Anda di halaman 1dari 4

Nama : Sugeng Adenan

Kelas : SIB2J

Nim : 2213063

1. Jelaskan apa yang dimaksud

 Unauthorized Access: Ini merujuk pada tindakan masuk atau penggunaan sumber daya
komputer, sistem, atau jaringan tanpa izin atau tanpa otorisasi yang sah. Ini adalah
pelanggaran privasi dan keamanan.

 Illegal contents: Ini mengacu pada konten yang melanggar hukum, seperti materi pornografi
anak, penyebaran konten teroris, penyebaran kebencian, atau pelanggaran hak cipta.

 Penyebaran virus secara sengaja: Ini merujuk pada tindakan dengan sengaja menyebarkan
virus komputer, worm, atau malware ke sistem komputer orang lain tanpa izin. Tujuannya
bisa bermacam-macam, mulai dari merusak data hingga mencuri informasi pribadi.

 Data Forgery: Ini adalah tindakan memanipulasi, merubah, atau menciptakan data palsu
untuk menyesatkan orang lain atau menguntungkan diri sendiri. Hal ini seringkali terkait
dengan kegiatan penipuan atau upaya untuk menghindari tanggung jawab hukum.

 Cyber-Espionage, Sabotage, and Extortion: Ini merujuk pada tindakan menyusup ke dalam
sistem komputer atau jaringan untuk mendapatkan informasi rahasia atau melakukan
sabotase. Extortion (pemerasan) juga terjadi ketika seseorang mengancam untuk merusak
atau membocorkan informasi ke publik kecuali jika sejumlah uang atau keuntungan lainnya
diberikan.

 Cyberstalking: Ini adalah tindakan menguntit atau mengganggu seseorang secara online.
Melalui ancaman, penguntit dapat mengganggu privasi dan keamanan korban dengan
mengirim pesan yang menakutkan, memposting informasi pribadi korban, atau memantau
aktivitas online mereka secara tidak sah.

 Carding: Ini adalah kegiatan yang melibatkan pencurian data kartu kredit dan
penggunaan ilegal informasi tersebut untuk melakukan transaksi online atau penipuan
finansial.

 Hacking and Cracking: Hacking mengacu pada tindakan masuk atau memodifikasi sistem
komputer atau jaringan dengan cara yang tidak sah atau tidak diinginkan. Cracking adalah
proses mencari kelemahan dalam sistem keamanan untuk mengakses dan
mengendalikannya.
 Cybersquatting and Typosquatting: Cybersquatting terjadi ketika seseorang mendaftarkan
atau menggunakan domain yang mirip dengan merek terkenal atau populer dengan niat
untuk mendapatkan keuntungan atau merugikan pemilik merek tersebut. Typosquatting
terjadi ketika seseorang mendaftarkan domain yang mirip dengan nama domain populer
dengan maksud menarik pengunjung yang salah ketik ke situs web mereka.

 Hijacking: Ini merujuk pada tindakan mengambil alih atau merampas kontrol terhadap
sistem komputer, akun online, atau jaringan dengan cara yang tidak sah atau tanpa izin. Hal
ini dapat menyebabkan kerugian besar bagi pemilik yang asli dan dapat digunakan untuk
tujuan ilegal atau merugikan.
 Cyber Terrorism: Ini merujuk pada tindakan menggunakan teknologi informasi dan internet
untuk melakukan tindakan terorisme, seperti melancarkan serangan terhadap infrastruktur
penting, menyebabkan kerusakan massal, atau menyebarkan ideologi terorisme secara
online. Ini merupakan ancaman serius terhadap keamanan nasional dan keamanan dunia
secara luas.

2. Setiap mahasiswa mencari contoh kasus cyber crime yang pernah terjadi di Indonesia / dunia.

 Kasus Pembobolan Bank Bangladesh (2016): Pada tahun 2016, sekelompok peretas berhasil
mencuri sekitar $81 juta dari rekening Bank Sentral Bangladesh melalui serangan cyber.
Mereka menggunakan malware untuk mengakses sistem pembayaran internasional, dan
sebagian besar uang tersebut berhasil dicuri.

 Serangan Ransomware WannaCry (2017): Pada tahun 2017, serangan ransomware


WannaCry menyerang ribuan komputer di seluruh dunia. Ransomware tersebut
mengenkripsi data pada komputer pengguna dan meminta pembayaran dalam bentuk
Bitcoin agar data tersebut dapat dibuka kembali. Beberapa institusi publik dan perusahaan
di Indonesia juga terkena dampak serangan ini.

 Serangan DDoS ke Laman Web KPU (2019): Selama pemilihan presiden Indonesia pada
tahun 2019, situs web Komisi Pemilihan Umum (KPU) mengalami serangan Distributed
Denial of Service (DDoS). Serangan tersebut dilakukan dengan membanjiri server dengan
lalu lintas data palsu sehingga situs web tidak dapat diakses oleh pengguna.

 Serangan Breach Tokopedia (2020): Pada tahun 2020, terjadi pelanggaran data besar-
besaran di salah satu platform e-commerce terbesar di Indonesia, Tokopedia. Informasi
pribadi sekitar 91 juta pengguna diduga telah dicuri oleh peretas, termasuk nama, alamat
email, nomor telepon, dan kata sandi terenkripsi.

 Serangan SolarWinds (2020): Serangan yang terjadi pada tahun 2020 ini melibatkan
peretasan jaringan perusahaan perangkat lunak SolarWinds. Peretas berhasil memasukkan
malware ke dalam pembaruan perangkat lunak, yang kemudian digunakan untuk
mengakses sistem pemerintah dan perusahaan di seluruh dunia. Serangan ini menunjukkan
dampak yang signifikan dan kompleksitas yang tinggi.
3. Berikan deskripsi kasus, termasuk dalam jenis cyber crime yang manakah dan status/penyelesaian
kasus tersebut.

 Kasus Pembobolan Bank Bangladesh (2016):

Jenis Cyber Crime: Kejahatan Perbankan Digital, Serangan Keuangan

Deskripsi: Sebuah kelompok peretas menggunakan malware untuk mengakses sistem pembayaran
internasional milik Bank Sentral Bangladesh. Mereka berhasil mencuri sekitar $81 juta dari rekening
bank tersebut. Sebagian besar uang tersebut dilacak dan dikembalikan, namun sejumlah kecil uang
masih hilang.

Status/penyelesaian kasus: Sejumlah tersangka berhasil ditangkap, dan sebagian besar uang yang
dicuri telah dikembalikan. Kasus ini menjadi sorotan dunia dan memicu upaya perbaikan keamanan
perbankan.

 Serangan Ransomware WannaCry (2017):

Jenis Cyber Crime: Ransomware, Pencurian Data

Deskripsi: Serangan ransomware WannaCry menyebar di seluruh dunia, mengenkripsi data


pengguna dan meminta pembayaran dalam bentuk Bitcoin untuk mendapatkan kunci dekripsi.
Banyak institusi dan perusahaan di Indonesia dan di seluruh dunia terkena dampak serangan ini.

Status/penyelesaian kasus: Identitas pembuat WannaCry tidak sepenuhnya diketahui, tetapi


beberapa tersangka terkait serangan ini telah ditangkap. Beberapa negara dan organisasi bekerja
sama untuk memerangi serangan ransomware, dan langkah-langkah keamanan telah ditingkatkan
untuk melawan ancaman serupa di masa depan.

 Serangan DDoS ke Laman Web KPU (2019):

Jenis Cyber Crime: Serangan DDoS (Distributed Denial of Service)

Deskripsi: Selama pemilihan presiden Indonesia tahun 2019, situs web Komisi Pemilihan Umum
(KPU) mengalami serangan DDoS. Serangan ini dilakukan dengan membanjiri server dengan lalu
lintas data palsu sehingga situs web menjadi tidak dapat diakses.

Status/penyelesaian kasus: Identitas pelaku serangan belum diketahui secara pasti. KPU mengambil
langkah-langkah untuk meningkatkan keamanan situs web dan mempersiapkan diri menghadapi
serangan serupa di masa depan.

 Serangan Breach Tokopedia (2020):

Jenis Cyber Crime: Pencurian Data, Pelanggaran Keamanan Data

Deskripsi: Terjadi pelanggaran data besar-besaran di platform e-commerce Tokopedia. Informasi


pribadi sekitar 91 juta pengguna dicuri oleh peretas, termasuk nama, alamat email, nomor telepon,
dan kata sandi terenkripsi.
Status/penyelesaian kasus: Setelah kejadian ini, Tokopedia meningkatkan langkah-langkah
keamanan dan bekerja sama dengan pihak berwenang untuk menyelidiki insiden ini. Tidak ada
informasi rinci tentang penyelesaian hukum terkait kasus ini.

 Serangan SolarWinds (2020):

Jenis Cyber Crime: Serangan Perangkat Lunak, Akses Tidak Sah

Deskripsi: Peretas berhasil menyusup ke jaringan perusahaan perangkat lunak SolarWinds melalui
pembaruan perangkat lunak yang terinfeksi malware. Mereka menggunakan akses ini untuk
mengakses sistem pemerintah dan perusahaan di seluruh dunia.

Status/penyelesaian kasus: Kasus ini masih dalam penyelidikan yang sedang berlangsung. Identitas
dan motif pelaku belum sepenuhnya terungkap. Serangan ini menjadi sorotan dunia dan memicu
perbaikan keamanan jaringan global.

Anda mungkin juga menyukai