Anda di halaman 1dari 21

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Penyakit
1. Definisi
Gastritis adalah kondisi yang disebabkan oleh meningkatnya
asam lambung sehingga mengakibatkan inflamasi atau peradangan
pada mukosa lambung (Khanza, et al., 2017)
Menurut Hardi & Huda Amin, 2015, suatu keadaan peradangan
atau perdarahan bersifat akut, kronis, difus, atau lokal. Dua jenis
gastritis paling sering terjadi adalah superficial akut dan atrofik kronis.
Gastritis akut adalah gangguan gaster berlangsung selama
beberapa jam sampai beberapa hari dan sering kali disebabkan diet
tidak bijaksana seperti memakan makanan terinfeksi atau sering telat
makan. Penyakit ini sebagai tanda pertama infeksi sistemik akut
(Brunner & Suddarth, 2016 Hal. 1062).
2. Etiologi
Penyebab utamanya adalah bakteri Helicobacter pylori, virus
atau parasit lainnya. Meminum alkohol secara berlebihan, infeksi dari
kontaminasi makanan, penggunaan kokain dan kortikosteroid seperti
NSAID aspirin dan ibuprofen juga dapat menyebabkan terjadinya
penyakit ini. (Dewit, Stromberg & Dallred, 2016).
3. Klasifikasi
Klasifikasi menurut Yunita (2018), terbagi menjadi 2 yaitu :
a. Superfisialis Akut
Peradangan permukaan gaster akut dengan kerusakan-
kerusakan erosi. Penyebabnya bahan kimia misalnya lisol,
merokok, alkohol, obat analgetik–anti inflamasi terutama
aspirinstress fisis (trauma, gagal ginjal, combustion, sepsis),
endotoksin bakteri, refluks usus lambung dan makanan berbumbu
(lada dan cuka).

5
6

Pada superfisial akut terdapat keluhan bervariasi, kadang


tidak ada keluhan tertentu sebelumnya dan sebagian besar
mengeluh nyeri epigastrium yang tidak hebat, terkadang juga
disertai nausea dan vomitus, anoreksia, gejala yang berat seperti
nyeri epigastrium hebat, vomitus, pendarahan, dan hematemesis.
Peradangan akan mereda bila agen-agen penyebab
dihilangkan. Penatalaksanaan medis dapat diberikan dengan
pemberian obat anti mual/muntah, koreksi keseimbangan cairan
dan elektrolit IV, jika masih muntah pemberian antacid dan
penghambat H2 (ranitidine).
b. Atropik kronik
Peradangan permukaan lambung menahun, ditandai dengan
atrofi progresif epitel kelenjar yang disertai kehilangan sel parietal.
Terjadi akibat pepsin dan faktor intrinsik menurun, produksi HCl,
sehingga dinding lambung menjadi tipis, dan mukosa tidak rata.
Maag sering dihubungkan dengan tukak lambung, anemia
pernisiosa, dan kanker. Penyebab ini belum diketahui, namun
sering terjadi pada orang tua, peminum alkohol berlebih, dan
merokok (merupakan predisposisi gastritis atropik)
4. Tanda dan Gejala
Menurut (Brunner & Suddarth, 2016 Hal.1062) tanda gejala gastritsis
adalah :
a. Mual
b. Muntah
c. Anoreksia
d. Sakit kepala
e. Nyeri epigastrium
5. Patofisiologi
Gaya hidup buruk seperti mengonsumsi alkohol, merokok,
makanan pedas, asam, terlalu panas, kurang olahraga, stress dapat
menyebabkan terjadinya gastristis. Penyebab lainnya yaitu obat-
7

obatan (aspirin), zat iritan, garam empedu, helicobacter pylori. Jika


keluarga belum mengetahui gejala ini maka tidak mengenal masalah
kesehatan. Bisa jadi disebabkan kurangnya pengetahuan. Namun
ketika mengabaikan tindakan keperawatan seharusnya dilakukan
berarti belum mampu menentukan tindakan.
Jika ada salah satu anggota keluarga sakit maag, dan anggota
keluarga yang lain tahu tentang penanganannya yaitu menghindari
faktor pencetus seperti makanan pedas, asam dan merangsang
lambung namun belum dilakukan akan muncul masalah
ketidakmampuan dalam merawat anggota sakit, hal ini mungkin
disebabkan karena keluarga tidak mampu dalam memanfaatkan
fasilitas pelayanan kesehatan.
Banyak hal dapat dilakukan untuk mengatasi gastritis seperti
memanfaatkan lingkungan rumah sebagai lahan tanaman obat
tradisional (kunyit), olahraga teratur, refreshing agar terhindar dari
stress (Arif Mutaqin & Kumala Sari, 2013 Hal. 81).
6. Komplikasi
Komplikasi gastritis menurut (Lucia 2020) yaitu:
Gastritis akut ialah, perdarahan saluran cerna bagian atas
menyebabkan kematian, terjadi ulkus jika prosesnya hebat dan jarang
terjadi perforasi.
Gastritis kronik ialah, perdarahan, anemia pernisiosa, dan
kanker lambung. Perdarahan terjadi ketika mukosa gaster terkikis,
perdarahan umumnya terjadi pada klien yang mengkonsumsi alkohol,
aspirin, atau NSAID.
Komplikasi lain mungkin terjadi hilangnya kemampuan gaster
untuk mengeluarkan faktor intrinsik, mengakibatkan malabsorbsi
vitamin B12, dan dipastikan dengan tes Schilling. Kanker lambung
mungkin dicurigai pada penderita yang tidak sembuh dengan terapi.
7. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang menurut Amin dan Hardhi (2016) antara lain:
8

a. Endoskopi
Endoskopi saluran cerna bagian atas, dengan tes ini dapat terlihat
tidak normalnya pada saluran cerna bagian atas.
b. Pemeriksaan Feses
Untuk memeriksa apakah terdapat Helicobacter pylori dalam feses.
Hasil positif dapat mengidentifikasi terjadinya infeksi.
c. Pemeriksaan Darah
Digunakan untuk memeriksa adanya antibodi Helicobacter pylori
dalam darah. Hasil tes positif menunjukkan pasien pernah kontak
dengan bakteri pada suatu waktu dalam hidupnya, tetapi tidak
menunjukkan bahwa pasien tersebut terkena infeksi.
d. Rontgen
Rontgen saluran cerna bagian atas, untuk melihat adanya tanda–
tanda gastritis atau penyakit pencernaan lainnya. Biasanya diminta
menelan cairan barium terlebih dahulu sebelum dilakukan rontgen.
8. Penatalaksanaan
Menurut Bruner & Suddarth, 2016 Hal.1062 penatalaksanaan penyakit
gastritis yaitu:
a. Gastritis akut
Dapat diatasi dengan menginstrusikan untuk menghindari
alkohol dan makanan sampai gejala berkurang. Bila pasien mampu
makan melalui mulut, diet mengandung gizi dianjurkan. Bila gejala
menetap, cairan perlu diberikan secara parenteral, jika terjadi
perdarahan maka penatalaksanaannya yaitu dengan prosedur yang
dilakukan untuk hemoragi saluran gastrointestinal atas.
b. Gastritis Kronik
Biasanya dilakukan pencegahan dengan memodifikasi diet
pasien, meningkatkan istirahat, mengurangi stres, dan memulai
farmakoterapi. Helicobacter pylory dapat diatasi dengan antibiotik.
9

B. Konsep Keluarga
1. Pengertian
Keluarga adalah sekumpulan orang dengan ikatan perkawinan,
kelahiran, dan adopsi bertujuan menciptakan, mempertahankan
budaya, dan meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional,
serta sosial dari tiap anggota. (Setiawan, 2016)
Menurut Zakaria, 2017, yaitu dua orang atau lebih disatukan
oleh ikatan-ikatan kebersamaan, emosional dan mengidentifikasian
diri mereka sebagai bagian dari keluarga.
Sedangkan menurut Depkes RI tahun 2016, adalah unit terkecil
masyarakat terdiri dari kepala keluarga dan beberapa orang yang
terkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah satu atap dalam
keadaan saling kebergantungan.
2. Ciri-ciri Keluarga
Ada beberapa ciri-ciri menurut (Padila, Hal. 37) yaitu :
a. Merupakan suatu hubungan perkawinan.
b. Suatu bentuk kelembagaan berkaitan dengan hubungan perkawinan
sengaja dibentuk dan dipelihara
c. Mempunyai suatu system tata nama (Nomen Clatur) termasuk
perhitungan garis keturunan.
d. Memiliki fungsi ekonomi dibentuk oleh anggota-anggotanya
berkaitan dengan kemampuan mempunyai keturunan dan
membesarkan anak.
e. Merupakan tempat tinggal bersama, rumah atau rumah tangga
3. Tipe-tipe Keluarga
Menurut (Padila, 2012 Hal. 38) terdapat berbagai macam tipe, yaitu
menjadi tradisional dan non tradisional, yaitu :
a. Tipe tradisional
1) Nuclear family adalah suatu rumah tangga terdiri dari suami,
istri dan anak kandung atau anak adopsi.
2) Extended family adalah keluarga inti ditambah dengan anggota
10

lainya yang mempunyai hubungan darah, misalnya kakek,


nenek, bibi dan paman.
3) Dyad family terdiri dari suami dan istri tinggal dalam satu
rumah tanpa anak.
4) Single parent family terdiri dari satu orang tua dan anak
(kandung atau angkat). Kondisi ini dapat disebabkan oleh
perceraian atau kematian.
5) Single adult yaitu satu rumah tangga terdiri dari satu orang
dewasa.
6) Elderly family terdiri dari suami dan istri sudah lanjut usia.
b. Tipe non-tradisional
1) Communy family terdiri satu keluarga tanpa pertalian darah,
hidup dalam satu rumah.
2) Orang tua (ayah, ibu) yang tidak ada ikatan perkawinan dan
anak hidup bersama dalam satu rumah tangga.
3) Homo seksual dan lesbian adalah dua individu sejenis hidup
bersama dalam satu rumah dan berperilaku layaknya suami
istri.
4. Fungsi Keluarga
Fungsi keluarga menurut (Nadirawati 2018) sebagai berikut:
a. Afektif dan koping; memberikan kenyamanan emosional,
membantu membentuk identitas, dan mempertahankan saat terjadi
stress pada anggota keluarga.
b. Sosialisasi; sebagai guru, menanamkan kepercayaan, nilai, sikap,
mekanisme koping, memberikan feedback dan saran dalam
penyelesaian masalah.
c. Reproduksi; melanjutkan garis keturunannya dengan melahirkan
anak.
d. Ekonomi; memberikan finansial anggota keluarga dan kepentingan
di masyarakat.
11

e. Pemeliharaan kesehatan; sebagai keamanan dan kenyamanan


lingkungan¸ dibutuhkan untuk pertumbuhan, perkembangan dan
istirahat juga penyembuhan dari sakit.
5. Tugas-tugas keluarga
Menurut Padila, 2012 Hal. 37, tugas-tugasnya adalah :
a. Pemeliharaan fisik keluarga dan para anggotanya.
b. Pemeliharaan sumber-sumber daya yang ada dalam keluarga.
c. Pembagian tugas masing-masing anggotanya sesuai dengan
kedudukannya masing-masing.
d. Sosialisasi antar anggota keluarga.
e. Pengaturan jumlah anggotanya.
f. Pemeliharaan ketertiban.
g. Membangkitkan dorongan dan semangat para anggotanya.
6. Tugas-tugas Perkembangan Keluarga
Tugas-tugas perkembangan menurut (Ruwiyani 2019):
a. Tahap I : Pasangan Baru (beginning family)
Pembentukan pasangan menandakan pemulaan suatu
keluarga baru/tahap pernikahan. Tugas perkembangan tahap I
membentuk pernikahan yang memuaskan bagi satu sama lain,
berhubungan secara harmonis dengan jaringan kekerabatan dan
perencanaan.
b. Tahap II : Kelahiran Anak Pertama (childbearing family)
Mulai dengan kelahiran anak pertama, berlanjut sampai
bayi berusia 30 bulan. Transisi ke masa menjadi orang tua salah
satu kunci dalam siklus kehidupan. Tugas perkembangan disini
adalah setelah hadirnya anak pertama. Suami, istri, dan anak harus
memepelajari peran barunya, sementara unit inti mengalami
pengembangan fungsi dan tanggung jawab.
12

c. Tahap III : Anak Prasekolah (families with preschool)


Siklus dimulai ketika anak pertama berusia 2½ tahun dan
diakhiri ketika anak berusia 5 tahun. Saat ini terdiri dari tiga
sampai lima orang, dengan posisi pasangan suami-ayah, istri-ibu,
putra-saudara laki-laki, dan putri-saudara perempuan.
Perkembangan saat ini berkembang baik secara jumlah maupun
kompleksitas. Kebutuhan anak prasekolah dan anak kecil lainnya
mengekplorasi dunia di sekitar mereka, dan jarak adekuat menjadi
masalah utama.
d. Tahap IV : Anak Sekolah (families with schoolchildren)
Tahap ini dimulai ketika anak pertama memasuki sekolah
dalam waktu penuh, pada usia 5 tahun, dan diakhiri ketika ia
mencapai pubertas, sekitar 13 tahun. Tugas perkembangan pada
tahap ini mensosialisasikan anak-anak, meningkatkan prestasi
sekolah dan mempertahankan hubungan pernikahan.
e. Tahap V : Anak Remaja (families with teenagers)
Ketika anak pertama berusia 13 tahun, tahap ini
berlangsung selama enam atau tujuh tahun. Tujuan utama tahap
anak remaja melonggarkan ikatan keluarga untuk memberikan
tanggung jawab dan kebebasan remaja lebih besar dalam
mempersiapkan diri menjadi seorang dewasa muda. Tugas
perkembangan tahap ini menyeimbangkan kebebasan dan
bertanggung jawab dengan kematangan remaja. Bagi orang tua
memfokuskan kembali hubungan pernikahan mereka. Sedangkan
tugas perkembangan terutama orang tua dan anak remaja,
berkomunikasi secara terbuka satu sama lain.
f. Tahap VI : Melepaskan Anak Dewasa Muda (launching
centerfamilies)
Ditandai dengan perginya anak pertama dari rumah orang
tua berakhir dengan “kosongnya rumah”, berlangsung cukup
13

singkat atau lama, bergantung pada jumlah anak dalam keluarga


atau jika anak yang belum menikah tetap tinggal di rumah setelah
mereka menyelesaikan SMU atau kuliahnya. Tugas perkembangan
pada tahap ini membantu anak tertua untuk terjun ke dunia luar,
orang tua terlibat dengan anak terkecilnya, membantu mereka
menjadi mandiri.
g. Tahap VII : Orang Tua Paruh Baya (middle age families)
Tahap ini merupakan masa pertengahan bagi orang tua,
dimulai ketika anak terakhir meninggalkan rumah dan berakhir
dengan pensiun atau kematian salah satu pasangan. Dimulai ketika
orang tua berusia sekitar 45 tahun sampai 55 tahun dan berakhir
dengan persiunannya pasangan. Tugas perkembangan pada tahap
ini memprogramkan kembali untuk bersiap-siap hidup dalam
kesepian dan sebagai pendorong anak mereka yang sedang
berkembang untuk lebih mandiri serta menciptakan lingkungan
sehat.
h. Tahap VIII : Lansia dan Pensiun
Perkembangan ini dimulai pada saat pensiunan salah satu
atau kedua pasangan, berlanjut sampai kehilangan salah satu
pasangan, dan berakhir dengan kematian pasangan yang lain.
Tugas perkembangan pada tahap terakhir mempertahankan
penataan kehidupan memuaskan dan kembali kerumah setelah
individu pensiun/ berhenti bekerja dapat menjadi problematik.
7. Struktur Keluarga
Beberapa struktur keluarga menurut (Maria, 2017 Hal.25), yaitu :
a. Berdasarkan jalur hubungan darah
1) Patrineal
Keluarga sedarah terdiri atas beberapa generasi dimana alur
keturunan berasal dari pihak garis ayah.
2) Matrineal
Keluarga sedarah terdiri atas beberapa generasi dimana alur
14

keturunan berasal dari pihak garis ibu.

b. Berdasarkan dominasi keberadaan tempat tinggal


1) Patrilokal
Pasangan yang menetap atau tinggal bersama saudara sedarah
dari pihak suami.
2) Matrilokal
Pasangan yang menetap atau tinggal bersama saudara sedarah
dari pihak istri.
c. Berdasarkan dominasi pengambilan keputusan
1) Patriakal
Pengambilan keputusan dilakukan pihak suami.
2) Matriakal
Pihak istri mendominasi pengambilan keputusan.
3) Equalitarium
Pengambilan keputusan berdasarkan pihak bersama
8. Tugas Keluarga di Bidang Kesehatan
Menurut Ruwiyani (2019) tugas keluarga di bidang kesehatan
diantaranya:
a. Mengenal masalah kesehatan
Kesehatan merupakan kebutuhan tidak boleh diabaikan, orang tua
perlu mengenal keadaan kesehatan dan perubahan-perubahan
dialami anggota keluarga. Perubahan sekecil apapun secara tidak
langsung akan menjadi perhatian. Apabila menyadari adanya
perubahan, perlu mengkaji perubahan dan berapa besar
perubahannya. Sejauh mana mengetahui dan mengenal fakta-fakta
dari masalah kesehatan meliputi pengertian, tanda dan gejala faktor
penyebab dan persepsi terhadap masalah.
b. Membuat keputusan tindakan kesehatan yang tepat
Sebelum membuat keputusan tepat mengenai masalah kesehatan,
15

perawat harus dapat mengkaji keadaan keluarga tersebut agar dapat


memfasilitasi dalam membuat keputusan. Berikut ini hal-hal harus
dikaji oleh perawat :
1) Sejauh mana kemampuan mengerti mengenai sifat dan luasnya
masalah.
2) Merasakan adanya masalah kesehatan atau tidak.
3) Merasa menyerah terhadap masalah.
4) Merasa takut akan akibat penyakit.
5) Mempunyai sikap negatif terhadap masalah kesehatan.
6) Dapat menjangkau fasilitas kesehatan.
7) Kurang percaya terhadap tenaga kesehatan.
8) Mendapat informasi yang salah terhadap tindakan dalam
mengatasi masalah
c. Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit.
Ketika memberikan perawatan, hal-hal yang perlu dilakukan
sebagai berikut:
1) Mengkaji keadaan penyakitnya (sifat, penyebaran, komplikasi,
prognosis dan perawatannya)
2) Sifat dan perkembangan perawatan
3) Keberadaan fasilitas diperlukan untuk perawatan
4) Sumber-sumber (bertanggung jawab, sumber keuangan atau
finansial, fasilitas fisik, psikososial)
5) Sikap keluarga terhadap yang sakit
d. Memodifikasi lingkungan atau menciptakan suasana rumah sehat
Hal-hal untuk memodifikasi lingkungan atau menciptakan suasana
rumah sehat, sebagai berikut:
1) Sumber-sumber yang dimiliki
2) Keuntungan atau manfaat pemeliharaan lingkungan
3) Pentingnya higiene sanitasi
4) Upaya pencegahan penyakit
5) Sikap atau pandangan terhadap higiene sanitasi
16

6) Kekompakan antar anggota keluarga

e. Merujuk pada fasilitas kesehatan masyarakat


Ketika merujuk ke fasilitas kesehatan, yaitu:
1) Keberadaan fasilitas
2) Keuntungan-keuntungan diperoleh dari fasilitas kesehatan
3) Tingkat kepercayaan terhadap petugas dan fasilitas kesehatan
C. Asuhan Keperawatan
1. Pengertian
Asuhan keperawatan keluarga merupakan proses kompleks
menggunakan pendekatan sistematis untuk bekerja sama dengan
individu-individu sebagai keluarga. Tahapannya meliputi pengkajian,
perumusan diagnosa keperawatan, penyusunan perencanaan,
perencanaan asuhan dan penilaian (Padila, 2012 Hal. 27)
2. Pengkajian
Menurut (Andarmoyo, 2012) data yang perlu dikumpulkan dalam
pengkajian yaitu:
a. DataUmum
1) Nama (KK)
2) Alamat
3) Pekerjaan
4) Pendidikan
5) Komposisi dan genogram
a) Komposisi
Identitas anggota seperti nama, jenis kelamin, hubungan
dengan kepala keluarga, umur, alamat, pendidikan dan lain-
lain.
17

b) Genogram
Tabel 2 1 Simbol Genogram menurut (Achjar, 2012, Hal.15)

Laki-laki Perempuan Meninggal

Menikah Pisah Cerai

Anak angkat Aborsi Kembar

Tinggal serumah Tidak menikah Klien sakit

6) Tipe
Menjelaskan mengenai jenis/tipe keluarga beserta kendala atau
masalah-masalah dengan jenis/tipe tersebut.
7) Suku Bangsa
Mengkaji asal suku bangsa keluarga dan mengidentifikasi
18

budaya suku bangsa tersebut.


8) Agama
Mengkaji agama yang dianut.
9) Status Ekonomi Sosial
Status sosial ekonomi ditentukan oleh pendapatan baik dari
kepala keluarga maupun anggota lainnya. Selain itu dapat
ditentukan dengan kebutuhan-kebutuhan dan barang-barang
keluarga.
10) Aktivitas Rekreasi
Rekreasi tidak dilihat dari kapan saja seperti pergi bersama-
sama mengunjungi tempat rekreasi tertentu, namun dengan
menonton televisi dan mendengarkan radio juga merupakan
aktivitas rekreasi.
b. Riwayat dan tahap perkembangan
1) Tahap perkembangan saat ini
Data ini ditentukan oleh anak tertua dari nuclear family.
2) Tahap yang belum terpenuhi
Data ini menjelaskan mengenai tugas apa saja yang belum
terpenuhi dan mengapa belum terpenuhi.
3) Riwayat keluarga inti
Menjelaskan mengenai penyakit keturunan, riwayat kesehatan
masing-masing anggota, status imunisasi, sumber kesehatan, dan
pengalamannya menggunakan pelayanan kesehatan.
4) Riwayat penyakit keluarga sebelumnya
Riwayat penyakit keturunan, menular, dan kebiasaan/gaya hidup
mempengaruhi kesehatan.
c. Lingkungan
Menurut (Andarmoyo, 2012) pengkajian lingkungan adalah:
1) Karakteristik rumah
Mengidentifikasi dengan melihat luas rumah, tipe rumah, jumlah
ruangan, jumlah jendela, jarak septictank dengan sumber air,
19

sumber air minum serta dilengkapi dengan denah rumah.


2) Karakteristik tetangga
Menjelaskan mengenai karakteristik dari tetangga dan
komunitas setempat meliputi kebiasaan, lingkungan fisik, aturan
atau kesepakatan penduduk setempat dan budaya setempat.
3) Mobilitas geografis
Ditentukan dengan melihat kebiasaan berpindah tempat.
4) Perkumpulan dan interaksi sosial dengan masyarakat
Menjelaskan mengenai waktu untuk berkumpul dan sejauh mana
interaksi dengan masyarakat.
d. Struktur Keluarga
1) Pola komunikasi antar keluarga
Menjelaskan tentang cara dalam berkomunikasi, hal apa yang
dapat memengaruhi komunikasi, siapa pengambil keputusan
utama, dan bagaimana peran anggota dalam menciptakan
komunikasi.
2) Sumber kekuatan
Kemampuan dalam memengaruhi dan mengendalikan anggota
keluarga untuk mengubah perilaku kesehatan.
3) Nilai dan norma
Hal-hal yang dipelajari dan dianut yaitu tentang kesehatan,
sehingga perawat mudah dalam memperoleh gambaran akan
tindakan keperawatan.
e. Fungsi Keluarga
1) Afektif
Perasaan memiliki, dukungan, kehangatan kasih sayang, saling
menghargai, dan saling memiliki.
2) Sosialisasi
Interaksi dan hubungan dengan anggota keluarga, proses dalam
mendidik anak, disiplin, norma, budaya, perilaku.
3) Perawatan kesehatan
20

Mengenal masalah kesehatan, mengambil keputusan tindakan


kesehatan, merawat anggota yang sakit, memelihara lingkungan
sehat, dan menggunakan fasilitas kesehatan masyarakat.
4) Reproduksi
Bagaimana untuk merencanakan jumlah anak, hubungan seksual
suami istri, masalah yang muncul jika ada.
5) Ekonomi
Kemampuan memenuhi sandang, pangan, papan, menabung,
kemampuan peningkatan status kesehatan.
f. Stres dan koping
Meliputi stressor jangka panjang dan stressor jangka pendek,
respon terhadap stres, strategi koping, dan strategi adaptasi
fungsional
g. Pemeriksaan fisik
Semua anggota keluarga diperiksa secara lengkap seperti prosedur
pemeriksaan fisik ditempat pelayanan kesehatan. Seperti inspeksi,
palpasi, perkusi, maupun auskultasi dari ujung kepala sampai ujung
kaki (head to toe).
h. Harapan
Pada akhir pengkajian perawat menanyakan harapan terhadap
petugas kesehatan atau sarana pelayanan kesehatan.
3. Analisa Data
Apabila data sudah diolah maka akan muncul masalah atau
kesenjangan yang dihadapi oleh masyarakat sehingga diketahui
masalah kesehatan atau masalah keperawatan.
4. Diagnosa Keperawatan
Dirumuskan berdasarkan data pada pengkajian terdiri dari
masalah keperawatan dengan individu dalam keluarga yang sakit
berhubungan dengan etiologi berasal dari pengkajian (Andarmoyo,
2012).
Tipologi dari diagnosa keperawatan keluarga terdiri dari aktual
21

(terjadi defisit/gangguan kesehatan), risiko (ancaman kesehatan) dan


keadaan sejahtera (wellness).

Penulisan diagnosa keperawatan:


a. Aktual
Dirumuskan apabila terjadi defisit/gangguan kesehatan dari data
pengkajian didapat data mengenai tanda dan gejala gangguan
kesehatan.
b. Risiko (ancaman)
Apabila ditemukan data menunjang namun belum terjadi gangguan,
misalnya lingkungan rumah kurang bersih, pola makan tidak
adekuat, stimulasi tumbuh kembang tidak adekuat dan lain
sebagainya.
c. Sejahtera (potensial)
Suatu keadaan dimana keluarga dalam kondisi sejahtera sehingga
kesehatan dapat di tingkatkan. Khusus diagnosa ini boleh
menggunakan/tidak menggunakan etiologi. Setelah seluruh
diagnosa keperawatan ditetapkan sesuai prioritas, maka selanjutnya
dikaji tingkat kemandiriannya. Pada beberapa keluarga mungkin
terdapat lebih dari satu diagnosa, oleh sebab itu perawat beserta
keluarga membuat prioritas masalah dengan skala perhitungan
sebagai berikut:
Tabel 2 2 Tabel Scoring
Kriteria Skor Bobot
1. Sifat masalah
a. Aktual (tidak/kurang sehat) 3 1
b. Ancaman kesehatan 2
c. Keadaan sejahtera 1
2. Kemungkinan masalah dapat
diubah 2
a. Mudah 1 2
b. Sebagian 1
22

c.Tidak dapat
3. Potensi masalah untuk dicegah
a.Tinggi 3 1
b.Cukup 2
c.Rendah 1

Cara melakukan skoring menurut Padila (2012 Hal.76) adalah:


1) Tentukan skor untuk setiap kriteria.
2) Skor dibagi dengan angka tertinggi dan kalikan dengan bobot.
3) Jumlah skor untuk semua kriteria.
4) Tentukan skor, nilai tertinggi menentukan urutan nomor
diagnosa keperawatan keluarga.
Diagnosa keperawatan yang mungkin mucul, menurut SDKI 2018
(Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia)
a. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan ketidakmampuan
keluarga mengenal masalah kesehatan (D.0111).
b. Koping keluarga tidak efektif berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan (D.0096).
c. Ketidakpatuhan diit berhubungan dengan ketidakmampuan
keluarga merawat anggota yang sakit (D.0114).
d. Manajemen kesehatan tidak efektif berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga memelihara atau memodifikasi
lingkungan (D.0116).
e. Ketidakmampuan koping keluarga berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga memanfaatkan fasilitas yang ada
(D.0093).
5. Intervensi Keperawatan
Perencanaan keperawatan keluarga mencakup tujuan umum dan
khusus didasarkan pada masalah dengan kriteria dan standar mengacu
pada penyebab.
Intervensi diagnosa keperawatan menurut SIKI 2018 (Standar
Intervensi Keperawatan Indonesia)
23

a. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan ketidakmampuan


keluarga mengenal masalah kesehatan (D.0111)
Intervensi (SIKI : I.12383) :
1) Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi.
2) Identifikasi faktor-faktor yang dapat meningkatkan dan
menurunkan motivasi hidup bersih dan sehat.
3) Berikan penjelasan tentang gastritis menggunakan leaflet/buku
lipat.
4) Berikan pendidikan kesehatan mengenai manajemen nyeri
secara non farmakologi menggunakan teknik relaksasi otot
progresif.
5) Ajarkan untuk melakukan perilaku hidup sehat dengan
menjaga pola makan teratur.
b. Koping keluarga tidak efektif berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan (D.0096).
Intervensi (SIKI : I.09265) :
1) Pengambilan keputusan secara kolaboratif.
2) Motivasi mengungkapkan tujuan perawatan.
3) Berikan informasi yang diminta pasien.
4) Hormati hak pasien untuk menerima/menolak informasi.
c. Ketidakpatuhan diit berhubungan dengan ketidakmampuan
keluarga merawat anggota yang sakit (D.0114).
Intervensi (SIKI : I.12369) :
1) Identifikasi persepsi pasien dan keluarga tentang diet yang
diprogramkan.
2) Berikan kesempatan bertanya.
3) Jelaskan tujuan kepatuhan diet terhadap kesehatan.
4) Informasikan makanan yang diperbolehkan dan dilarang.
d. Manajemen kesehatan tidak efektif berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga memelihara atau memodifikasi
lingkungan (D.0116).
24

Intervensi (SIKI : I.13477) :


1) Identifikasi kebutuhan dan harapan keluarga tentang kesehatan.

2) Identifikasi tindakan yang dapat dilakukan.

3) Gunakan sarana dan fasilitas yang ada.

4) Anjurkan menggunakan fasilitas kesehatan..

e. Ketidakmampuan koping keluarga berhubungan dengan


ketidakmampuan keluarga memanfaatkan fasilitas yang ada
(D.0093).
Intervensi (SIKI : I.09260) :
1) Diskusikan rencana medis dan perawatan.
2) Fasilitasi memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan peralatan
yang diperlukan untuk mempertahankan keputusan perawatan
pasien.
3) Hargai dan dukung mekanisme koping adaktif.
4) Informasikan fasilitas perawatan kesehatan yang tersedia.
6. Implementasi Keperawatan
Implementasi adalah tahap ketika perawat mengaplikasikan
rencana asuhan keperawatan kedalam bentuk intervensi keperawatan
guna membantu klien dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Perawat melaksanakan tindakan keperawatan untuk intervensi
disusun dalam tahap perencanaan dan kemudian mengakhiri tahap
implementasi dengan mencatat keperawatan dan respon klien terhadap
tindakan tersebut.
7. Evaluasi
Evaluasi adalah proses berkelanjutan yaitu suatu proses
digunakan untuk mengukur dan memonitor kondisi klien dengan
membandingkan hasil tindakan yang telah dilakukan dengan kriteria
hasil.
25

D. Pathway

Stress, Zat kimia,


Perdarahan gaster Helicobacter
Makanan yang pedas,
pylori
panas, asam

Risiko Hematemeis, Merusak


Gastritis akut kekurangan Melena mukosa
volume cairan lambung
(fundus)
Krisis situasi
Peningkatan Penurunan
ancaman
produksi HCI produksi Tidak mengetahui
kematian Gastritis kronis
mukus oleh sel penyakit dan cara
kolumner penanganannya

Anoreksia, mual, muntah Cemas Perubahan sel/


dequamasi
Ketidakmampuan
Pengelupasan keluarga dalam
Terjadi kontak Risiko nutrisi sel mukosa merawat anggota Kurang
HCI dengan kurang dari lambung keluarganya yang Pengetahuan Destruksi
mukosa kebutuhan sakit kelenjar
lambung tubuh
Ketidakmampuan
keluarga Metaplasia
Keluarga tidak Erosi mengenal masalah (Pergantian
Nyeri
melakukan mukosa
tindakan lambung yang
lebih kuat)
Kurang pengalaman Tidak memelihara
terhadap lingkungan
Ketidakmampuan pengobatan pada
keluarga Penurunan elastisitas
tenaga kesehatan
mengambil mukosa lambung
keputusan Ketidakmampuan
keluarga
memodifikasi
Ketidakmampuan
keluarga lingkungan
memanfaatkan
fasilitas kesehatan

Gambar 2,1 Pathway masalah keperawatan gastritis pada keluarga


Dikembangkan oleh Arif Mutaqin & Kumala Sari (2013)

Anda mungkin juga menyukai