Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

(BUDAYA DAN ISLAM)

Disusun Guna Memenuhi Mata Kuliah Pendidikan Agama Islam

Dosen Pengampuh : Dr.Musriadi, S.Ag, M.Ag

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 6 :

1. QALBI (02205003)
2. NADILA SARI H.ISMAIL (02205016)
3. NURFADILLAH SYAH (02205028)
4. AYU RAMADHANI (02205007)
5. AULIA RAMADHANI (02205032)
6. KASWINA ((02205049)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

UNIVERSITAS LAMAPPAPOLEONRO SOPPENG

TAHUN PELAJARAN 2022/2023

i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT,yang atas rahmat-Nya maka kami dapat
menyelesaikan penyusunan makalah pada mata kuliah PENDIDIKAN AGAMA ISLAM yang
berjudul ”BUDAYA DAN ISLAM”.

Dalam penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan baik pada teknis
penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang di miliki. Untuk itu kritik dan saran
dari kelompok lain sangat kami harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.

Semoga materi ini dapat bermanfaat dan menjadi sumbangan pemikiran bagi yang
membutuhkan, khususnya bagi kami sehingga tujuan yang diharapkan dapat tercapai, Aamiin

Soppeng, 20 Oktober 2022

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................................................2
BAB I............................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN...........................................................................................................................................4
A.Latar Belakang......................................................................................................................................4
B.Rumusan Masalah................................................................................................................................4
C.Tujuan Masalah....................................................................................................................................5
BAB II...........................................................................................................................................................5
PEMBAHASAN.............................................................................................................................................5
1.Pengertian Kebudayaan islam, Akulturasi dan Budaya Lokal................................................................5
2.Bagaimana akulturasi budaya islam di indonesia.................................................................................6
3.Contoh akulturasi kebudayaan islam yang berkaitan dengan kebudayaan lokal yang ada di Sulawesi
Selatan.....................................................................................................................................................8
BAB III........................................................................................................................................................12
PENUTUP...................................................................................................................................................12
A.Kesimpulan.........................................................................................................................................12
B.Saran..................................................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................................................13

iii
BAB I

PENDAHULUAN
A.Latar Belakang

Islam sudah mulai berkembang lagi sejak abad ke 7 dan berkembang secara pesat keseluruh
dunia dari waktu ke waktu. Dalam penyebaranya secara otomatis islam telah meletakkan nilai-
niai kebudayaannya.

Kebudayaan merupakan segala sesuatu yang diciptakan oleh umat manusia dan sebagai
keseluruhan gagasan dan karya manusia yang harus dibiasakan dengan belajar beserta
keseluruhan dari hasil budi dan karyanya itu. Kebudayaan itu melekat dengan diri manusia
artinya manusia yang menciptakan kebudayaan sejak zaman dahulu hingga sekarang.

Kebudayan islam adalah hasil olah akal,budi,cipta,rasa,karsa, dan karya manusia yang
berlandasakan pada nilai-nilai tauhid. Islam sangat menghargai akal manusia untuk berkiprah
dan berkembang. Hasil olah akal,budi,cipta,rasa, karsa yang telah terseleksi oleh nilai-nilai
kemanusian yang bersifat universal berkembang menjadi sebuah peradaban.

Akulturasi kebudayaan terjadi sebagai akibat interaksi antar perbedaan suku,agama,ras dan
golongan di dalam masyarakat. Perbedaan menyebabkan adanya keterkaitan sehingga tercipta
adaptasi dan menghasilkan sebuah akulturasi kebudayan

Akulturasi merupakan proses modifikasi antara kebudayaan yang sudah ada di masyarakat
dengan kebudayaan lain. Modifikasi kebudayaan diakibatkan adanya dua maupun lebih
kebudayaan yang mengalamai kontak sosial dan menghasilkan akulturasi kebudayaan. Walaupun
kelompok masyarakat berada pada posisi konsituen dalam kebudayaan, namun tetap memiliki
hubungan dan pengaruh dengan akulturasi secara individu.

B.Rumusan Masalah

1. Apa pengertian Kebudayaan Islam, Akulturasi dan Budaya Lokal ?


2. Bagaimana Akulturasi budaya islam di indonesia ?
3. Apa saja Contoh akulturasi kebudayaan islam yang berkaitan dengan kebudayaan lokal
yang ada di Sulawesi Selatan ?

C.Tujuan Masalah

1. Untuk mengetahui pengertian dari islam dan kebudayaan


2. Untuk mengetahui secara mendetail bagaimana akulturasi budaya islam di indonesia
3. Untuk mengetahui Contoh akulturasi kebudayaan islam yang berkaitan dengan
kebudayaan lokal yang ada di Sulawesi Selatan ?

1
BAB II

PEMBAHASAN
1.Pengertian Kebudayaan islam, Akulturasi dan Budaya Lokal

 Kebudayaan Islam
Islam dan kebudayaan memiliki keterkaitan antara yang satu dengan yang
lain. Ajaran islam memberikan aturan-aturan yang sesuai dengan kehendak
Allah SWT, sedangkan kebudayaan adalah realitas keberagaman umat islam
tersebut sebaliknya tanpa adanya unsur budaya, maka agama akan sulit dilihat
sosoknya secara jelas.
Kebudayaan Islam adalah hasil akal, budi, cipta, rasa dan karsa manusia yang
berlandaskan pada nilai nilai tauhid. Islam sangat menghargai akal manusia
untuk berkiprah dan berkembang. Perkembangan kebudayaan yang didasari
dengan nilai-nilai keagamaan menunjukkan agama memiliki fungsi yang
demikian jelas dimana kebudayaan islam ini berpengaruh teguh terkaidah
kaidah syariat islam1
 Akulturasi
Kata akulturasi berasal dari bahasa Inggris yaitu, acculturate yang artinya
menyesuaikan diri (dengan kultur kebudayaan baru atau kebiasaan asing.
Akulturasi terjadi ketika ada interaksi antara dua budaya atau lebih yang
saling mempengaruhi, tanpa menghilangkan tradisi lama. Sehingga terdapat
suatu pola percampuran budaya penduduk pribumi dengan kebudayaan
Islam2. 
 Budaya lokal
budaya adalah suatu cara berfikir dan cara merasa yang menyatakan diri
dalam keseluruhan segi kehidupan dari segolongan manusia yang membentuk
kesatuan social dalam suatu ruang dan waktu.
Budaya lokal merupakan budaya milik penduduk asli yang merupakan
warisan budaya. Jadi budaya lokal adalah kebudayaan yang berlaku dan
dimiliki tiap daerah atau suku bangsa.
3

1
https://ejournal.undip..ac.id, diakses pada tanggal 21 Oktober 2022, pukul 15:12 WITA
2
( Shadily, 1976:7)
3
http://rangkumanmateriips.blogspot.com, diakses pada tanggal 21 Oktober 2022, pukul 15:40 WITA

2
2.Bagaimana akulturasi budaya islam di indonesia

Akultursi budaya islam adalah sebuah penyatuan atau perpaduan antara dua
kebudayaan islam atau lebih yang menghasilkan budaya baru namun tidak
menghilangkan budaya asli.

Jenis dan contoh akulturasi kebudayaan islam


 Seni bangunan
Seni dan Arsitektur bangunan Islam di Indonesia sangatlah unik, menarik dan
akulturatif. Seni bangunan yang menonjol di zaman perkembangan Islam ini
adalah masjid, menara dan makam. Contohnya yaitu Candi Borobudur yang
terletak dijawa tengah.
 Masjid dan Menara
Dalam seni bangunan di zaman perkembangan Islam, terlihat ada perpaduan
antara unsur Islam dengan kebudayaan praIslam yang sudah ada sebelumnya
yang salah satu cirinya yaitu Atapnya berbentuk tumpang yakni atap yang
bersusun semakin ke atas semakin kecil dari tingkatan paling atas berbentuk
limas. Jumlah atapnya ganjil 1, 3 atau 5 Dan biasanya ditambah dengan
kemuncak guna memberi tekanan akan keruncingannya yang disebut
Mustaka. Contoh yaitu Masjid menara kudus yang merupakan perpaduan
budaya dalam masjid menara kudus karena cara penyanpaian sunan kudus
dalam mengajarkan islam tetap menghormati masyarakat kudus yang sudah
memeluk ajaran hindu.4
 Makam
Makam-makan ditempat yang tinggi atau bukit menunjukkan akukturasi
dengan tradisi yang percaya pada ruh nenek moyang yang sebelumnya sudah
dikenal dalam pengejawantahan pendirian punden-punden berundak megalitik
5
yang salah satu cirinya yaitu Makamnya terbuat dari bangunan batu yang
disebut dengan Jirat atau Kijing, nisannya pun terbuat dari batu. Contohnya Di
beberapa tempat ada makam-makam yang penempatannya ada di daerah
dataran tinggi. Contohnya makam Sunan Bonang di Tuban, makam Sunan
Derajat (Lamongan), makam Sunan Kalijaga di Kadilangu (Demak), makam
Sunan Kudus di Kudus, makam Maulana Malik Ibrahim dan makam Leran di
Gresik (Jawa Timur), makam Datuk Ri Bkalianng di Takalar (Sulawesi

4
https://duniapendidikan.co.id/kebudayaan-islam/ diakses pada tanggal 25 Oktober 2022, pukul 20:30 WITA
5
https://www.kompas.com diakses pada tanggal 25 Oktober 2022 pukul 20:32 WITA

3
Selatan), makam Syaikh Burhanuddin (Pariaman), makam Syaikh Kuala atau
Nuruddin ar-Raniri (Aceh)6
 Seni ukir
Pada masa perkembangan Islam di zaman madya, berkembang ajaran bahwa
seni ukir, patung, dan melukis makhluk hidup, bahkan manusia secara nyata,
tak diperbolehkan Namun, seni pahat atau seni ukir terus berkembang.
Banyak sekali bangunan-bangunan Islam yang dihiasi dengan berbagai
macam motif ukir-ukiran. Misalnya nya, ukir-ukiran pada pintu atau tiang
pada bangunan keraton maupun masjid, pada gapura atau pintu gerbang.
Dikembangkan pun seni hias atau seni ukir dengan bentuk tulisan Arab yang
dicampur dengan ragam hias yang lain. Malah ada seni kaligrafi yang
membentuk orang, binatang, atau wayang. Contohya yaitu kompleks masjid
mantingan, Jepara,Jawa tengah dan ukiran di mimbar masjid gelgel klungkung
bali
 Seni sastra
Tersebarnya Islam di Indonesia membawa pengaruh besar dalam bidang
aksara atau tulisan. Abjad atau huruf-huruf Arab sebagai abjad yang dipakai
untuk menulis bahasa Arab mulai dipakai di Indonesia. Bahkan huruf Arab
dipakai di bidang seni ukir. Berhubungan dengan itu berkembang seni
kaligrafi. Di samping pengaruh sastra Islam dan Persia, perkembangan sastra
di zaman madya tak terlepas dari pengaruh unsur sastra sebelumnya.
engan begitu terjadilah akulturasi antara sastra Islam dengan sastra yang
berkembang di zaman praIslam.
ada beberapa jenis seni sastra adalah sebagai berikut:
 Hikayat
Hikayat adalah karya sastra yang berisi cerita sejarah maupun dongeng.
Dalam hikayat banyak ditulis berbagai peristiwa yang menarik, keajaiban,
atau hal-hal yang tak masuk akal. Hikayat ditulis dalam bentuk gancaran yaitu
karangan bebas atau prosa. Hikayat-hikayat yang terkenal, contohnya Hikayat
Iskandar Zulkarnain, Hikayat Raja-Raja Pasai, Hikayat Khaidir, Hikayat si
Miskin, Hikayat 1001 Malam, Hikayat Bayan Budiman, Hikayat Amir
Hamzah, dan masih banyak yang lainnya.
 Babad
Babad mirip dengan hikayat Penulisan babad murup tulisan sejarah, namun
isinya tidak selalu berdasarkan fakta.Jadi, isinya campuran fakta sejarah,
mitos, dan kepercayaan.Di tanah Melayu sendiri terkenal dengan sebutan
tambo atau salasilah. Contoh babad ialah Babad Tanah Jawi, Babad Cirebon,
Babad Mataram, dan Babad Surakarta.

6
https://duniapendidikan.co.id/kebudayaan-islam/ diakses pada tanggal 25 Oktober 2022, pukul 20:34 WITA

4
 Syair
Syair berasal dari perkataan Arab untuk menamakan karya sastra berupa
sajak-sajak yang terdiri atas 4 baris setiap baitnya. Contoh syair sangat tua
ialah syair yang tertulis pada batu nisan makam putri Pasai di Minye Tujoh.

 Suluk
Suluk adalah karya sastra yang berupa kitab-kitab serta isinya menjelaskan
soal-soal tasawufnya. Contoh nya suluk yakni Suluk Sukarsa, Suluk Wujil,
dan Suluk Malang Sumirang.

 Bidang kesenian
Di Indonesia, Islam menghasilkan kesenian bernapas Islam yang bertujuan
guna menyebarkan ajaran Islam. Kesenian itu, contohnya adalah:
 Debus
Debus adalah tarian yang pada puncak acara para penari menusukkan benda
tajam ke tubuhnya tanpa meninggalkan luka. Tarian ini diawali dengan
pembacaan ayat-ayat dalam Al Quran serta salawat nabi. Tarian ini ada di
Banten dan Minangkabau.
 Seudati
Seudati adalah sebuah bentuk tarian dari Aceh. Seudati berasal dan kata
syaidati yang berarti permainan orang-orang besar. Seudati sering disebut
saman berarti delapan. Tarian ini aslinya dimainkan oleh 8 orang penari. Para
pemain menyanyikan lagu yang isinya adalah salawat nabi.
 Wayang
Wayang adalah termasuk wayang kulit, Pertunjukan wayang telahberkembang
sejak zaman Hindu, akan namun, pada zaman Islam terus dikembangkan
laluberdasarkan cerita Amir Hamzah dikembangkan pertunjukan wayang
golek.

3.Contoh akulturasi kebudayaan islam yang berkaitan dengan kebudayaan lokal yang ada
di Sulawesi Selatan

Di dalam keberagamaan masyarakat muslim tidak bisa lepas dari tradisi lokal yang
hidup dan berkembang sesuai dengan keadaan masyarakat setempat, dimana mereka
hidup, berkomunikasi, dan beradaptasi sesuai dengan lingkungan yang ada. Proses
penyebaran agama Islam yang ada di Nusantara tidak pernah terlepas dari proses
akulturasi budaya, sehingga ajaran agama Islam yang dibawa oleh para pedagang dari
Arab dan para wali dengan mudah diterima oleh masyarakat Nusantara. Karena dalam
ajaran agama Islam, para penyebar agama Islam tidak pernah menyiarkan agama
melalui kekerasan dan permusuhan, akan tetapi melalui kedamaian, akulturasi dengan
budaya lokal sehingga lambat laut terbentuk kebudayaan baru dengan tidak

5
menghilangkan bentuk asli dari kebudayaan tersebut. Dalam kenyataan seperti itu,
agama tidak lain menjadi identik dengan tradisi. Atau sebuah ekspresi budaya yang
keyakinan orang terhadap suatu yang suci, tentang ungkapan keimanan terhadap yang
kuasa. Jika hubungan agama dan tradisi ditempatkan sebagai wujud interpretasi
sejarah dan kebudayaan, maka semua domain agama adalah kreatifitas manusia yang
sifatnya sangat relatif. Artinya bahwa, kebenaran agama yang diyakini setiap orang
sebagai yang “benar”, pada dasarnya hal itu sebatas yang bisa ditafsirkan dan
diekspresikan oleh manusia yang relatif atas “kebenaran”, tuhan yang absolut.
Dengan demikian apapun bentuk yang dilakukan oleh sikap manusia untuk
mempertahankan, memperbaharui atau memurnikan tradisi agama, tetap saja harus
dipandang sebagai fenomena manusia atas sejarahnya, tanpa harus dilihat banwa yang
satu berhak menegasikan “kebenaran” yang diklaim oleh orang lain, sambil
menyatakan bahwa “kebenaran” yang dimilikinya sebagai yang “paling benar. Ketika
Islam itu berkembang di suatu daerah tidak akan pernah sama dengan Islam yang ada
di daerah lain. Contoh; Islam di Arab dengan Islam yang ada di Jawa, meskipun
demikian bukan berarti itu adalah penyimpangan dari Islam melainkan itu adalah
varian Islam.7
Akulturasi islam dan budaya lokal suku bugis Makassar yang masih ada sampai
sekarang yaitu :

 Mabbarasanji (Barzanji)
Islam masuk di Sulawesi Selatan, dengan cara yang sangat santun
terhadap kebudayaan dan tradisi masyarakat Bugis Makassar. Bukti
nyata dari sikap kesantunan Islam terhadap budaya dan tradisi Bugis
Makassar dapat kita lihat dalam tradisi-tradisi keislaman yang
berkembang di Sulawesi Selatan hingga kini. Seperti mengganti
pembacaan kitab La Galigo dengan tradisi pembacaan Barzanji,
sebuah kitab yang berisi sejarah kehidupan Nabi Muhammad s.a.w,
dalam setiap hajatan dan acara, doa-doa selamatan, bahkan ketika
membeli kendaraan baru, dan lain sebagainya.
Mabbarasanji/Barzanji/Barazanji yang biasa dikenal dalam masyarakat
Bugis sebagai nilai lain yang mengandung estetika tinggi dan
kesakralan.
Apabila ditelaah dengan baik, maka semua makna dari Barazanji
menceritakan tentang segala macam teladan dari hal-hal keseharian
kita, berupa wujud penceritaan berbagai perilaku keseharian Baginda
Rasulullah Muhammad s.a.w. dan para sahabatnya. Dengan
membacanya, kita akan paham makna tersirat terkait nilai-nilai yang
mestinya seirama dengan realitas sosial keseharian kita, bahwa seperti
7
http://jurnal.radenfatah.ac.id/indekx.php/As-shuffah/article/view/4855 diakses pada tanggal 25 Oktober 2022,
pukul 21:26 WITA

6
inilah jalan yang semestinya dilalui agar kita tidak sesat jalan
melainkan seirama dengan tuntunan perilaku Rasulullah dan para
sahabatnya.
 Suromaca/Ma’baca
Setiap tempat di Indonesia memiliki cara penyambutan atau perayaan
tersendiri ketika bulan Ramadhan tiba. Begitu pula halnya di kota
Makassar, yang menyimpan sekelumit keindahan dalam menjalani
bulan penuh berkah. Tradisi-tradisi Ramadhan di kota pesisir ini
mengandung sakralitas keislaman yang berpadu ke dalam entitas
kebudayaan Bugis-Makassar.
Akulturasi kebudayaan dan keislaman pada masyarakat Bugis-
Makassar yang mendiami kota Makassar tercermin dalam ritus-ritus
Ramadhan yang melebur ke dalam sebuah tradisi.
Sebelum Ramadhan, masyarakat Bugis-Makassar biasanya akan
menjalankan tradisi suromaca atau ma’baca. Tradisi tersebut dilakukan
sebagai ungkapan doa keselamatan untuk leluhur setiap keluarga.
Suromaca/ma’baca dilakukan dengan kegiatan doa bersama yang
dipimpin seorang anrong guru yang diamanahkan oleh pemilik
hajatan. Pada pelaksanaannya, doa bersama ini mensyaratkan
kehadiran berbagai makanan yang dihidangkan bagi orang-orang yang
ikut berdoa.
Suromaca/ma’baca kerap pula dilakukan pada Hari Raya Idulfitri dan
Iduladha. Atau, pada saat sebuah keluarga hendak mengirimkan doa
kepada arwah leluhur melalui anrong guru dan orang-orang yang
diundang.
Secara historis, suromaca/ma’baca telah ada jauh sebelum Islam
masuk ke tanah Bugis-Makassar. Bahkan sebelum Islam diterima,
masyarakat Bugis-Makassar telah terlebih dahulu mengenal dewata
sewuae (Tuhan yang satu). Kesamaan pandangan ini dengan akidah
Islam itulah yang konon memudahkan terjadinya akulturasi antarkedua
entitas kebudayaan
 Mappacci
Upacara adat Mappacci di suku Bugis Makassar, merupakan suatu
acara adat sebagai salah satu rangkaian pelaksanaan pesta perkawinan
yang mengungkapkan pengertian pensucian diri, sekaligus sebagai
wahana pewarisan nilai-nilai kesucian bagi sang pengantin.
Perkawinan adalah peristiwa ritual yang bermakna religius dan dalam
proses pelaksanaannya memerlukan suatu tatanan, yang disebut adat
istiadat sebagai warisan budaya etnis Bugis. Berbagai makna simbolik
Islami pun dapat kita saksikan dalam prosesi upacara tersebut.

7
Mappacci sendiri memiliki arti mensucikan. Maknanya, ajaran Islam
pun menghendaki adanya kesucian lahir dan batin dari kedua
mempelai, yakni dengan cara menamatkan bacaan Alquran dengan
maksud agar calon pengantin bisa meresapkan dalam dirinya nilai-nilai
yang terkandung dalam Alquran.
Tampak bahwa nilai Islam dalam tradisi Mappacci di sini sangatlah
kental karena Islam sangat menjunjung tinggi nilai-nilai penghargaan
terhadap sesama.
Peralatan Mappacci, seperti Bantal adalah simbol harapan agar nilai-
nilai penghargaan terhadap sesama jangan sampai luntur dan tetap
terjaga.
Sarung adalah simbol harapan untuk tetap bersatu, dan istiqamah.
Dalam ajaran Islam, persatuan, tidak ada perselisihan, sangatlah
dianjurkan karena menyangkut keselamatan umat manusia.
Daun Pisang digunakan sebagai tanda simbolik, karena pisang dinilai
kaya manfaat. Artinya, Islam sangat memberi tempat kepada manusia
yang berguna bagi sesamanya, dan manusia diharapkan menjadi
produktif seperti pisang.
Daun Nangka punya arti simbolik memiliki harapan dan cita-cita.
Maksudnya, Islam sangat memberi aspresiasi tinggi kepada manusia
yang bercita-cita tinggi dan selalu optimis dalam hidupnya.
8

BAB III

8
https://islamindonesia.id/budaya/bukan-hanya-di-tanah-jawa-tiga-contoh-akulturasi-islam-dan-budaya-ini-pun-
masih-lestari-di -kalangan-suku-bugis-makassar.htm diakses pada tanggal 25 Oktober 2022, pukul 21:29 WITA

8
PENUTUP
A.Kesimpulan

Perkembangan kebudayaan yang didasari dengan nilai-nilai keagamaan menunjukkan


agama memiliki fungsi yang demikian jelas dimana kebudayaan islam ini berpengaruh
teguh terkaidah kaidah syariat islam. Kata akulturasi berasal dari bahasa Inggris yaitu,
acculturate yang artinya menyesuaikan diri (dengan kultur kebudayaan baru atau
kebiasaan asing.
Makam ditempat yang tinggi atau bukit menunjukkan akukturasi dengan tradisi yang
percaya pada ruh nenek moyang yang sebelumnya sudah dikenal dalam pengejawantahan
pendirian punden-punden berundak megalitik yang salah satu cirinya yaitu Makamnya
terbuat dari bangunan batu yang disebut dengan Jirat atau Kijing, nisannya pun terbuat
dari batu
Contohnya makam Sunan Bonang di Tuban, makam Sunan Derajat (Lamongan), makam
Sunan Kalijaga di Kadilangu (Demak), makam Sunan Kudus di Kudus, makam Maulana
Malik Ibrahim dan makam Leran di Gresik (Jawa Timur), makam Datuk Ri Bkalianng di
Takalar (Sulawesi Selatan), makam Syaikh Burhanuddin (Pariaman), makam Syaikh
Kuala atau Nuruddin ar-Raniri (Aceh) • Seni ukir Pada masa perkembangan Islam di
zaman madya, berkembang ajaran bahwa seni ukir, patung, dan melukis makhluk hidup,
bahkan manusia secara nyata, tak diperbolehkan Namun, seni pahat atau seni ukir terus
berkembang.
Akulturasi islam dan budaya lokal suku bugis Makassar yang masih ada sampai sekarang
ada tiga yaitu Mabarasanji (Barasanji),Suromaca atau Ma’baca dan Mapacci.

B.Saran

Dengan pembuatan makalah ini mengenai Budaya dan islam agar dapat menyarankan
kepada semua pembaca untuk mempelajari pembahasan mengenai budaya dan islam
dalam hal ini kebudayaan islam,akulturasi,budaya lokal dan juga bagaimana akulturasi
budaya islam di indonesia serta contoh akulturasi kebudayaan islam yang berkaitan
dengan kebudayaan lokal yang ada di Sulawesi Selatan. Dengan mempelajari akulturasi
budaya islam ini diharapkan mahasiswa dan mahasiswi dapat memahami setiap point
penting yang disampaikan.

9
DAFTAR PUSTAKA

Luthfi, Khabibi Muhammad. "Islam Nusantara: Relasi islam dan budaya lokal." SHAHIH:
Journal of Islamicate Multidisciplinary 1.1 (2016): 1-12.

Al-Amri, Limyah, and Muhammad Haramain. "Akulturasi Islam Dalam Budaya Lokal."
KURIOSITAS: Media Komunikasi Sosial dan Keagamaan 10.2 (2017): 87-100.

Wekke, Ismail Suardi. "Islam dan adat: tinjauan akulturasi budaya dan agama dalam masyarakat
Bugis." Analisis: Jurnal Studi Keislaman 13.1 (2013): 27-56.

10
.

11

Anda mungkin juga menyukai