102015234CH4
102015234CH4
Dalam penelitian ini, penulis melakukan penelusuran literatur melalui database online dimana
penulis melakukan identifikasi pada Google Schooler melalui kata kunci “cognitive therapy social
anxiety” didapatkan 27 artikel yang diidentifikasi dari judul dan abstrak. Setelah dilakukan screening
sesuai kriteria inklusi dan ekslusi pencarian diberi batasan dari tahun 2012 sampai 2022 sehingga
mendapatkan 20 artikel. Kemudian penulis melakukan identifikasi pada Pubmed melalui kata kunci
“cognitive behavioral therapy for social anxiety disorder” didapatkan 386 artikel yang diidentifikasikan
dari judul dan abstrak. Setelah dilakukan screening pencarian diberi batasan dari tahun 2012 sampai 2022
sehingga mendapatkan 307 artikel.
Penulis melakukan identifikasi pada ScienceDirect dengan kata kunci “cognitive behavioral
therapy for social anxiety disorder” didapatkan 191 artikel yang diidentifikasi dari judul dan abstrak.
Setelah dilakukan screening pencarian diberi batasan dari tahun 2012 sampai 2022 sehingga mendapatkan
145 artikel. Sehingga total artikel yang teridentifikasi melalui database online berdasarkan judul dan
abstrak didapatkan sebanyak 472 artikel. Untuk hasil yang diidentifikasi dan dilakukan review sebanyak
13 artikel.
Judul Subjek
No. Peneliti Metode Hasil Penelitian
Penelitian Penelitian
dalam
wawancara
kualitatif
33 ke kontrol
daftar tunggu
dan perilaku
menghindar tidak
lagi terlihat
kegiatan rekreasi
pribadi diprediksi
oleh perubahan
pengamatan oleh
faktor lain.
peserta survei
menemukan CBT
untuk SP sebagian
besar
berkhasiat—hasil
dan 16-20
minggu untuk
PX saja), dan
pada follow-up
2 bulan setelah
pasca
perawatan.
menggunakan
pengaturan grup
CBT.
3. Ada perbedaan
yang signifikan skor
kecemasan sosial
siswa kelompok
eksperimen yang
diberikan konseling
kelompok setting
CBT dan kelompok
kontrol yang
diberikan konseling
tanpa
menggunakan setting
kelompok CBT
dengan skor rata-rata
kelompok kontrol
Pembahasan
Penelitian Creswell melakukan penelitian pada anak dan remaja/dewasa muda dengan gangguan
kecemasan sosial (SAD) melalui intervensi CT-SAD-A (Cognitive therapy for social anxiety disorder in
adolescent) dimana dari hasil yang didapat 9 dari 12 peserta menunjukkan penurunan 85% gejala klinis
dari gangguan kecemasan sosial sedangkan yang lainnya tidak menurun signifikan kemungkinan
disebabkan waktu yang tidak cukup lama atau kemampuan terapis. Kelebihan dari literatur ini yaitu
pembahasan singkat, padat, dan jelas terkait efektivitas dari terapi CBT untuk orang dengan gangguan
kecemasan sosial, tetapi jumlah sample yang sedikit akan menyebabkan data yang dihasilkan homogen. 30
Penelitian McEvoy dilakukan dalam 12 sesi selama 2 jam ditambah 1 bulan tindak lanjut dimana
terjadi penurunan walaupun tidak signifikan karena klien dilaporkan memiliki gejala yang parah dan tidak
mungkin sembuh dengan intervensi 12 minggu. Penelitian dibagi menjadi 2 group yaitu secara
independent dan development dimana independent clinic group di fasilitasi oleh instruksi terapis yang
komprehensif, selebaran pasien, dan lembar kerja. Sedangkan untuk development clinic group di fasilitasi
oleh para ahli atau psikolog klinis tingkat doctoral, atau psikolog klinis dan magang. Namun kedua
kelompok tersebut memiliki hasil perbandingan tipis dimana independent clinic group terdapat 79,40%
dan development clinic group terdapat 80,07% penurunan gangguan kecemasan sosial setelah dilakukan
CBT.31 Kelebihan dari literatur ini adalah pembahasan singkat, padat, dan jelas namun memiliki
kekurangan dalam hasil akhir yang tidak menurun secara signifikan. 31
Penelitian Neufeld hampir serupa dengan penelitian McEvoy dimana melakukan perbandingan
antara 2 intervensi yaitu individu dan kelompok terhadap efektivitas CBT. Dengan jumlah sample
sebanyak 86, dimana n=26 untuk CBT individu, n=27 untuk CBT group, dan n=33 dalam control daftar
tunggu. Didapatkan pengurangan gejala kecemasan sosial TBCT dan CBT group dibandingkan dengan
control daftar tunggu. Sedangkan antara TCBT dan group CBT tidak menunjukkan perbandingan
signifikan (y = 1.15 p > .05). 32 Kelebihan dari literatur ini yaitu informasi yang disajikan jelas mengenai
efektivitas terapi CBT pada dewasa muda serta memiliki hasil yang sesuai dimana terjadi penurunan
Berdasarkan penelitian Rukmini yang melakukan perbandingan antara 2 terapi yaitu CBT dan
EXP (exposure therapy) untuk gangguan kecemasan sosial. Dari penelitian dengan subjek berjumlah 50
orang berusia antara 18 dan 45 tahun, dimana n=25 untuk CBT dan n=25 untuk EXP. Setelah dilakukan
terapi dan follow up sample akhir menjadi 40 (CBT n=22 dan EXP n=18) dikarenakan berbagai faktor
seperti jarak, waktu, dan tanpa alasan yang jelas. Dari hasil sample yang didapat, sebelum dilakukannya
CBT pada hasil LSAS-SR didapatkan nilai mean=90,72 ; SD=19,49 dan LSAS-CA memiliki nilai
mean=81,96 ; SD=19,43. Setelah dilakukan terapi CBT /pasca terapi hasil yang didapatkan LSAS-SR
nilai mean=44,50 ; SD=30,79 dan LSAS-CA nilai mean=39,55 ; SD=32,13 sehingga dilaporkan terjadi
penurunan setelah dilakukan CBT dan untuk perbandingan antar kelompok CBT dan EXP tidak
signifikan. Kelebihan dari literatur ini untuk sisi pembahasannya singkat, padat, dan jelas terkait
efektivitas CBT untuk gangguan kecemasan sosial, namun kekurangannya yaitu memiliki jumlah sample
yang kecil dan kurangnya data tindak lanjut yang memadai. 33
Penelitian Cujipers menunjukkan bahwa setelah dilakukan terapi perilaku kognitif menunjukkan
efek penurunan yang signifikan setelah disesuaikan dengan tingkat keparahan awal yaitu dengan hasi 5,92
poin; (95% CI:4,64-7,20). Kelebihan dari literatur ini yaitu untuk sisi pembahasannya cukup jelas terkait
hasil akhir penelitian, tetapi kurangnya yaitu memiliki keterbatasan penelitian dalam subkelompok serta
tidak berfokus pada SAD saja.34
Penelitian Asrori dilakukan pada 2 subjek mahasiswa yang memiliki gangguan kecemasan sosial
dengan nilai di atas 60 berdasarkan skala SUD (Subjective Unit Disturbance) dimana angka 0 berarti
tidak ada kecemasan sama sekali dan angka 100 berarti tingkat kecemasan tinggi. Sehingga dari beberapa
sesi yang diikuti oleh subjek tersebut terjadi penurunan kecemasan sosial. Kelebihan dari literatur ini
yaitu untuk sisi pembahasannya singkat, padat, dan jelas terkait hasil akhir penelitian, tetapi kurangnya
dari jumlah sample yang sedikit dan terbatas pada mahasiswa saja. 35
Hasil penelitian Hunger-Schoppe menunjukkan bahwa sebelum dilakukannya terapi CBT untuk
hasil diagnostic SCID yaitu pada kriteria SAD sedang dengan diagnostik khusus melalui LSAS -SR
didapatkan total skor 105 (cutoff, 30), SIAS dengan skor 46 (cutoff, 35), dan SPS dengan skor 29 (cutoff,
24). Setelah dilakukan terapi CBT untuk hasil LSAS-SR didapatkan skor 42 (cutoff, 30), SIAS pada skor
17 (cutoff, 35), dan SPS dengan skor 11 (cutoff, 24) sehingga disimpulkan bahwa pasca terapi perilaku
kognitif terjadi penurunan gangguan kecemasan sosial. Kelebihan dari literatur ini adalah informasi
Penelitian Hunger dilakukan dengan subjek sebanyak 16 dalam intervensi 12 bulan atau 28 sesi.
Didapatkan hasil akhir setelah uji skala LSAS dan SIAS menunjukkan terjadi pengurangan gejala
gangguan kecemasan sosial.37 Kelebihan dari literatur ini adalah informasi yang diberikan lengkap terkait
CBT dan gangguan kecemasan sosial, tetapi kekurangan dalam jumlah sample sehingga dapat
menyebabkan data yang dihasilkan homogen. 37 Penelitian Ogawa menunjukkan pada jumlah subjek
sebanyak 96 didapatkan hasil terjadi penurunan pasca terapi secara signifikan (p<0.05) dilihat dengan
skala penilaian LSAS. Kelebihan dari literatur ini adalah penjelasan singkat, padat, dan jelas dengan
jumlah sample yang sudah sesuai. Kekurangan dari literatur ini yaitu memiliki kekurangan data dari
setiap sesi CBT serta selama terapik CBT subjek tetap boleh mengkonsumsi obat antidepresan dan
benzodiazepine.28
Penelitian McAleavey menunjukkan bahwa terjadi tingkat keberhasilan dilaporkan oleh responden
(77,6%) yang cukup tinggi dalam mengobati SAD dan peserta survey merasa bahwa CBT sangat
membantu mereka dalam mengurangi gejala gangguan kecemasan sosial. Namun dalam penelitian ini
terapis mengatakan bahwa CBT bisa kurang efektif jika kurangnya hubungan terapis dan pasien, rasa
takut yang realistis, motivasi kurang dari diri sendiri (pasien). Kelebihan dari literatur ini yaitu
pembahasan singkat, padat, dan jelas terkait manfaat terapi CBT untuk orang dengan gangguan
kecemasan sosial, tetapi memiliki kekurangan dimana dari jumlah semua sample, tidak semua survei
selesai sampai akhir.38
Penelitian Pinjarkar menunjukkan bahwa terjadinya penurunan kecemasan sosial pasca terapi
CBT dimana terjadi perubahan dalam kisaran 56% hingga 95%. Pada pasien A,B,D,F,G terjadi penurunan
signifikan terkait SAD sedangkan pasien C dan E terjadi penurunan namun tidak signifikan. 39 Kelebihan
dari literatur ini yaitu pembahasan singkat, padat, dan jelas terkait informasi yang mengenai efektivitas
CBT pada pasien dengan gangguan kecemasan sosial. Kekurangannya adalah terapi CBT yang dilakukan
singkat dan memerlukan durasi lebih lama sehingga lebih efektif. 39 Hasil penelitian Behera yang
dilakukan dengan jumlah sample akhir 40 dan intervensi 16-20 minggu dilanjutkan dengan follow up 2
bulan ditemukan terjadinya penurunan pasca terapi CBT yang diuji dengan skala LSAS dan SIAS. Hasil
pada SIAS sebelum terapi yaitu 38,1 (SD=8,7) dan pasca intervensi 32,4 (SD=7,9) dan terjadi penurunan
yang tidak signifikan setelah dilakukan follow up yaitu 31,7 (SD=7,3). Sedangkan pada LSAS sebelum
terapi yaitu 69,2 (16,3), pascaintervensi 57,5 (SD=14,2) namun setelah dilakukan follow up terjadi sedikit
peningkatan yaitu 58,6 (SD=9,2).40 Kelebihan dari literatur ini adalah pembahasan jelas mengenai terapi
CBT yang lebih efektif pada orang dengan gangguan kecemasan sosial dan dilakukan dengan durasi lebih
Penelitian Fitriana dilakukan dengan subjek sebanyak 9 siswa kelompok kontrol dan 9 siswa
kelompok eksperimen yang memiliki gangguan kecemasan sosial. Hasil yang didapatkan untuk kelompok
eksperimen menunjukkan terjadi penurunan signifikan setelah dilakukan konseling CBT sedangkan untuk
kelompok control terjadi penurunan sedikit dikarenakan dilakukan konseling tanpa CBT. Hal ini
membuktikan bahwa terapi CBT efektif dalam menurunkan gangguan kecemasan sosial. Kelebihan dari
literatur ini adalah penjelasan singkat, padat, dan jelas terkait efektivitas terapi CBT pada orang dengan
gangguan kecemasan sosial yang menggunakan atau tidak terapi tersebut. Kekurangannya yaitu
responden terbatas pada siswa dengan jumlah sample sedikit. 41
Beberapa teori secara psikologi menjelaskan terjadinya gangguan kecemasan sosial serta
terapinya. Tiap perspektif teoritis saling berbeda satu dengan yang lain dalam berbagai teknik dan
tujuannya, akan tetapi terdapat satu hal yang sama, yaitu mendorong individu/klien untuk menghadapi
berbagai sumber kecemasannya dan berusaha untuk tidak menghindar. Beberapa perspektif dari segi
teoritis tersebut diantaranya perspektif Psikoanalisa, Humanistik, Biologis, Kognitif dan Belajar. Salah
satu yang digunakan untuk menjelaskan kecemasan sosial dan sering digunakan sebagai landasan adalah
teori perilaku kognitif. Dengan teori tersebut kecemasan klien bersumber pada pemikiran serta keyakinan
irrasionalnya. Beberapa dari keyakinan irrasional tersebut akan membentuk suatu keyakinan negatif dan
berkembang sehingga klien memaknai situasi secara salah. Hal tersebut mempengaruhi reaksi emosional
dan perilaku klien. Terapi Perilaku Kognitif digunakan karena berbagai temuan terbukti adanya
komponen kognitif yang kuat pada gangguan kecemasan sosial. Umumnya, individu yang mengalami
gangguan kecemasan sosial ini mempersepsikan ketidakmampuan diri mereka secara lebih negatif
daripada orang lain. Sedangkan dari sisi behavioral, situasi yang ditakuti menjadi suatu reinforcement
negatif pada gangguan kecemasan sosial. Adapun teknik dari terapi yang digunakan dalam penelitian ini
yaitu restrukturisasi kognitif, exposure, dan relaksasi. Hal tersebut sesuai dengan yang disampaikan oleh
Antony dan Swinson (2000) yang menyimpulkan bahwa strategi utama dari pemberian Terapi Perilaku
Kognitif adalah mengubah pemikiran dan keyakinan irrasionalnya menjadi pemikiran dan keyakinan
rasional yang lebih sehat dan positif. Selanjutnya individu dihadapkan langsung dengan situasi yang
membuatnya tidak nyaman (exposure), dan terakhir menambahkan dengan berbagai keterampilan sosial. 35
CBT adalah metode yang banyak digunakan dalam pengaturan dan populasi yang berbeda dengan
bukti bahwa itu bekerja lintas kelompok budaya, tetapi pendekatannya mungkin perlu disesuaikan agar
sesuai budaya dan lingkungan individu. CBT mengasumsikan bahwa pengguna layanan memiliki
kapasitas untuk mengeksplorasi bagaimana pikiran, perasaan, dan perilaku mereka berkontribusi pada
(iv) yang mampu dan mau menanggapi intervensi yang bertujuan untuk mengubah pikiran, perasaan, dan
perilaku individu.27 Terapi kelompok digunakan apabila pasien yang mengalami karakteristik gangguan
seperti kebingungan konsep diri, harga diri rendah, perubahan persepsi sensori halusinasi, kekerasan, atau
menarik diri dari lingkungan sosial yang sudah tidak dapat ditangani lagi oleh terapi yang bersifat
individual. Perawatan kelompok memiliki sejumlah keunggulan dibandingkan terapi individu, tetapi juga
menghadirkan sejumlah tantangan unik. keuntungan termasuk kelompok sosial siap pakai untuk praktik
paparan. kelompok menyediakan audiens, forum untuk umpan balik, dan kesempatan untuk diskusi yang
mendukung.25
Berdasarkan dari jurnal Behera yang melakukan penelitian terhadap perbandingan terapi pada
orang dengan gangguan kecemasan sosial yang menggunakan antidepresan PX dan CBT kombinasi
dengan PX didapatkan bahwa antidepresan saja tidak cukup bagi sebagian orang yang mengalami
gangguan ini, terbukti dari hasil yang sangat signifikan secara statistik dalam mean skor, sehingga perlu
kombinasi terapi CBT.41 Hal ini menjelaskan bahwa pasien yang mengalami gangguan kecemasan sosial
jika tidak efektif setelah pemberian anti depresan, maka akan dilakukan dengan terapi CBT.