Anda di halaman 1dari 8

ARTIKEL

PENULISAN KARYA ILMIAH

ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMPN 1 BURNEH

DOSEN PENGAMPU:
Dr. Badrud Tamam, S.Si., M.Pd.

Disusun Oleh : Kelompok 1 Kelas 4C


Siti Nur Haliza (210641100066)
Siti Munawaroh (210641100069)
Layly Sailatus Sa’adah (210641100080)
Sri Wahyuni (210641100086)
Althof Meazaluna (210641100092)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA
SEMESTER GENAP 2022/2023
LATAR BELAKANG

IPA atau Sains merupakan suatu ilmu yang membahas tentang semua
gejala alam yang terjadi di alam dan disusun secara sistematis berdasarkan hasil
percobaan maupun pengamatan (observasi) yang telah dilakukan oleh manusia.
Adanya pembelajaran IPA di SMP dengan tujuan agar peserta didik memiliki
pemahaman dan penguasaan terhadap pengetahuan, sikap ilmiah, dan
keterampilan berproses (Jannah & Atmojo, 2022).
Pembelajaran IPA di tingkat SMP selalu mengikuti perkembangan
zaman. Pendidikan abad 21 atau revolusi industry 4.0 berdampingan dengan
pemanfaatan teknologi digital dan kecakapan pembelajaran abad 21. Kecakapan
abad 21 atau 4C meliputi keterampilan komunikasi (communication), kolaborasi
(collaboration), berpikir kritis dan pemecahan masalah (criticial thinking and
problem solving), serta berpikir kreatif (creative thinking). Pembelajaran IPA
dikaitkan dengan keterampilan 4C, sehingga diharapkan peserta didik mampu
memecahkan berbagai macam permasalahan yang ditemukan dalam kehidupan
sehari-hari (Jannah & Atmojo, 2022).
Menurut Hidayat (2019) berpikir kritis diartikan sebagai kemampuan
berpikir yang menggunakan penalaran yang mendalam guna memperoleh
informasi yang benar serta dapat dipertanggung jawabkan. Yuni (2021)
berpendapat berpikir kritis yaitu sebuah proses terarah serta jelas yang
dimanfaatkan dalam kegiatan mental (memecahkan suatu permasalahan,
menganalisis argumen, mengambil keputusan, dan juga melakukan penelitian
ilmiah). Sehingga, kemampuan berpikir kritis dapat diartikan sebagai
kemampuan berpikir dengan memanfaatkan penalaran yang mendalam
untuk memperoleh informasi/ pengetahuan yang relevan serta dapat membuat
kesimpulan maupun keputusan dengan tepat dan benar.
Menurut Agustiana (2021), kemampuan berpikir kritis pada siswa bisa
dilihat pada saat siswa memahami sebuah permasalahan dengan mendalam serta
tidak mudah terpengaruh pendapat orang lain, dan juga bisa menyelesaikan
problem secara tepat dan sistematis lalu meyimpulkan informasi secara tepat
maupun yang kurang tepat.
Terdapat fakta-fakta keterampilan berpikir kritis di lapangan sesuai
dengan hasil penelitian relevan. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Fithri (2021) di SMP Negeri 1 Peusangan mengemukakan bahwa kemampuan
berpikir kritis siswa masih rendah, hal ini disebabkan oleh proses pembelajaran
yang hanya terfokus pada menghafalkan konsep saja, dan peserta didik jarang
melakukan praktikum yang mengakibatkan siswa sedikit untuk memiliki
kesempatan dalam mengidentifikasi, menganalisis, dan menyimpulkan maupun
memunculkan ide-ide baru terhadap suatu isu, sedangkan menurut Jamaluddin
(2019) guru belum menggunakan model-model pembelajaran yang dapat berpusat
pada siswa, serta rencana pembelajaran dan juga alat evaluasi yang disusun belum
mendukung dalam pengembangan berpikir kritis pada peserta didik, tetapi hanya
mengarah pada penguasaan konsep. Selain itu, hasil berpikir kritis siswa kelas
VIII SMP Negeri 2 Bungkal untuk materi sistem ekskresi manusia juga masih
rendah dengan rata-rata 43,46, sebab kurangnya guru untuk berinovasi dalam
merancang suatu pembelajaran (Nofianti, et al,. 2022).
Akan tetapi, terdapat hasil yang berbeda mengenai kemampuan berpikir
kritis siswa yaitu pada penelitian yang dilakukan oleh Ritonga dan Zulkarnaini
(2021) menyatakan bahwa pembelajaran biologi pada MAN 3 di kabupaten
Bireuen belum mengembangkan keterampilan berpikir kritis (tergolong sedang),
sebab peserta didik belum mampu menganalisis masalah dan menemukan ide-ide
baru atau membuat kesimpulan terhadap suatu permasalahan melalui pengalaman
pendidikan, serta penggunaan peralatan praktikum yang kurang memadai
khususnya materi pencemaran lingkungan. Namun, setelah diterapkan model
pembelajaran STEM hasil keterampilan berpikir kritis pada materi pencemaran
lingkungan di kelas X MAN 3 Kabupaten Bireuen dapat meningkat. Sejalan
dengan hal tersebut, maka hasil penelitian peserta didik SMP pada materi listrik
statis berada pada tingkat tinggi dengan mengembangkan perangkat pembelajaran
yang diadaptasi dari indikator berpikir kritis Watson-Gleser (Putri, et al,. 2021).
Beberapa penyebab dari rendahnya kemampuan berpikir kritis yaitu
siswa belum mampu memahami soal dengan baik karena siswa belum terbiasa
memecahkan soal-soal IPA yang membutuhkan kemampuan berpikir tingkat
tinggi (Khairunnisa, 2021). Siswa sulit menjawab soal-soal uraian yang diberikan,
sulit mengajukan pertanyaan pada materi yang sudah diajarkan, dan sulit
memberikan alasan dalam menjawab pertanyaan (Suriati, et al., 2021). Menurut
Zaenuri & Cahyono (2020) siswa cenderung menghafal materi dan rumus
daripada memahami konsep, sehingga siswa kesulitan untuk menyelesaikan
permasalahan yang membutuhkan analisis, manipulasi serta strategi. Selan itu,
penyebab dari rendahnya kemampuan berpikir kritis yaitu belum
dikembangkannya strategi, bahan ajar, serta media pembelajaran guna
memfasilitasi keterampilan berpikir siswa (Agustine, et al,. 2020).
Di SMPN 1 Burneh identifikasi kemampuan berpikir kritis pada
siswanya belum pernah dilakukan. Berdasarkan uraian tersebut, peneliti akan
menganalisis kemampuan berpikir kritis peserta didik pada materi pelajaran IPA
di SMPN 1 Burneh. Penelitian ini dilakukan sebagai bentuk evaluasi peserta didik
pada tingkat SMP melalui mata pelajaran IPA menggunakan beberapa soal yang
digunakan sebagai instrumen penilaian berpikir kritis. Melalui penelitian ini
diharapkan dapat menjadi sumber referensi bagi pendidik dan peneliti dalam
meningkatkan kemampuan berpikir kritis peserta didik SMP melalui pelajaran
IPA.

METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif bersifat eksperimen semu
(quasi experimental). Penelitian dilaksanakan di kelas IX SMP Negeri 1 Burneh
semester genap tahun ajaran 2022/2023. Variabel bebas dalam penelitian ini
adalah pemberian instrument yang berisi soal-soal IPA dalam kehidupan sehari-
hari. Sedangkan variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil berpikir kritis
IPA peserta didik. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh peserta didik di
kelas IX SMP Negeri 1 Burneh yang terdiri dari 3 kelas (IX A - IX C) dengan
sampe kelas IX A.
Desain penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah desain
penelitian sampel survey. Dimana dalam penelitian ini terdapat satu kelompok
yang kemudian kelompok tersebut dilakukan pengujian instrumen berupa soal-
soal permasalahan IPA. Penelitian ini menggunakan instrumen tes soal-soal IPA
yang terdiri dari soal-soal essay terbuka. Instrumen dalam penelitian ini
digunakan untuk menelusuri dan mendapatkan gambaran mengenai pemahaman
konsep peserta didik dalam berpikir kritis pada pembelajaran IPA.
Analisis data merupakan suatu proses dalam mengolah data untuk
mendapatkan informasi yang relevan yang dapat dijadikan sebagai dasar dalam
pengambilan keputusan dengan tujuan untuk menjawab suatu permasalahan dalam
sebuah penelitian. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan analisa data
berupa teknik analisis data kuantitatif, dimana teknik analisis data kuantitatif ini
merupakan teknik mengolah data yang didapat dari hasil penelitian, yang
kemudian dihitung secara skoring dan dinumerikkan. Data yang didapatkan dari
penelitian di SMPN 1 Burneh tersebut kemudian diolah melalui metode statistik
dan komputerisasi. Tahapan dalam analisa data yang dilakukan yaitu meliputi
kegiatan pengelompokan data, mentransformasi data serta menentukan informasi
penting dari data tersebut.
Prosedur penelitian yakni sebuah langkah-langkah yang digunakan untuk
mengumpulkan data dan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang dilakukan dalam
penelitian. Penelitian yang digunakan menggunakan jenis penelitian kuantitatif
jadi, prosedur dalam penelitian ini termasuk ke dalam prosedur penelitian
kuantitatif. Terdapat beberapa langkah-langkah penelitian kuantitatif meliputi :
1. Merumuskan Masalah
Hal pertama yang perlu dilakukan dalam proses penelitian kuantitatif yakni
merumuskan dan mendefinisikan masalah. Masalah yang akan diangkat harus
dirumuskan secara jelas agar dapat menemukan masalah-masalah tersebut yang
nantinya akan memerlukan data berupa fakta-fakta empiris.
2. Studi Pustaka
Langkah selanjutnya yakni studi pustaka di mana langkah ini digunakan untuk
mencari acuan teori. Seorang peneliti harus menguasai teori dengan mencari
beberapa literatur yang relevan. Hal ini merupakan tahap langkah selanjutnya
untuk melakukan adanya penelitian kuantitatif.
3. Pengajuan Hipotesis
Hipotesis merupakan sebuah pernyataan atau dugaan sementara. Hipotesis ini
berhubungan dengan masalah yang dirumuskan yakni memiliki hubungan yang
relevan dengan adanya hipotesis yang akan diajukan. Hipotesis dapat dilakukan
dengan mengkaji hasil penelitian yang telah dilakukan sebelumnya.
4. Menentukan Metode
Maksud dari menentukan metode yakni dilakukan sebagai strategi di mana
ketika mendapatkan jawaban dari hipotesis maka, langkah ini digunakan untuk
mengambil langkah selanjutnya. Perlu digaris bawahi ketika melakukan adanya
uji hipotesis maka, seorang peneliti harus memerlukan metode penelitian yang
sesuai dengan apa yang ingin diteliti atau dikaji.
5. Menyusun Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian merupakan sebuah alat yang digunakan untuk
mengumpulkan data seperti angket, wawancara atau pedoman observasi. Selain
itu seorang peneliti juga perlu melakukan adanya pengujian validitas dan
reliabilitas instrumen. Tujuan dilakukan tahap-tahap tersebut agar hasil yang
didapatkan layak untuk melakukan adanya pengukuran variabel penelitian.
6. Mengumpulkan dan Menganalisis Data
Setelah melakukan tahap-tahap tersebut data yang didapat perlu dikumpulkan
dengan menggunakan sebuah metode yang sesuai dengan metode pengambilan
sampel yang digunakan. Data penelitian ini menggunakan instrumen yang valid
dan reliable. Kemudian data tersebut akan diolah dan dianalisis menggunakan
alat uji statistik yang relevan.
7. Kesimpulan
Setelah melakukan semua tahap-tahap dari awal himgga ahir langkah
selanjutnya yakni membuat kesimpulan. setelah data berhasil diolah dan
dilakukan analisis maka, informasi yang diperlukan untuk membuat
kesimpulan telah terkumpul. Melalui adanya kesimpulan rumusan masalah dan
hipotesis penelitian yang diajukan akan maka, akan terjawab semua
pertanyaan-pertanyaan dan dapat dibuktikan kebenarannya.
DAFTAR PUSTAKA

Agustine, J., Nizkon, N., & Nawawi, S. (2020). Analisis Keterampilan Berpikir
Kritis Peserta Didik SMA Kelas X IPA Pada Materi Virus. Jurnal
Pendidikan Biologi Indonesia. 3(1), 11-17.
https://ejournal.upi.edu/index.php/asimilasi/article/view/23297/11622

Arif, D. S. F., Zaenuri, Z., & Cahyono, A. N. (2020). Analisis kemampuan


berpikir kritis matematis pada model problem based learning (PBL)
berbantu media pembelajaran interaktif dan google classroom. In
Prosiding Seminar Nasional Pascasarjana (PROSNAMPAS). 3(1), 323-
328. https://proceeding.unnes.ac.id/index.php/snpasca/article/download/
594/512

Fithri, S. et al. (2021). Implementasi LKPD Berbasis STEM Untuk Meningkatkan


Keterampilan Berpikir Kritis Peserta Didik. Jurnal Pendidikan Sains
Indonesia. 9(4), 555-564. Diakses dari
https://jurnal.usk.ac.id/JPSI/article/view/20816/14406

Jamaluddin, J. et al. (2019). Profil Literasi Sains Dan Keterampilan Berpikir


Kritis Pendidikan IPA SMP. Jurnal Penelitian Pendidikan IPA. 5(1), 120-
130. Diakses dari
https://jppipa.unram.ac.id/index.php/jppipa/article/view/185/pdf

Jannah, DRN., & Atmaja, IRW. (2022). Media Digital Dalam Memberdayakan
Kemampuan Berpikir Kritis Abad 21 pada Pembelajaran IPA di Sekolah
Dasar. Information Journal. 6(1). Diakses dari
https://jbasic.org/index.php/basicedu/article/view/2124

Khairunnisa. (2021). Analisis Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas IX SMPN


3 Paringin Pada Mata Pelajaran IPA. Jurnal Pendidikan Ilmu Pengetahuan
Alam. 1(1), 185-191.
https://jbse.ulm.ac.id/index.php/PMPIPA/article/view/48

Meryasititi, V. et al. (2022). Identifikasi Kemampuan Berpikir Kritis pada


Pembelajaran IPA Siswa SMP Negeri 1 Glenmore Kabupaten Banyuangi.
Jurnal Ilmu Pendidikan MIPA dan MIPA. 24(1). Diakses dari
https://jurnal.unej.ac.id/index.php/STF/article/view/29659

Nofianti, E. et al. (2022). Profil Berpikir Kritis Peserta Didik SMP Pada Materi
Sistem Ekskresi Manusia. Jurnal Pendidikan Sains Indonesia. 10(3), 479-
491. Diakses dari https://jurnal.usk.ac.id/JPSI/article/view/23877/15915

Putri, M. H., Fahmi, & Wahyuningsih, E. (2021). Efektivitas Perangkat


Pembelajaran IPA untuk Melatihkan Keterampilan Berpikir Kritis Peserta
Didik SMP Pada Materi Pokok Listrik Statis. Journal Of Banua Science
Education. 1(2), 79-84.
https://jbse.ulm.ac.id/index.php/JBSE/article/view/13/27
Ritonga, S., & Zulkarnaini, Z. (2021). Penerapan pendekatan STEM untuk
meningkatkan keterampilan berpikir kritis peserta didik. Jurnal Studi Guru
dan Pembelajaran. 4(1), 75-81.
https://www.e-journal.my.id/jsgp/article/view/519

Suriati, A., Sundaygara, C., & Kurniawati, M. (2021). Analisis Kemampuan


Berpikir Kritis Pada Siswa Kelas X Sma Islam Kepanjen. RAINSTEK:
Jurnal Terapan Sains & Teknologi. 3(3), 176-185.
https://ejournal.unikama.ac.id/index.php/jtst/article/view/6053

Anda mungkin juga menyukai