Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH TENTANG

SIFILIS (RAJA SINGA)

Disusun oleh:

SarwinHafiz (21281095)
KATA PENGANTAR

Pujisyukur kami haturkankehadirat Allah swt. Yang telah melimpahkan kita nikmat,
rahmat dan hidayahmya sehingga kami bisa menyelesaikan tugas yang akan kami paparkan pada
makalah ini yang membahas “Sifilis (RajaSinga)”.

Tidaklupa juga kami mengucapkan terima kasih kepada bapak/ibu dosen Karena telah
memberikan kami tugas sebagai penguji kemampuan kami yang berkaitan dengan Sifilis (Raja
Singa).

Sebagai penyusun kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan, baik dari
penyusunan maupun tata Bahasa dalam penyampaian materi ini. Oleh karena itu, kami denga
nrendah hati menerima saran dan kritik pembaca agar kami dapat memperbaiki karya ilmiah ini.

Kami berharap semoga makalah yang kami susun ini dapa tmemberikan manfaat dan juga
inspirasi untuk pembaca.

Mataram, 29 Mei 2023


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………………………………i

DAFTAR ISI………………………………………………………………………………….….ii

BAB I PENDAHUUAN………………………………………………………………...……….1

A. Latar Belakang………………………………………………………………….………....1

B. Rumusan Masalah……………………………………………………………………........1

C. Tujuan……………………………………………………………………………………..2

BAB II PEMBAHASAN………………………………………………………...........................4

A. Pengertian Sifilis………………………………………………………………………......4

B. Penularan Penyakit Sifilis……………………………………………………...................4

C. Stadium penyakit sifilis……………………………………………………………………5

D. Gejala-Gejala Penyakit Sifilis……………………………………………………….........6

E. Pencegahan Penyakit Sifilis………………………………………………………….........7

BAB III PENUTUP…………………………………………………………………...................9

A. Kesimpulan………………………………………………………………..........................9

B. Saran……………………………………………………………........................................9

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Sifilis atau Raja Singa adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh Treponema
pallidum , yang merupakan penyakit kronis dan bersifat sistemik . Selama perjalanan
penyakit ini dapat menyerang seluruh organ tubuh. Selain itu penyakit sifilis ini juga
bersifat laten dan kronis, juga dapat kambuh lagi sewaktu-waktu.

Sifilis dimasa lalu, merupakan salah satu penyakit yang dikatakan dalam masyarakat
sebagai penyakit kutukan karena tubuh penderita akan digrogoti oleh kuman sifilis ini
dan sulit untuk dilakukan pengobatan jika sudah terkena. Penyebaran dari penyakit sifilis
terjadi dengan kontak langsung dengan penderita salah satunya adalah dengan seks.
Orang-orang yang termasuk rentan untuk penyakit sifilis adalah para pekerja seks seperti
gigolo dan wanita pekerja seks, namun tidak menutup kemungkinan juga pada orang
yang sering bergonta-ganti pasangan.

Insiden sifilis telah menurun dalam beberapa tahun terakhir, dilaporkan 53.000 kasus
pada tahun 1996, sedangkan pada tahun 1992 113.000 kasus. Namun, jumlah kasus sifilis
primer dan sekunder meningkat pada tahun 2000-2007.Pada tahun 2007, 11.466 kasus
dilaporkan kepada US Centers for Disease Control and Prevention.Sebagian besar dari
peningkatan ini terjadi pada pria, terutama pada pria yang berhubungan seks dengan pria
lain. Keseluruhan kasus yang dilaporkan pada wanita menurun. Lebih dari 80% kasus
yang dilaporkan di selatan Amerika Serikat. Kecenderungan untuk kasus sifilis
kongenital terjadi penurunan selama sepuluh tahun terakhir.

Namun pada abad modern seperti sekarang ini sudah ditemukan obat dari sifilis
sehingga penderita sifilis dapat berkurang secara signifikan, namun tidak hilang. Selama
penderita melakukan kontak langsung (seks) dengan pasangan-pasangannya sifilis tidak
dapat dikatakan sudah tertangani sepenuhnya. Dari pembahasan diatas maka penulis
mencoba memberikan pemahaman lebih mengenai penyakit sifilis mulai dari definisi,
tanda terkena penyakit sifilis (gejala), diagnosis, dan khususnya cara penularannya yaitu
dengan kontak langsung.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apakah yang dimaksud dengan sifilis.?

2. Bagaimanakah cara sifilis menular.?

3. Apa saja stadium yang dilalui oleh penyakit sifilis.?

4. Bagaimana gejala dari penyakit sifilis.?


5. Bagaimana cara mencegah penyakit sifilis.?

C. TUJUAN PENULISAN

1. Untuk mengetahui apakah yang dimaksud dengan penyakit sifilis

2. Untuk mengetahui cara dan proses penularan dari penyakit sifilis

3. Untuk mengetahui stadium-stadium yang dilalui oleh penyakit sifilis

4. Untuk mengetahui gejala-gejala awal dari penyakit sifilis

5. Untuk mengetahui cara mencegah penyakit sifilis


BAB II

PEMBAHASAN

A. SIFILIS

Sifilis adalah infeksi menular seksual yang disebabkan oleh bakteri spiroset
Treponema pallidum sub-spesies pallidum. Rute utama penularannya melalui kontak
seksual; infeksi ini juga dapat ditularkan dari ibu ke janin selama kehamilan atau saat
kelahiran, yang menyebabkan terjadinya sifilis kongenital. Penyakit lain yang diderita
manusia yang disebabkan oleh Treponema pallidum termasuk yaws (subspesies
pertenue), pinta (sub-spesies carateum), dan bejel (sub-spesies endemicum) (Anonim,
2014).

Sifilis atau penyakit Raja Singa adalah salah satu penyakit menular seksual (PMS)
yang kompleks, disebabkan oleh infeksi bakteri Treponema pallidum. Perjalanan
penyakit ini cenderung kronis dan bersifat sistemik. Hampir semua alat tubuh dapat
diserang, termasuk sistem kardiovaskuler dan saraf. Selain itu wanita hamil yang
menderita sifilis dapat menularkan penyakitnya ke janin sehingga menyebabkan sifilis
kongenital yang dapat menyababkan kelainan bawaan atau bahkan kematian. Jika cepat
terdeteksi dan diobati, sifilis dapat disembuhkan dengan antibiotika. Tetapi jika tidak
diobati, sifilis dapat berkembang ke fase selanjutnya dan meluas ke bagian tubuh lain di
luar alat kelamin (Hartono Olivia R, 2008: 2).

Asal penyakit ini tidak jelas. Sebelum tahun 1492, penyakit ini belum dikenal di
Eropa. Ada yang berpendapat bahwa penyakit ini berasal dari penduduk indian yang
dibawa oleh anak buah Christopher Colombus sewaktu mereka kembali ke Spanyol dari
benua Amerika pada tahun 1492. Pada tahun 1494 terjadi epidemi di Napoli, Italia. Pada
abad ke 18 baru diketahui bahwa penyebaran sifilis dan gonore terutama disebabkan oleh
senggama dan keduanya dianggap sebagai infeksi yang sama. Dengan berjalannya waktu,
akhirnya diketahui bahwa kedua penyakit itu disebabkan oleh jenis kuman yang berbeda
dan gejala klinisnyapun berlainan (Hartono Olivia R, 2008: 2-3).

B. PENULARAN SIFILIS

Sifilis terutama ditularkan melalui kontak seksual atau selama kehamilan dari ibu ke
janinnya, spiroseta mampu menembus membran mokusa utuh atau ganguan kulit. Oleh
karena itu dapat ditularkan melalui mencium area di dekat lesi, serta seks oral, vaginal,
dan anal. Sekitar 30 sampai 60% dari mereka yang terkena sifilis primer atau sekunder
akan terkena penyakit tersebut. Contoh penularannya, seseorang yang disuntik dengan
hanya 57 organisme mempunyai peluang 50% terinfeksi. Sebagian besar (60%) dari
kasus baru di United States terjadi pada laki-laki yang berhubungan seks dengan laki-
laki. Penyakit tersebut dapat ditularkan lewat produk darah. Namun, produk darah telah
diuji di banyak negara dan risiko penularan tersebut menjadi rendah. Risiko dari
penularan karena berbagi jarum suntik tidaklah banyak. Sifilis tidak dapat ditularkan
melalui dudukan toilet, aktifitas sehari-hari, bak panas, atau berbagi alat makan serta
pakaian (Anonim, 2014).

C. STADIUM SIFILIS

Penyakit sifilis memiliki empat stadium yaitu primer, sekunder, laten dan tersier. Tiap
stadium perkembangan memiliki gejala penyakit yang berbeda-beda dan menyerang
organ tubuh yang berbeda-beda pula.

1. Stadium Dini (primer) Tiga minggu setelah infeksi, timbul lesi pada tempat masuknya
Treponema pallidum. Lesi pada umumnya hanya satu. Terjadi afek primer berupa
penonjolan-penonjolan kecil yang erosif, berkuran 1-2 cm, berbentuk bulat, dasarnya
bersih, merah, kulit disekitarnya tampak meradang, dan bila diraba ada pengerasan.
Kelainan ini tidak nyeri. Dalam beberapa hari, erosi dapat berubah menjadi ulkus
berdinding tegak lurus, sedangkan sifat lainnya seperti pada afek primer. Keadaan ini
dikenal sebagai ulkus durum. Sekitar tiga minggu kemudian terjadi penjalaran ke
kelenjar getah bening di daerah lipat paha. Kelenjar tersebut membesar, padat, kenyal
pada perabaan, tidak nyeri, tunggal dan dapat digerakkan bebas dari sekitarnya.
Keadaan ini disebut sebagai sifilis stadium 1 kompleks primer. Lesi umumnya terdapat
pada alat kelamin, dapat pula di bibir, lidah, tonsil, putting susu, jari dan anus. Tanpa
pengobatan, lesi dapat hilang spontan dalam 4-6 minggu, cepat atau lambatnya
bergantung pada besar kecilnya lesi.

2. Stadium II (sekunder) Pada umumnya bila gejala sifilis stadium II muncul, sifilis
stadium I sudah sembuh. Waktu antara sifilis I dan II umumnya antara 6-8 minggu.
Kadang-kadang terjadi masa transisi, yakni sifilis I masih ada saat timbul gejala
stadium II. Sifat yang khas pada sifilis adalah jarang ada rasa gatal. Gejala konstitusi
seperti nyeri kepala, demam, anoreksia, nyeri pada tulang, dan leher biasanya
mendahului, kadang-kadang bersamaan dengan kelainan pada kulit. Kelainan kulit
yang timbul berupa bercak-bercak atau tonjolan-tonjolan kecil. Tidak terdapat
gelembung bernanah. Sifilis stadium II seringkali disebut sebagai The Greatest
Immitator of All Skin Diseases karena bentuk klinisnya menyerupai banyak sekali
kelainan kulit lain. Selain pada kulit, stadium ini juga dapat mengenai selaput lendir
dan kelenjar getah bening di seluruh tubuh.

3. Sifilis Stadium III Lesi yang khas adalah guma yang dapat terjadi 3-7 tahun setelah
infeksi. Guma umumnya satu, dapat multipel, ukuran milier sampai berdiameter
beberapa sentimeter. Guma dapat timbul pada semua jaringan dan organ, termasuk
tulang rawan pada hidung dan dasar mulut. Guma juga dapat ditemukan pada organ
dalam seperti lambung, hati, limpa, paru-paru, testis dll. Kelainan lain berupa nodus di
bawah kulit, kemerahan dan nyeri.

4. Sifilis Tersier Termasuk dalam kelompok penyakit ini adalah sifilis kardiovaskuler
dan neurosifilis (pada jaringan saraf). Umumnya timbul 10-20 tahun setelah infeksi
primer. Sejumlah 10% penderita sifilis akan mengalami stadium ini. Pria dan orang
kulit berwarna lebih banyak terkena. Kematian karena sifilis terutama disebabkan oleh
stadium ini. Diagnosis pasti sifilis ditegakkan apabila dapat ditemukan Treponema
pallidum. Pemeriksaan dilakukan dengan mikroskop lapangan gelap sampai 3 kali
(selama 3 hari berturut-turut) (Hartono Olivia R, 2008:3-4).

D. GEJALA-GEJALA PENYAKIT SIFILIS

Tanda dan gejala sifilis bervariasi bergantung pada fase mana penyakit tersebut muncul
(primer, sekunder, laten, dan tersier). Fase primer secara umum ditandai dengan
munculnya chancre tunggal (ulserasi keras, tidak menimbulkan rasa sakit, tidak gatal di
kulit), sifilis sekunder ditandai dengan ruam yang menyebar yang seringkali muncul di
telapak tangan dan tumit kaki, sifilis laten biasanya tidak memiliki atau hanya
menunjukkan sedikit gejala, dan sifilis tersier dengan gejala gumma, neurologis, atau
jantung. Namun, penyakit ini telah dikenal sebagai "peniru ulung" karena kemunculannya
ditandai dengan gejala yang tidak sama. Diagnosis biasanya dilakukan melalui tes darah;
namun, bakteri juga dapat dilihat melalui mikroskop. Sifilis dapat diobati secara efektif
dengan antibiotik, khususnya dengan suntikan penisilin G (yang disuntikkan untuk
neurosifilis), ataupun ceftriakson, dan bagi pasien yang memiliki alergi berat terhadap
penisilin, doksisiklin atau azitromisin dapat diberikan secara oral atau diminum (Anonim,
2014)

1. Primer

Sifilis primer umumnya diperoleh dari kontak seksual secara langsung dengan
orang yang terinfeksi ke orang lain. Sekitar 3 sampai 90 hari setelah awal kedapatan
(rata-rata 21 hari) luka di kulit dinamakan chancre, tampak pada saat kontak. Lesi ini
biasanya (40 % dari waktu) tunggal, kokoh, tanpa rasa sakit, pemborokan kulit tanpa
rasa gatal dengan dasar yang bersih serta berbatasan tajam antara ukuran 0,3 dan 3,0
cm. Walau bagaimanapun luka bisa dikeluarkan hampir dalam bentuk apapun. Pada
bentuk yang umum, luka baerkembang dari macule ke papule dan akhirnya ke
erosion atau ulcer. Kadang-kadang, lesi ganda mungkin muncul (~40%). Lesi ganda
lebih umum ketika koinfeksi dengan HIV. Lesi mungkin nyeri atau perih (30%), dan
bisa terjadi di luar kelamin (2–7%). Letak paling umum pada wanita adalah di cervix
(44%), penis laki-laki heteroseksual (99%), dan anal serta rektal umumnya secara
relatif (laki-laki yang berhubungan seks dengan laki-laki) (34%). Pelebaran nodus
limfa;(80%) sering kali terjadi di sekitar daerah infeksi, terjadi selama 10 hari setelah
pembentukan tukak. Lesi dapat bertahan selama tiga hingga enam minggu tanpa
pengobatan (Anonim, 2014).

2. Fase Skunder

Fase sekunder biasanya dimulai dengan suatu ruam kulit, yang muncul
dalam waktu 6-12 minggu setelah terinfeksi. Ruam ini bisa berlangsung hanya
sebentar atau selama beberapa bulan. Meskipun tidak diobati, ruam ini akan
menghilang. Tetapi beberapa minggu atau bulan kemudian akan muncul ruam
yang baru. Pada fase sekunder sering ditemukan luka di mulut. Sekitar 50%
penderita memiliki pembesaran kelenjar getah bening di seluruh tubuhnya dan
sekitar 10% menderita peradangan mata. Peradangan mata biasanya tidak
menimbulkan gejala, tetapi kadang terjadi pembengkakan saraf mata sehingga
penglihatan menjadi kabur (Anonim, 2008).

3. Fase Laten

Setelah penderita sembuh dari fase sekunder, penyakit akan memasuki


fase laten dimana tidak nampak gejala sama sekali. Fase ini bisa berlangsung
bertahun-tahun atau berpuluh-puluh tahun atau bahkan sepanjang hidup penderita.
Pada awal fase laten kadang luka yang infeksi kembali muncul (Anonim, 2008).

4. Tersier

Sifilis tersier bisa terjadi kira-kira 3 hingga 15 tahun setelah infeksi awal,
dan bisa dibagi kedalam tiga bentuk berbeda; sifilis gummatous (15%), akhir
neurosifilis (6.5%),dan kardiovaskular sifilis (10%). Tanpa pengobatan, ketiga
dari orang yang terinfeksi berkembang ke penyakit tersier. Orang dengan sifilis
tersier adalah bukan penular. Sifilis gummatous atau sifilis akhir benign biasanya
terjadi 1 hingga 46 tahun setelah infeksi awal, dengan rata-rata 15 tahun. Fase ini
ditandai oleh pembentukan gumma kronik, yang lembut,mirip peradangan bola
tumor yang bisa bermacam-macam dan sangat signifikan bentuknya gumma
umumnya mempengaruhi kulit, tulang, dan liver, tetapi bisa terjadi dimanapun.
Neurosifilis merujuk pada infeksi yang melibatkan sistem saraf pusat yang bisa
terjadi dini, menjadi tak bergajala atau dalam bentuk dari meningitis sifilistik
yang berhubungan dengan keseimbangan yang lemah dan nyeri kilat pada
ekstrimitas lebih rendah. Akhir neurosifilis umumnya terjadi 4 hingga 25 tahun
setelah infeksi awal. Siflis meningovaskular umumnya muncul dengan apati dan
sawan, serta telah umum dengan demensia dan dorsalis. Juga di sana mungkin
terdapat pupil Argyll Robertson, tempat pupil kecil bilateral menyempit ketika
orang fokus pada objek dekat, tapi tidak menyempit ketika terkena cahaya terang.
Sifilis kardiovaskular biasanya terjadi 10-30 tahun setelah infeksi awal.
Komplikasi yang paling umum adalah syphilitic aortitis, yang dapat
mengakibatkan pembentukan aneurisme (anonim, 2014).

E. PENCEGAHAN PENYAKIT SIFILIS

Tidak ada vaksin yang efektif untuk pencegahan. Berpantang dari kontak fisik intim
dengan orang yang terinfeksi secara efektif mengurangi penularan sifilis, seperti
penggunaan yang tepat dari kondom lateks. Namun, penggunaan kondom, tidak
sepenuhnya menghilangkan risiko.[13][10] Oleh karena itu, Centers for Disease Control
and Prevention merekomendasikan hubungan jangka panjang dengan satu pasangan yang
tidak terinfeksi dan menghindari zat seperti alkohol dan zat terlarang lainnya yang dapat
meningkatkan risiko perilaku seksual. Sifilis bawaan pada bayi dapat dicegah dengan
penapisan ibu selama awal kehamilan dan mengobati mereka yang terinfeksi. United
States Preventive Services Task Force (USPSTF) sangat merekomendasikan penapisan
universal pada semua wanita hamil, sedangkan Organisasi Kesehatan Dunia
menyarankan agar semua wanita dites pada kunjungan pertama antenatal dan sekali lagi
pada trimester ketiga. Jika mereka positif, mereka menganjurkan agar pasangan mereka
juga dirawat. Meskipun demikian, sifilis bawaan masih banyak terjadi di negara
berkembang, karena banyak wanita yang sama sekali belum menerima perawatan
antenatal, dan bahkan perawatan lain sebelum melahirkan yang diterima tidak termasuk
penapisan, dan ini terkadang masih terjadi di negara maju, karena mereka yang
kemungkinan besar tertular sifilis (melalui penggunaan obat-obatan terlarang, dll.) adalah
yang paling sedikit menerima perawatan selama kehamilan. Beberapa langkah untuk
meningkatkan akses ke tes tampaknya efektif untuk mengurangi tingkat sifilis bawaan di
negara berpendapatan rendah sampai menengah. Sifilis adalah penyakit yang harus
dilaporkan di beberapa negara, termasuk di Kanada Uni Eropa , dan Amerika Serikat. Ini
berarti penyedia layanan kesehatan diwajibkan untuk memberitahukan kepada otoritas
Kesehatan Masyarakat, yang idealnya nanti akan memberikan pemberitahuan pasangan
kepada pasangan pasien. Dokter juga dapat mendorong pasien untuk mengirim pasangan
pasien untuk mencari perawatan kesehatan. CDC merekomendasikan laki-laki yang aktif
secara seksual yang melakukan hubungan seks dengan laki-laki dites sekurang-kurangnya
sekali dalam setahun (Anonim, 2014).
BAB III

PENUTUP

A. SIMPULAN

Penyakit sifilis merupakan penyakit yang disebabkan oleh bakteri Treponema


Pallidium, merupakan penyakit kronis dan laten. Penyakit ini dapat menyerang dan
merusak seluruh tubuh jika tidak ditangani secepatnya. Penyakit sifilis dapat ditularkan
melalui banyak cara yaitu dengan jalan kontak langsung seperti berhubungan seks,
menerima donor darah dari orang yang telah infeksi penyakit ini, dapat juga ditularkan
dari ibu kepada bayinya selama didalam kandungan.

Tidak ada vaksin khusus untuk mencegah penularan penyakit raja singa ini, hanya
saja dapat dilakukan pencegahan dari penularan penyakit ini yaitu dengan setia terhadap
satu pasangan dan tidak bergonta-ganti pasangan.

B. SARAN

Penyakit sifilis dimasa kini sudah dapat ditangani penyakit ini tetap ada meskipun
penyebarannya sudah dapat ditekan. Setia pada satu pasangan dan tidak bergonta-ganti
pasangan adalah salah satu cara yang efektif untuk mencegah penyakit ini.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2014. Sifilis. (Online) http://id.wikipedia.org/wiki/Sifilis. Diakses pada senin 16


Maret 2015 pukul 06.35 WIB.

Anonim. 2013. Makalah Sifilis.(Online)


http://artiasofftiyani.blogspot.com/2013/10/makalah-sifilis.html. Diakses pada 16 Maret 2015
Pukul 06.50)

Hartono Olivia R, 2008. Treponema Pallidium. Fyorum Penelitian, 1 (1) : 2.

Anda mungkin juga menyukai