apakah manajer yang cepat naik pangkat
dalam suatu organisasi telah melakukan kegiatan yang sama dengan tekanan yang
sama seperti manajer yang melakukan pekerjaan yang sebaik-baiknya?” Anda akan
berpikir bahwa manajer yang paling cepat dipromosikan pastilah manajer yang telah
melakukan pekerjaan dengan sebaik-baiknya.

F. WAWASAN UNTUK MASA DEPAN

Masalah utama di masa mendatang adalah pendanaan untuk riset ini akan
berkurang jumlahnya. Saat ini, Kantor Akuntan Publik yang termasuk dalam The Big 4
di AS kurang mendukung riset akademik dibandingkan di masa lalu. Banyak
universitas yang pada umumnya memiliki pengalaman pencatatan anggaran akan
menunjukkan penurunan sumber yang memberikan dukungan terhadap riset. Oleh
karena riset keperilakuan saat ini cenderung menjadi lebih mahal dibandingkan dengan
usaha akuntan, maka akan terasa lebih sulit melakukan pekerjaan tersebut. Terbatasnya
sumber dana ini perlu mendapat perhatian khusus dari para subjek profesional yang
mampu. Di samping itu, sikap dan pandangan dari beberapa pengusaha yang
mempunyai anggapan kurang positif terhadap kegiatan riset ini juga berpengaruh
karena mereka tidak selalu memiliki pengetahuan yang cukup untuk memahami bahwa
kegiatan para praktisi merupakan bagian dari kemampuan aplikasi hasil riset.

Di masa mendatang, apakah setiap individu akan melakukan pelatihan yang


lebih baik dengan kemampuan untuk menarik identifikasi atas masalah yang mudah
dilakukan dan bekerja dengan ketekunan dan keuletan agar berhasil dengan disiplin
ini? Apakah paradigma perilaku yang terus berlanjut berkembang untuk menjadi
dewasa dan berhasil dengan baik adalah tanggungjawab para peneliti, khususnya
peneliti akuntansi keperilakuan? Berbagai pertanggungjawaban lainnya sekiranya
dapat menjadi pemicu para peneliti akuntansi keperilakuan untuk lebih memperkaya
masalah-masalah yang pada gilirannya dapat memberikan suatu kontribusi yang
signifikan terhadap praktik organisasi yang ada.

Anda mungkin juga menyukai