Laporan Diskusi Kelompok 6
Laporan Diskusi Kelompok 6
OLEH:
KELOMPOK 6
DOSEN PENGAMPU:
Drs. AFRIZAL SANO, M.Pd, Kons.
Kode etik adalah seperangkat aturan atau prinsip etika yang digunakan sebagai panduan
perilaku dan tindakan seseorang atau sekelompok orang dalam suatu profesi atau organisasi. Kode
etik juga dapat memberikan panduan tentang nilai-nilai, integritas, moralitas, dan tanggung jawab
yang harus dipegang oleh para anggota profesi atau organisasi tersebut.
Ruang lingkup kode etik guru meliputi aturan-aturan atau prinsip-prinsip etika yang harus
dipegang oleh guru dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya sebagai pendidik. Kode etik
guru bertujuan untuk memastikan bahwa para guru memiliki perilaku yang etis dan profesional, serta
untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Beberapa aspek yang dicakup oleh kode etik guru meliputi
integritas, profesionalisme, tanggung jawab terhadap murid dan masyarakat, serta prinsip-prinsip
moral yang harus dipegang oleh guru.
Ruang lingkup kode etik BK (Bimbingan dan Konseling) juga meliputi aturan-aturan atau
prinsip-prinsip etika yang harus dipegang oleh konselor atau guru BK dalam memberikan layanan
bimbingan dan konseling kepada murid. Kode etik BK bertujuan untuk memastikan bahwa konselor
atau guru BK memiliki perilaku yang etis dan profesional, serta untuk memberikan perlindungan
terhadap privasi dan kerahasiaan murid. Beberapa aspek yang dicakup oleh kode etik BK meliputi
prinsip-prinsip moral, kerahasiaan, integritas, profesionalisme, serta tanggung jawab terhadap murid
dan masyarakat.
Sanksi terhadap pelanggar kode etik dapat beragam tergantung pada tingkat pelanggaran dan
profesi atau organisasi yang bersangkutan. Sanksi yang diberikan dapat berupa teguran, pembinaan,
penundaan kenaikan pangkat, pemecatan, atau bahkan tindakan hukum jika diperlukan. Namun,
sanksi yang diberikan haruslah proporsional dan adil sesuai dengan tingkat pelanggaran dan kesalahan
yang dilakukan. Sanksi juga dapat bertujuan untuk memperbaiki perilaku dan mencegah terulangnya
pelanggaran di masa depan.
Dalam menjalankan kode etik, para anggota profesi atau organisasi harus mengetahui dan
memahami sepenuhnya isi kode etik yang berlaku, serta menerapkannya dalam setiap tindakan dan
keputusan yang diambil. Jika ada situasi yang membingungkan atau meragukan, sebaiknya segera
berkonsultasi dengan atasan atau pihak yang berwenang untuk memastikan bahwa tindakan yang
diambil sesuai dengan kode etik yang berlaku.
hal-hal apa yang termasuk ke dalam pelanggaran kode etik sehingga seorang konselor dikenakan
sanksi dan hal apa yang perlu diperhatikan agar tidak melanggar kode etik dan mengapa hal tsb harus
diperhatikan?
Jawaban oleh Nur Istiqomah A. Idrus
Hal hal yang termasuk Bentuk Pelanggaran yakni:
1. Terhadap Konseli
a. Menyebarkan/membuka rahasia konseli kepada orang yang tidak terkait dengan kepentingan
konseli.
d. Kesalahan dalam melakukan pratik profesional (prosedur, teknik, evaluasi, dan tindak lanjut).
a. Tidak mengikuti kebijakan dan aturan yang telah ditetapkan oleh organisasi profesi.
b. Mencemarkan nama baik profesi (menggunakan organisasi profesi untuk kepentingan pribadi dan
atau kelompok).
a. Melakukan tindakan yang menimbulkan konflik (penghinaan, menolak untuk bekerja sama, sikap
arogan).
b. Melakukan referal kepada pihak yang tidak memiliki keahlian sesuai dengan masalah
konseli.Konselor wajib mengkaji secara sadar tingkah laku dan perbuatannya bahwa ia mentaati kode
etik.
Konselor wajib senantiasa mengingat bahwa setiap pelanggaran terhadap kode etik akan merugikan
diri sendiri, konseli, lembaga dan pihak lain yg terkait.
Pertanyaan saya apa yang terjadi jika seorang guru atau bk melanggar kode etik yang telah
ditentukan?
Konselor wajib mematuhi kode etik profesi Bimbingan dan Konseling. Apabila
terjadi pelanggaran terhadap kode etik Profesi Bimbingan dan Konseling maka
kepadanya diberikan sangsi sebagai berikut.
4. Pencabutan lisensi.
5. Apabila berdasarkan hasil verifikasi yang dilakukan oleh dewan kode etik daerah
terbukti kebenarannya maka diterapkan sangsi sesuai dengan masalahnya
Pedoman tersebut diharapkan nantinya bisa membedakan perilaku baik atau buruk
seorang guru, memilah-milah mana saja hal yang boleh dan tidak boleh dilakukan
selama menjalankan tugas sebagai seorang pendidik. Keberadaan kode etik ini
bertujuan untuk menempatkan sosok guru sebagai pribadi yang terhormat, mulia, dan
bermartabat.
Kode etik guru sesungguhnya merupakan pedoman yang mengatur hubungan guru
dengan teman sejawat, peserta didik, pemimpin, masyarakat, dan dengan misi
tugasnya. Jalinan hubungan tersebut dilakukan untuk kepentingan perkembangan
siswa secara optimal, secara jelas hubungan itu diatur oleh kode etik.
Dalam etika hubungan guru dengan teman sejawat menuntut perilaku yang
kooperatif, mempersamakan, dan saling mendukung. Hubungan antar teman sejawat
terutama terjadi dalam bentuk konsultasi dan raferal (Onteng Sutisna, 1986:364).
Konsultasi merupakan kebiasaan untuk mengundang teman sejawat agar ikut serta
menganalisis kebutuhan peserta didik dan kemungkinan perencanaan bantuannya.
Raferal adalah proses penerusan bantuan seorang peserta didik kepada teman sejawat
yang profesional atau penyandang profesi lain yang relavan untuk membantu
pemecahan masalah dan mengembangkan diri peserta didik sesuai dengan
karakteristik permaslahan yang dihadapi.
Dalam etika hubungan guru dan peserta didik menuntut terciptanya hubungan berupa
helping relationship (Brammer, 1979), yaitu hubungan yang bersifat membantu
dengan mengupayakan terjadinya iklim belajara yang kondusif bagi perkembangan
peserta didik. Hubungan ditandai oleh adanya perilaku empati, penerimaan dan
penghargaan, kehangatan dan perhatian, keterbukaan dan ketulusan, serta kejelasan
ekspresi seorang guru.
Dalam etika hubungan guru dengan pimpinan disekolah memntut adanya rasa saling
mempercayai satu sama lainnya. Guru percaya bahwa pimpinan sekolah memberi
tugas yang dapat dikerjakannya dan setiap pekerjaan yang dilakukan pasti ada
imbalannya. Sebaliknya pimpinan sekolah mempercayakan suatu tugas kepada guru
karena keyakinan bahwa guru tersebut akan mampu melaksanakan tugasnya dengan
sebaik mungkin. Dalam hubungan guru dengan pimpinan tersebut yang terpenting
adanya pengertian dari kedua belah pihak atas konsekuensi dari beban tersebut. Guru
dan pimpinan sekolah secara bersama-sama melaksanakan tugas pendidikan.
Guru menghayati apa saja yang menjadi tugasnya. Guru selalu berupaya meningkatkan
profesionalisme dan kinerjanya. Peningkatan profesionalisme dapat dilakukan melalui
pendalaman dan mengikuti perkembangan terkini ilmu keguruan atau kependidikan, atau
dengan cara melanjutkan studi ke jenjang yang lebih tinggi, serta berpartisipasi dalam
kegiatan keprofesian yang relavan. Peningkatan kinerja dapat diawali dari mencintai profesi
pendidikan, sehingga profesi ini menjadi bagian dari hidupnya.