Anda di halaman 1dari 8

1.

Jawaban

Bank Indonesia memberi definisi tentang penawaran uang atau yang


lebih sering disebut uang beredar sebagai kewajiban sebuah sistem moneter
yang di dalamnya terdapat Bank Sentral, Bank Umum dan Bank Perkreditan
Rakyat/BPR terhadap sektor swasta domestik (tidak termasuk pemerintah
pusat dan bukan penduduk). Kewajiban yang menjadi unsur dari Uang
beredar ini terdiri atas uang kartal yang dipegang oleh mas yarakat (di luar
Bank Umum dan BPR), uang giral, uang kuasi yang dimiliki oleh sektor
swasta domestik serta surat berharga selain saham yang diterbitkan oleh
sistem moneter yang dimiliki oleh sektor swasta domestik dengan sisa jangka
waktu sampai satu tahun.

Selain itu juga Bank Indones ia, mendefinis ikan uang beredar dalam dua
bentuk, yaitu dalam arti sempit dan dalam arti luas.

1. Dalam arti sempit (Narrow Money) atau yang biasa dilambangkan


dengan M1
Uang beredar adalah bentuk dari aset yang paling likuid. Maksudnya,
uang ini dapat langsung dijalankan fungsinya sebagai uang. Contohnya ketika
seseorang akan melakukan jual beli maka uang ini dapat langsung digunakan
sebagai alat tukar (Pohan, 2008). Terkait dengan hal ini, tentunya uang dapat
memenuhi fungsinya sebagai alat pertukaran (medium of change).
Adapun pengertian paling sempit atau yang dikenal dengan narrow
money merupakan daya beli yang dapat langsung digunakan sebagai
pembayaran atau dapat diperluas lagi termasuk didalamnya ala-alat
pembayaran yang mendekati uang meliputi deposito berjangka (time
deposits) dan simpanan tabungan (saving deposits). Narrow money yang
dis imbolan dengan M1 terdiri atas uang kartal dan uang giral. Uang kartal
merupakan uang kertas dan uang logam yang beredar di mas yarakat
sedangkan uang giral merupakan saldo rekening koran/giro milik mas yarakat
umum yang dis impan di bank dan berdenominasi rupiah (Boediono, 1994).
Atau dapat juga disimbolkan dalam persamaan sebagai berikut:

M1 =C+DD

Dimana : M = Jumlah uang beredar dalam arti sempit


C = Currency ( Uang Kartal)
DD = Demand Deposit (Uang Giral)

2. Uang beredar dalam arti luas (Broad Money) /M2.

Sesuai dengan konsep sistem moneter Indonesia, uang beredar juga


disebut sebagai likuiditas perekonomian. Dalam hal ini M2 didefinis ikan
sebagai Mi ditambah dengan uang kuasi (meliputi tabungan, simpanan
berjangka dalam rupiah dan valas , serta giro dalam valuta as ing) dan surat
berharga selain saham yang diterbitkan oleh sistem moneter yang dimiliki
oleh sektor swasta domestik dengan sisa jangka waktu sampai dengan satu
tahun (Boediono, 1994). Atau dapat juga disimbolkan dalam persamaan
sebagaiberikut:

M2 =M1 +Quasy Money+ Securities

Konsep uang sangat terkait pada konsep likuiditas. Suatu aset dikatakan
likuid jika aset tersebut dengan mudah diuangkan tanpa kehilangan risiko
rugi. Pada satu sisi ekstrim dari spektrum likuiditas, uang tunai adalah aset
yang paling likuid dengan daya beli penuh. Pada tingkat spektrum likuiditas
moderat terdapat uang kuasi yang secara definitif tidak secara langsung
berfungsi sebagai medium of exchange. Pada sisi ekstrim lainnya terdapat
aset-aset fisik yang sangat tidak likuid sebagai alat pertukaran seperti rumah,
tanah, obligasi jangka panjang dan sebagainya. Kurva penawaran uang pada
umumnya memiliki slope positif. Seperti halnya kurva permintaan uang,
jumlah uang yang beredar juga dipengaruhi oleh tingkat bunga.

2. Jawaban
Menurut teori David Ricardo, jumlah uang yang beredar atau kuantitas uang yang beredar akan
mempengaruhi tingkat harga. Jika jumlah uang beredar naik, maka harga barang dan jasa akan
meningkat juga. Begitu sebaliknya, jika jumlah uang beredar turun maka harga barang dan jasa juga
akan turun.
Secara matematis, teori David Ricardo menjelaskan bahwa jumlah uang beredar berbanding
lurus dengan tingkat harga, berikut adalah persamaannya:

M=kxP

Keterangan:
M = jumlah uang beredar
k = konstanta
P = tingkat harga

Persamaan ini berfungsi bahwa uang hanya sebagai alat tukar atau media pertukaran. Maka
dari itu, setiap pengurangan atau pertambahan uang beredar berhubungan langsung dengan tingkat
harga.

Diket : M = 10
k =¼
Ditanya : P :..?

M=kxP
𝑀
P=
𝑘

10
P = 1/4

P=4

3. Jawaban
Pada dasamya inflasi dapat disebabkan oleh dua hal, yaitu tarikan
pemintaan (demand pull inflation)dan tekanan produksi (cost push inflation)
(Mishkin, 2001).

1. Demand Pull Inflation


Inflasi tarikan permintaan diakibatkan adanya kelebihan likuiditas. Oleh
karena itu inflasi tarikan permintaan ini lebih dipengaruhi dari peran negara
dalam kebijakan moneter (Bank Sentral). Inflasi ini terjadi akibat adanya
permintaan total yang berlebihan yang biasanya dipicu oleh membanjimya
likuiditas di pasar sehingga terjadi permintaan yang tinggi dan memicu
perubahan pada tingkat harga. Bertambahnya volume alat tukar atau
likuiditas yang terkait dengan permintaan terhadap barang dan jasa
mengakibatkan bertambahnya permintaan terhadap faktor-faktor produksi
tersebut. Meningkatnya pemintaan terhadap faktor produksi itu akan
menyebabkan harga faktor produksi meningkat. Jadi, inflasi ini terjadi karena
adanya kenaikan dalam permintaan total sewaktu perekonomian yang
bersangkutan dalam situasi full employment dimana biasanya lebih
disebabkan oleh rangsangan volume likuiditas di pasar yang berlebihan.
Membanjimya likuiditas di pasar juga disebabkan oleh banyak faktor, antara
lain kemampuan bank sentral dalam mengatur peredaran jumlah uang,
kebijakan suku bunga bank sentral, dan aksi spekulasi yang terjadi di sektor
industri keuangan.

Inflasi ini bemula dari adanya kenaikan permintaan total (agregat


demand sedangkan produksi telah berada pada keadaan kesempatan kerja
penuh atau hampir mendekati kesempatan kerja penuh. Apabila kesempatan
kerja penuh (full employment) telah tercapai, penambahan permintaan
selanjutnya hanyalah akan menaikkan harga saja (sering disebut dengan
Inflasi-murni). Kenaikan permintaan ini menyebabkan keseimbangan GNP
berada di atas atau melebihi GNP pada kesempatan kerja penuh sehingga
eriadi_inflationary gap. Inflationary gap inilah yang akan menyebabkan
Finflasi lihat Gambar 5.1).
Kenaikan pengeluaran total dari C + I menjadi C' + I akan
menyebabkan keseimbangan pada titik B berada di atas GNP full employment
(YFE). Jarak A-B atau YFE - YI menunjukkan besamya inflationary gap.
Dengan menggunakan kurva pemintaan dan penawaran total proses
terjadinya demand-pull inflation dapat dijelas kan sebagai berikut:

Bermula dengan harga Pi dan output Qı, kenaikan permintaan total dari
ADI ke AD2 menyebabkan ada sebagian pemintaan yang tidak dapat
dipenuhi oleh penawaran yang ada. Akibatnya, harga naik menjadi P2 dan
output naik menjadi QFE. Kenaikan AD2 selanjutnya menjadi AD3
menyebabkan harga naik menjadi P3, sedang output tetap pada QFE. Kenaikan
harga ini disebabkan oleh adanya inflationary gap. Proses kenaikan harga ini
akan berjalan terus sepanjang permintaan total terus naik (misalnya menjadi
AD4).
2. Cost Push Inflation
Inflasi desakan biaya (cost push inflation) terjadi akibat adanya
kelangkaan produksi temasuk juga adanya kelangkaan distribusi, walaupun
permintaan secara umum tidak ada perubahan yang meningkat secara
signifikan. Adanya ketidaklancaran aliran distribusi ini dapat memicu
kenaikan harga sesuai dengan berlakunya hukum pemintaan -penawaran,
atau juga karena terbentuknya posisi nilai keekonomian yang baru terhadap
produk tersebut akibat pola atau skala distribusi yang baru. Berkurangnya
produksi sendiri bisa terjadi akibat berbagai hal seperti adanya masalah teknis
di sumber produksi (pabrik, perkebunan), bencana alam, cuaca, kelangkaan
bahan baku untuk menghasilkan produksi tersebut, dan aksi spekulasi,
sehingga memicu kelangkaan produksi. Begitu juga apabila masalah yang
sama terjadi pada distribusi, dimana infrastruktur memainkan peranan yang
sangat penting. Meningkatnya biaya produksi dapat disebabkan dua hal,
yaitu : kenaikan harga (misalnya bahan baku) dan kenaikan upah, misalnya
kenaikan gaji PNS sehingga akan akan mengakibatkan usaha-usaha swasta
menaikkan harga barang-barang (Mishkin, 2001).
Cost push inflation ditandai dengan kenaikan harga serta turunnya
produksi. Jadi inflasi yang dibarengi dengan resesi. Keadaan ini timbul
dimulai dengan adanya penurunan dalam penawaran total (agregat supply)
sebagai akibat kenaikan biaya produksi. Kenaikan produksi akan menaikkan
harga dan menurunkan produksi. Jika proses ini berlangsung terus maka
timbul cost push inflation. Gambar 5.3 menjelaskan proses terjadinya cost-
push inflation.

Bermula pada harga Pi dan QFE. Kenaikan biaya produksi (disebabkan


baik karena berhasilnya tuntutan kenaikan upah oleh serikat buruh ataupun
kenaikan harga bahan baku untuk industri) akan menggeser kurva penawaran
total dari ASI menjadi AS2. konsekuensinya harga naik menjadi P2 dan
produksi turun menjadi Qi. Kenaikan harga selanjutnya akan menggeser

Penanggulanagan

Inflasi yang terus menerus bisa mengakibatkan kondisi perekonomian


semakin memburuk, sehingga perlu diambil kebijakan dari pemerintah dalam
menanggulangi inflasi. Kebijakan pemerintah dapat dilakukan melalui
kebijakan moneter dan kebijakan fiskal.
Di dalam kebijakan moneter, langkah-langkah yang diambil antara lain
dengan kebijakan uang ketat (tight money policy), menaikkan suku bunga
SBI (Sertifikat bank Indonesia) dan memperbaiki nilai tukar.
1. Kebijakan uang ketat. Kebijakan ini merupakan kebijakan untuk
mengurangi jumlah beredar. Pengurangan jumlah uang beredar
diharapkan akan mengurangi tingkat inflasi. Seperti halnya yang
dituliskan oleh Milton Friedman melalui teori Kuantitas uangnya.

MV = PT

Di mana
M = money
V = velositas uang
P = harga-harga umum
T = volume transaksi perdagangan

Dalam jangka pendek V dan T adalah tetap, sehingga hanya ada dua
variabel eksogen yaitu M dan P. Hubungan keduanya adalah positip,
yaitu jika jumlah uang berada naik (M naik) maka harga-harga secara
umum akan naik pula (P naik). Demikian pula sebaliknya.
2. Menaikkan suku bunga SBI. Meningkatnya suku bunga SBI
menyebabkan banyak bank-bank swasta yang ingin memilikinya.
Akhimya bank umum itu akan menaikkan suku bunga deposito. Uang
yang berhasil mereka kumpulkan mereka gunakan untuk pembelian
sertifikat Bank Indonesia. Akhimya bank tersebut harus mengumpulkan
dana sebanyak-banyaknya agar dapat membeli SBI tersebut. Dana tadi
diperoleh dari tabungan, sehingga untuk menarik tabungan maka harga
suku bunga harus tinggi.
3. Memperbaiki nilai tukar mata uang. Dengan melakukan intervensi
terhadap mata uang asing, maka nilai tukar akan dapat diatur, sehingga
pada akhimya akan mempermudah dan mempermudah biaya impor
barang-barang material (input)

Kebijakan menanggulangi inflasi juga bisa dilakukan melalui kebijakan


fiskal. Kebijakan fiskal merupakan segala kebijakan pemerintah dalam
kegiatan ekonomi riil yang menyangkut keuangan pemerintah seperti
pemungutan pajak, pengeluaran pemerintah, atau pemberian subsidi.
Penerapan kebijakan fiskal untuk menanggulangi inflasi dapat dilakukan
antara lain dengan menaikkan pajak, menekan pengeluaran pemerintah dan
mengurangi ekonomi biaya tinggi.

Menaikkan pajak merupakan salah satu cara untuk meredam inflasi yang
diakibatkan cost push inflation yang dilakukan dengan mengurangi agregat
demand, yaitu dengan jalan menaikkan pajak. Kebijakan kedua adalah
menekan pengeluaran pemerintah. Pengeluaran pemerintah sedikit demi
sedikit dikurangi agar nantinya masyarakat menjadi semakin mandiri.
Pengeluaran pemerintah yang semakin kecil akan mengakibatkan masyarakat
semakin menjadi efisien. Kebijakan ketiga adalah mengurang i ekonomi biaya
tinggi. Dengan melakukan deregulasi-deregulasi dalam perizinan serta
kemudahan dalam pendistribusian barang dapat mengakibatkan harga barang
menjadi turun atau paling tidak tetap, sehingga perekonomian tidak berada
dalam keadaan inflasi.
Bank sentral memainkan peranan penting dalam mengendalikan inflasi.
Bank sentral suatu negara pada umumnya berusaha mengendalikan inflasi
pada tingkat yang wajar. Beberapa bank sentral bahkan memiliki
kewenangan yang independen dalam artian bahwa kebijakannya tidak boleh
diintervensi oleh pihak di luar bank sentral termasuk pemerintah. Sejumlah
penelitian menunjukkan bahwa pada bank sentral yang kurang independen
akan mendorong tingkat inflasi menjadi lebih tinggi.
Bank sentral umumnya mengandalkan jumlah uang beredar dan/atau
tingkat suku bunga sebagai instrumen dalam mengendalikan harga. Selain
itu, bank sentral juga berkewajiban mengendalikan tingkat nilai tukar mata
uang domestik. Hal ini disebabkan karena nilai sebuah mata uang dapat
bersifat internal (dicerminkan oleh tingkat inflasi) maupun ekstemal (kurs).
Salah satu pola pengendalian inflasi yang banyak diterapkan adalah inflation
targeting, termasuk oleh Bank Indonesia.

4. Jawaban
Dalam ilmu ekonomi, inflasi adalah suatu proses meningkatnya harga-
harga secara umum dan terus-menerus berkaitan dengan mekanisme pasar
yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain, konsumsi
masyarakat yang meningkat, berlebihnya likuiditas di pasar yang memicu
konsumsi atau bahkan spekulasi, sampai temasuk juga akibat adanya ketidak
lancaran distribusi barang. Dengan kata lain, inflasi juga merupakan proses
menurunnya nilai mata uang secara kontinu.
Inflasi adalah proses dari suatu peristiwa, bukan tinggi-rendahnya tingkat
harga. Artinya, tingkat harga yang dianggap tinggi belum tentu menunjukan
inflasi. Inflasi adalah indikator untuk melihat tingkat perubahan, dan
dianggap terjadi jika proses kenaikan harga berlangsung secara terus-menerus
dan saling pengaruh-memengaruhi. Istilah inflasi juga digunakan untuk
mengartikan peningkatan persediaan uang yang kadangkala dilihat sebagai
penyebab meningkatnya harga.
Inflasi merupakan penyakit ekonomi yang tidak bisa diabaikan, karena
dapat menimbulkan dampak yang sangat luas. Oleh karena itu inflasi sering
menjadi target kebijakan pemerintah. Inflasi tinggi begitu penting untuk
diperhatikan mengingat dampaknya bagi perekonomian yang bisa
menimbulkan ketidakstabilan, pertumbuhan ekonomi yang lambat, dan
pengangguran yang selalu meningkat. Ada banyak cara untuk mengukur
tingkat inflasi, dua yang paling sering digunakan adalah CPI dan GDP
Deflator. Kebijakan pemerintah di dalam mengendalikan inflasi di antaranya

Dampak Negatif Dari Inflasi Kepada Suatu Negara

1. Bagi perekonomian
Pada masa hiperinflasi atau inflasi yang tidak terkendali, kondisi perekonomian menjadi “lesu” dan
sulit berkembang. Masyarakat tidak bersemangat untuk bekerja, menurunkan minat masyarakat untuk
menabung dan berinvestasi karena nilai mata uang semakin menurun.
2. Bagi pegawai atau karyawan berpenghasilan tetap
Dampak inflasi terhadap penurunan nilai mata uang akan merugikan kelompok masyarakat yang
berpenghasilan tetap seperti pegawai negeri, 21 pegawai swasta dan kaum buruh, karena secara riil
pendapatan mereka akan menurun.
3. Bagi kreditur
Kreditur akan mengalami kerugian karena nilai uang pengembalian utang debitur lebih rendah
dibandingkan pada saat peminjaman.
4. Bagi produsen
Bagi produsen inflasi yang tinggi sangat berpengaruh pada kenaikan harga-harga kebutuhan produksi
yang kemudian berpengaruh pada meningkatnya biaya produksi.
5. Bagi pemerintah
Tingkat inflasi yang tinggi berdampak pada rencana pembangunan pemerintah dan mengacaukan
rencana anggaran pendapatan dan belanja pemerintah (RAPBN/RAPBD).

5. Jawaban
Instrumen pengendalian moneter merupakan alat-alat operasi moneter
yang dapat digunakan oleh Bank Sentral dalam mewujudkan tujuan akhir
yang telah ditetapkan (Solikin dan Suseno, 2002) dan (Ascarya, 2002).
Instrumen-instrumen kebijakan moneter terdiri dari: (1). Operasi Pasar
Terbuka (OPT), (2).Tingkat Bunga Diskonto, (3). Giro Wajib Minimum
(Reserve requirement), (4). Himbauan Moral (Nopirin (1992) dan Mishkin
(2001)).
1. Operasi Pas ar Terbuka (Open Market Operation)
Instrumen ini merupakan alat kebijakan moneter yang terpenting karena
merupakan determinan utama antara perubahan tingkat suku bunga dan
monetary base serta menjadi sumber utama untuk mempengaruhi fluktuasi
jumlah uang beredar. Kebijakan ini meliputi tindakan menjual dan membeli
surat-surat berharga oleh bank sentral. Tindakan ini memiliki 2 pengaruh
utama terhadap kondisi pasar uang : pertama, menaikkan cadangan bank-
bank umum yang turut dalam transaksi. Hal ini dikarenakan dalam pembelian
surat berharga misalnya, bank sentral akan menambah cadangan bank umum
yang menjual surat berharga tersebut, akibatnya bank umum dapat
menambah jumlah uang yang beredar (melalui proses penciptaan kredit).
Pada saat bank sentral menjual surat-surat berharga di pasar terbuka,
cadangan bank-bank umum akan menurun. Berikutnya bank-bank ini dipaksa
untuk mengurangi penyaluran kreditnya, dengan demikian akan mengurangi
jumlah uang beredar. Pengaruh yang kedua, tindakan pembelian atau
penjualan surat berharga akan mempengaruhi harga (dan dengan demikian
juga tingkat bunga) surat berharga, sehingga mengakibatkan menurunnya
jumlah uang beredar dan meningkatkan tingkat suku bunga.
Operasi pasar terbuka adalah cara mengendalikan uang yang beredar
dengan menjual atau membeli surat berharga pemerintah (government
securities). Jika ingin menambah jumlah uang beredar, pemerintah akan
membeli surat berharga pemerintah. Namun, bila ingin jumlah uang yang
beredar berkurang, maka pemerintah akan menjual surat berharga pemerintah
kepada masyarakat. Surat berharga pemerintah antara lain diantaranya adalah
SBI atau singkatan dari Sertifikat Bank Indonesia dan SBPU atau singkatan
atas Surat Berharga Pasar Uang.
Berdasarkan tujuannya, operasi pasar terbuka dibagi menjadi 2 jenis,
yaitu:
a. Dynamic open market operation, yang bertujuan untuk mengubah
jumlah cadangan dan monetary base.
b. Defensif open market operation, yang bertujuan untuk mengontrol
faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi jumlah cadangan dan
monetary base.

2. Penetapan Tingkat Diskonto (Discount Policy)


Kebijakan ini meliputi tindakan untuk mengubah tingkat bunga yang
harus dibayar oleh bank umum dalam hal meminjam dana dari bank sentral.
Kebijakan ini pada dasamya bertujuan untuk mempengaruhi tingkat diskonto
yang selanjutnya akan berpengaruh terhadap jumlah uang beredar melalui
perubahan tingkat bunga pinjaman. Dengan menaikkan diskonto, maka biaya
untuk meminjam dana dari bank sentral akan naik sehingga akan mengurangi
keinginan bank umum untuk melakukan peminjaman ke bank sentral.
Akibatnya, jumlah uang yang beredar dapat ditekan / dikurangi. Posisi
jumlah cadangan juga dapat dipengaruhi melalui instrumen ini. Apabila
tingkat diskonto mengalami kenaikan, maka akan meningkatkan biaya
pinjaman pada bank. Peningkatan jumlah cadangan ini merupakan indikasi
bahwa bank sentral menerapkan kebijakan moneter yang ketat.
Fasilitas diskonto adalah pengaturan jumlah uang yang beredar dengan
memainkan tingkat bunga bank sentral pada bank umum Bank umum
kadang-kadang mengalami kekurangan uang sehingga harus meminjam ke
bank sentral. Untuk membuat jumlah uang bertambah, pemerintah
menurunkan tingkat bunga bank sentral, serta sebaliknya menaikkan tingkat
bunga demi membuat uang yang beredar berkurang.

3. Penetapan Cadangan Wajib Minimum (Reserves Requirements)


Kebijakan perubahan cadangan minimum dapat mempengaruhi jumlah
uang yang beredar. Apabila cadangan wajib minimum diturunkan, maka akan
mengakibatkan terjadinya peningkatan jumlah deposito sehingga jumlah
uang beredar cenderung meningkat, dan sebaliknya apabila cadangan wajib
minimum dinaikkan, maka akan mengurangi jumlah deposito yang akhimya
akan menurunkan jumlah uang yang beredar.
Rasio cadangan wajib adalah mengatur jumlah uang yang beredar
dengan memainkan jumlah dana cadangan perbankan yang harus disimpan
pada pemerintah. Untuk menambah jumlah uang, pemerintah menurunkan
rasio cadangan wajib. Untuk menurunkan jumlah uang beredar, pemerintah
menaikkan rasio.

4. Himbauan Moral (Moral Persuasion)


Himbauan moral adalah kebijakan moneter untuk mengatur jumlah uang
beredar dengan jalan memberi imbauan kepada pelaku ekonomi. Contohnya
seperti menghimbau perbankan pemberi kredit untuk berhati-hati dalam
mengeluarkan kredit untuk mengurangi jumlah uang beredar dan
menghimbau agar bank meminjam uang lebih ke bank sentral untuk
memperbanyak jumlah uang beredar pada perekonomian.

Anda mungkin juga menyukai