Anda di halaman 1dari 4

PUTUS CINTA DAN KAITANNYA DENGAN PSIKOLOGI KOGNITIF

Nama

Universitas

ABSTRAK

Putus cinta atau berakhirnya suatu hubungan merupakan salah satu hal yang
lumrah dialami oleh remaja masa kini. Meskipun kelihatannya lumrah dan kerap
dianggap sepele, nyatanya putus cinta dapat secara tidak langsung mempengaruhi
psikologi kognitif seseorang. Oleh karena itu, artikel ilmiah ini ditulis dengan
tujuan untuk menganalisis lebih lanjut mengenai hubungan dari putus cinta dan
kaitannya dengan psikologi kognitif. Selain itu, penulis juga ingin
mengidentifikasi apa saja imbas dari putus cinta pada psikologi kognitif
seseorang. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif
deskriptif, dimana penulis menggunakan sumber-sumber yang valid, terpercaya,
dan dapat dipastikan keasliannya. Hasil dari penulisan artikel ilmiah ini adalah
putus cinta terbukti mempengaruhi psikologi kognitif seseorang, khususnya
memori.

Kata kunci: Kognitif, psikologi, putus cinta.

PENDAHULUAN

Manusia dan cinta merupakan hal yang saling berkaitan, dimana cinta
adalah suatu perasaan alami yang dimiliki oleh manusia terhadap sesamanya,
khususnya lawan jenis (Fromm, 2018). Pada dasarnya, cinta merupakan perasaan
yang tak dapat dipaksakan, sehingga biasanya akan terjadi suatu kesepakatan atau
komitmen dari dua individu agar dapat tetap bahagia dalam menjalani cintanya.
Akan tetapi, pada kenyataannya masih banyak terjadi kesalahpahaman dalam
suatu hubungan yang akhirnya menyebabkan putus cinta.
Fenomena putus cinta ini menimbulkan respons yang beragam, mulai dari
kesedihan, marah, kekecewaan, hingga perasaan susah untuk melupakan (Suhairi,
2022). Hal ini nyatanya berkaitan dengan emosi dan kognitif yang nantinya
berpengaruh pada kehidupan seseorang. Dibuktikan oleh Riset Kesehatan Dasar
pada 2018, ditemukan bahwa pada tahun 2013-2018 terjadi peningkatan jumlah
gangguan jiwa, yakni 1,7% ke 7% dan sebagian besar penyebab gangguan
jiwanya adalah putus cinta (Pranamya, 2018). Stress inilah yang menyebabkan
perubahan kinerja memori otak yang menjadi bagian dari psikologi kognitif.

METODOLOGI

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif deskriptif,


dimana penulis melakukan studi pustaka dan studi literatur dalam pengambilan
data. Setelah didapatkan data mengenai putus cinta dan kaitannya dengan
psikologi kognitif, penulis kemudian melakukan reduksi dan klasifikasi data
sebelum akhirnya disusun dalam artikel ilmiah. Terakhir, penulis menarik
kesimpulan dari artikel ilmiah yang telah disusun. Tak lupa penulis juga
menyertakan sitasi dan daftar pustaka dari sumber yang digunakan dalam
penulisan artikel ilmiah ini.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dikutip dari Sasongko dkk (2020), data dalam proses psikologi banyak
mempengaruhi perkembangan dalam diri manusia. Hal ini berkaitan dengan
proses mengingat manusia atau recall memory, dimana manusia dengan mudah
mendeteksi kejadian atau aktivitas baik di masa kini maupun lalu. Hal inilah yang
kemudian dikaitkan dengan fenomena putus cinta, dimana memori otak masih
melakukan recall memory pada manusia dan kerap kali membuat susah
melupakan atau populernya adalah gagal move on.

Akan tetapi, hal itulah yang nyatanya juga mampu mempengaruhi kondisi
seseorang. Apabila dalam masa putus cinta, seseorang akan cenderung merasakan
sakit dan pedih, yang nantinya dapat berujung pada stress putus cinta. Stress inilah
yang dapat mempengaruhi kinerja memori otak, dimana dapat mengakibatkan
penurunan aktivasi korteks prefrontal dorsolateral pada manusia (Suhairi, 2022).
Terjadinya recall memory dalam putus cinta ini kerap membuat seseorang merasa
rendah diri, sedih yang berkelanjutan, pesimistik, serta kondisi dimana manusia
merasa tidak berharga.

Oleh karena itu, tidak ada salahnya bagi seorang remaja yang mengalami
putus cinta untuk mendatangi seorang psikolog atau psikiater. Kenangan atau
memori yang dirasakan pasca putus cinta ini menyebabkan perasaan kurang
menyenangkan dan menyakitkan bagi individu yang mengalami. Tak hanya itu,
banyak individu pasca putus cinta yang merasa kesepian, hampa secara
berkelanjutan, hingga keinginan untuk bunuh diri, sehingga mengunjungi psikolog
atau psikiater merupakan hal yang wajar dan dapat dilakukan oleh para remaja
pasca putus cinta. Terakhir, seseorang yang mengalami putus cinta dapat
melakukan berbagai kegiatan positif seperti melakukan hobi, berkumpul dengan
teman, dan memperbanyak relasi bisa menjadi cara agar seseorang dapat melalui
masa-masa terpuruk pasca putus cinta.

KESIMPULAN

Kesimpulan yang dapat diambil dari penulisan artikel ilmiah ini adalah
bahwa putus cinta terbukti memiliki kaitan dengan psikologi kognitif, khususnya
dalam hal memori. Terjadinya recall memory kerap kali membuat seseorang yang
putus cinta kembali mengingat masa lalunya dan dapat berimbas pada stress. Cara
untuk mengatasinya adalah dengan memperbanyak kegiatan positif dan
mengunjungi psikolog.

DAFTAR PUSTAKA

Fromm, E. (2018). Seni Mencintai. Bantul:BASABASI.

Pranamya, D. (2018). Sandi Sebut Putus Cinta Jadi Salah Satu Penyebab
Gangguan Jiwa. Kumparan.
https://kumparan.com/kumparannews/sandisebut-putus-cinta-jadi-salah-
satu-penyebab-gangguan-jiwa/full
Sasongko, Y. P. D., Fernando, J., & Marta, R. F. (2020). Aktivasi Psikologi
Kognitif Melampaui Kesepian dengan Perspektif Komunikasi dalam Film
Joker. MEDIALOG: Jurnal Ilmu Komunikasi, 3(1), 109-119.

Suhairi, A. (2022). Dinamika resiliensi putus cinta: studi fenomenologi pada


korban ghosting (Doctoral dissertation, UIN Sunan Ampel Surabaya).

Anda mungkin juga menyukai