Anda di halaman 1dari 4

Nama : Shabrina Ghisani M

NPM : 1112020013

IDUL ADHA

Bismillahirrahmannirahim
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Pertama tama marilah kita panjatkan puji dan syukur kepada ALLAH SWT karena telah
memberikan limpahan rahmat kepada hambanya serta memberikan kesempatan kepada kita
untuk bisa berkumpul pada pagi hari ini.

Idul Adha pada setiap tanggal 10 Dzulhijjah juga dikenal dengan sebuatan “Hari Raya Haji”,
dimana kaum muslimin yang sedang menunaikan haji yang utama, yaitu wukuf di Arafah.
Mereka semua memakai pakaian serba putih dan tidak berjahit, yang di sebut pakaian ihram,
melambangkan persamaan akidah dan pandangan hidup, mempunyai tatanan nilai yaitu nilai
persamaan dalam segala segi bidang kehidupan. Tidak dapat dibedakan antara mereka,
semuanya merasa sederajat. Sama-sama mendekatkan diri kepada Allah Yang Maha Perkasa,
sambil bersama-sama membaca kalimat talbiyah.

Disamping Idul Adha dinamakan hari raya haji, juga dinamakan “Idul Qurban”, karena pada
hari itu Allah memberi kesempatan kepada kita untuk lebih mendekatkan diri kepada-Nya.
Bagi umat muslim yang belum mampu mengerjakan perjalanan haji, maka ia diberi
kesempatan untuk berkurban, yaitu dengan menyembelih hewan qurban sebagai simbol
ketakwaan dan kecintaan kita kepada Allah SWT.

Jika kita menengok sisi historis dari perayaan Idul Adha ini, maka pikiran kita akan teringat
kisah teladan Nabi Ibrahim, yaitu ketika Beliau diperintahkan oleh Allah SWT untuk
menempatkan istrinya Hajar bersama Nabi Ismail putranya, yang saat itu masih menyusu.
Mereka ditempatkan disuatu lembah yang tandus, gersang, tidak tumbuh sebatang pohon pun.
Lembah itu demikian sunyi dan sepi tidak ada penghuni seorangpun. Nabi Ibrahim sendiri
tidak tahu, apa maksud sebenarnya dari wahyu Allah yang menyuruh menempatkan istri dan
putranya yang masih bayi itu, ditempatkan di suatu tempat paling asing, di sebelah utara
kurang lebih 1600 KM dari negaranya sendiri palestina. Tapi baik Nabi Ibrahim, maupin
istrinya Siti Hajar, menerima perintah itu dengan ikhlas dan penuh tawakkal.

Seperti yang diceritakan oleh Ibnu Abbas bahwa tatkala Siti Hajar kehabisan air minum
hingga tidak biasa menyusui nabi Ismail, beliau mencari air kian kemari sambil lari-lari kecil
(Sa’i) antara bukit Sofa dan Marwah sebanyak 7 kali. Tiba-tiba Allah mengutus malaikat
jibril membuat mata air Zam Zam. Siti Hajar dan Nabi Ismail memperoleh sumber
kehidupan.

Lembah yang dulunya gersang itu, mempunyai persediaan air yang melimpah-limpah.
Datanglah manusia dari berbagai pelosok terutama para pedagang ke tempat siti hajar dan
nabi ismail, untuk membeli air. Datang rejeki dari berbagai penjuru, dan makmurlah tempat
sekitarnya. Akhirnya lembah itu hingga saat ini terkenal dengan kota mekkah, sebuah kota
yang aman dan makmur, berkat do’a Nabi Ibrahim dan berkat kecakapan seorang ibu dalam
mengelola kota dan masyarakat.

Idul Adha dinamai juga “Idul Nahr” artinya hari raya penyembelihan. Hal ini untuk
memperingati ujian paling berat yang menimpa Nabi Ibrahim. Akibat dari kesabaran dan
ketabahan Ibrahim dalam menghadapi berbagai ujian dan cobaan, Allah memberinya sebuah
anugerah, sebuah kehormatan “Khalilullah” (kekasih Allah).

Setelah gelar Al-khalil disandangnya, Malaikat bertanya kepada Allah: “Ya Tuhanku,
mengapa Engkau menjadikan Ibrahim sebagai kekasihmu. Padahal ia disibukkan oleh urusan
kekayaannya dan keluarganya?” Allah berfirman: “Jangan menilai hambaku Ibrahim ini
dengan ukuran lahiriyah, tengoklah isi hatinya dan amal baktinya!”

Sebagai realisasi dari firmannya ini, Allah SWT mengizinkan pada para malaikat menguji
keimanan serta ketaqwaan Nabi Ibrahim. Ternyata, kekayaan dan keluarganya dan tidak
membuatnya lalai dalam taatnya kepada Allah.

Dalam kitab “Misykatul Anwar” disebutkan bahwa konon, Nabi Ibrahim memiliki kekayaan
1000 ekor domba, 300 lembu, dan 100 ekor unta. Riwayat lain mengatakan, kekayaan Nabi
Ibrahim mencapai 12.000 ekor ternak. Suatu jumlah yang menurut orang di zamannya adalah
tergolong milliuner. Ketika pada suatu hari, Ibrahim ditanya oleh seseorang “milik siapa
ternak sebanyak ini?” maka dijawabnya: “Kepunyaan Allah, tapi kini masih milikku.
Sewaktu-waktu bila Allah menghendaki, aku serahkan semuanya. Jangankan cuma ternak,
bila Allah meminta anak kesayanganku Ismail, niscaya akan aku serahkan juga.”

Ibnu Katsir dalam tafsir Al-Qur’anul ‘adzim mengemukakan bahwa, pernyataan Nabi
Ibrahim yang akan mengorbankan anaknya jika dikehendaki oleh Allah itulah yang kemudian
dijadikan bahan ujian, yaitu Allah menguji iman dan taqwa Nabi Ibrahim melalui mimpinya
yang haq, agar ia mengorbankan putranya yang kala itu masih berusia 7 tahun. Anak yang
elok rupawan, sehat lagi cekatan ini, supaya dikorbankan dan disembelih dengan
menggunakan tangannya sendiri. Sungguh sangat mengerikan! Peristiwa spektakuler itu
dinyatakan dalam Al-Qur’an:

ِ َ‫@ال يَ@@ا َأب‬


‫ت ا ْف َع@@لْ َم@@ا‬ َ @‫ي ِإنِّي َأ َرى فِي ْال َمنَ ِام َأنِّي َأ ْذبَ ُح‬
َ @َ‫@ك فَ@@انظُرْ َم@@ا َذا تَ@ َرى ق‬ َّ َ‫قَا َل يَا بُن‬
َ‫رين‬ ِ ِ‫تُْؤ َم ُر َستَ ِج ُدنِي ِإن َشاء هَّللا ُ ِم َن الصَّاب‬
Ibrahim berkata : “Hai anakkku sesungguhnay aku melihat dalam mimpi bahwa aku
menyembelihmu “maka fikirkanlah apa pendapatmu? Ismail menjawab: Wahai bapakku
kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu. InsyaAllah engkau akan mendapatiku
termasuk orang yang sabar.” (QS Aa-saffat: 102)

Ketika keduanya siap untuk melaksanakan perintah Allah, datanglah setan sambil berkata,
“Ibrahim, kamu orang tua macam apa kata orang nanti, anak saja disembelih?” “Apa kata
orang nanti?” “Apa tidak malu? Tega sekali, anak satu-satunya disembeli!” “Coba lihat,
anaknya lincah seperti itu!” “Anaknya pintar lagi, enak dipandang, anaknya patuh seperti itu
kok dipotong!” “Tidak punya lagi nanti setelah itu, tidak punya lagi yang seperti itu! Belum
tentu nanti ada lagi seperti dia.” Nabi Ibrahim sudah mempunya tekat. Ia mengambil batu lalu
mengucapkan, “Bismillahi Allahu akbar.” Batu itu dilempar. Akhirnya seluruh jamaah haji
sekarang mengikuti apa yang dulu dilakukan oleh Nabi Ibrahim ini di dalam mengusir setan
dengan melempar batu sambil mengatakan, “Bismillahi Allahu akbar”. Dan hal ini kemudian
menjadi salah satu rangkaian ibadah haji yakni melempar jumrah.

Ketika sang ayah belum juga mengayunkan pisau di leher putranya. Ismail mengira ayahnya
ragu, seraya ia melepaskan tali pengikat tali dan tangannya, agar tidak muncul suatu kesan
atau image dalam sejarah bahwa sang anak menurut untuk dibaringkan karena dipaksa ia
meminta ayahnya mengayunkan pisau sambil berpaling, supaya tidak melihat wajahnya.

Nabi Ibrahim memantapkan niatnya. Nabi Ismail pasrah bulat-bulat, seperti ayahnya yang
telah tawakkal. Sedetik setelah pisau nyaris digerakkan, tiba-tiba Allah berseru dengan
firmannya, menyuruh menghentikan perbuatannya tidak usah diteruskan pengorbanan
terhadap anaknya. Allah telah meridloi kedua ayah dan anak memasrahkan tawakkal mereka.
Sebagai imbalan keikhlasan mereka, Allah mencukupkan dengan penyembelihan seekor
kambing sebagai korban, sebagaimana diterangkan dalam Al-Qur’an surat As-Saffat ayat
107-110:

ٍ ‫َوفَ َد ْينَاهُ بِ ِذب‬


‫ْح َع ِظيم‬
ٍ
“Dan kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar.”

َ‫رين‬
ِ ‫ِخ‬ ‫َوتَ َر ْكنَا َعلَ ْي ِه فِي اآْل‬
“Kami abadikan untuk Ibrahim (pujian yang baik) dikalangan orang-orang yang datang
kemudian.”

َ‫هيم‬
ِ ‫ِإب َْرا‬ ‫َساَل ٌم َعلَى‬
“Yaitu kesejahteraan semoga dilimpahkan kepada Nabi Ibrahim.”
ِ ْ‫ْال ُمح‬
َ‫سنِين‬ َ ِ‫َك َذل‬
‫ك نَجْ ِزي‬
“Demikianlah kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.”

Menyaksikan tragedi penyembelihan yang tidak ada bandingannya dalam sejarah umat
manusia itu, Malaikat Jibril kagum, seraya terlontar darinya suatu ungkapan “Allahu Akbar,
Allahu Akbar, Allahu Akbar.” Nabi Ibrahim menjawab “Laailaha illahu Allahu Akbar.” Yang
kemudian dismbung oleh Nabi Ismail “Allahu Akbar Walillahil Hamdu.’

Pengorbanan Nabi Ibrahim AS yang paling besar dalam sejarah umat umat manusia itu
membuat Ibrahim menjadi seorang Nabi dan Rasul yang besar, dan mempunyai arti besar.

Demikianlah dakwah yang bisa saya sampaikan pada pagi hari ini, apabila ada salah kata
mohon dimaafkan. Semoga apa yang disampaikan tadi dapat bermanfaat bagi kita semua
alhamdulillahirabbilalamin,

Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Anda mungkin juga menyukai