Anda di halaman 1dari 11

MATERI 4 PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH (PDRD)

A. Pengertian
Pajak Daerah dan Retribusi Daerah atau PDRD adalah pungutan oleh daerah yang merupakan
salah satu hak daerah dalam menyelenggarakan Otonomi Daerah. Pajak daerah dan Retribusi Daerah
merupakan dua hal yang berbeda.
Pajak Daerah adalah kontribusi wajib kepada Daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan
yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara
langsung dan digunakan untuk keperluan Daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Sedangkan Retribusi Daerah adalah pungutan Daerah sebagai pembayaran atas jasa atau
pemberian izin tertentu vang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk
kepentingan orang pribadi atau badan.

B. Istilah dalam PDRD


1. Subjek Pajak : Orang pribadi atau badan yang dapat dikenai Pajak.
2. Wajib pajak : Orang pribadi atau badan, meliputi pembayar pajak, pemotong pajak, dan
pemungut pajak, yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan
3. Subjek retribusi : Orang pribadi atau badan yang menggunakan/ menikmati pelayanan barang,
jaba, dan/atau perizinan.
4. Wajib Retribusi : Orang pribadi atau badan yang menurut peraturan perundang-undangan
diwajibkan untuk melakukan pembayaran retribusi, termasuk pemungut retribusi tertentu.
5. Badan : Sekumpulan orang dan/atau modal yang merupakan kesatuan, baik yang melakukan
usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi perseroan terbatas, perseroan
komanditer, perseroan lainnya, Badan Usaha Milik Negara, Badan Usaha Milik Daerah, atau Badan
Usaha Milik Desa, dengan nama dan dalam bentuk apa pun, firma, kongsi, koperasi, dana pensiun,
persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi massa, organisasi sosial politik, atau organisasi
lainnya, lembaga dan bentuk badan lainnya, termasuk kontrak investasi kolektif dan bentuk usaha
tetap.

C. Dasar Hukum PDRD


Paiak Daerah dan Retribusi Daerah dipungut berdasarkan UU Nomor 1 Tahun 2022 tentang Hubungan
Kuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah. UU HKPD menggantikan dasar hukum
pemungutan PDRD sebelumnya, yaitu UU Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah.

D. Arah pengaturan PDRD Dalam UU HKPD


1. Konsolidasi Struktur PDRD
Konsolidasi struktur PDRD mencakup beberapa poin sebagai berikut:
a. Restrukturisasi & integrasi jenis pajak daerah consumption based dalam Pajak Barang dan
Jasa Tertentu (PBJT).
b. Rasionalisasi retribusi daerah:
- 32 jenis manjadi 18 jenis;
- 3 kelompok retribusi (jasa umum, jasa usaha, perizinan tertentu);
c. Menurunkan administration & compliance cost, serta optimalisasi pemungutan lebih
terintegrasi
d. Konsolidasi struktur PDRD memperatikan putusan MK dan pengaturan UU lain.
2. Penguatan Basis Pajak
Penguatan basis pajak dilakukan dengan berbagai cara, antara lain:
a. Perluasan diskresi bagi Pemda dalam menetapkan tarif, dasar pengenaan pajak, hingga
pemberian insentif bagi W yang mendukung perekonomian daerah.
b. Opsen Pajak Provinsi dan Kab/Kota sebagai penggantian skema bagi hasil dan penyesuaian
kewenangan.
c. Perluasan objek melalui sinergitas Pajak Pusat dan Daerah.
3. Harmonisasi peraturan
Sedangkan, harmonisasi peraturan dilakukan dengan cara:
a. Dukungan terhadap dunia usaha dengan pemberian insentif bagi pelaku usaha & penguatan
pengawasan (in line dengan kebijakan Kemudahan Berusaha dan Berinvestasi).
b. Penyempurnaan pengaturan mum pemungutan PDRD.
c. Penyederhanaan jumlah Perda PDRD.

PAJAK DAERAH
A. Fungsi Pajak Daerah
1. Fungsi anggaran (Budgetair): Dalam fungsi anggaran, pajak daerah berfungsi sebagai sumber
pendapatan dalam rangka pembiayaan pengeluaran daerah.
2. Fungsi Mengatur (Regulerend) : Pada fungsi mengatur (regulerend) pajak daerah berfungsi
sebagai alat pengatur kegiatan ekonomi untuk mencapai tujuan tertentu. Misalnya pengenaan
pajak daerah yang lebih rendah untuk mendorong UMKM.
3. Fungsi Alokatif : Dengan fungsi alokatif, pajak daerah mengalokasikan sumber daya ekonomi yang
ada agar pemanfaatannya bisa optimal dan mendukung efisiensi produksi. Misalnya pemberian
fasilitas perpajakan untuk mendorong kemudahan usaha.
4. Fungsi Retribusi Pendapatan : Dalam fungsi retribusi pendapatan, pajak daerah digunakan untuk
membiayai semua kepentingan umum yang dapat dinikmati ole seluruh lapisan masyarakat.
B. Jenis Pajak Daerah
Di dalam UU Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah dan UU Nomor 1
Tahun 2022 tentang Hubungan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah,
terdapat 16 jenis Pajak Daerah yang dikelompokan berdasarkan pemerintah daerah pemilik
wewenang, dan berdasarkan jenis pemungutannya. Berikut ini, kelompoknya:
1. Pajak berdasarkan pemerintah daerah pemilik wewenang :
a. Daerah Provinsi;
b. Daerah Kabupaten/Kota.
2. Pajak berdasarkan jenis pemunautan:
a. Penetapan Kepala Daerah (Official Assessment);
b. Perhitungan Sendiri WP (Self-Assessment).
➢ PAJAK PROVINSI

➢ PAJAK KABUPATEN/KOTA
C. Simplifikasi Pajak Berbasis Konsumsi Menjadi Pajak Barang dan Jasa Tertentu (PBJT)
Simplifikasi lima jenis pajak berbasis konsumsi yang diatur dalam UU 28/2009 merupakan salah
satu nilai tambah bagi Pemda dan Wajib Pajak Daerah (WPD) dalam mendorong penyederhanaan
administrasi perpajakan sebagaimana diatur dalam Sistem Perpajakan di Pemerintah Pusat (PPN).
Sehingga di UU Nomor 1 Tahun 2022, 5 jenis pajak (pajak hotel, pajak restoran, pajak parkir, pajak
hiburan, dan pajak penerangan ialan) disimplifikasikan menjadi Pajak Barang dan Jasa Tertentu (PBJT).
D. Detail Jenis Pajak Daerah
1. Pajak kendaraan bermotor:
Tarif:
a. Untuk kepemilikan dan/atau penguasaan kendaraan bermotor pertama, paling tinggi 1,2%.
b. Untuk kepemilikan dan/atau penguasaan kendaraan bermotor kedua dan seterusnya dapat
ditetapkan secara progresif paling tinggi 6%. sedangkan khusus untuk daerah yang setingkat
dengan Daerah Provinsi yang tidak terbagi dalam Daerah Kabupaten/Kota otonom, tarif
paling tinggi sebesar 2% (untuk kendaraan bermotor pertama),
c. Tarif paling tinggi sebesar 10% (untuk kendaraan bermotor kedua dan seterusnya).
d. Tarif atas kepemilikan dan/atau penguasaan Kendaraan Bermotor yang digunakan untuk
angkutan umum, angkutan karyawan, angkutan sekolah, ambulans, pemadam kebakaran,
sosial keagamaan, lembaga sosial dan keagamaan, Pemerintah, dan Pemerintah Daerah,
ditetapkan paling tinggi 0,5%.
2. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor
- Tarif BBNKB : paling tinggi 12%, khusus daerah seringkat dengan provinsi yang tidak terbagi
dalam daerah kabupaten/kota otonom tarifnya 20%.
3. Pajak Alat Berat
- Tarif paling tinggi 0,2%
4. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor (PBBKB)
- Tarif PBBKB: ditetapkan paling tinggi sebesar 10%, khusus tarif PBBKB untuk bahan bakar
kendaraan umum dapat ditetapkan paling tinggi 50% dari tarif untuk kendaraan pribadi.
- Untuk jenis BBKB tertentu, Pemerintah dapat menyesuaikan tarif PBBKB yang sudah
ditetapkan dalam Perda dalam rangka stabilisasi harga, dengan penyesuaian tarif PBBKB
ditetapkan dengan Peraturan Presiden.
5. Pajak Air Permukaan (PAP)
- Tarif : ditetapkan paling tinggi 10%
6. Pajak Rokok
- Tarif : ditetapkan paling tinggi 10%
7. Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan (PBB-P2)
- Tarif PBB-P2: ditetapkan paling tinggi sebesar 0,5%. Tarif PBB-P2 berupa lahan produksi pagan
dan ternak ditetapkan lebih rendah daripada tarif untuk lahan lainnya.
8. Bea Perolehan Hak atas tanah dan bangunan (BPHTB)
- Definisi : pajak atas perolehan hak atas tanah bangunan
- Tarif : ditetapkan paling tinggi 5%
9. Pajak Barang dan Jasa Tertentu (PBJT)
- Definisi : Pajak Barang dan Jasa Tertentu Merupakan jenis pajak baru di UU 1/2022, PBJT in
merupakan gabungan dari Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak Parkir, Pajak Hiburan, dan Pajak
Penerangan Jalan (di UU 28/2009).
- Tarif PBJT: a. ditetapkan paling tinggi sebesar 10%. b. khusus tarif PBJT atas jasa hiburan pada
diskotek, karaoke, kelab malam, bar, dan mandi uap/spa ditetapkan paling rendah 40% dan
paling tinggi 75%. c. Khusus tarif PBJT atas tenaga listrik untuk: • konsumsi Tenaga Listrik dari
sumber lain ole industri, pertambangan minyak bumi dan gas alam, ditetapkan paling tinggi
sebesar 3%; dan • konsumsi Tenaga Listrik yang dihasilkan sendiri, ditetapkan paling tinggi
1,5%.
10. Pajak Reklame
- Tarif : ditetapkan paling tinggi 25%
11. Pajak air Tanah (PAT)
- Tarif : ditetapkan paling tinggi 20%
12. Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan
- Tarif Pajak MBLB ditetapkan paling tinggi sebesar 20%, khusus untuk Daerah yang setingkat
dengan Daerah provinsi yang tidak terbagi dalan Daerah kabupaten/kota otonom, tarif Pajak
MBLB ditetapkan paling ting sebesar 25%, dan ditetapkan dengan Perda.
13. Pajak Satang Burung Walet
- Tarif : ditetapkan paling tinggi 10%
14. Opsen
- Definisi: pungutan tambahan Pajak menurut persentase tertentu.
- Opsen dikenakan atas pajak terutang dari PKB, BBNKB, dan Pajak MBLB.
- Tarif: a. Opsen PKB sebesar 66%; b. Opsen BBNKB sebesar 66% c. Opsen Pajak MBLB sebesar
25% dihitung dari besaran Pajak terutang.

RETRIBUSI DAERAH
A. Retribusi Jasa Umum
Retribusi Jasa Umum adalah pungutan atas pelayanan yang disediakan atau diberikan pemerintah
daerah untuk tujuan kepentingan dan kemanfaatan umum, serta dapat dinikmati oleh orang pribadi
atau badan.
Jasa Umum adalah jasa yang disediakan atau diberikan oleh pemerintah daerah untuk tujuan
kepentingan dan kemanfaatan umum serta dapat dinikmati oleh orang pribadi atau badan.

B. Objek retribusi jasa umum meliputi :


1. Pelayanan kesehatan
2. Pelayanan kebersihan
3. Pelayanan parkir di tepi jalan
4. Pelayanan pasar, dan
5. Pengendalian lalu lintas

C. Retribusi Jasa Usaha


Jasa usaha adalah jasa yang disediakan atau diberikan oleh pemerintah daerah yang dapat bersifat
mencari keuntungan, karena pada dasarnya dapat pula di sediakan oleh sektor swasta. Yang termasuk
dalam retribusi jasa usaha adalah:
1. Penyediaan tempat usaha berupa pasar grosir, pertokoan, dan tempat kegiatan usaha lainnya,
2. Penyediaan tempat pelelangan ikan, ternak, hasil bumi, dan hasil hutan termasuk fasilitas lainnya
dalam lingkungan tempat pelelangan,
3. Penyediaan tempat khusus parkir diluar badan jalan,
4. Penyediaan tempat penginapan/pesanggrahan/villa,
5. Pelayanan rumah pemotong hewan ternak,
6. Pelayanan jasa kepelabuhanan,
7. Pelayanan tempat rekreasi, pariwisata, dan olahraga,
8. Pelayanan penveberangan orang atau barang dengan mengqunakan
9. Penjualan hasil produksi usaha pemerintah daerah, dan
10. Pemanfaatan aset daerah yang tidak mengganggu penyelnggaraa tugas dan fungi organisasi
perangkat daerah dan/atau optimalisa: aset daerah dengan tidak mengubah status kepemilikan
sesu dengan ketentuan peraturan perundang- undangan.

D. Retribusi Perizinan Tertentu


Perizinan tertentu adalah kegiatan tertentu pemerintah daerah dalam rangka pemberian izin
kepada orang pribadi atau badan yang dimaksudkan untuk pembinaan, pengaturan, pengendalian dan
pengawasan atas kegiatan, pemanfaatan ruang, serta penggunaan sumber daya alam, barang,
prasarana, sarana, atau fasilitas tertentu guna melindungi kepentingan umum dan menjaga kelestarian
lingkungan. Retribusi ini mencakup:
1. Persetujuan bangunan gedung;
2. Penggunaan tenaga kerja asing;
3. Pengelolaan pertambangan rakyat.
MATERI 5 TRANSFER KE DAERAH
A. Istilah Dalam Pemerintahan Daerah
1. Desentralisasi : Penyerahan Urusan Pemerintahan oleh Pemerintah Pusat kepada daerah otonom
berdasarkan asas otonomi.
2. Pemerintah Pusat : Presiden Republik Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintah negara RI
yang dibantu oleh Wakil Presiden dan menteri.
3. Asas Otonomi : Prinsip dasar penyelenggaraan Pemerintahan Daerah berdasarkan Otonomi
Daerah.
4. Urusan Pemerintah: Kekuasaan pemerintahan yang menjadi kewenangan Presiden yang
pelaksanaannya dilakukan ole kementerian negara dan penyelenggara Pemerintahan Daerah untuk
melindungi, melayani, memberdayakan, dan menyejahterakan masyarakat.
5. Daerah Otonom : Disebut Daerah adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas-
batas wilayah yang berwenang mengatur dan mengurus Urusan Pemerintahan dan kepentingan
masyarakat setempat menurut Prakarsa sendin berdasarkan aspirasi masyarakat dalam sistem
Negara Kesatuan Republik Indonesia.
6. Otonomi Daerah : Hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus
sendiri Urusan Pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat dalam sistem Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
7. Pemerintah Daerah : Kepala daerah sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah yang
memimpin pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah otonom.

B. Desentralisasi Fiskal
1. Pengertian : bentuk mekanisme penyerahan sebagian urusan pemerintahan konkuren kepada
daerah yang terkait dengan fiscal Resources Allocation (kemampuan yang adil dan selaras) serta
spending quality (belanja daerah yang berkualitas dan sinergi).
- Urusan konkuran : urusan pemerintahan yg dibagi antara pemerintah pusat dan daerah yang
terdiri dari urusan wajib ( layanan dasar seperti pendidikan, kesehatan, perumahan, sosial)
dan pilihan ( pariwisata, perdagangan, pertanian, industri)
2. Capaian Desentralisasi Fiskal
- Kesenjangan kemampuan keuangan antar daerah menunjukkan (theil index)tren semakin
berkurang, menurun 0,10 dari 0,332 (2016) menjadi 0,230 (2020).
- Penerimaan Pajak Daerah terhadap produk domestik regional bruto dari tahun 2016 hingga
2019 mengalami peningkatan. (tahun 2020 menurun karena pandemi covid-19).
- Pengelolaan Administrasi Keuangan Daerah semakin baik ditandai dengan opini WTP yang
terus naik.
- Pelaksanaan Otonomi dan Desentralisasi berkontribusi Fiskal telah untuk perbaikan berbagai
capaian layanan publik dasar dan kesejahteraan.

C. Macam- Macam Transfer ke Daerah


DANA BAGI HASIL
- Dana Bagi Hasil : merupakan bagian TKD (transfer ke daerah) yang dialokasikan berdasarkan
persentase tertentu dan kineria tertentu kepada Daerah. Tujuannya memperbaiki keseimbangan
vertikal antara pusat dan daerah dan mengurangi dampak eksternalitas negatif akibat ekplorasi
SDA.
- Prinsip alokasi dana bagi hasil
1. By Origin : Kabupaten/kota penghasil mendapatkan persentase pembagian yang lebih besar
daripada kabupaten/kota lainnya non penghasil.
2. Memperhatikan Eksternalitas Negatif: Kabupaten/kota yang terdampak eksternalitas negatif
dari kegiatan eksplorasi SA mendapatkan alokasi DBH sebagai kompensasi dan untuk
meningkatkan kapasitanya dalam menanggulangi dampak negatif tersebut.
3. Memperhatikan Kinerja Daerah : Terdiri atas alokasi formula (90%) dan alokasi kineria (10%).
DBH SDA: kinerja pemeliharaan lingkungan hidup / Indeks Kualitas Lingkungan Hidup (IKLH)
yang bersumber dari Kementerian LHK. DBH Pajak: kinerja optimalisasi penerimaan negara /
skor kepatuhan penyampaian Berita Acara Rekonsiliasi (BAR) Pajak.
- Formulasi Perhitungan alokasi dana bagi hasil : 90% alokasi formula, 10% alokasi kinerja
- Dana bagi hasil cukai hasil tembakau : 50% kesejahteraan masyarakat, 10% penegak hukum, 40%
kesehatan
- Kebijakan pemggunaan dana bagi hasil dana reboisasi untuk kab kota :
1. Pembangunan dan pengelolaan taman hutan raya;
2. Pencegahan dan penanggulangan kebakaran hutan dan lahan;
3. Penanganan pasca kebakaran hutan dan lahan di taman hutan raya;
4. Penanaman daerah aliran sungai kritis, penanaman pada kawasan perlindungan setempat,
dan pembuatan bangunan konservasi tanah dan air,
5. Pembangunan dan pengelolaan Ruang Terbuka Hijau;
6. Penyuluhan Lingkungan Hidup;
7. Konservasi sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya;
8. Pengelolaan keanekaragaman hayati;
9. Strategis lainnya yang ditetapkan oleh Pemerintah.
- Kebijakan pemggunaan dana bagi hasil dana reboisasi untuk provinsi :
1. Rehabilitasi di luar Kawasan sesai kewenangan provinsi;
2. Rehabilitasi hutan dan lahan sesuai kewenangan provinsi;
3. Pembangunan dan pengelolaan hasil hutan kayu, hasil hutan bukan kayu dan/atau jasa
lingkungan dalam kawasan;
4. Pemberdayaan masyarakat dan perhutanan sosial;
5. Operasionalisasi Kesatuan Pengelolaar, Hutan;
6. Pengendalian kebakaran hutan dan lahan;
7. Perlindungan dan pengamanan hutan
8. Pengembangan perbenihan tanaman hutan;
9. Penyuluhan kehutanan; dan/atau
10. Strategis lainnya yang ditetapkan oleh Pemerintah.
- Penggunaan Penggunaan Dana Bagi Hasil - Dana Reboisasi untuk Program/Kegiatan Strategis
Lainnya yang Ditetapkan Pemerintah (Porsi Maksimal 30%)
DANA ALOKASI UMUM

- Pengertian: dana Alokasi Umum merupakan bagian TKD yang dialokasikan dengan tujuan
mengurangi Ketimpangan mampuan keuangan dan layanan publik antar-Daerah.
- Formula: Dana Alokasi Umum menggunakan pendekatan Celah Fiskal; Celah Fiskal = kebutuhan
fiskal daerah - potensi pendapatan daerah; Pagu DAU Nasional dibagi menjadi Pagu DAU Provinsi
dan Kab/Kota dengan proporsi 14,1 : 85,9 yang mempertimbangkan imbangan kewenangan; Pagu
DAU Provinsi dan Kab/Kota dibagi menjadi pagu kelompok berdasarkan letak geografis dan kondisi
perekonomian; Alokasi DAU per Daerah tidak mengalami penurunan (hold harmless) sampai
dengan Tahun Anggaran 2027.
- Indikasi Kebutuhan Dana : memperhatikan: Perkiraan kebutuhan layanan publik urusan Pemda -
Layanan Umum, Pendidikan, Kesehatan dan Pekerjaan Umum, termasuk Belanja Pegawai Pemda;
Perkiraan potensi pendapatan Pemda; Pagu TKD dalam beberapa tahun terakhir; Perkiraan
kebutuhan pendanaan untuk mencapai Target Pembangunan Nasional tahunan; Perkiraan
Kemampuan kuangan negara
- Penggunaan Dana Alokasi Umum : Penggajian formasi Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian
Kerja (PPPK); Pendanaan kelurahan; Bidang pendidikan; Bidang kesehatan; Bidang pekerjaan
umum;

DANA ALOKASI KHUSUS FISIK

- Pengertian: Dana Alokasi Khusus (DAK) Fisik adalah Dana Alokasi Khusus yang dialokasikan untuk
membantu mendanai kegiatan fisik yang merupakan urusan Daerah dan sesuai dengan prioritas
Nasional.
- Bidang DAK Fisik : DAK Mendukung Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia ( bidang
pendidikan, kesehatan, air minum, sanitasi)
- DAK Mendukung Konektivitas Daerah (bidang jalan)
- DAK pemulihan ekonomi dan pembangunan infrastruktur (pariwisata, umkm, perdagangan, LH,
jalan, air minum, sanitasi, Perkim, transportasi)

DANA ALOKASI KHUSUS NONFISIK

- Pengertian : Dana Alokasi Khusus (DAK) Nonfisik adalah Dana Alokasi Khusus yang dialokasikan
untuk nembantu operasionalisasi layanan publik Daerah yang penggunaannya telah ditentukan
oleh pemerintah.
- Tujuan: DAK Nonfisik dialokasikan sesuai dengan Kebijakan Pemerintah untuk Mendanai program,
kegiatan, dan/atau kebijakan tertentu dengan tujuan:
a. Mencapai prioritas Nasional;
b. Mempercepat pembangunan daerah;
c. Mengurangi kesenjangan layanan publik;
d. Mendorong pertumbuhan perekonomian daerah; dan/atau
e. Mendukung operasional layanan publik
- Jenis dana alokasi khusus nonfisik:
- Dana Bantuan Operasional Satuan Pendidikan (BOSP):
a. Dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS)
✓ Dana BOS Reguler,
✓ Dana BOS Kinerja.
b. Dana Bantuan Operasional Penelenggaraan Pendidikan Anak Usia Dini (BOP PAUD)
✓ Dana BOP PAUD Reguler,
✓ Dana BOP PAUD Kinerja.
c. Dana Bantuan Operasional Penyelenggaraan Pendidikan Kesetaraan (BOP Kesetaraan)
✓ Dana BOP Kesetaraan Reguler,
✓ Dana BOP Kesetaraan Kinerja.
- Dana Tunjangan Guru ASN Daerah :
a. Dana Tunjangan Profesi Guru Aparatur Sipil Negara Daerah (TPG ASN Daerah);
b. Dana Tambahan Penghasilan Guru ASN Daerah (Tamsil Guru ASN Daerah);
c. Dana Tunjangan Khusus Guru (TKG ASN Daerah).
- Dana Bantuan Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) :
a. Dana BOK Dinas;
b. Dana BOK Puskesmas.
- DAK Nonfisik Jenis Lainnya : Dana Bantuan Operasional Keluarga; Berencana (BOKB); Dana
Bantuan Operasional Museum dan Taman Budaya (BOP-MTB); Dana Pelayanan Kepariwisataan
Dana Peningkatan Kapasitas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil (PK2UMK); Dana Bantuan Biaya
Layanan Pengelolaan Sampah (BLPS); Dana Pelayanan Perlindungan Perempuan dan Anak (PPPA);
Dana Fasilitasi Penanaman Modal (FPM); Dana Ketahanan Pangan dan Pertanian (KPP); Dana
Penguatan Kapasitas Kelembagaan Sentra Industri Kecil dan Menengah (PK2SIKM).

DANA OTONOMI KHUSUS

Pengertian : Dana Otonomi Khusus merupakan bagian Transfer ke Daerah (TKD) yang dialokasikan
kepada Daerah tertentu untuk mendanai pelaksanaan otonomi khusus sebagaimana ditetapkan dalam
Undang-Undang mengenai otonomi khusus. penggunaan untuk pendidikan, kesehatan, pemberdayaan
ekonomi, infrastruktur, pemberdayaan masyarakat adat.

DANA KEISTIMEWAAN DIY

- Pengertian : Dana Keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) merupakan bagian Transfer ke
Daerah (TKD) yang dialokasikan untuk mendukung urusan keistimewaan DIY sebagaimana ditetapkan
dalam Undang-Undang mengenai keistimewaan Yogyakarta.
- Penggunaan, Urusan keistimewaan meliputi : Tata cara pengisian jabatan, kedudukan, tugas, dan
wewenang Gubernur dan Wakil Gubernur, Kelembagaan Pemerintah Daerah DIY; Kebudayaan;
Pertanahan; Tata Ruang.
DANA DESA

- Pengertian: Dana Desa bagian dari Transfer ke Daerah (TKD) yang diperuntukkan bagi desa dengan
tujuan untuk mendukung pendanaan penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan,
pemberdayaan masyarakat, dan kemasyarakatan.
- Penggunaan, Diutamakan penggunaannya untuk : Program pemulihan ekonomi; Dana operasional
pemerintah desa; Program ketahanan pangan dan hewani; Dukungan program sektor prioritas di
Desa.

INSENTIF FISKAL

- Pengertian: Dana yang bersumber dari APBN (Anggaran Pendapatan Belanja Negara) yang diberikan
kepada Daerah berdasarkan kriteria tertentu berupa perbaikan dan/atau pencapaian kinerja di
bidang dapat berupa tata kelola keuangan daerah, pelayanan umum Pemerintahan, dan pelayanan
dasar yang mendukung kebijakan strategis Nasional dan/atau pelaksanaan kebijakan fiskal Nasional.
- Jenis insentif fiskal: Insentif Fiskal untuk Daerah Berkineria Baik; Insentif Fiskal untuk Daerah
Tertinggal yang Berkinerja Baik

Anda mungkin juga menyukai