KAK Intensifikasi Lahan
KAK Intensifikasi Lahan
PEKERJAAN :
PAKET INTENSIFIKASI LAHAN LANJUTAN (T+2) DI KIMTRANS
TANJUNG SATAI SP.3
LOKASI :
KIMTRANS TANJUNG SATAI SP.3
KECAMATAN PULAU MAYA
SUMBER DANA :
APBN-TP
1
BAB I
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Sesuai dengan undang-undang R.I. Nomor 15 Tahun 1997 sebagimana telah
diubah dengan undang-undang R.I. Nomor 29 Tahun 2009 tentang Ketransmigrasian
Upaya untuk meningkatkan kesejahteraan transmigran, pemerintah telah
memberikan berbagai input bantuan tidak hanya sebatas membangun sarana dan
prasarana permukiman, pelayanan pemindahan dan penempatan, pelayanan sosial
dan budaya, juga memberikan bantuan sarana dan prasarana usaha guna menunjang
kehidupan transmigran di tempat baru. Berbagai jenis bantuan seperti tersebut
diatas, sebagian diberikan sejak calon transmigran berada di daerah pengirim sampai
transmigran tiba dilokasi transmigrasi dan mendapatkan pembinaan selama-lamanya
5 tahun. Bantuan-bantuan tersebut bersifat subsidi dari pemerintah, yang
diantaranya bantuan Sarana Produksi Pertanian bagi masyaraat di permukiman
Transmigrasi.
2
Terlaksanya pemberian bantuan Pengembangan Usaha Tani Tanaman Pangan
dengan tepat waktu, tepat jumlah, tept mutu, tepat jenis, tepat tempat/penggunaan
dan tepat harga (6 tepat), dalam rangka mendukung usaha tani masyarakat di
permukiman transmigrasi.
4. LOKASI KEGIATAN
Lokasi pelaksanaan pekerjaan Paket Intensifikasi Lahan Lanjutan (T+2) di
Kimtrans Tanjung Satai Sp.3 terletak di Desa Tanjung Satai Sp.3 Kecamatan Pulau
Maya Kabupaten Kayong Utara.
5. SUMBER PENDANAAN
Sumber pendanaan pekerjaan ini bersumber dari dana APBN Tugas
Pembantuan Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi
Direktorat Jenderal Pengembangan Kawasan Transmigrasi pada Dinas Sosial, tenaga
Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Kayong Utara.
9. LINGKUP PEKERJAAN
a. Pengadaan Paket Intensifikasi Lahan Lanjutan (T+2) di Kimtrans Tanjung Satai
Sp.3 antara lain :
1. Pengadaan Benih/Bibit
- Benih Padi
- Benih Jagung Hibrida
- Benih Timun
- Benih Cabe Rawit
- Benih Kacang Panjang
- Benih Sawi
- Benih Terong
- Benih Tomat
- Bibit Jambu Bangkok Merah/Getas
- Bibit Rambutan
2. Pengadaan Pupuk
- Pengadaan Pupuk NPK 15-15-15
- Kapur Dolomit
3. Pengadaan Pestisida
- Pengadaan Insektisida
3
- Pengadaan Fungisida
- Pengadaan Rodentisida
- Pengadaan Herbisida
4
sewa/kerjasama ataupun kepemilikan yang menyatakan akan mendukung
kegiatan tersebut yang masih berlaku;
12) Surat pernyataan dukungan memiliki gudang penyimpanan sementara
dengan melampirkan izin Tanda Daftar Gudang (TDG) /izin Mendirikan
Gudang (IMB);
13) Bagian pekerjaan yang akan disubkontrakan.
11. PERALATAN
Surat dukungan transportasi darat (pick up/truk) yang dibuktikan dengan fotocopy
STNK, BPKB dan Buku KIR Kendaraan dan Transportasi air (sungai) yang
dbuktikan dengan izin operasional angkutan air (baik sewa/kerjasama ataupun
kepemilikan yang menyatakan akan mendukung kegiatan tersebut yang masih
berlaku untuk pelaksanaan pekerjaan ini antara lain :
a. Dukungan 1 Unit Mobil Pick Up/Truck
b. Dukungan 1 Unit Motor Air
c. 2 Unit Gerobak Dorong
5
BAB II
PRINSIP DAN JENIS BANTUAN SARANA PRODUKSI
DALAM PROGRAM TRANSMIGRASI
A. Prinsip-Prinsip
1. Pemberian sarana produksi pertanian harus 6 TEPAT yaitu Tepat Waktu : pemberian
Pengembangan Usaha Tani Tanaman Pangan harus memperhatikan musim tanam,
keterlambatan pemberian sarana produksi berakibat pada pertumbuhan tanaman
yang kurang optimal. Tepat Jumlah : diberikan dalam jumlah dan komposisi sesuai
yang dibutuhkan dalam proses produksi dan pasca panen/pengelolaan hasil. Ketidak
tepatan komposisi sarana produksi akan mengakibatkan hasil produksi tidak optimal.
Tepat Mutu : Harus memenuhi persyaratan kualitas untuk usaha tani yaitu secara
genetik merupakan varietas unggul dengan kualitas daya kecambah, kemurnian
benih yang tinggi dan bersertifikat dengan masatanam yang belum kadaluarsa.
Kualitas sarana produksi yang rendah akan mengakibatkan produktifitas usaha tani
rendah. Tepat Jenis : Pemberian harus sesuai jenisnya dengan yang dibutuhkan
dalam proses produksi, pasca panen/pengolahan hasil, misalnya varietas sayuran
dataran rendah diberikan untuk dataran tinggi, sehingga hasilnya tidak optimal.
Tepat Tempat : Pemberian sarana produksi harus sesuai dengan sasaran lokasi.
Tepat Harga : Harga satuan dari sprotan harus mengacu kepada harga satuan yang
berlaku, harus didasarkan pada ketepatan penggunaan biaya yang sehemat mungkin
dan tidak merugikan negara.
B. Jenis Bantuan Sarana Produksi Pertanian
Pada dasarnya bantuan sarana produksi pertanian bagi transmigran dapat
dikategorikan menjadi 2 (dua), yaitu sarana produksi pertanian standard dan sarana
produksi pertanian non standard.
1. Sarana Produksi Pertanian Standard
Sarana produksi standard diberikan pada awal kedatangan transmigran sebagai
Paket A (T+1), kemudian tahun kedua dilanjutkan dengan Paket B (T+2), dan tahun
ketiga paket C (T+3). Bantuan sarana produksi kepada transmigran untuk usaha
taninya, sebagai bantuan pemenuhan kewajiban pemerintah pada masa
pembinaannya. Sarana produksi stndard diberikan kepada setiap transmigrasi secara
merata pada tahun pertma, kedua dan ketiga sejak penempatan.
Pemberian bantuan sarana produksi pertanian standard kepada transmigran
dimaksudkan untuk membantu mereka dalam upaya memenuhi kebutuhan
pengembangan usaha pada awal penempatan di lokasi baru. Dengan adanya
bantuana tersebut diharapkan dalam waktu yang tidak terlalu lama (sesuai tahapan
binaan) mereka mampu memenuhi kebutuhannya secara mandiri.
6
2. Sarana Produksi Pertanian Non-Standard
Sarana produksi pertanian non standard adalah pemenuhan kebutuhan sarana
produksi pertanian yang diberikan sebagai akibat dari belum mampunya
transmigran memenuhi sarana produksi untuk pengembangan usahanya.
Bantuan ini dapat diberikan untuk hal-hal khusus/selektif secara individu atau
kelompok atau melalui kelembagaan yang ada sudah diserahkan di kawasan Eks
Trans/KTM. Pemberian secara individu dimaksudkan dalam rangka meningkatkan
kehidupan keluarganya dan sebagai insentif akibat keberhasilan individu agar
mendorong individu yang lain ikut lebih berprestasi. Apabila disepakati dalam
musyawarah masyarakat transmigrasi, jenis dan volume produksi dapat berbeda
masing-masing individu, misalnya karena perbedaan waktu penempatan, luasan
lahan yang dapat diolah oleh masing-masing keluarga yang berbeda-beda dan
sebagainya.
Pemberian secara kelompok bilamana sekelompok anggota masyarakat telah
melakukan usaha bersama, misalnya Kelompok Tani, PKK, Karang Taruna, atau
Koperasi yang merencanakan suatu program bersama. Untuk itu kelompok harus
dapat menyusun usulan program yang mampu menunjukkan kelayakan program
subsidi sarana produksi.
7
BAB III
SARANA PRODUKSI PERTANIAN STANDARD
2. Paket B
a. Diberikan masing-masing Kepala Keluarga Transmigran tahun ke-2 setelah
Transmigran ditempatkan pada permukiman transmigrasi pola Transmigrasi
Umum Tanaman Pangan Lahan Basah (TU-LB) dan Lahan Kering (TU-LK), pola
Perkebunan, pola nelayan/Tambak (T+2).
8
b. Diberikan guna pengembangan lahan usaha I seluas 0,75 ha, oleh kerena itu lahan
usaha I harus sudah dibagi dan dibuka.
c. Paket B terdiri dari : benih tanaman pangan/palawija, pupuk tunggal/majemuk
mangandung unsur N,P,K dan pestisida.
d. Untuk memacu produksi pertanaman dan mendukung program revitalisasi
pertanian di kawasan transmigrasi, paket B dilengkapi dengan pengadaan pupuk
Hayati.
e. Ketentuan yang harus diperhatikan dalam pengadaan paket B sebagai berikut :
1. Jenis volume dan spesifikasi teknis dari komponen paket B yang diadakan
harus memperhatikan : kesesuaian agroklimat, musim tanam, luasan lahan I
yang sudah dibagi dan dibuka, kondisi setempat, peluang pasar dan
rekomnedasi dari Dinas Pertanian Setempat.
2. Apabila terjadi perubahan komposisi, jenis da jumlah paket B harus atas
rekomendasi dari Dinas Pertanian setempat dan dilaporkan ke Ditjen
Pembinaan Pengembangan Masyarakat dan Kawasan Transmigrasi (P2MKT).
3. Tidak diperkenankan menyimpan B di gudang terlalu lama selama menunggu
penempatan transmigran kerena khususnya untuk benih tanaman
pangan/palawija memiliki masa dorminasi terbatas.
4. Harga saprotan mengacu kepada standard harga satuan yang dikeluarkan
pemda setempat.
5. Pengadaan dan penyampain paket B dilaksanakan melalui pihak ketiga sesuai
dengan ketentuan yang berlaku.
3. Paket C
a. Diberikan masing-masing Kepala Keluarga Transmigran tahun ke-3 setelah
Transmigran ditempatkan pada permukiman transmigrasi pola Transmigrasi
Umum Tanaman Pangan Lahan Basah (TU-LB) dan Lahan Kering (TU-LK), pola
Perkebunan, pola nelayan/Tambak (T+3).
b. Diberikan guna pengembangan lahan usaha I seluas 0,75 ha, oleh kerena itu lahan
usaha I harus sudah dibagi dan dibuka.
c. Paket C terdiri dari : benih tanaman pangan/palawija, pupuk tunggal/majemuk
mangandung unsur N,P,K dan pestisida.
Paket C hanya diberi pupuk pestisida, dengan asumsi bahwa transmigran sudah
dapat menghasilkan benih secara swadaya yaitu dengan menyisihkan hasil
penanaman sebelumnya.
d. Untuk memacu produksi pertanaman dan mendukung program revitalisasi
pertanian di kawasan transmigrasi, paket C dilengkapi dengan pengadaan pupuk
Hayati.
e. Ketentuan yang harus diperhatikan dalam pengadaan paket C sebagai berikut :
1. Jenis volume dan spesifikasi teknis dari komponen paket B yang diadakan
harus memperhatikan : kesesuaian agroklimat, musim tanam, luasan lahan I
yang sudah dibagi dan dibuka, kondisi setempat, peluang pasar dan
rekomnedasi dari Dinas Pertanian Setempat. Serta komoditas yang
dikembangkan harus memperhatikan peluang pasar
2. Apabila terjadi perubahan komposisi, jenis dan jumlah paket C harus atas
rekomendasi dari Dinas Pertanian setempat dan dilaporkan ke Ditjen
Pembinaan Pengembangan Masyarakat dan Kawasan Transmigrasi (P2MKT).
9
3. Harga saprotan mengacu kepada standard harga satuan yang dikeluarkan
pemda setempat.
4. Pengadaan dan penyampain paket C dilaksanakan melalui pihak ketiga sesuai
dengan ketentuan yang berlaku.
4. Spesifikasi Teknis Sarana Produksi Pertanian Paket A, B, C
a. Benih Tanaman Pangan dan Sayuran
1) Spesifikasi umum :
Benih tanaman pangan dan sayuran yang diadakan harus bersertifikat
dengan klasifikasi : benih standard (label biru), yang dikeluarkan oleh
Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih Tanaman Pangan dan Holtikultura
(BPSBTPH) dan masa berlakunya label paling lambat 30 hari sebelum
masa berlakunya habis.
Dikemas dalam kantong/bungkus dari pabrikan dengan kemsan tidak
rusak.
Minimal pada kemasan tertera keterangan mengenai varietas, kemurnian,
daya tumbuh, kadar air, dan asal benih, masa berlaku label. Serta sesuai
dengan ketentuan.
Diketahui nama varietasnya dan bersih, tidak tercampur biji tanaman lain
atau biji rerumputan.
Daya tumbuhnya tinggi (minimal 70%), serta vigornya baik.
Biji sehat, bermas, mengkilat, tidak keriput dan dipanen dari tanaman yang
telah matang.
Tidak terinfeksi cendawan, bakteri atau virus.
Varietas benih tanaman pangan atau tanaman sayuran yan dikembangkan
harus sesuai yang direkomendasikan oleh Dinas yang menangani tanaman
pangan dan hortikultura setampat.
2) Spesifikasi khusus :
Benih padi (dalam bentuk gabah) untuk lahan kering diberikan padi gogo
sedangkan untuk lahan basah/pasang surut diberikan padi sawah.
Spesifikasinya adalah varietas unggul nasional atau unggul lokal, daya
tumbuh minimal 70%, kemurnian minimal 95%, kadar air mksimal 13%,
tahan terhadap hama dan penyakit.
Benih jagung (dalam bentuk pipilan) dari varietas unggul nasioanal atau
tahan terhadap penyakit bulai, daya tumbuh minimal 70%, kemurnian
minimal 95% dan kadar air maksimal 13%.
Benih kacang tanah (dalam bentuk polong) dari varieta unggul nasional
atau unggul lokal, daya tumbuh minimal 70%, kemurnian minimal 95%
dan kadar air maksimal 13%.
Benih kedelai (dlam bentuk biji) dari varietas unggul nasional atau unggul
lokal, daya tumbuh minimal 70%, kemurnian minimal 95% dan kadar air
maksimal 13%.
Benih kacang hijau (dalam entuk biji) dari varietas unggul nasional atau
unggul lokal, daya tumbuh minimal 70%, kemurnian minimal 95% dan
kadar air maksimal 13 %.
10
Benih sayuran (kacang panjang, cabe) dalam bentuk biji, dari varietas
unggul nasional atau unggul lokal, daya tumbuh minimal 70%, kemurnian
minimal 95% dan kadar air maksimal 13%.
Empon-empon (jahe, kencur, kunyit, lengkuas) dalam bentuk umbi segar
dari varietas unggul atau tahan terhadap penyakit bulai, daya tumbuh
minimal 70%, keurnian minimal 95% dan kadar air maksimal 13%.
b. Bibit Tanaman Buah
1) Spesifikasi umum :
Bibit tanaman buah yang diadakan harus bersertifikat , dengan klasifikasi
bibit sebar (label biru), yang dikeluarkan oleh instansi yang berwenang
dan masa berlakunya label paling lambat 30 hari sebelum masa berlakunya
habis. Pada label minimal tertera mengenai varietas, masa berlaku label,
asal pembibitan atau instansi yang mengeluarkan.
Sehat, bebas hama dan penyakit.
Bibit layak untuk ditanam dilapangan (cukup umur).
Bibit dalam bentuk anakan dan ditanam di dalam polybag plastik berwarna
hitam atau transparan.
Varietas bibit tanaman buah-bauah yang dikembangkan harus susai yang
direkomendasikan oleh Dinas yang menangani tanaman hortikultura
setempat.
2) Spesifikasi khusus :
Jeruk (dari okulasi atau sambungan) yang bebas dari CVPD, tinggi bibit
minimal 0,50 meter.
Rambutan (okulasi dari varietas unggul) dengan tinggi bibit minimal 0,50
meter.
Durian (okulasi atau sambungan dari kultivar/klon unggul) dengan tinggi
bibit miniml 0,50 meter.
Mangga (okulasi atau sambungan dari kultivar/klon unggul) dengan tinggi
0,50 meter.
Nangka (seedling dari kultivar/klon unggul) dengan tinggi minimal 0,50
meter.
Sukun (stek akar dari kultivar/klon unggul) dengan tinggi minimal 0,50
meter.
Duku (seedling dari kultivar/klon unggul) dengan tinggi minimal 0,50
meter.
Melinjo (cangkok atau sambungan dari kultivar/klon unggul) dengan tinggi
minimal 0,50 meter. Melinjo termasuk tanaman berbunga tidak lengkap,
maka untuk setiap 10-20 batang bibit melinjo haru diberi 1 batang bibit
melinjo jantan.
Pisang, dalam bentuk anakan atau kultur jaringan varietas unggul lokal,
minimal tinggi bibit 0,50 meter.
Yang dimaksud tinggi bibit adalah tinggi/panjang tanaman yang dikur dari
leher akar sampai titik tumbuh.
11
c. Pupuk
1) Apabila yang diadakan :
Pupuk majemuk, kandungan unsur N minimal 15 %, unsur P minimal 15%,
dan unsuk K minimal 15 %.
Pupuk harus memiliki Standard Nasional Indonesia (SNI) atau yang
ditetapkan Menteri Pertanian RI (terdaftar) dan bersumber dari penyalur
atau distributor yang ditunjuk oleh pebrikan/produsen.
Pabrikan/Produsen memiliki izin produksi dan izin edar yang masih
berlaku dari instansi yang berwenang.
Bahan Pupuk dalam keadaan tidak mambatu/keras (Tidak kadaluarsa)
Dikemas dalam kantong dari pabrikan dengan kemasan tidak rusak dengan
ukuran kemasan 20 kg atau 50 Kg.
d. Dolomit
1) Dolomit harus memiliki Standard Nasional Indonesia (SNI) dan bersumber
dari penyalur atau distributor yang ditunjuk oleh pabrikan/produsen.
Pabrikan/Produsen memiliki izin produksi dan izin edar yang masih berlaku
dari instansi yang berwenang.
2) Bahan Dolomit dalam keadaan tidak mambatu/keras (Tidak kadaluarsa)
3) Dikemas dalam kantong dari pabrikan dengan kemasan tidak rusak dengan
ukuran kemasan 20 kg atau 50 Kg.
e. Pestisida
1) Pestidida yang diberikan terdiri dari insektisid, fungisida dan atau rodentisida
yang jenis dan volumenya disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan
pertanaman serta direkomendasikan oleh Dinas Pertanian setempat.
2) Kemasan pabrik dan bungkus/botol kemasan tidak rusak (bocor) serta isi
sesuai ketentuan dan harus asli.
3) Harus memenuhi SNI atau yang ditetapkan Menteri Pertanian RI (terdaftar)
dan bersumber dari penyalur atau distributor yang ditunjuk oleh
pabrikan/produsen. Pabrikan/Produsen memiliki izin produksi dan izin edar
yang masih berlaku dari instansi yang berwenang.
f. Pupuk Hayati
1) Bentuk cair megandung : Mikroba Penambat Nitrogen (Azotobacker,
Azospirillum sp, Rhizobium Sp) dan Mikroba Pelarut Phospat (Lactobacilus,
Pseudomonas Sp) dan telah teruji dalam meningkatkan produkti
2) Kemasan pabrik dan bungkus/botol kemasan tidak rusak (bocor) serta isi
sesuai ketentuan dan harus asli.
3) Harus memenuhi SNI atau yang ditetapkan Menteri Pertanian RI (terdaftar)
dan bersumber dari penyalur atau distributor yang ditunjuk oleh
pabrikan/produsen. Pabrikan/Produsen memiliki izin produksi dan izin edar
yang masih berlaku dari instansi yang berwenang.
5. Penyampaian Sarana Produksi Pertanian Standard Paket A, B, dan C.
Bantuan sarana produksi pertanian paket A, B, dan C secara utuh diberikan kepada
transmigran sesuai pola usaha yang dikembangkan dan luas lahan yang diberikan
12
yaitu pada permukiman transmigrasi dengan pola usaha tanaman pangan (TU-Lahan
Kering dan TU-Lahan Basah)da Pola usaha TU Perkebunan, kecuali pada transmigran
pola nelayan yang tidak diberikan bantuan paket secara utuh, hanya untuk
pengembangan lahan pekarangan (paket A).
a. Sumber sarana Produksi Pertanian Paket A,B dan C
1) Guna menjamin kemudahan dan kelancaran penyampaian paket sarana
produksi kepada transmigran dan untuk meghidar kemungkinan terjadinya
penurunan mutu paket sarana produksi pada saat pengangkutan, maka lokasi
sumber sarana produksi khususnya benih/bibit sedapat mungkin
mengutamakan berasal dari penangkar benih/bibit bersertifikat disekitar
lokasi atau yang terdekat dengan lokasi yang dilayani.
2) Bila hal tersebut tidak memungkinkan, maka sumber benih/bibit dapat berasal
dari penangkar benih/bibit pada Kabupaten/Provinsi yang sama atau
Kabupaten/Provinsi yang berdekatan dengan mempertimbangkan kemudahan
angkutan, harga dan mutu yang mememenuhi syarat.
3) Pupuk bersumber dari penyalur yang ditunjuk oleh pabrikan.
4) Pestisida bersumber dari agen tunggal atau distributornya
b. Waktu dan Tempat Penyerahan Saprotan Standard
1) Pemberian paket A khususnya tanaman pangan/palawija harus
memperhatikan musim tanam yaitu :
Apabila penempatan dilakukan menjelang musim tanam padi (± 3 bulan
sebelum musim tanam) diberikan padi.
Apabila penempatan dilakukan pada akhir musim tanam padi sampai
dengan 3 bulan menjelang musim tanam padi berikutnya diberikan
palawija.
2) Penyerahan kepada transmigran dan pada saat penyerahan harus dilakukan
pemeriksaan dan penerimaan barang oleh tim/panitia setempat yang
disaksikan oleh salah satu warga transmigran setemapat.
3) Setiap penyerahan paket sarana produksi dari petugas UPT kepada
transmigran harus dibuat Daftar Penerimaan Sarana Produksi Pertanian yang
memuat gambaan tentang penyerahan sarana produksi seperti jenis, jumlah,
dan waktu penerimaan.
13
BAB III
PENUTUP
Kerangka Acuan Kerja Intensifikasi Lahan Lanjutan (T+2) di Kimtrans Tanjung Satai Sp.3
sebagai acuan dalam pelaksanaan kegiatan ini. Acuan Kerja ini disusun oleh Dinas Sosial,
Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Kayong Utara Tahun Anggaran 2016.
14