Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH BIMBINGAN KONSELING KOMUNITAS

“KONSELING KOMUNITAS DALAM BERBAGAI LEMBAGA


BERSETING MASYARAKAT (KOMUNITAS)”

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Bimbingan dan Konseling


Komunitas

Dosen Pengampu :
Prof. Dr. Muhammad Nur Wangid, M.Si

Disusun Oleh:

1. Yustie Ida Rahmawati (NIM: 22113251008)


2. Fabianus Donda (NIM: 22113251047)

PROGRAM STUDI MAGISTER BIMBINGAN DAN KONSELING


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadiran Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
limpahan rahmat serta hidayah-Nya, maka makalah berjudul “Konseling Komunitas
dalam Berbagai Lembaga Berseting Masyarakat (Komunitas)” ini dapat kami
selesaikan sebagai bagian dari tugas mata kuliah Bimbingan dan Konseling
Komunitas. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada dosen pengampu yaitu
Prof. Dr. Muhammad Nur Wangid, Msi yang telah membimbing kami para
mahasiswa dalam menyusun makalah ini.

Makalah ini bertujuan supaya mahasiswa Magister Bimbingan dan Konseling


pada khususnya dan guru atau pembaca pada umumnya dapat memahami tentang
implementasi, sistem kerja dan pengembangan konseling komunitas dalam berbagai
lembaga berseting masyarakat.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna dikarenakan
keterbatasan pengalaman dan pengetahuan, oleh karena itu, saran dan kritik yang
membangun dari pembaca sangat kami harapkan. Akhirnya kami berharap semoga
makalah ini memberikan manfaat bagi perkembangan dunia pendidikan.

Yogyakarta, 2023

Tim Penyusun

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ………………………………………………. i

Daftar Isi ………………………………………………. ii


BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………. 1

A. Latar Belakang Masalah ………………………………………………. 1


B. Rumusan Masalah ………………………………………………. 2
C. Tujuan ………………………………………………. 2

BAB II PEMBAHASAN ………………………………………………. 3


A. Konseling Komunitas ………………………………………………. 3
dalam Setting Komunitas
Kesehatan Mental
B. Konseling Komunitas ………………………………………………. 9
dalam Setting Karir,
Kejuruan dan Pekerjaan
C. Konseling Komunitas ………………………………………………. 13
dalam Setting Konseling
Keluarga
D. Konseling Komunitas ………………………………………………. 18
dalam Program dan
Advokasi Populasi Khusus
BAB III PENUTUP ………………………………………………. 24
A. Kesimpulan ………………………………………………. 24

B. Saran ………………………………………………. 24
Daftar Pustaka ………………………………………………. 25

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Penerapan konseling, seiring perkembangannya tidak hanya bekerja


pada area sekolah atau institusi pendidikan saja, seiring semakin kompleksnya
permasalahan yang dialami oleh individu, semakin memperluas wilayah kerja
konseling, yaitu dalam setting komunitas atau konseling berbasis komunitas.
Tujuan pokok dalam konseling komunitas adalah untuk mempromosikan
perkembangan psikologis dan kesejahteraan pribadi klien, terlepas dari
masalah spesifik yang ditangani. Konselor yang menggunakan model
konseling komunitas, berfokus pada cara untuk meningkatkan kompetensi
pribadi individu dalam konteks lingkungan yang sehat.

Konselor dalam praktik konseling komunitas, tidak hanya melakukan


intervensi secara langsung dengan klien, namun secara tidak langsung
memfasilitasi perubahan positif dalam lingkungan sosial klien, namun hal
tersebut tergantung pada kebutuhan klien dan lingkungan kerja konselor.
Konseling berbasisi komunitas memiliki beberapa setting diantaranya adalah
seting komunitas kesehatan mental, seting karir, kejuruan dan pekerjaan,
setting konseling keluarga dan setting program dan advokasi populasi khusus.
Masing-masing lembaga atau organisasi dalam setiap setting tersebut,
memiliki program dan kerangka kerja sendiri-sendiri disesuaikan dengan
tujuan organisasi/komunitas.

Masyarakat secara umum belum begitu memahami tentang konsep


konseling komunitas dan cara kerjanya di masyarakat atau lembaga, bahkan
mungkin konselor sendiri juga belum begitu memahami cara kerja dan
kerangka kerja dalam pendampingan klien di masyarakat. Berkaitan dengan

1
hal tersebut, makalah ini disusun untuk memaparkan dan mendeskripsikan
konseling komunitas dalam berbagai seting lembaga masyarakat.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, adapun rumusan masalah dalam makalah


ini adalah:

1. Bagaimana konseling komunitas dalam seting komunitas kesehatan


mental?
2. Bagaimana konseling komunitas dalam seting karir, kejuruan, dan
pekerjaan?
3. Bagaimana konseling komunitas dalam setting konseling keluarga?
4. Bagaimana konseling komunitas dalam program dan advokasi populasi
khusus?
C. Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah, adapun tujuan penulisan makalah ini adalah:

1. Mendeskripsikan konseling komunitas dalam setting komunitas kesehatan


mental.
2. Memaparkan konseling komunitas dalam seting karir, kejuruan dan
pekerjaan.
3. Memaparkan konseling komunitas dalam seting konseling keluarga
4. Mendeskripsikan konseling komunitas dalam program dan advokasi
populasi khusus.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konseling Komunitas dalam Setting Komunitas Kesehatan Mental
Komunitas kesehatan mental diorganisir dengan tujuan menangani
masalah psikologis populasi umum sebagai contoh pada daerah tertentu
(catchment area), dengan mengembangkan pelayanan yang terorganisir
dengan baik, serta memiliki fungsi yang kokoh dalam membantu
masyarakat/individu untuk memperbaiki kondisi lingkungan yang merugikan.
Tujuan program kesehatan mental adalah membantu anggota masyarakat
mengembangkan keterampilan dan kesadaran untuk meningkatkan efektifitas
atau membantu masyarakat belajar menciptakan dan memelihara lingkungan
yang sehat. Komunitas kesehatan mental baik berupa lembaga kecil atau pusat
yang besar menyediakan layanan yang beragam. Beberapa contoh komunitas
kesehatan mental di Indonesia antara lain adalah sehat mental.id, Into The
Light Indonesia, Depression Warrior Indonesia, Get Happy, Bipolar Care
Indonesia.

Tujuan dan Aspek konseling komunitas dalam Community Mental Health


menurut Lewis, Lewis, Daniels, & D’Andrea (2011) adalah sebagai berikut:

a. Memfasilitasi pengembangan manusia


Peran penting lembaga kesehatan mental dalam komunitas adalah
menyediakan konseling bagi orang yang membutuhkan atau
menginginkan intervensi yang lebih aktif dalam kehidupan mereka
secara mudah dan terjangkau. Konselor/praktisi kesehatan mental
harus berusaha mengenali dan membangun kekuatan klien serta
melakukan upaya sebisa mungkin untuk mencegah perawatan yang
kurang intensif. Namun bila klien memerlukan perawatan yang lebih
intensif, konselor harus mencoba memberikan layanan rehabilitasi
sesuai dengan tujuan klien sendiri.

3
Layanan yang diberikan kepada klien dalam komunitas kesehatan
mental, setidaknya mencakup komponen dibawah ini:

a. Membantu klien mengatasi kondisi lingkungan yang


mengganggu pertumbuhan dan kesejahteraan mereka.
b. Menyediakan layanan konseling Individu, kelompok, dan
keluarga sesuai dengan kebutuhan
c. Mendorong keterlibatan klien dalam self-help and self-
advocacy (advokasi diri)
d. Menyusun strategi intervensi yang membantu klien
memperoleh keterampilan hidup, memfasilitasi keberhasilan
integrasi klien dalam komunitas yang lebih besar.
Program-program yang disusun harus membantu anggota
masyarakat mengembangkan keterampilan dan kesadaran yang akan
meningkatkan efektivitas mereka atau membantu mereka belajar
menciptakan dan memelihara lingkungan yang sehat. Agar program
ini dapat berjalan dengan baik, seluruh masyarakat harus dapat
mengaksesnya. Program yang dirancang untuk komunitas ini
bertujuan untuk:

a. Mengedukasi anggota komunitas tentang isu-isu yang berkaitan


dengan kesehatan mental dan kesehatan pribadi.
b. Memberikan pengalaman yang mendorong pengembangan
kompetensi pribadi, sosial, dan/atau karir anggota komunitas.
c. Membantu mencegah masalah serius terjadi terutama di antara
kelompok berisiko.
Beberapa program yang bermanfaat untuk meningkatkan keterampilan
menciptakan dan memelihara lingkungan yang sehat antara lain:

a) Program pelatihan (Training Programs)

4
Konselor dapat menggunakan program pelatihan dalam
membantu mengembangan kompetensi pribadi klien dari
berbagai latar belakang dan usia. Program tersebut disusun
untuk mencegah gangguan yang serius dan dapat
meningkatkan rasa kebersamaan masyarakat dan saling
membantu.

b) Pengalaman kelompok (Group experiences)


Konselor menggunakan pengalaman kelompok untuk
membantu klien mengembangkan hubungan interpersonal yang
lebih baik satu sama lain. Pengalaman kelompok merupakan
intervensi preventif yang berfokus pada pengembangan dan
pendidikan daripada mengatasi masalah yang ada. Pengalaman
kelompok ini efektif dan pernah digunakan dalam
pemberdayaan keluarga, mendorong pengembangan
keterampilan interpersonal yang efektif antara anak- anak dan
keluarga yang mengalami berbagai tekanan di lingkungan
mereka. Model ini disebut dengan model Sayger, dimana
konselor didorong untuk melakukan hal-hal berikut ini:

a. Menggunakan pendekatan edukatif untuk mendorong


pengembangan kompetensi interpersonal baru di antara
anggota keluarga
b. Membahas dan berdiskusi terkait problem kepercayaan
dan dukungan sosial dengan anggota keluarga selama
pertemuan kelompok pendidikan
c. Berfokus pada kekuatan positif keluarga.
d. Memberikan kesempatan kepada anggota keluarga
untuk melatih keterampilan interpersonal yang baru
mereka kembangkan dalam lingkungan

5
Konsep serupa juga telah terbukti efektif digunakan dalam
kelompok untuk dewasa muda dari keluarga yang bercerai dan
kakek-nenek yang mengasuh cucu.

c) Program pengembangan keterampilan (skill-building


programs)
Program ini memberikan alternatif bagi konselor untuk
memberikan layanan secara langsung kepada masyarakat atau
individu untuk belajar hidup dengan lebih efektif dan dapat
menangani masalah dengan lebih kompeten. Sejarahnya,
program pengembangan ketrampilan dilakukan melalui kelas-
kelas dimana peserta hadir secara langsung untuk mendapatkan
informasi tentang ketrampilan hidup melalui role playing
(bermain peran) dan diberikan kesempatan untuk
mempraktikkan keterampilan baru tersebut. Namun dengan
adanya kemajuan teknologi, konselor dapat memberikan
pelayanan program secara online (berbasis komputer) sehingga
klien dapat mengakses program dari rumah.

d) Pendidikan untuk kehidupan sehari-hari (Education for


Everyday Living)
Program pengembangan kompetensi biasanya mengarahkan
perhatian pada bidang-bidang seperti hubungan keluarga,
perencanaan karir, manajemen stres, strategi pengambilan
keputusan, manajemen waktu, dan isu-isu lain yang dianggap
penting oleh anggota masyarakat. Sebuah lembaga di Chicago
bernama Thresholds mengembangakn program untuk
membantu dan menginspirasi orang-orang dengan gangguan
jiwa berat untuk menemukan kembali kehidupan mereka
dengan memberikan dukungan, keterampilan dan dorongan

6
yang dibutuhkan untuk mencapai masa depan yang penuh
harapan dan sukses. Selain melakukan konseling tatap muka
satu lawan satu, konselor di Thresholds menawarkan
psikoedukasi kelompok yang dirancang untuk membantu
individu mengembangkan keterampilan dan kompetensi baru
yang memberdayakan dan meningkatkan kesejahteraan
mereka. Kelompok-kelompok ini diantaranya:

a. Kelompok rehabilitasi kejuruan, yang menyediakan


pelatihan pra kerja, pelatihan dan penilaian kejuruan
yang berkelanjutan, layanan konseling karir, pelatihan
khusus yang memungkinkan klien untuk memperoleh
berbagai keterampilan kerja, bantuan dalam mencari
dan penempatan kerja dan layanan dukungan pekerjaan.
b. Kelompok pendidikan, dimana kelompok ini
memberikan kesempatan kepada klien untuk
mendapatkan bantuan dalam kemampuan membaca dan
berhitung, diberi kesempatan untuk mendapatkan gelar
kesetaraan (semacam kejar paket), disebut “Program
Cendekia Masyarakat”.
c. Kelompok hidup mandiri, mencakup pelatihan
“kegiatan hidup sehari-hari” yang dimaksudkan
membantu klien yang ada di panti sosial untuk
mendapatkan skill yang diperlukan supaya merasakan
kesejahteraan pribadi secara bertanggung jawab dan
bekerjasama dalam lingkungan.
d. Kelompok kesehatan fisik dan kesejahteraan.
Kelompok ini memberikan layanan edukasi yang
berfokus pada berbagai tema termasuk pencegahan

7
NAPZA, gizi, pemeliharaan kesehatan, kebersihan diri
serta diskusi kelompok yang berfokus pada latihan fisik
dalam menjalani hidup sehat.
b. Memfasilitasi pengembangan komunitas
Kesehatan mental seseorang sangat bergantung pada
interaksinya dengan orang lain, konselor juga bekerja dengan
anggota keluarga orang tersebut serta dengan orang lain yang
mungkin berkontribusi pada masalah klien atau menjadi bagian dari
solusi. Dengan demikian, para praktisi lebih dari sekadar
menghubungkan, tetapi juga mengadvokasi. Akhirnya, profesional
kesehatan mental dapat bertindak sebagai konsultan, membantu
anggota jaringan yang membantu untuk mempelajari cara-cara yang
lebih efektif dalam bekerja dengan orang-orang yang hidupnya
mereka sentuh. Karena hubungan konselor dengan komunitas tempat
mereka bekerja sangat erat, maka konselor memiliki posisi yang
baik untuk mengenali faktor-faktor di lingkungan yang mengganggu
perkembangan manusia yang sehat. Mereka juga memiliki posisi
yang baik untuk mengidentifikasi kekuatan dan sumber daya
komunitas tertentu. Ketika sebuah pusat kesehatan mental atau
lembaga merupakan bagian integral dari komunitas mereka, anggota
staf membantu warga berorganisasi untuk mendukung tujuan
komunitas. Dengan demikian, lembaga tersebut dapat berfungsi
sebagai basis koordinasi dimana para profesional kesehatan
mental bekerjasama dengan anggota masyarakat lainnya untuk
melakukan hal-hal berikut:

a. Merencanakan layanan yang dapat memenuhi kebutuhan yang


telah ditentukan oleh para anggota.

8
b. Menjabarkan strategi untuk menghadapi misalnya kekuatan
politik, sosial dan ekonomi yang negatif dalam masyarakat
untuk memastikan bahwa lembaga dan instansi lokal
menanggapi kebutuhan masyarakat dan pengambilan
keputusan dalam sektor bisnis, pendidikan dan kesehatan
mental terbuka bagi semua warga negara.
c. Bertindak untuk membantu memenuhi kebutuhan mendesak
anggota masyarakat, terutama pendidikan, perumahan, sanitasi,
transportasi, pekerjaan dan perawatan medis.
Meskipun konselor dapat melaksanakan layanan yang secara tidak
langsung mendukung dan mendorong kegiatan-kegiatan tersebut, tetapi
keberhasilan jangka panjangnya tergantung dari kepemimpinan masyarakat
setempat. Ketika lembaga kesehatan mental mengkombinasikan dengan
layanan untuk memfasilitasi pengembangan masyarakat, konselor juga
berperan sebagai advokat bagi pengguna layanan kesehatan mental dan
memperjuangkan penyediaan kesempatan pendidikan dan karir.

B. Konseling Komunitas dalam Setting Karir, Kejuruan dan Pekerjaan


Konselor komunitas yang bekerja di bidang ketenagakerjaan,
rehabilitasi kejuruan, atau karier berfokus pada pengembangan karier positif
yang dibangun di atas kekuatan dan sumber daya pribadi klien mereka.
Banyak lembaga yang membantu klien terutama melalui penempatan kerja,
rehabilitasi kejuruan, atau konseling karir. Program-program ini berhasil
ketika klien mereka mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan kemampuan,
minat, dan tujuan mereka.

Dari perspektif kerangka kerja konseling komunitas, program


pengembangan karir yang efektif menekankan hal-hal berikut:

9
1. Membantu individu merumuskan dan bertindak berdasarkan tujuan
dan strategi karir.
2. Membantu klien mengembangkan keterampilan yang mereka
butuhkan untuk memasuki dan sukses di dunia kerja.
3. Bekerjasama dengan pemberi kerja untuk meningkatkan peluang kerja
dan dukungan bagi klien mereka.
4. Mengarahkan waktu dan energi untuk mempengaruhi kebijakan yang
mempengaruhi peluang pengembangan karir bagi klien mereka dan
masyarakat luas.
Dalam program-program ini, pekerjaan setiap konselor harus memiliki banyak
aspek, yang mencakup pengembangan manusia dan pengembangan
masyarakat.

1. Memfasilitasi Pengembangan Manusia.


Ketika kemerosotan ekonomi mempengaruhi sebuah
komunitas, atau krisis keuangan keluarga yang terjadi secara tiba-tiba,
konselor yang bekerja di lembaga pengembangan karier juga dapat
membantu mencegah dampak psikologis yang merugikan. Lembaga-
lembaga yang berfokus untuk membantu klien membuat keputusan
karir harus menawarkan program pengembangan yang memungkinkan
individu untuk mengeksplorasi nilai-nilai, tujuan, dan pilihan
pekerjaan mereka. Sebagai contoh lokakarya kelompok dapat
membantu mencegah krisis pekerjaan, sehingga meningkatkan
kemampuan masyarakat untuk kesejahteraan. Melalui lokakarya
terstruktur, individu dapat memeriksa situasi kerja dan gaya hidup
mereka saat ini, mengeksplorasi nilai-nilai dan tujuan mereka, serta
mengembangkan keterampilan pemecahan masalah dan pengambilan
keputusan.

10
Orang -orang yang menganggur dalam jangka waktu lama
memiliki label komparatif dan membuat harga diri menjadi rendah.
Begitu pula mantan tahanan, tunawisma, orang dengan ketergantungan
obat atau orang yang tidak dapat menemukan pekerjaan, mereka
merasa kewalahan dan tidak berdaya dan merasa tidak dapat merubah
situasi dengan mudah, sehingga merupakan hal yang sangat penting
bagi mereka untuk merasa diberdayakan karena kecenderungan
masyarakat meremehkan mereka. Disinilah fungsi konselor,
membantu empowering orang-orang tersebut.

2. Memfasilitasi Pengembangan Masyarakat


Konselor komunitas selalu siap untuk melakukan advokasi
atasnama klien mereka. Di lembaga yang berfokus pada masalah
pengembangan karier, advokasi klien kemungkinan besar diperlukan
dalam kasus diskriminasi pekerjaan atau praktik kerja yang tidak adil
lainnya. Konselor harus berpusat pada klien sebagai pribadi yang utuh
serta interaksi mereka dengan lingkungannya. Dalam lingkungan
pekerjaan, konselor dipacu untuk memberikan perhatian kepada aspek
lingkungan sekitar yang mempengaruhi keputusan karir dan
keberhasilan pekerjaan.

Oleh karena itu, konselor yang menggunakan model konseling


komunitas seringkali membantu klien dengan hal-hal yang tidak secara
langsung berhubungan dengan pekerjaan namun tetap dapat
mempengaruhi perkembangan karir mereka. Dalam banyak kasus,
konselor karir dapat bertindak sebagai konsultan, membantu orang lain
untuk melayani klien secara lebih efektif. Sering kali, konselor juga
dapat berkonsultasi dengan pemberi kerja, administrator, dan pembuat
kebijakan organisasi lainnya untuk membantu mereka lebih

11
memahami faktor-faktor sosial, psikologis, atau fisik yang
mempengaruhi perkembangan kejuruan klien.

Konselor yang bekerja di lembaga pengembangan kejuruan


dan karir harus lebih responsif terhadap kebutuhan anggota
masyarakat terhadap karir. Lembaga pengembangan karir harus
memperhatikan praktik perekrutan, pelatihan, dan promosi bisnis di
masyarakat. Memerangi seksisme, diskriminasi usia, kemampuan,
heteroseksisme, dan rasisme dalam praktik-praktik ketenagakerjaan
merupakan bagian yang jelas dan penting dalam meningkatkan
lingkungan kerja. Konselor yang menggunakan kerangka kerja
konseling komunitas dalam praktiknya waspada terhadap praktik-
praktik ketenagakerjaan yang tidak adil dan menggunakan layanan
komunitas secara tidak langsung untuk mengatasinya. Hal ini
termasuk mengadvokasi penghapusan tes penyaringan yang bias
budaya atau tes yang mengukur bakat yang tidak relevan dengan
pekerjaan serta bentuk bias lainnya yang mungkin diarahkan pada
mantan pelaku kejahatan, mantan pasien kejiwaan, atau individu
dengan disabilitas dalam proses perekrutan.

Konselor harus memperluas kesadaran mereka tidak hanya


pada proses perekrutan, tetapi juga hal yang terjadi pada klien setelah
mereka mulai bekerja. Meskipun konselor sendiri mungkin tidak
memiliki kekuatan untuk mengubah lingkungan kerja perusahaan
besar dan birokrasi, mereka dapat memberikan dukungan aktif kepada
kelompok-kelompok yang berusaha untuk meningkatkan keselamatan
kerja, memperluas peran pekerja dalam membuat keputusan yang
mempengaruhi mereka, dan membuat tempat kerja lebih baik secara
umum.

12
C. Konseling Komunitas dalam Setting Konseling Keluarga

Tidak bisa kita ingkari bahwa dalam keluarga ada persoalan,


umumnya dalam keluarga orang mengalami trauma, entah karena
marginalisasi, atau bentuk penindasan lainnya. Namun patut disayangkan juga
bahwa orang-orang yang secara profesinya diharapkan bisa menolong
keluarga yang bermasalah itu tidak bekerja secara efektif yakni mereka
kurang eksplorasi pandangan mereka sendiri tentang keluarga bahwa jangan-
jangan pandangan mereka tentang keluarga terlalu sempit.

Misalnya tentang rasisme, orang berpikir bahwa rasisme itu perlakuan


orang kulit putih terhadap kulit hitam, tetapi banyak orang tidak sadar bahwa
rasisme juga terjadi diantara sesama dan dalam keluarga kulit hitam

Terjadi Sikap dominan terhadap kaum gay, lesbian, biseksual dan


transgender. Hubungan heteroseksual yang mayoritas dianggap sebagai
standar untuk memahami kelompok minoritas lain. Dimana kelompok
minoritas lain dianggap sebagai sesuatu yang bermasalah dan perlu dijelaskan,
sedangkan kelompok mayoritas dianggap sebagai sesuatu yang normal dan
tidak perlu dijelaskan (Green, 2007 dalam Lewis et al., 2011)

Marginalisasi terhadap keluarga yang berbeda secara budaya dengan


budaya masyarakat luas. Seksisme: misalnya terapi pada pasangan
heteroseksual yang bermasalah, terapi ini tidak hanya berupa pelatihan
komunikasi atau membuat pembagian kerja misalnya suami melakukan lebih
banyak pekerjaan rumah tangga sementara isteri hanya urusan menyangkut
hubungan seksual. Sebaliknya terapi keluarga heteroseksual bisa dilakukan
dengan membahas tentang distribusi kekuasaan dalam keluarga,
mengeksplorasi bagaimana budaya pada umumnya telah merendahkan suara
perempuan dan menilai terlalu tinggi suara laki-laki, menanyakan bagaimana

13
meta-fenomena itu mempengaruhi komunikasi antara perempuan dan laki-
laki. (Brown, 1994 dalam Lewis et al., 2011).

Berangkat dari contoh contoh permasalahan diatas, maka dalam


konseling keluarga konselor harus harus menyadari pentingnya melihat
permasalahan melampaui sistem keluarga, mempertimbangkan sistem yang
lebih besar yaitu lingkungan sosial, politik, ekonomi dan budaya. System
yang lebih luas itu cenderung mendikte norma-norma yang diterima dalam
keluarga.

Memfasilitasi Pengembangan Keluarga

Konseling keluarga dimulai dengan konseptualisasi dan penilaian


terhadap tujuan, kekuatan, dan hambatan keluarga. Kemampuan konselor
untuk menyelesaikan Langkah-langkah ini dengan akurat dengan kompetensi
multikultural akan membantu menentukan seberapa besar kesuksesan proses
konseling yang akan dilakukan.

Para ahli konseling keluarga harus menggali lebih dalam tentang


multikultural dalam keluarga yaitu:

1. Aspek apa saja dari pandangan hidup keluarga yang mungkin perlu
dipahami oleh konselor untuk mendapatkan gambaran yang akurat
tentang keluarga.
2. Jika konselor mengalami kesulitan untuk memahami keluarga,
mungkinkah asumsi dan nilai budaya konselor sendiri yang bisa menjadi
penghalang.
3. Sejauh mana anggota keluarga berpegang teguh pada nilai-nilai budaya
tradisional.

14
4. Perbedaan intra-keluarga, apakah ada diantara anggota keluarga yang
lebih menghargai tradisi dan yang akulturatif dengan norma-norma
masyarakat yang dominan.
5. Tentang bagaimana keluarga memandang keseimbangan antara prioritas
individu dan keluarga.
6. Bagaimana para anggota mendefinisikan batas batas keluarga. Apakah
mereka memiliki jaringan luas yang membentuk sistem keluarga.
7. Bagaimana variable-variabel seperti gender, orientasi seksual, etnis,
agama dan kelas berinteraksi untuk mempengaruhi tujuan dan
kekhawatiran keluarga
8. Bagaimana penindasan dalam kehidupan keluarga?

Konselor keluarga yang mempertimbangkan pertanyaan-pertanyaan ini berarti


konselor itu sedang dalam perjalanan menuju pendekatan yang kompeten dan
memberdayakan dalam pekerjaan mereka.

Satu contoh yang baik dari pendekatan yang memberdayakan untuk bekerja dengan
keluarga dapat ditemukan dalam Community Family Therapy (CFT) yang
membahas terapi keluarga dengan sasaran keluarga perkotaan berpenghasilan rendah.
CFT berfokus pada tiga tujuan pengobatan:

a) Membangun otobiografi yang berfokus pada kekuatan dan rencana hidup yang
mengundang tindakan positif dan pengembangan diri
b) Mengembangkan jaringan komunitas yang fungsional dan efektif dari sumber
daya pribadi dan sumberdaya yang mendukung
c) Memberikan dukungan untuk pengembangan kepemimpinan dan keterlibatan
masyarakat.

15
Tingkatan CFT dalam keterlibatan membantu klien.

1) Pertama: membantu klien untuk meningkatkan kualitas hubungan yang


mereka miliki dengan sejarah pribadi, identitas, dan harga diri mereka sendiri
serta meningkatkan status Kesehatan mental mereka secara keseluruhan.
Dilakukan melalui terapi keluarga, layanan Pendidikan dan pelatihan yang
relevan
2) Kedua: menghubungkan Klien dengan sumberdaya masyarakat. Pekerjaan ini
dilakukan dengan metode manajemen kasus, Pendidikan masyarakat,
pelayanan menyeluruh dan berjejaring.
3) Ketiga: keterlibatan. Baik klien maupun terapis terlibat secara sipil dalam
kehidupan masyarakat melalui pelatihan kepemimpinan, keterlibatan
masyarakat dan metode advokasi, Langkah terakhir ini untuk
“mentransformasikan realitas luar ke dalam ekosistem sekitar” sangat sesuai
dengan penekanan model konseling komunitas yang memfasilitasi
pengembangan masyarakat.

Memfasilitasi Pengembangan Masyarakat

Setiap keluarga dipengaruhi oleh kebijakan public pada tingkat yang terkadang
mencengangkan. Banyak konselor keluarga yang secara aktif terlibat dalam advokasi
pada tingkat lokal, nasional, dan internasional karena mereka melihat dampaknya
terhadap keluarga yang mereka layani. Ada isu isu spesifik yang merebak dimana
mana dan berdampak langsung kepada kehidupan keluarga misalnya kesetaraan
gender dan kesetaraan pernikahan. Dampaknya terhadap kesejahteraan pribadi dan
ekonomi keluarga akan sangat menakjubkan.

Kesetaraan Gender.

Penindasan terhadap perempuan adalah fenomena global yang mempengaruhi setiap


negara. Meskipun ada beberapa orang beranggapan bahwa Amerika merupakan

16
negara yang sudah sadar akan kesetaraan gender, anggapan ini belum tentu benar.
Sebab pada tahun 2010 Amerika merupakan salah satu negara yang belum
menandatangani konvensi PBB tentang penghapusan segala bentuk diskriminasi
terhadap perempuan (CEDAW) amerika belum mengesahkan rancangan undang
undang tentang kesetaraan hak perempuan, ada juga keluarga yang merasa dirugikan
oleh karena upah yang tidak setara dengan beban pekerjaan. Dewan penasihat
ekonomi amerika mengakui bahwa keluarga keluarga masih sulit menentukan
prioritas diantara berbagai kebutuhan.

Kesetaraan pernikahan

Undang undang perkawinan yang mendiskriminasikan pasangan sesama jenis.


Sebagian besar negara bagian di AS melarang perkawinan sejenis. Sama halnya
dengan ketidaksetaraan gender merugikan tidak hanya perempuan melainkan juga
anak-anak mereka, demikian juga ketidaksetaraan pernikahan tidak hanya merugikan
orang dewasa tetapi juga anak-anak mereka. Pasangan sesama jenis tidak mendapat
perlakuan yang setara dihadapan hukum demikian pula anak anak mereka. Beberapa
hal yang perlu diperhatikan adalah:

1) Seorang anak yang bertumbuh dalam keluarga yang perkawinan sah diakui
negara, mendapat keuntungan yakni anak itu mendapat perlindungan hukum.
2) Jika terjadi perceraian, kedua orang tua masih berhak untuk mengasuh anak
bersamasama dan berhak melakukan kunjungan kepada anak. Selain itu mereka
meskipun cerai terikat kewajiban untuk membiayai kelangsungan hidup anak.
3) Tanda anak yang sehat adalah memiliki orang tua yang mengasuh, peduli, dan
mengasihi. Suatu keluarga dinyatakan kuat jika kelihatan pasangan itu mampu
menjadi orang tua yang sungguh-sungguh berada bagi anak anaknya. Keluarga
dikatakan kuat bukan berdasarkan usia, ras, agama, jenis kelamin, disabilitas,
orientasi seksual, atau identitas gender. (Marriage Equality USA, 2008 dalam
Lewis et al., 2011)

17
Pasangan yang tidak diakui status perkawinannya tidak memiliki akses untuk
mendapat tunjangan dari negara. Mereka tidak seperti pasangan yang menikah sah
yaitu yang menikah sah mendapat tunjangan dari negara. Seperti: hak atas pelayanan
Kesehatan di Rumah sakit, cuti sakit, cuti kedukaan, akses asuransi kesehatan dan
pension, sistem hukum yang mengatur pembagian harta benda, hak asuh anak dan
tunjangan untuk anak dan pasangan jika terjadi pembubaran perkawinan.

D. Konseling Komunitas dalam Program dan Advokasi Populasi Khusus.

Terdapat lembaga tertentu yang fokus melayani dan advokasi untuk memenuhi
kebutuhan khusus dari kelompok tertentu manakala kebutuhan mereka tidak dipenuhi
oleh program program pemerintah. Beberapa populasi khusus yang ada di masyarakat
antara lain: populasi khusus berdasarkan budaya atau identitas nasional, populasi
khusus perempuan, orang muda atau para usia lanjut.

1. Komunitas berdasarkan budaya, etnis atau identitas nasional

Orang orang yang termasuk dalam komunitas khusus berdasarkan latar belakang
budaya, etnis atau identitas nasional tertentu merasa bahwa mereka bisa dilayani
dengan baik oleh lembaga Lembaga yang dikhususkan untuk memenuhi kebutuhan
spesifik mereka. Mereka merasa nyaman kalau dilayani dalam bahasa dan tata
krama yang sesuai dengan kebiasaan mereka. Kenyamanan mereka kurang lebih
sama dengan seorang klien yang merasa nyaman oleh karena kebutuhan advokasi
dalam permasalahan diskriminasi ditangani dengan baik oleh seorang ahli.
Keberadaan Lembaga-lembaga yang menangani kelompok khusus memang paling
dibutuhkan apalagi dalam situasi dimana kelompok-kelompok itu mengalami
penindasan

Contoh dari komunitas seperti itu yakni warga Amerika Arab (Nassr-McMillan,
2011 dalam Lewis et al., 2011): “penindasan terhadap warga Amerika keturunan
Arab dalam masyarakat Amerika telah terjadi secara terang terangan maupun

18
terselubung. Karena budaya barat cenderung melihat isu-isu secara dikotomis sebagai
baik versus buruk, atau baik versus jahat. Budaya dan tradisi Islam atau Arab
seringkali dinilai sebagai terbelakang atau menindas… klasifikasi orang Arab sebagai
kelompok imigran yang tidak dapat diterima atau tidak diinginkan oleh pemerintahan
federal sejak tahun 1960-an kemungkinan besar mempengaruhi tingkat kebanggaan
etnis di antara komunitas etnis Arab secara nasional.”

Diskriminasi yang telah berlangsung lama dan meluas terhadap orang Arab ini
membuat para konselor harus memiliki pengetahuan dan aktif dalam upaya advokasi.
Pada saat yang sama layanan langsung yang diberikan oleh konselor harus didasarkan
pada pemahaman dan penghormatan terhadap budaya. Nasser-McMillan menekankan
pentingnya bagi konselor untuk melakukan pemeriksaan diri terkait sikap mereka
terhadap orang Arab dan Islam: “sangat penting bagi konselor untuk untuk menyadari
bagaimana perkembangan mereka sendiri telah dipengaruhi oleh nilai-nilai yang
berlaku. Konselor harus memeriksa tingkat pengetahuan mereka sendiri, mengenai
kebijakan luar negeri AS terhadap Timur Tengah, baik dimana sekarang maupun
dimasa lalu. Keyakinan apa yang dimiliki oleh para konselor terhadap orang Amerika
keturunan Arab? Steriotipe apa yang mungkin mereka pegang? Bagaimana sikap
terhadap orang Amerika keturunan Arab yang mereka terima dari orang tua mereka?
Sebagai contoh bagaimana sikap mereka terhadap Islam, hijab atau tradisi budaya
lainnya dan emosi apa yang ditimbulkan oleh pengalaman atau pengamatan
tersebut?”

Semua konselor komunitas wajib merefleksikan diri tentang prasangka


mereka sendiri dan mempersiapkan diri untuk memberikan konseling dan advokasi
yang kompeten secara budaya. Salah satu tugas untuk menyelesaikan tugas ini adalah
dengan mengikuti jejak Lembaga-lembaga khusus. Salah satu contoh Lembaga
semacam itu adalah American Community Center for Economic and Social Services
(ACCESS)

19
ACCESS awal mula terbentuk di Dearbon, Michigan dan telah menyebar luas ke
daerah lain, Misi ACCESS adalah “mengadvokasi dan memberdayakan individu,
keluarga dan masyarakat”

Program-program lembaga ini: Divisi Kesehatan mental- menyediakan


layanan langsung kepada orang dewasa, anak, anak, dan keluarga, rehabilitasi
psikologis bagi penyintas penyiksaan, mengadvokasi pengungsi dan pencari suaka,
program Prakarsa anti stigma untuk mengatasi dampak peristiwa 11 september dan
program pemberdayaan etnis minoritas. Divisi Pemuda dan Pendidikan- layanan
untuk anak anak dan remaja dengan program keluarga seperti kelas Bahasa inggris
untuk orang dewasa dan kelas kewarganegaraan. Divisi ketenagakerjaan- pelatihan
tenaga kerja kepada para imigran yang baru datang maupun yang lahir di Amerika,
pelatihan tenaga kerja kepada penyandang disabilitas dan para pensiunan yang
kembali memasuki dunia kerja.

ACCESS juga aktif berperan dalam arena public yang lebih luas sebagai salah satu
organisasi akar rumput yang membentuk jaringan nasional untuk komunitas Arab
Amerika. Aksi -aksi public yang dilakukan Lembaga ini antara lain:

1. Pekan advokasi Arab Amerika ke-1 diadakan di Washington D.C. para anggota
NNAACC menghadiri briefing kebijakan, bertemu dengan anggota kongres dan
menghadiri pengarahan Gedung putih. Kegiatan ini diselenggarakan atas
kerjasama Gedung putih dengan institute Arab Amerika.
2. ACE memainkan peran utama dalam koalisi hak hak imigran dan hak hak sipil
di tingkat lokal dan nasional. Berpartisipasi dalam kampanye reformasi imigran
untuk Amerika
3. Berpartisipasi dalam penyusunan arah kebijakan pemerintah mengenai isu isu
penting… dan membaginya kepada pejabat senior pada pemerintah Obama dan
anggota Kongres (ACCESS, 2009)

20
2. Komunitas berdasarkan Jenis kelamin atau kelompok usia

Lembaga-lembaga yang fokus melayani kelompok-kelompok khusus sering


mengalami kendala dalam layanannya. Mereka menyadari bahwa klien mereka
membutuhkan layanan langsung namun Lembaga-lembaga ini sering berhadapan
dengan faktor lingkungan yang begitu mempengaruhi klien yang mereka layani

Lembaga Lembaga swadaya seringkali mengembangkan mekanisme tertentu


untuk membantu orang orang yang mengalami krisis. Beberapa alasan mengapa
Lembaga swadaya itu membantu antara lain karena pertama: masyarakat sering
minta supaya dibantu. Kedua: dari sisi lembaga itu sendiri, yakni keprihatinan akan
kebutuhan masyarakat atau komunitas. Karena itu lembaga- lembaga ini biasanya
lebih siap menghadapi berbagai bentuk permasalahan yang dihadapi oleh komunitas
yang mereka layani. Misalnya mereka selalu siap menawarkan bantuan penginapan
sementara kepada orang muda yang melarikan diri, mengembangkan layanan
intervensi krisis kepada perempuan korban perkosaan atau dipukul.

Oleh karena mereka mengenal situasi yang cenderung membuat klien mereka
rentan terhadap masalah, maka konselor pada Lembaga khusus ini mengembangkan
layanan yang bersifat cepat dan tepat. Konseling harus mudah diakses. Bisa saja ada
banyak model layanan konseling komunitas namun tujuan hanya satu yaitu
menangani individu secara keseluruhan, membantu mereka untuk memanfaatkan
segala potensi unggul mereka dan hidup semaksimal dan semandiri mungkin.

Pada Lembaga Lembaga khusus program pengembangan individu seringkali


berupa kursus atau lokakarya yang memberikan pengetahuan atau keterampilan yang
dianggap penting oleh komunitas tertentu. Contoh: pada pusat pelatihan perempuan
seringkali memberikan kursus tentang masalah Kesehatan perempuan, pelatihan
ketegasan, pertahanan diri dan pengembangan diri.

21
Lembaga lembaga untuk lansia dapat mencakup layanan Pendidikan yang
berkaitan dengan perawatan kesehatan, perencanaan pensiun, jaminan sosial dan
tunjangan lainnya. Lembaga-lembaga untuk kaum muda biasanya menyediakan
kursus-kursus yang berkaitan dengan penggunaan narkoba dan alkohol, seksualitas,
pengambilan keputusan, dan perencanaan hidup. Semua Lembaga ini harus menjaga
hubungan dekat mereka dengan orang orang yang mereka layani, melibatkan mereka
secara aktif dalam program Pendidikan dan layanan lainnya.

Pada beberapa lembaga khusus, konselor diberi kesempatan untuk menangani


masalah spesifik tertentu setiap harinya. Hal ini memuat konselor lebih peka terhadap
isu-isu yang terkait dengan masalah tersebut. Misalnya jika konselor itu bekerja
dengan individu yang terkena dampak disabilitas tertentu maka konselor itu menjadi
sangat sadar akan dampak disabilitas dan kekuatan klien mereka, dan dengan
mempelajari seberapa mirip masalah klien mereka dengan anggota masyarakat
lainnya konselor dapat mencermati masalah itu dalam perspektif yang lebih luas.
Selanjutnya dengan menyediakan program pendidikan bagi masyarakat luas, mereka
dapat membantu mencegah masalah dan meningkatkan kesadaran masyarakat akan
dampaknya.

Memfasilitasi pengembangan masyarakat itu sangat penting bagi komunitas


yang dilayani. Inti dari pekerjaan seorang konselor pada Lembaga Lembaga khusus
adalah Bekerja untuk menciptakan lingkungan yang lebih baik dengan mendorong
perubahan dalam kebijakan sosial. Melalui upaya ini konselor menangani faktor
apapun dalam lingkungan yang mempengaruhi klien. Contoh orang orang muda dapat
berfokus pada sekolah atau kesempatan kerja yang tersedia bagi mereka. Pusat
pelatihan perempuan melawan praktik praktik diskriminasi dan mendukung hak-hak
perempuan untuk membuat pilihan pribadi tanpa campur tangan pemerintah.
Konselor yang bekerja dengan para lansia dapat mengambil sikap untuk membantu
memecahkan masalah ekonomi dan perawatan kesehatan yang mendesak.

22
Melalui tindakan-tindakan ini para konselor di Lembaga-lembaga khusus
dapat berperan penting dalam mempromosikan upaya-upaya untuk perubahan sosial
ketika mereka menangani masalah masalah lokal yang mendesak. Selain itu
Lembaga-lembaga khusus dapat menjadi tempat dimana kelompok-kelompok lokal
berkumpul, belajar berorganisasi dan mulai secara aktif mencari solusi untuk
masalah-masalah umum yang mereka hadapi di lingkungan sosial mereka.

Konselor harus melihat diri mereka sebagai advokat, baik untuk komunitas
yang mereka layani maupun untuk klien individu. Kebijakan public dapat berdampak
pada pelanggaran terhadap hak hak-hak komunitas. Konselor dalam konseling
komunitas dapat bertindak atas nama klien dan berani menghadapi ketidakadilan,
karena itu konselor mesti membangun hubungan yang erat dengan lembaga lain
dalam memfasilitasi kebutuhan klien. Konselor tidak bekerja sendirian melainkan
membangun jaringan agar pelayanan lebih responsif terhadap komunitas tersebut.

Kemandirian dari para advokat profesional merupakan penunjang utama


perjuangan klien untuk mendapatkan otonominya. Karena itu konselor harus
mendorong pembentukan kelompok kelompok swadaya, mengembangkan hubungan
dengan orang orang sukses dan produktif agar klien bisa mendapatkan dukungan.
Singkatnya, lembaga-lembaga khusus itu harus berusaha meningkatkan kekuatan dan
sumberdaya klien yang mereka layani dan harus membuat lingkungan lebih kondusif
bagi kesehatan psikologis dan kesejahteraan pribadi klien.

23
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN

Konselor dalam praktik konseling komunitas, tidak hanya melakukan


intervensi secara langsung dengan klien, namun secara tidak langsung memfasilitasi
perubahan positif dalam lingkungan sosial klien. Konselor harus mendorong
pembentukan kelompok kelompok swadaya, mengembangkan hubungan dengan
orang orang sukses dan produktif agar klien bisa mendapatkan dukungan. Singkatnya,
lembaga-lembaga di masyarakat harus berusaha meningkatkan kekuatan dan
sumberdaya klien yang mereka layani dan harus membuat lingkungan lebih kondusif
bagi kesehatan psikologis dan kesejahteraan pribadi klien.

Bimbingan dan konseling komunitas dalam berbagai lembaga berseting


masyarakat (komunitas) baik dalam komunitas kesehatan mental, seting kejuruan,
konseling keluarga, atau komunitas populasi khusus, sama-sama memiliki peran yaitu
memfasilitasi perkembangan manusia/individu dan memfasilitasi perkembangan
masyarakat. Dalam proses menjalankan peran tersebut, masing-masing lembaga dan
komunitas memiliki cara kerja yang berbeda-beda disesuaikan dengan masalah dan
kebutuhan klien. Akan tetapi tujuannya adalah sama yaitu untuk mempromosikan
perkembangan psikologis dan kesejahteraan pribadi klien, terlepas dari masalah
spesifik yang ditangani. Serta meningkatkan kompetensi pribadi individu dalam
konteks lingkungan yang sehat.

B. SARAN
Dalam pelaksanaan konseling komunitas, selain harus terus mengembangkan
sistem program yang sistematis dan komprehensif, juga harus didukung oleh sistem
hukum/legislasi yang kuat dan dukungan dari berbagai pihak termasuk dari
pemerintah dan masyarakat sekitar.

24
DAFTAR PUSTAKA

Lewis, J. A., Lewis, M. D., Daniels, J. A., & D’Andrea, M. J. (2011). A Multicultural
-Social Justice Perspective. Brooks/Cole, Cengage Learning, 362.

25

Anda mungkin juga menyukai