Anda di halaman 1dari 14

DETEKSI BAKTERI Escherichia coli PADA SUSU SAPI SEGAR

DENGAN METODE POLIMERASE CHAIN REACTION


MENGGUNAKAN PRIMER 16E1 DAN 16E2

MANUSCRIPT

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan


Pendidikan Diploma IV Kesehatan
Bidang Analis Kesehatan

Disusun oleh :

Arin Indah Widyasari

G1C018110

PROGRAM STUDI DIV ANALIS KESEHATAN


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
2022
SURAT PERNYATAAN
DETEKSI BAKTERI Escherichia coli PADA SUSU SAPI SEGAR
DENGAN METODE POLIMERASE CHAIN REACTION
MENGGUNAKAN PRIMER 16E1 DAN 16E2
Arin Indah Widyasari1, Sri Darmawati 2, Aprilia Indra Kartika 1, Stalis
Norma Ethica2
1 Program Studi DIV Analis Kesehatan Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Semarang
2 Program Studi Magister Sains Laboratorium Medis Biologi Molekuler Fakultas Ilmu
Keperawatan dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Semarang

Info Artikel Abstract


Fresh cow's milk has many benefits, but poor sanitation can
cause diarrhea because it is contaminated by microorganisms,
one of which is Escherichia coli. The purpose of this study was
to detect E. coli in unpasteurized fresh cow's milk and
pasteurized fresh cow's milk in Gedawang Village, Semarang
based on the 16S rRNA gene with 16E1 and 16E2 primers. The
samples were cultured on Eosin Methylene Blue Agar (EMBA)
media and the test results showed E. coli and non E. coli
colonies. DNA samples of E. coli were isolated by phenol-
chloroform method, followed by Polymerase Chain Reaction
(PCR). The results of amplification using primers 16E1 and
16E2 showed 3 samples of fresh cow's milk without
pasteurization were positive for E. coli with the formation of
DNA bands measuring ~ 584 bp. 2 samples contaminated with
Klebsiella pneumonia.
Keywords:
Escherichia coli, 16S rRNA
gene, 16E1 and 16E2
Primer

PENDAHULUAN untuk pertumbuhan bakteri sehingga


Keamanan pangan dapat menyebabkan produk menjadi tidak
menjamin pangan yang layak aman dan tidak layak untuk dikonsumsi
dikonsumsi konsumen. Jaminan oleh konsumen. Sumber kontaminan
keamanan pangan mencakup semua susu berasal dari berbagai faktor seperti
pangan, termasuk pangan yang berasal ternak itu sendiri, peternak, peralatan
dari pertanian atau peternakan. Salah pemerahan, pengolahan, dan lain
satu produk ternak yaitu susu. Susu sapi sebagainya (Syamsi et al., 2018).
segar merupakan susu hasil pemerahan Pertumbuhan mikroba dalam
dari sapi perah yang kandungannya susu dapat menurunkan mutu dan
masih alami dan komponen-komponen keamanan susu, yang ditandai oleh
di dalamnya tidak dikurangi maupun perubahan rasa, aroma, warna,
ditambahi dengan bahan lain (Standar konsistensi dan penampakan
Nasional Indonesia, 2011). Susu kaya
nutrisi dan merupakan media yang baik
*Corresponding Author:
Arin Indah Widyasari
Program Studi DIV Analis Kesehatan Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan, Universitas
Muhammadiyah Semarang, Semarang Indonesia 50273
Email : arinindah110@gmail.com
(Kusumaningsih, 2013). Beberapa Pada penelitian ini akan
bakteri yang biasa terdapat dalam susu dilakukan pengambilan sampel di
adalah Streptococcus lactis, Aerobacter Kelurahan Gedawang yang terletak di
aerogenes, Lactobacillus casei dan Kecamatan Banyumanik Kota
Lactobacillus acidophilus termasuk Semarang. Kelurahan Gedawang
Escherichia coli merupakan salah satu mempunyai Kampung Tematik
bakteri patogen yang mencemari susu Peternakan Sapi Perah, sampai tahun
dan dapat menyebabkan diare (Suwito, 2018 jumlah Sapi perah yang dimiliki
2016). Menurut Badan Standarisasi berjumlah 41 Ekor. Sapi perah
Nasional, E. coli telah menjadi dipelihara oleh masyarakat setempat di
mikroorganisme yang dapat dijadikan kandang komersial untuk pembibitan
indikator kualitas untuk menentukan sapi perah. Proses pasteurisasi susu
jumlah bakteri dan mutu susu. Infeksi E. dilakukan di Koperasi Unit Desa (KUD)
coli pada manusia dapat terjadi karena Banyumanik.
susu yang terkontaminasi. Syarat aman Identifikasi E. coli dapat
susu untuk dikonsumsi yaitu dengan dilakukan menggunakan metode
kontaminasi mikroba < 3 APM/ml (SNI, konvensional secara mikrobiologis
2009). dengan mengkultur E. coli pada medium
Kontaminasi bakteri pada selektif dan uji biokimiawi. Pengujian E.
produk pangan yang dikonsumsi oleh coli secara mikrobiologis mempunyai
manusia dapat menyebabkan berbagai kelemahan yaitu membutuhkan waktu
gangguan kesehatan atau penyakit. yang lama dan tenaga yang banyak
Penyakit yang umum diderita manusia dimulai dari proses kultur bakteri
akibat cemaran bakteri patogen adalah sampai uji sifat biokimia (Bintari et al.,
diare. Diare merupakan kondisi ketika 2014). Metode molekuler menggunakan
pengidapnya melakukan buang air besar teknik Polymerase Chain Reaction
lebih sering dari biasanya (Utami and (PCR) dapat mendeteksi E. coli lebih
Handayani, 2017). Kasus diare yang sensitif, cepat dan spesifik karena target
terjadi pada tahun 2017 tercatat yang digunakan adalah gen spesifik
sebanyak 21 kali yang tersebar di 12 pada bakteri tersebut (Durairaj et al.,
provinsi dan 17 kabupaten/kota dengan 2014). Primer yang digunakan adalah
jumlah penderita sebanyak 1.725 orang primer 16E1 dan 16E2 yang dirancang
dan kematian sebanyak 34 orang berdasarkan sekuens DNA yang
(Kemenkes RI, 2018). Bakteri patogen mengkode 16S rRNA pada E. coli
pencemar susu yang umum adalah E. sehingga mempunyai sifat spesifik
coli. Standar Nasional Indonesia (SNI) terhadap galur E. coli dan non E. coli.
tahun 2011, mensyaratkan bakteri E. Primer 16E1 merupakan nukleotida ke
coli tidak terdapat dalam susu dan 452-476 di daerah V3, sedangkan primer
produk olahannya. 16E2 merupakan nukleotida ke 1018-
Kasus keracunan pangan akibat 1035 di daerah V6 (Apriliyani, 2017).
bakteri E. coli yang mengkontaminasi Penelitian yang menggunakan primer
susu diantaranya pada bulan September 16E1 dan 16E2 yang dilakukan oleh
2017 telah terjadi keracunan setelah Ismaun et al., (2021) menunjukkan
minum susu pada 16 siswa Sekolah bahwa metode PCR menggunakan
Dasar (SD) Pandanrejo 1 di Kecamatan primer 16E1 dan 16E2 dapat mendeteksi
Bumijati, Kota Batu, Jawa Timur Escherichia coli yang ditunjukkan
(Aminudin, 2017) dan pada bulan dengan hasil amplifikasi fragmen DNA
Oktober 2018, terjadi keracunan setelah berukuran sekitar 584 pasang basa
minum susu pada 15 siswa SD Negeri 3 (Ismaun et al., 2021).
Sidanegara, Cilacap (Ridlo, 2018).
Penelitian deteksi adanya E. coli (Merck), proteinase K (Promega),
pada susu sapi segar di Kampung phenol (Smart Lab), etanol 96% dingin
Tematik Peternakan Sapi Perah (Merck), ethanol 70% (Merck), TE steril
Kelurahan Gedawang dengan metode (Vivantis), agarose (GeneDireX), TAE
PCR menggunakan primer 16E1 dan 1x, loading dye, nuclease free water
16E2 belum pernah dilakukan. Oleh (Promega), ddH2O, fluorovue, primer
sebab itu, perlu dilakukan penelitian ini 16E1 (Biotech), primer 16E2 (Biotech),
untuk mengetahui apakah pada susu sapi enzim taq polimerase (Promega), master
segar tersebut telah terkontaminasi mix (Promega)..
bakteri atau tidak.
HASIL
BAHAN DAN METODE 1. Kultur Bakteri
Jenis penelitian yang digunakan Ketiga sampel susu sapi segar
merupakan penelitian deskriptif karena dihomogenkan terlebih dahulu
hanya mempresentasikan ada tidaknya kemudian masing-masing diambil 100
gen 16E1 dan 16E2 penanda µl kemudian di resuspensikan ke dalam
Escherichia coli. media BHI cair, kemudian di inkubasi
Inokulasi sampel susu sapi segar selama 24 jam pada suhu 37ºC.
dilakukan di Laboratorium Selanjutnya dilakukan subkultur pada
Mikrobiologi, sedangkan deteksi gen Media Eosin Methylene Blue Agar
16E1 dan 16E2 dilakukan di (EMBA) diinkubasi selama 24 jam pada
Laboratorium Biologi Molekuler suhu 37ºC. Hasil kultur pada media
Fakultas Ilmu Keperawatan dan EMBA dapat diamati pada Gambar 1.
Kesehatan Universitas Muhammadiyah Koloni yang telah tumbuh pada media
Semarang EMBA selanjutnya diamati
Alat-alat yang digunakan dalam morfologinya yaitu warna, bentuk,
penelitian ini meliputi inkubator (WTC ukuran, tepi, konsistensi, dan elevasi.
Binder), autoclave (HMC Hiramaya
HICLAVE HVE-50), refigerator dan
freezer (Electrolux), mikropipet
(finnpippete), centrifuge dingin
(HERMLE Z 326 K), neraca digital, set
elektroforesis (BIO-RAD power basic),
spektrofotometer DNA nanodrop
(maestro GEN), UV transilliminator
(MUV21-312 serial no 090925010),
Mesin thermalcycler (biometra RS 232), Gambar 1. Sub Kultur Suspensi dari BHI
microwave, tabung reaksi, cawan petri, cair umur 24 jam pada Media EMBA
erlenmeyer, lampu spirtus, ose bulat, ose (Sumber : dok. Pribadi)
jarum, tip kuning, putih, dan biru, (SM1 (Susu Murni 1) = Escherichia coli :
rotator (DSR 2800 V), Vortex (BIO- bentuk: circular, warna : hijau metalik,
RAD 1658050), Spindown (BIO RAD),
ukuran : 2 mm, tepi : entire, konsistensi :
mikrotube 1,5 ml, konikel dan
smooth, elevasi: pulvinate; SM4 (Susu
minimikrotube PCR.
Murni 4) = Klebsiella pneumonia : bentuk:
Bahan-bahan yang digunakan
irregular, warna : merah muda, ukuran : 2
adalah susu sapi segar di Kelurahan
Gedawang, media Eosin Methylene Blue mm, tepi :begerigi, konsistensi : mucoid,
Agar (EMBA) (Merck), media Brain elevasi: cekung.)
Herat Infusion Broth (BHI) (Merck),
aquadest steril, buffer lysis bakteri Berdasarkan Gambar 1. hasil
kultur media EMBA dari lima sampel
susu sapi segar yang telah diinkubasi Sedangkan sampel susu pasteurisasi
selama 24 jam pada suhu 37ºC negatif adanya bakteri E. coli. Media
menunjukkan adanya pertumbuhan EMBA yang telah diinkubasi selama 24
koloni dengan warna hijau metalik jam tidak ditumbuhi oleh koloni bakteri.
dengan bintik gelap ditengah koloni Hal ini kemungkinan terjadi karena
pada permukaan media yang bakteri telah hancur ketika dilakukannya
diidentifikasi sebagai bakteri E. coli, dan pemanasan (Ramayana et al., 2013).
terdapat pula koloni berwarna merah Pasteurisasi baik dilakukan ketika
muda yang diduga merupakan bakteri hendak mengkonsumsi susu, karena
Klebsiella pneumonia (Kambuno and dengan perlakuan tersebut akan
Fanggidae, 2017). meminimalisir terjadinya penyakit yang
Warna hijau metalik disebabkan diakibatkan oleh bakteri.
karena terbentuknya asam yang
dihasilkan selama proses fermentasi oleh
bakteri E. coli sehingga pH medium
mengalami penurunan (Utami et al.,
2018). Media Eosin Methylen Blue Agar
(EMBA) mengandung eosin dan metylen
blue yang dapat menghambat
pertumbuhan bakteri Gram positif.
Media EMBA juga mengandung
karbohidrat laktosa, yang membuat Gambar 2. Hasil Uji Biokimia (Sumber :
dok. Pribadi)
bakteri Gram negatif terdiferensiasi
berdasarkan pada kemampuan untuk Hasil pengujian pada uji
memfermentasi laktosa. Warna media biokimia, sampel SM 4 dan sampel SM
sebelum penanaman bakteri berwarna 5 dilakukan pengamatan media Indol,
merah keunguan. Kemudian mengalami Methyl Red, Voges Proskauer dan TSIA.
perubahan warna hijau metalik oleh Pada hasil uji indol ditandai tidak
E.coli, karena E.coli dapat terbentuknya lapisan merah pada media
memfermentasikan laktosa yang ketika diteteskan reagen Kovac’s. Uji
mengakibatkan peningkatan kadar asam indol dilakukan untuk melihat
dalam media. Kadar asam yang tinggi kemampuan organisme yang
dapat mengendapkan metylen blue mendegradasi asam amino triptofan dan
dalam media EMBA (Jamilatun and menghasilkan indol (Hemraj, 2013).
Aminah, 2016). Hasil uji methyl red menunjukkan
Selanjutnya, koloni yang sudah bahwa media berubah menjadi merah
murni E. coli dikultur pada media BHI ketika ditetesi reagen metil merah yang
cair dan diinkubasi pada suhu 37ºC menandakan bahwa hasil uji positif.
selama 48 jam. Koloni yang tumbuh Menurut Sari et al., (2019), uji methyl
pada media EMBA disimpulkan bahwa red dilakukan untuk mengetahui
pada lima sampel susu sapi segar kemampuan bakteri mengoksidasi
mengandung cemaran E.coli. glukosa dengan memproduksi asam
Selanjutnya, E. coli yang telah murni dengan konsentrasi tinggi sebagai hasil
kemudian dilanjutkan pada tahap akhirnya dan hasil asam yang terbentuk
selanjutnya yaitu isolasi DNA genom. berubah menjadi merah dengan
Namun, terdapat 2 dari 5 sampel susu ditambahkannya reagen metil merah.
sapi segar mengandung cemaran bakteri Hasil uji Voges Proskauer (VP)
non E.coli sehingga dilanjutkan dengan menunjukkan hasil positif yang
identifikasi bakteri menggunakan uji menunjukan warna menjadi merah
biokimia. muda. Uji VP yang merupakan
pengujian untuk mendeteksi asetoin 1% digunakan karena ukuran
dalam kultur bakteri. Pengujian ini fragmentasi DNA masih panjang dan
dilakukan dengan penambahan alpha- belum mengalami proses pemotongan
naftol dan KOH 10% pada media VP DNA. Didapatkan hasil DNA yang
yang telah diinokulasikan bakteri berpendar dibawah sinar UV seperti
(Hemraj, 2013). Berdasarkan hasil Uji pada Gambar 3.
TSIA menunjukkan bahwa sampel SM 4
dan SM 5 positif mengandung bakteri
Klebsiella pneumonia karena pada
media mengalami perubahan warna
menjadi kuning pada slant dan deep
dengan menghasilkan gas terlihat dari
media seperti pecah atau terbelah dan
tidak menghasilkan H2S (Sari et al.,
2019). Uji TSIA yang merupakan uji
untuk melihat bakteri yang dapat
memfermentasi glukosa, laktosa,
Gambar 3. Hasil DNA Genom dengan
sukrosa dan reduksi sulfur. Fermentor elektroforesis agarose 1%
glukosa diinokulasi pada media TSIA (Sumber: dok.Pribadi)
akan memproduksi asam sehingga
menurunkan pH dan merubah media 3. Hasil Amplifikasi Gen 16S rRNA
menjadi kuning. Fero sulfat pada media DNA genom yang telah dicurigai
bereaksi dengan H2S membentuk sebagai E. coli kemudian dikonfirmasi
endapan hitam terlihat dalam pada dasar dengan mendeteksi gen 16S rRNA
(butt). Bakteri anggota genus Klebsiella menggunakan primer 16E1 dan 16E2.
akan membuat media menjadi berwarna Amplifikasi menggunakan alat
kuning (bersifat asam) pada lereng thermocycler dengan estimasi suhu
(slant) dan bawah (deep) dengan annealing sebesar 58ºC. Hasil PCR
menghasilkan gas terlihat dari media kemudian dielektroforesis dengan
seperti pecah atau terbelah dan tidak konsentrasi agarose 3% dan
menghasilkan H2S. Indikator yang divisualisasikan menggunakan sinar UV
digunakan yaitu phenol red yang dapat pada UV transiluminator. Hasil dapat
mengubah warna dari merah orange dilihat pada Gambar 4.
menjadi kuning dalam suasana asam
(Hemraj, 2013). Penelitian yang telah
dilakukan menunjukkan hasil yang
sesuai sehingga menunjukkan bahwa
sampel diduga mengandung bakteri K.
pneumonia.

2. Hasil Isolasi DNA Genom


Hasil kultur dari sampel susu sapi
segar yang telah murni E. coli
selanjutnya dilakukan isolasi DNA
secara manual dengan metode Phenol
Chlorofom Isoamil Alkohol (PCIA).
Adanya DNA divisualisasikan dengan
elektroforesis agarose 1% selama ±60
menit menggunakan TAE buffer 1x
pada 100 Volt. Konsentrasi gel agarose
Gambar 4. Hasil Agarose 3% PCR gen 16S yang dimiliki E. coli jika hasil
rRNA Escherichia coli (M = Marker DNA visualisasi sampel tidak terbentuk
Smobio 100 bp, SM1, SM2, SM3 = Positif fragmen DNA tunggal yang sesuai
gen 16S rRNA E. coli dengan ukuran 584 dengan marker.
bp). (Sumber : dok. Pribadi)
PEMBAHASAN
Berdasarkan Gambar 4, hasil
Escherichia coli dikenal sebagai
PCR dari ketiga sampel SM 1, SM 2 dan
bakteri indikator sanitasi dan higiene,
SM 3 yang dideteksi keberadaan E. coli
yaitu bakteri yang keberadaannya dalam
berdasarkan gen 16S rRNA
suatu produk pangan menunjukkan
menunjukkan hasil positif E. coli dengan
indikasi rendahnya tingkat sanitasi yang
ukuran basepair yaitu ~584. Pita DNA
diterapkan. Keberadaan bakteri ini
yang terbentuk tepat sesuai ukuran
sering dikaitkan dengan adanya
basepair dari E. coli yang disesuaikan
kontaminasi yang berasal dari kotoran
dengan marker DNA.
(feses), karena E. coli pada umumnya
Tabel 1. Identifikasi gen 16S rRNA pada adalah bakteri yang hidup pada usus
susu sapi segar menggunakan primer 16E1 manusia (maupun hewan) sehingga
dan 16E2 keberadaan bakteri tersebut pada air atau
pangan menunjukkan adanya proses
No
Kode
Teramplifikasi
Ukuran E.coli Bakteri pengolahan yang mengalami kontak
Sampel pita (EMBA) Lain

1 SM 1 √ ±584bp + -
dengan kotoran (Rahayu et al., 2018).
2 SM 2 √ ±584bp + - Sumber kontaminasi biasanya
3 SM 3 √ ±584bp + - disebabkan sanitasi peternakan yang
4 SM 4 - - + buruk karena kandang sapi yang sempit
Klebsiella
(tidak
terpisah)
pneumonia dan terpencil menyebabkan tempat
5 SM 5 - -
pembuangan feses tidak jauh dari
+
(tidak
Klebsiella kandang sapi, air dipertenakan tersebut
pneumonia
terpisah)
tercemar E. coli, peralatan bekas pakai
6 SP1 - - - - pemerahan hanya dicuci dengan air yang
7 SP2 - - - - belum tercemar maupun sudah tercemar
8 SP3 - - - -
9 SP4 - - - - E. coli, ambing sapi hanya dicuci
1 SP5 - - - - dengan air keran sehingga kemungkinan
0 besar bakteri dari feses ataupun kolon
sapi masih menempel, sehingga susu
Berdasarkan Tabel 1 diketahui yang diperah terkontaminasi E. coli.
bahwa sampel susu sapi segar pada kode Selain itu, bisa disebabkan oleh higienis
SM1, SM2, dan SM3 yang peternak yang tidak dijaga seperti
menggunakan primer 16E1 dan 16E2 memakai baju khusus saat pemerahan
telah berhasil teramplifikasi dan terbukti dan mencuci tangan dengan sabun
telah terkontaminasi/positif E. coli dan sebelum dan sesudah memerah, dari sapi
memiliki Gen 16S rRNA pada ukuran yang satu ke sapi yang lain karena
~584 bp, dengan ini disimpulkan bahwa biasanya pemerah lebih sedikit daripada
sampel susu sapi segar di Kelurahan sapinya dalam satu peternakan.
Gedawang Semarang mengandung E. Prinsip dasar isolasi DNA
coli. bakteri adalah menghancurkan dinding
Sampel dinyatakan positif dan membran sel serta mengeluarkan
terkontaminasi E. coli apabila hasil DNA bakteri yang terdapat dalam
visualisasi sampel susu sapi segar sitoplasma tanpa menyebabkan
terbentuk fragmen DNA tunggal dengan kerusakan pada DNA. Proses isolasi
ukuran ~584 bp yang sesuai dengan DNA terdiri dari beberapa tahap yaitu
marker dan menunjukkan hasil spesifik
persiapan alat dan bahan yang akan dan empat dari sumur galian di wilayah
digunakan, proses penghancuran sel kampus IAIN Kendari menunjukkan
bakteri, penghilangan senyawa bahwa positif E. coli dengan ukuran ~
kontaminan, pengumpulan DNA, dan 584 pasang basa menggunakan primer
selanjutnya dipurifikasi untuk 16E1 dan 16E2.
membebaskan DNA dari kontaminasi Hasil penelitian ini sejalan
karena dapat mengganggu kemurnian dengan penelitian yang dilakukan
dari suatu DNA sehingga DNA yang Elshiekh et al., (2019) yang
dibutuhkan untuk PCR adalah DNA menunjukkan kontaminasi E. coli pada
yang telah murni. sampel susu mentah yang tersedia untuk
Hasil elektroforesis DNA konsumen di negara bagian Khartoum
genom pada penelitian ini masih melalui rantai pemasok yang berbeda
terdapat smear pada gel. Smear yang memiliki jumlah bakteri yang tinggi di
muncul pada gel agarose menandakan luar batas kritis yang dapat diterima
adanya RNA yang ikut terisolasi, menurut Standar Sudan dan negara-
sehingga memunculkan smear di bawah negara anggota komunitas Eropa. Hal ini
pita DNA (Anam, 2010). Masih adanya menunjukkan bahwa higiene, produksi
RNA pada gel dapat dihilangkan dan praktik peternakan yang baik tidak
menggunakan RNAse agar DNA diikuti secara ketat selama produksi,
menjadi lebih murni. Kemurnian DNA penanganan, penyimpanan dan distribusi
ketiga sampel susu sapi segar yang susu. Konsumsi susu mentah dapat
diukur menggunakan nanodrop menimbulkan bahaya kesehatan karena
menghasilkan konsentrasi tinggi yang susu sangat rentan terhadap
disebabkan oleh kontaminasi protein. pertumbuhan mikroba dan mungkin
Kontaminasi protein dapat dihilangkan mengandung patogen. Pasteurisasi harus
menggunakan Proteinase K (Nurhayati dilakukan dengan sempurna karena
and Darmawati, 2017). diadopsi secara luas sebagai metode
Metode isolasi DNA pada yang paling efektif untuk memastikan
penelitian ini menggunakan phenol- penghancuran total semua
chloroform. Metode phenol-chloroform mikroorganisme patogen dan pembusuk
memiliki kelebihan yaitu hasil DNA yang biasa ditemukan dalam susu dan
genom yang didapatkan lebih banyak inaktivasi atau pengurangan bakteri
namun metode ini juga memiliki pembusuk non-patogen lainnya.
kelemahan yaitu kontaminasi phenol- Insensitas pita DNA hasil amplifikasi
chloroform pada DNA. Kontaminasi oleh setiap sampel dipengaruhi oleh
phenol-chloroform dapat dihilangkan banyaknya jumlah sel bakteri yang
dengan pencucian (washing) DNA tumbuh pada saat inokulasi pada media
menggunakan ethanol 70% selama 3 BHI, sehingga mempengaruhi hasil
kali sehingga menghasilkan DNA lebih visualisasi elektroforesis gel agarose 3%
murni (Kamaliah, 2017). dengan perbedaan tebal tipisnya pita
Hasil PCR dan elektroforesis gel DNA yang terpancar.
agarose 3% pada penelitian ini Berdasarkan hasil kultur bakteri
menunjukkan hasil positif pada setiap yang telah dilakukan pada media
sampel yaitu SM1,SM2 dan SM3 EMBA, diketahui sampel SM1, SM2
ditandai dengan adanya pita DNA pada dan SM3 mengalami perubahan warna
ukuran ~ 584 bp. Hasil penelitian hijau metalik, hal tersebut
didukung dengan penelitian yang mengkonfirmasi bahwa sampel susu sapi
dilakukan Ismaun et al., (2021) dimana segar dengan kode SM1, SM2 dan SM3
sebanyak 1 dari 8 sampel air yang positif E. coli. Kemudian pada sampel
diperiksa, yaitu empat dari sumur bor susu sapi segar dengan kode sampel
SM4 dan SM5 terdapat koloni berwarna Berdasarkan Standar Nasional Indonesia
merah muda yang diduga merupakan (2009), Syarat susu yang aman untuk
bakteri K. pneumonia (Kambuno and dikonsumsi yaitu dengan kontaminasi E.
Fanggidae, 2017). coli < 3 APM/ml. Bakteri yang melebihi
E. coli merupakan bakteri batas SNI berisiko menyebabkan diare
patogen yang tidak boleh ada didalam dan jika beredar ke sistem atau organ
susu. Namun berdasarkan hasil tubuh yang lain akan menyebabkan
penelitian yang didapat dari 5 sampel infeksi, bahkan bakteri E. coli jika
susu sapi segar tanpa pasteurisasi dan 5 sampai masuk ke salurang kencing maka
sampel susu sapi pasteurisasi yang mengakibatkan infeksi pada saluran
diperoleh dari 5 peternak di Kelurahan kencing atau kemih (Sutiknowati, 2016).
Gedawang Semarang ditemukan adanya
kontaminasi E. coli pada 3 sampel susu KESIMPULAN
sapi segar tanpa pasteurisasi dan 2 Berdasarkan hasil penelitian
sampel terkontaminasi K. pneumonia. yang telah dilakukan dapat disimpulkan
Susu sapi pasteurisasi tidak ditemukan bahwa dari 5 sampel susu sapi segar
adanya pertumbuhan bakteri. Hal serupa tanpa pasteurisasi dan 5 sampel susu
juga terjadi pada penelitian milik sapi pasteurisasi yang diperoleh dari 5
Kusumaningsih (2013) sekitar 14 dari peternak di Kelurahan Gedawang
34 sampel susu sapi perah yang berasal Semarang ditemukan adanya
dari pertenakan yang berbeda-beda juga kontaminasi Eschericia coli pada 5
tercemar bakteri E. coli. Sampel susu sampel susu sapi segar tanpa
sapi segar yang positif tercemar K. pasteurisasi 3 diantaranya ditemukan
pneumonia bisa saja diakibatkan karena adanya kontaminasi E. coli berdasarkan
kondisi lingkungan kandang yang tidak gen spesifik 16S rRNA menggunakan
baik atau berdekatan dengan primer 16E1 dan 16E2 pada ukuran
pembuangan kotoran sapi. Bakteri yang ~584 bp. Susu sapi pasteurisasi tidak
berada disekitar peternakan dapat ditemukan adanya pertumbuhan bakteri.
bertebaran di udara sehingga pada saat
sapi tersebut diperah bisa terkontaminasi SARAN
oleh K. pneumonia. Oleh karena itu, 1. Untuk konsumen yang membeli susu
dapat disimpulkan bahwa bahan pangan sapi segar lebih baik agar
asal ternak khususnya susu sapi dalam memanaskan susu terlebih dahulu
hal ini perlu diperhatikan dari segi sebelum diminum atau membeli susu
kualitas mikrobiologi karena melihat sapi segar yang sudah dilakukan
potensi bahan pangan asal ternak yang pasteurisasi.
lebih besar tercemar bakteri koliform 2. Untuk menghasilkan ketebalan pita
dan patogen toksigenik mengingat pada agarose 3% PCR gen 16S rRNA
keberadaan bahan pangan asal ternak yang sama, konsentrasi sampel harus
yang lebih dekat dengan sumber sama.
cemaran bakteri.
Hasil penelitian menunjukkan UCAPAN TERIMA KASIH
deteksi E. coli menggunakan teknik Terselesaikannya penulisan
PCR berdasarkan gen 16S rRNA tugas akhir dan artikel ini tidak lepas
menggunakan primer 16E1 dan 16E2 dari bimbingan, dukungan dan bantuan
menandakan adanya kontaminasi E. coli dari berbagai pihak. Oleh karena itu,
pada susu sapi segar di Kelurahan penulis ingin menyampaikan ucapan
Gedawang Semarang. Kontaminasi terimakasih kepada :
E.coli ditandai dengan terbentuknya pita 1. Dr. Sri darmawati, M.Si selaku
band DNA berukuran ~ 584 bp. pembimbing I
2. Aprilia Indra Kartika, S.Pd., Escherichia coli Bacteria as A
M.Biotech selaku pembimbing II Cause Of Diarrhic Disease Using
3. Dr. Stalis Norma Ethica, M.Si Techniques Of PCR. Bioma, 6(2),
selaku Penguji 1–9.
4. Kedua orang tua yang memberi doa Jamilatun, M., and Aminah, A. (2016).
restu serta dukungan moral dan Isolasi Dan Identifikasi
material kepada penulis Escherichia Coli Pada Air Wudhu
5. Semua pihak yang telah Di Masjid Yang Berada Di Kota
memberikan bantuan selama Tangerang. Jurnal Medikes (Media
penyusunan Tugas Akhir ini. Informasi Kesehatan), 3(1), 81–90.
https://doi.org/10.36743/medikes.v
REFERENSI 3i1.154
Apriliyani, D. A. (2017). Identifikasi Kamaliah, K. (2017). Perbandingan
Molekuler Escherichia coli pada Metode Ekstraksi Dna Phenol-
Minuman Olahan Di Kecamatan Chloroform Dan Kit Extraction
Gunung Pati Semarang. Skripsi, 1– Pada Sapi Aceh Dan Sapi Madura.
30. BIOTIK: Jurnal Ilmiah Biologi
Bintari, Siti Harnina, et al. (2014). PCR Teknologi Dan Kependidikan, 5(1),
approach for rapid detection of 60.
Escherichia coli in tempe using a https://doi.org/10.22373/biotik.v5i
specific primer. Journal of 1.2975
Biological Reasearches ; 19 (54- Kambuno, N. T., and Fanggidae, D.
58) 2014, 19. (2017). Identification of Gram
Durairaj, B., Devaki, K. S., and Muthu, Negative Bacteria for Extended
S. (2014). Detection of Sensitive Spectrum Beta Lactamase Strains
Food Pathogens in Banana, Cold in NICU Room of RSUD Prof.
Meat and Milk By Pcr Jurnal Info Kesehatan, 15(2), 333–
Amplification Based Technique. 345.
Journal of Biological & Scientific Kusumaningsih, A. (2013). Cemaran
Opinion, 2(5), 292–297. Bakteri Patogenik pada Susu Sapi
https://doi.org/10.7897/2321- Segar dan Resistensinya terhadap
6328.02566 Antibiotika. Jurnal Ilmu-Ilmu
Elshiekh, N. A., Mohammed, G. E., Hayati, Vol. 12(1)(April), Pp. 9-17.
Abdalla, M. A., Altayeb, H., and Nurhayati, B., and Darmawati, S.
Elkhair, O. M. (2019). Isolation (2017). Biologi Sel dan Molekuler.
and Molecular Identification of 303.
Escherichia Coli from cow ’ s milk Rahayu, W. P., Nurjanah, S., and
in Khartoum State. 12(8), 51–57. Komalasari, E. (2018). Escherichia
https://doi.org/10.9790/2380- coli: Patogenitas,Analisis, dan
1208015157 Kajian Risiko. Journal of
Hemraj, V. (2013). A REVIEW ON Chemical Information and
COMMONLY USED Modeling, 53(9), 5.
BIOCHEMICAL TEST FOR Ramayana, K., Nuraini, D., and Ashar,
BACTERIA VASHIST. T. (2013). Analisis Higiene
INNOVARE JOURNAL OF Sanitasi Pengolahan dan
SCIENCE, 1(1), 221–230. Pemeriksaan Baktri E. coli pada
https://doi.org/10.1109/ICDM.201 Minuman Air Kelapa Muda yang
3.109 Dijual Di Kelurahan Lauchi
Ismaun, Muzuni, and Hikmah, N. Kecamatan Medan Tuntungan.
(2021). Molecular Detection of 20(3), 1–8.
Sari, D. P., Rahmawati, and W, E. R. P. keamanan pangan dan tingkat
(2019). Deteksi dan Identifikasi prevalensi cemaran bakterisusu di
Genera Bakteri Coliform Hasil Sentra Pengembangan Sapi Perah
Isolasi dari Minuman Lidah Buaya. Cilongok. Jurnal Ilmu-Ilmu
Jurnal Labora Medika, 3(1), 29– Peternakan, 28(3), 224.
35. https://doi.org/10.21776/ub.jiip.20
http://jurnal.unimus.ac.id/index.ph 18.028.03.05
p/JLabMed Utami, S., Bintari, S. H., and Susanti, R.
Sutiknowati, L. I. (2016). “Bioindikator (2018). Deteksi Escherichia coli
Pencemar, Bakteri Escherichia pada Jamu Gendong di Gunungpati
coli.” Jurnal Oseana, 41(4), 63– dengan Medium Selektif
71. oseanografi.lipi.go.id Diferensial. Life Science, 7(2), 73–
Suwito, W. (2016). Bakteri yang sering 81.
Mencemari Susu: Deteksi, Utami, S., and Handayani, S. K. (2017).
Patogenesis, Epidemiologi, dan Optimalisasi Peran Sains dan
Cara Pengendaliannya. Bakteri Teknologi untuk Mewujudkan
Yang Sering Mencemari Susu: Smart City. In Universitas Terbuka
Deteksi, Patogenesis, (Issue October).
Epidemiologi, Dan Cara http://repository.ut.ac.id/7078/1/U
Pengendaliannya, 29(3), 96–100. TFMIPA2017-09-utami.pdf
https://doi.org/10.21082/jp3.v29n3
.2010.p96-100
Syamsi, A. N., Astuti, T. Y., and
Widodo, H. S. (2018). Kajian

Anda mungkin juga menyukai