Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH LANGKAH-LANGKAH MENGEMBANGKAN SURVAILLANCE

Dosen Pengampu: Arif Sofyandy S.Kep,M.Kes

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 3

1. ROHANIAH (21281078)
2. NIKE ASTRI (21281083)
3. WELIN NENA AGUSTIN (21281082)
4. WAHYU FAREZA (21281065)
5. KAMALUDIN (21281088)
6. MIA SEPTI MAHARANI (21281107)
7. IKHWANUL REDHA (21281108)

UNIVERSITAS PENDIDIKAN MANDALIKA


FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN DAN KESEHATAN MASYARAKAT
PRODI KESEHATAN MASYARAKAT
TAHUN 2023

1
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, kami
panjatkan puja dan puji syukur atas ke hadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah “LANGKAH-
LANGLAH MENGEMBANGKAN SISTEM SURVAILLANCE” ini tepat pada waktunya.

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan
banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik
dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat maupun
inspirasi bagi kami dan pembaca pada umumnya.

Penulis

Kelompok 3

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................................2

DAFTAR ISI.......................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................4

A. LATAR BELAKANG....................................................................................................4

B. RUMUSAN MASALAH................................................................................................4

C. TUJUAN.........................................................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................................6

A. PENGERTIAN SURVAILLANCE KESEHATAN.......................................................6


B. PENGEMBANGAN DESAIN SISTEM SURVAILLANCE........................................8
C. KEGUNAAN DARI SISTEM SURVAILLANCE........................................................11
D. BEBERAPA SIFAT UTAMA DARI SUATU SISTEM SURVAILLANCE................13

BAB III PENUTUP.............................................................................................................19

A. KESIMPULAN...............................................................................................................19
B. SARAN...........................................................................................................................19

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................20

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Sistem Surveilans Epidemiologi mempunyai peran yang sangat penting sebagai
intelijen penyakit dan mempunyai tujuan menyediakan data dan informasi epidemiologi
untuk manajemen kesehatan, mendukung pengambilan keputusan dan penyusunan
perencanaan,monitoring dan evaluasi, serta sistem kewaspadaan dini kejadian luar biasa
(SKD-KLB). Dalam konteks desentralisasi, daerah dituntut untuk dapat mandiri dan
mampu melaksanakan surveilansepidemiologi secara profesional.
Pengumpulan dan pengolahan data dalam sistem surveilans kesehatan
masyarakat. Kegiatan pengumpulan data di lapangan, akan menghasilkan angka-angka
yang disebut data kasar. Penyebutan dengan istilah data kasar atau data mentah
menunjukkan bahwa data itu belum diolah dengan teknik statistik tertentu. Data mentah
adalah hasil pencatatan peristiwa atau karakteristik elemen yang dilakukan pada tahap
pengumpulan data. Agar data mentah yang telah dikumpulkan tersebut berguna, maka
perlu diolah. Pengolahan data pada dasarnya merupakan suatu proses untuk memperoleh
data/angka ringkasan berdasarkan kelompok data mentah. Data/angka ringkasan dapat
berupa jumlah, proporsi, persentasi, rata-rata dan sebagainya. Agar dapat memberikan
gambaran yang bermakna, data-data itu haruslah disajikan ke dalam tampilan yang
sistematis.Surveilans kesehatan masyarakat merupakan instrumen penting untuk
mencegah outbreak penyakit dan mengembangkan respons segera ketika penyakit mulai
menyebar.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian surveillance kesehatan?
2. Bagaimana pengembangan desain system surveillance?
3. Bagaimana kegunaan dari system survailance?
4. Ada beberapa sifat utama dari suatu system surveillance?

4
C. TUJUAN
a. Mengetahui pengertian surveillance
b. Mengetahui pengembangan desain system surveillance
c. Mengetahui kegunaan dari system surveillance
d. Mengetahui beberapa sifat utama dari suatu system survaillance

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN SURVAILLANCE KESEHATAN


Terdapat berbagai pengertian surveilans. Menurut WHO (2004),
surveilans merupakan proses pengumpulan, pengolahan, analisis dan interpretasi
data secara sistemik dan terus menerus serta penyebaran informasi kepada unit
yang membutuhkan untuk dapat mengambil tindakan. Berdasarkan definisi diatas
dapat diketahui bahwa surveilans adalah suatu kegiatan pengamatan penyakit
yang dilakukan secara terus menerus dan sistematis terhadap kejadian dan
distribusi penyakit serta faktor-faktor yang mempengaruhi nya pada masyarakat
sehingga dapat dilakukan penanggulangan untuk dapat mengambil tindakan
efektif.
Surveilans kesehatan masyarakat merupakan instrumen penting untuk
mencegah outbreak penyakit dan mengembangkan respons segera ketika penyakit
mulai menyebar. Informasi dari surveilans juga penting bagi kementerian
kesehatan, kementerian keuangan, dan donor/stakeholder, untuk memonitor
sejauh mana populasi telah terlayani dengan baik. Surveilans berbeda dengan
pemantauan (monitoring) biasa. Surveilans dilakukan secara terus menerus tanpa
terputus (kontinu), sedang pemantauan dilakukan intermiten atau episodik.
Dengan mengamati secara terus-menerus dan sistematis maka perubahan-
perubahan kecenderungan penyakit dan faktor yang mempengaruhinya dapat
diamati atau diantisipasi,sehingga dapat dilakukan langkah-langkah investigasi
dan pengendalian penyakit dengan tepat.
Pengumpulan data merupakan awal dari rangkaian kegiatan untuk
memproses data selanjutnya. Data yang dikumpulkan memuat informasi
epidemiologis yang dilaksanakan secara teratur dan terus menerus dan
dikumpulkan tepat waktu. Pengumpulan data dapat bersifat pasif yang bersumber
dari rumah sakit, puskesmas dan lain-lain, maupun aktif yang diperoleh dari
kegiatan survey. Untuk mengumpulkan data diperlukan sistem pencatatan dan
pelaporan yang baik.

6
Pengolahan data adalah suatu proses dalam memperoleh data ringkasan
atau angka ringkasan dengan menggunakan cara-cara atau rumus-rumus tertentu.
Pengolahan data merupakan bagian yang amat penting dalam metode ilmiah,
karena dengan pengolahan data, data tersebut dapat diberi arti dan makna yang
berguna dalam memecahkan masalah penelitian.
Langmuir, 1963: Surveilens adalah kegiatan perhatian yang terus menerus
pada distribusi dan kecenderungan penyakit melalui sistematika pengumpulan
data, konsolidasi, dan evaluasi laporan morbiditas serta mortalitas juga data lain
yang sesuai, kemudian disebarkan kepada mereka yang ingin tahu.
1. Pengumpulan data yang sistematik
2. Konsolidasi dan evaluasi data
3. Diseminasi awal pada mereka yang butuh informasi, terutama mereka
yang berposisi pengambil keputusan.

Tujuan Surveilans menurut Depkes RI (2004a) adalah untuk pencegahan


dan pengendalian penyakit dalam masyarakat, sebagai upaya deteksi dini terhadap
kemungkinan terjadinya kejadian luar biasa (KLB), memperoleh informasi yang
diperlukan bagi perencanaan dalam hal pencegahan, penanggulangan maupun
pemberantasannya pada berbagai tingkat administrasi.

B. PENGEMBANGAN DESAIN SISTEM SURVAILLANCE


Langkah awal dalam mengembangkan kebutuhan sistem surveilans
penyakit adalah melakukan identifikasi kebutuhan tujuan kesehatan yang jelas,
terutama dalam penanggulangan masalah kesehatan masyarakat, seperti angka
kesakitan dan kematian tinggi serta prioritas spesifik daerah-daerah.
Langkah-langkah
1. Menetapkan tujuan surveillance
SMART (specific, measurable, action oriented, realistik dan time frame)
Monitoring kecenderungan untuk memperhatikan perubahan dalam
melakukan intervensi.

7
- Deteksi dan prediksi kejadian luar biasa.
- Melakukan evaluasi terhadap program pencegahan
- Memproyeksikan perencanaan pelayanan Kesehatan
- Eliminasi dan eradikasi penyakit dan lain-lain
2. Mengembangkan Definisi Kasus
Diagnose kasus dalam surveilans merupakan salah satu alat penting dalam
menunjang program pencegahan dan pemberantasan penyakit, sehingga perlu
ada kriteria standart gejala klinis diagnose kasus dalam surveilans
3. Menentukan sumber data, alat pengumpul data dan mekanisme pelaporan
Perhatikan indikator yang diperlukan :
Rate, Jumlah
Angka Kesakitan, Angka Kematian
Variabel yang diperlukan
Nomerator dan denominator yang akan digunakan
4. Melaksanakan analisa dan presentasi data surveilans
- Analisis dilakukan terutama terhadap variabel epidemiologi waktu, tempat
dan orang.
- Untuk membantu harus dibuatkan tabulasi, grafik atau peta yang standart
agar mudah dipahami.
- Kemampuan melakukan analisis menjadi kebutuhan utama .
- Analisis harus sudah dilakukan di puskesmas mulai dari analisis sederhana
secara deskriptif sampai analisis tingkat lanjut yang disertai interpretasi
secara detail.
5. Mengembangkan mekanisme umpan balik dan penyebaran informasi
- Melakukan kajian data surveilans secara periodik.
- Harus dapat memberikan umpan balik kepada sumber laporan secara
teratur
- Umpan balik dapat sebagai ringkasan laporan yang diterima atau mungkin
koreksi terhadap kekeliruan pengisian pada formulir laporan.
- Selanjutnya umpan balik serta laporan informasi hasil kajian tersebut
disampaikan melalui media secara rutin

8
- Penggunaan TI disamping penggunaan metode lain seperti melalui
pertemuan rutin, kunjungan supervisi atau seminar terbatas.
6. Pembagian tugas surveillance
Secara umum Tugas surveilans sbb :
 Tingkat Puskesmas
- Deteksi
- Pengobatan
- Pelaporan
- Analisis Sederham

 Tingkat Kabupaten / Kota dan Propinsi


- Analisis
- Investigasi
- Konfirmasi
- Pelaporan
- Tindakan Pencegahan & Penanggulangan
- Perencanaan & Dana
- Umpan Balik

 Tingkat Nasional
- Analisis
- Investigasi
- Konfirmasi
- Pelaporan
- Tindakan Pencegahan & Penanggulangan
- Perencanaan & Dana
- Umpan Balik

9
 Tingkat Regional-lnternasional
- Analisis & Umpan Balik
- Dukungan (Support)
- Kebijaksanaan & Target
- Pendanaan

7. Evaluasi Survaillance
Dalam evaluasi perlu mempertimbangkan adanya indikator yang dapat
digunakan untuk menilai kinerja surveilans yang meliputi indikator input
proses serta output sistem surveilans yang dikembangkan tersebut

C. KEGUNAAN DARI SISTEM SURVAILLANCE


Kegunaan manfaat sistem surveilans dipengaruhi oleh beberapa atribut
dari sistem tersebut meliputi kesederhanaan, fleksibilitas, akseptabilitas,
sensitivitas, nilai predektif positif, kerepresentatifan, ketepatan waktu. (Sugiasih,
2012)

a. Kesederhanaan
Kesederhanaan dari suatu sistem surveilans mencakup kesedehanaan dalam hal
struktur dan kemudahan pengoprasiaannya. Sistem surveilans dirancang
sesederhana mungkin, namun masih dapat mencapai tujuan yang diinginkan.

b. Fleksibilitas
Suatu sistem surveilans yang fleksibel dapat menyesuaikan diri dengan perubahan
informasi yang dibutuhkan atau situasi pelaksanaan tanpa disertai peningkatan
yang berarti akan kebutuhan biaya, tenaga, dan waktu. Sistem yang fleksibel
dapat menerima, misalnya penyakit dan masalah kesehatan yang baru
diidentifikasikan, perubahan definisi kasus, dan variasi-variasi dari sumber
pelaporan.

10
c. Akseptabilitas
Akseptabilitas menggambarkan kemauan seseorang atau organisasi untuk
herpartisipasi dalam melaksanakan sistem surveilans mencakup kemauan
seseorang yang bertangungjawab terhadap pelaksanaan sistem surveilans untuk
menyediakan data yang akurat, konsisten, lengkap, dan tepat waktu (Laksono dkk.
2004: 95).

d. Sensitivitas
Sensitivitas dari suatu sistem surveilans dapat dilihat pada tingkat pengumpulan
data, proporsi kasus dari suatu penyakit masalah kesehatan yang terdeteksi oleh
sistem surveilans. Nilai Predektif Positif

e. Nilai Predektif Positif


Nilai predektif positif (NPP) adalah proporsi dari populasi yang diidentifikasikan
sebagai kasus oleh suatu sistem surveilans dan kenyataannya memang kasus.

f. Kerepresentatifan
Suatu sistem surveilans yang representatif akan menggambarkan secara akurat
kejadian dari suatu peristiwa kesehatan dalam periode waktu tertentu dan
distribusi peristiwa tersebut dalam masyarakat menurut tempat dan orang.
Kerepresentatifan dinilai dengan membandingkan karakteristik dari kejadian-
kejadian yang dilaporkan dengan semua kejadian yang ada.

g. Ketepatan Waktu
Ketepatan waktu menggambarkan kecepatan atau kelambatan diantara langkah-
langkah dalam suatu sistem surveilans dan waktu yang diperlukan untuk
mengidentifikasi tren, KLB, atau hasil dari tindakan penanggulangannya, serta
adanya informasi mengenai upaya penanggulangan penyakit, baik dalam hal
tindakan penanggulangan yang segera dilakukan maupun rencana jangka panjang
dari upaya pencegahan.

11
D. BEBERAPA SIFAT UTAMA DARI SISTEM SURVAILLANCE
Untuk penilaian dari suatu sistem surveilans, dapat dilakukan penilaian
terhadap beberapa sifat utama sistem yang meliputi: kesederhanaan (simplicity),
fleksibilitas, kemampuan untuk dapat diterima (acceptability), sensitivitas, nilai
ramal positif (predictive value positive), representative, dan ketepatan waktu
(timelines). Sistem surveilans sangat luas dalam metodologi, cakupan dan tujuan
maka, kemungkinan suatu karakteristik yang penting untuk suatu sistem akan
kurang penting untuk sistem yang lain. Upaya untuk meningkatkan suatu sifat,
misalnya kemampuan sistem untuk mendeteksi peristiwa kesehatan (sensitivitas),
kemungkinan mengurangi sifat yang lain, umpamanya kesederhanaan dan
ketepatan waktu. Dapat dikatakan keberhasilan suatu sistem surveilans akan
banyak tergantung pada kesinambungan sifat surveilans. Seperti kekuatan
penilaian suatu sistem sangat tergantung pada kesanggupan penilai untuk menilai
sifat mana yang dibutuhkan oleh suatu sistem sehingga setiap pendekatan
penilaian harus cukup fleksibel (Noor, 2008:155).
a. Kesederhanaan
Kesederhanaan suatu sistem surveilans merupakan struktur yang
sederhana dan mudah dioperasikan.Suatu sistem surveilans harus sesederhana
mungkin, tetapi tetap dapat mencapai tujuan. Suatu kerangka yang
menggambarkan alur informasi dan hubungannya dalam sistem surveilans dapat
menolong untuk menilai kesederhanaan atau kemajemukan suatu sistem
surveilans (Dirjen PPM&PL, 2003:30).

Untuk menilai tingkat kesederhanaan suatu sistem surveilans dapat


dipertimbangkan beberapa ukuran berikut ini:
1) Banyak dan jenis informasi yang dibutuhkan untuk menegakkan diagnosis.
2) Banyaknya serta jenis sumber pelaporan.
3) Cara penyajian data/ informasi.
4) Banyaknya organisasi yang terlibat dalam penerimaan laporan kasus.
5) Tingkat latihan staff yang dibutuhkan.

12
6) Bentuk analisis data.
7) Banyaknya serta jenis pemakai informasi.
8) Cara penyebaran informasi kepada pemakai data.
9) Waktu yang digunakan dalam kegiatan pengumpulan, penyaluran, dan analisis
data serta penyiapan dan penyebaran laporan surveilans.

Kesederhanaan suatu sistem surveilans ditinjau dari dua sudut pandang,


yaitu rancangan dan besar dari sistem. Sebagai contoh dari sistem dengan
rancangan sederhana adalah sistem yang memiliki definisi kasus yang mudah
diterapkan dan orang yang mengidentifikasikan kasus juga merupakan pemroses
data dan pengguna yang dihasilkan (Dirjen PPM&PL, 2003:31). Kesederhanaan
sistem mempunyai arti yang erat dengan ketepatan waktu dan mempengaruhi
besarnya biaya operasional yang dibutuhkan untuk melaksanakan sistem tersebut
(Noor, 2008:158).

b. Fleksibilitas
Sistem surveilans yang fleksibilitas ialah, sistem yang mampu
menyesuaikan diri terhadap perubahan informasi yang dibutuhkan atau keadaan
lapangan dengan terbatasnya waktu, personel dan anggaran. Juga sistem yang
fleksibel dapat diterapkan terhadap keadaan seperti penyakit yang baru atau
masalah kesehatan yang baru, adanya perubahan definisi kasus atau perubahan
dari sumber pelaporan (Dirjen PPM&PL, 2003:31)

Fleksibel adalah perkiraan terbaik secara retrospektif dengan mengamati


bagaimana sistem tersebut menghadapi kebutuhan baru. Contoh yang paling jelas
adalah ketika penyakit AIDS muncul pada tahun 80-an yang lalu maka sistem
pelaporan penyakit yang telah berjalan pada Departemen Kesehatan dapat secara
langsung digunakan untuk pelaporan kejadian/kasus, diagnosis serta faktor
risikonya. Pada umumnya sistem komponen dalam sistem tersebut yang
memerlukan perubahan dan penyesuaian untuk digunakan pada penyakit lain
(Noor, 2008:159).

13
c. Tingkat penerimaan terhadap sistem
Penerimaan sistem surveilans tertentu dapat dilihat dari keinginan individu
maupun organisasi tertentu untuk ikut serta dalam sistem tersebut. Keinginan
menggunakan sistem tersebut oleh: Orang di luar organisasi pelaksana sistem
surveilans, umpamanya mereka yang oleh organisasi pelaksana diminta ikut serta
melakukan sesuatu untuk sistem tersebut. Serta petugas dari organisasi pelaksana
sistem.Tingkat penerimaan suatu sistem surveilans dapat dilihat berdasarkan
berbagai indikator berikut ini:

1) Tingkat partisipasi subyek dan pelaksana surveilans.


2) Bagaimana cepatnya mencapai tingkat partisipasi yang tinggi tersebut.
3) Tingkat kelengkapan hasil wawancara dan besarnya penolakan menjawab
pertanyaan (bila sistem menggunakan wawancara pada subyek).
4) Kelengkapan bentuk pelaporan.
5) Tingkat kelengkapan laporan, termasuk laporan dokter praktik umum, rumah
sakit, laboratorium, serta berbagai fasilitas pelayanan kesehatan lainnya. 6)
Ketepatan waktu pelaporan (Noor, 2008:159).

d. Sensitivitas sistem surveilans.


Sensitivitas sistem surveilans dimaksudkan dengan tingkat kemampuan
sistem tersebut untuk mendapatkan menjaring data informasi yang akurat.
Sensitivitas sistem surveilans dapat dinilai pada dua tingkatan. Pertama, pada
tingkat pelaporan kasus, proporsi kasus atau masalah kesehatan yang mampu
dideteksi oleh sistem surveilans. Kedua, sistem surveilans dapat diketahui tingkat
sensitivitasnya dari kemampuannya untuk mendeteksi kejadian luar biasa
(epidemi) (Noor, 2008:160).

14
Sensitivitas dari suatu sistem surveilans dapat dipengaruhi oleh berbagai
kemungkinan. Pengukuran tingkat sensitivitas dari suatu sistem surveilans
dipengaruhi oleh dua faktor. Pertama, tingkat validitas informasi yang
dikumpulkan oleh sistem. Kedua, pengumpulan informasi diluar sistem untuk
menentukan frekuensi keadaan/peristiwa dalam komunitas.Dalam praktik,
penekanan utama dalam penilaian sensitivitas suatu sistem, dengan asumsi bahwa
kasus yang dilaporkan terklarifikasi secara tepat, adalah dengan memperkirakan
jumlah total kasus dalam komunitas yang dapat dideteksi oleh sistem (Noor,
2008:161).

Sistem surveilans dengan tingkat sensitivitas yang rendah masih dapat


digunakan dalam memantau kecenderungan, sepanjang tingkat sensitivitasnya
cukup rasional dan konstan. Pertanyaan mengenai sensitivitas ini dapat didorong
oleh peristiwa seperti meningkatnya kesadaran terhadap penyakit tertentu,
pemberian tes diagnosis yang baru serta adanya perubahan dalam metode
pelaksana surveilans (Noor, 2008:161).

e. Nilai ramal positif


Nilai ramal positif adalah proporsi orang yang diidentifikasi sebagai kasus
yang sesungguhnya, memang berada pada kondisi yang sedang mengalami
surveilans. Dalam penilaian terhadap nilai ramai tersebut, penekanannya terutama
diarahkan pada konfirmasi laporan kasus dari sistem tersebut. Nilai ramal positif
untuk peristiwa kesehatan berhubungan erat dengan kejelasan dan ketepatan
definisi kasus. Dalam hal ini komunikasi yang baik antara pelopor suatu kasus
dengan penerima laporan akan meningkatkan nilai tersebut. Selain itu nilai ramal
positif menunjukkan tingkat sensitivitas dan spesifisitas dari definisi kasus serta
keadaan prevalensi kejadian dalam populasi. Nilai ini akan meningkat dengan
peningkatan nilai spesifisitas serta pada prevalensi yang tinggi dalam populasi
(Noor, 2008:161).

15
f. Representatif sistem
Sistem surveilans yang representatif adalah suatu sistem surveilans yang
dapat menguraikan dengan tepat berbagai kejadian/peristiwa kesehatan atau
penyakit sepanjang waktu termasuk penyebarannya dalam populasi menurut
waktu dan tempat. Kerepresentatifan dapat ditentukan melalui suatu studi khusus.
Kualitas data merupakan bagian yang penting dari kerepresentatifan (Dirjen
PPM&PL, 2003:35).

Representatif suatu sistem dinilai dengan membandingkan karakteristik


laporan peristiwa terhadap keseluruhan peristiwa yang sesungguhnya
terjadi.Dengan demikian, beberapa perkiraan tingkat representatif data suatu
sistem surveilans dapat dilakukan berdasarkan berapa pengetahuan tertentu dari
populasi serta dari sistem surveilans itu sendiri.Sifat representatif ini dapat
diperiksa melalui penelitian khusus yang mencari identitas dari semua kasus
melalui sampel yang ada (Noor, 2008:163).

g. Ketepatan waktu
Ketepatan waktu yang dimaksud adalah tingkat kecepatan atau
keterlambatan di antara langkah yang harus ditempuh dalam suatu sistem
surveilans. Aspek lain dari ketepatan waktu adalah waktu yang diperlukan untuk
mengidentifikasikan trend KLB, atau hasil dari tindakan penanggulangan.
Kebutuhan akan tanggapan secara cepat dalam suatu sistem surveilans tergantung
pada riwayat peristiwa kesehatan yang diamati dan tujuan dari sistem (Dirjen
PPM&PL, 2003:37).

h. Kelengkapan data
Kelengkapan data merupakan pelaporan kasus yang mengacu pada
kecocokan antara jumlah kasus yang dilaporkan dan jumlah kasus sebenarnya.
Hal ini diperoleh dari hasil perbandingan jumlah kasus yang dilaporkan. Kasus
yang ada dilaporkan ke pusat dalam periode waktu dengan jumlah kasus pasien

16
yang terdaftar dalam periode yang sama. Dalam suatu sistem dimana tingkat
pelaporan kasus, kelengkapan kasus akan mempengaruhi tingkat sensitivitas
sistem surveilans. Kelengkapan data surveilans adalah hasil dari perbandingan
antara data minimum yang diharapkan dengan data yang sebenarnya (WHO,
2006). Kelengkapan data dapat memiliki berbagai dimensi diantaranya:
1) Kelengkapan situs pelaporan /bentuk pengawasan.
2) Kelengkapan kasus pelaporan.
3) Kelengkapan data surveilans.

Kelengkapan data mengacu pada proporsi data yang dilaporkan. Hal ini
diukur dalam sistem surveilans, yaitu suatu data yang ada atau data kenyataan
akan disesuaikan dengan data yang diharapkan. Laporan pengawasan surveilans
merupakan laporan wajib yang dilaporkan setiap minggu atau setiap bulan (WHO,
2006).

i. Spesifik
Spesifik lebih mengacu pada proporsi orang tanpa penyakit yang dianggap
oleh sistem surveilans yang tidak memiliki penyakit. Pada tingkat kekhususan
yang rendahakan mengakibatkan sistem surveilans menunjukkan tidak akurat dan
tidak dapat menentukan wabah, dan menghabiskan banyak sumber daya untuk
memverifikasidan menyelidiki.

17
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Surveilans merupakan proses pengumpulan, pengolahan, analisis dan interpretasi data
secara sistemik dan terus menerus serta penyebaran informasi kepada unit yang
membutuhkan untuk dapat mengambil tindakan. Berdasarkan definisi diatas dapat
diketahui bahwa surveilans adalah suatu kegiatan pengamatan penyakit yang dilakukan
secara terus menerus dan sistematis terhadap kejadian dan distribusi penyakit serta
faktor-faktor yang mempengaruhi nya pada masyarakat sehingga dapat dilakukan
penanggulangan untuk dapat mengambil tindakan efektif.
B. SARAN
Dengan adanya komputerisasi dan system informasi dalam surveilans diharapkan
pekerjaan semua unit yang tergabung pada surveilans dan dapat membantu dalam
pelaporan akan perkembangan suatu penyakit dapat cepat diketahui.

18
DAFTAR PUSTAKA

Azhari, Risky Ahmad. 2015. Surveilans Epidemiologi.


https://www.academia.edu/13088266/Surveilans_Epidemiologi

https://id.wikipedia.org/wiki/Sistem_pendukung_keputusan

Amiruddin, Ridwan. 2013.Surveilans Kesehatan Masyarakat . Bogor: IPB Press


Buehler, J.W., 1998, Surveilance, dalam modern Epidemiology
Update Guidelines for evaluating Public Health Surveilance system, MMWR. German R.R.,
2001
Weraman, Pius. 2010. Dasar Surveillans Kesehatan Masyarakat. Jakarta : Gramata Publishing

19

Anda mungkin juga menyukai