Anda di halaman 1dari 3

TUGAS II

KESEHATAN REPRODUKSI

Nama : Rika Martiani


Nim : 1910104049

Kasus
Jakarta, CNN Indonesia -- Dinas Kesehatan Pemerintah Kabupaten
Situbondo, Jawa Timur, mencatat pada 2017 ada 200 orang terjangkit atau
menderita Human Immunudeficiency Virus (HIV)/Acquired Immune Deficiensy
Syndrome (AIDS). Bahkan, 32 di antaranya merupakan ibu hamil.
"Tahun ini (2017) saja penderita HIV/AIDS yang baru ditemukan ada
sekitar 200 orang, dan dari ratusan pengidap HIV/AIDS baru ini sebanyak 32
orang di antaranya merupakan ibu sedang hamil," ujar Kepala Dinas Kesehatan
Pemkab Situbondo Abu Bakar Abdi di Situbondo, Rabu (16/7) dikutip Antara.
Ia menyebutkan jumlah penderita HIV/AIDS di Situbondo sejak 2010
hingga Agustus 2017 terus bertambah. Total sebanyak 810 orang yang terjangkit
virus mematikan tersebut. Bahkan pada 2016 lalu, penderita HIV/AIDS tercatat
ada sekitar 66 orang yang meninggal dunia.

ANALISA KASUS
Tentang HIV
HIV adalah singkatan dari Human Immunodeficiency Virus. HIV adalah
infeksi yang menyerang sistem kekebalan dan melemahkan kemampuan tubuh
untuk memerangi infeksi. Tanpa perawatan, setelah beberapa tahun, seseorang
yang mengidap HIV tidak dapat melawan beberapa infeksi dan kanker. Tahap
HIV ini disebut AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome). Tidak ada
penyembuhan untuk HIV. Seorang yang terinfeksi akan menularkan HIV kepada
orang lain.
Mengetahui status HIV secara dini waktu hamil sangat bermanfaat untuk
perempuan dan bayi. Bila dia mengetahui dirinya HIV-positif, perempuan dapat
melakukan intervensi untuk mencegah penularan pada bayi. Oleh karena itu,
sebaiknya tes HIV ditawarkan kepada perempuan hamil, apalagi bila dia pernah
berperilaku berisiko. Tes harus dilakukan SECARA SUKARELA, tanpa paksaan,
dan dilengkapi dengan konseling sebelum tes dan setelah tes, serta dengan
persetujuan berdasarkan informasi yang lengkap (informed consent).
Penularan HIV dari ibu-ke-bayi masih belum diketahui penyebab pastinya.
Namun, kebanyakan penularan terjadi saat persalinan (waktu bayinya lahir).
Selain itu, bayi yang disusui oleh ibu terinfeksi HIV dapat juga tertular HIV. Ada
beberapa faktor risiko yang meningkatkan kemungkinan bayi terinfeksi HIV :
1. Yang paling mempengaruhi adalah viral load (jumlah virus yang ada di
dalam darah) ibunya. Oleh karena itu, salah satu tujuan utama terapi adalah
mencapai viral load yang tidak dapat terdeteksi – seperti juga ART untuk
siapa pun terinfeksi HIV. Viral load penting pada waktu melahirkan.
2. Penularan dapat terjadi dalam kandungan. Hal ini dapat disebabkan oleh
kerusakan pada plasenta, yang seharusnya melindungi janin dari infeksi
HIV. Kerusakan tersebut dapat memungkinkan darah ibu mengalir pada
janin. Kerusakan pada plasenta dapat disebabkan oleh penyakit lain pada
ibu, terutama malaria dan TB.
Risiko penularan HIV dari ibu ke anak tanpa upaya pencegahan atau
intervensi berkisar antara 20-50%. Dengan pelayanan pencegahan penularan HIV
dari ibu ke anak yang baik, risiko penularan dapat diturunkan menjadi kurang dari
2%. Semua ibu hamil dengan HIV diberi terapi ARV, tanpa harus memeriksakan
jumlah CD4 dan viral load terlebih dahulu, karena kehamilan itu sendiri
merupakan indikasi pemberian ARV yang dilanjutkan seumur hidup. Pemeriksaan
CD4 dilakukan untuk memantau pengobatan bukan sebagai acuan untuk memulai
terapi.
Penelitian yang dilaporkan pada 1994 menunjukkan bahwa ARV dapat
mencegah penularan HIV dari ibu-ke-bayi. Pada penelitian ini, perempuan hamil
memakai satu jenis ARV, yaitu AZT, sebelum dan saat persalinan, dan bayinya
diberikan AZT setelah lahir. Intervensi ini mengurangi risiko bayi menjadi
terinfeksi HIV. Setelah 1994, intervensi ini diusulkan untuk semua ibu terinfeksi
HIV di negara maju. Setelah masa itu, terjadi perkembangan lebih lanjut, terutama
setelah ART menjadi semakin umum pada akhir 1990-an. Angka penularan HIV
dari ibu-ke-bayi di AS sekarang di bawah 1%.
Dari hasil penelitian di Kanada di antara wanita yang hidup dengan HIV di
temukan sekitar satu dari empat wanita melaporkan kehamilan setelah diagnosis
HIV. kehamilan lebih sering terjadi di zaman modern era cART (Kombinasi Anti
retroviral).

Kebijakan Pemerintah Terhadap HIV/AIDS


Adanya KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK
INDONESIA NOMOR HK.01.07/MENKES/90/2019 tentang Pedoman Nasional
Pelayanan Kedokteran Tata Laksana HIV.
Selain itu adanya PPIA (Pencegahan Penularan dari Ibu ke Anak) yaitu
kegiatan yang komprehensif, dari pelayanan, pencegahan, terapi, dan perawatan,
untuk ibu hamil dan bayinya, selama masa kehamilan, persalinan, dan
sesudahnya. PPIA merupakan bagian dari rangkaian upaya pengendalian HIV dan
AIDS. Tujuan utamanya adalah agar bayi yang dilahirkan dari ibu dengan HIV
terbebaskan dari HIV, serta ibu dan bayi tetap hidup dan sehat. Kebijakan umum
PPIA sejalan dengan kebijakan program nasional pengendalian HIV-AIDS dan
IMS lainnya

Peran Bidan
Peran kita sebagai bidan melakukan KIE terkait dengan HIV, Mengayomi
dan membujuk agar setiap ibu hamil mau melakukan tes HIV karena deteksi dini
HIV sangat penting untuk tatalaksana kedepannya. Dengan begitu maka
kehamilan pada seseorang dengan hiv dapat terencana dengan baik, sehingga
angka kesakitan pada ibu dan bayi berkurang.

Peran Bidan Menurut Pedoman Managenment Program Pencegahan


Penularan HIV dan Sifilis dari Ibu Ke Anak :
1. Menganjurkan tes skrining HIV dan sifilis pada saat pelayanan antenatal
dan merujuk ibu hamil ke Puskesmas yang telah mampu melakukannya.
2. Melaksanakan kerjasama dengan kader peduli HIV-AIDS, KDS ODHA dan
LSM HIV yang ada, serta kelompok masyarakat peduli HIV-AIDS lainnya
dalam jejaring LKB.
3. Melaksanakan rujukan kasus ke Puskesmas pengampu atau rumah sakit,
berjejaring dan memantau mutu pemeriksaan laboratorium HIV.
4. Memberikan konseling menyusui dan persalinan aman pada ibu hamil
dengan HIV.
5. Memantau kepatuhan minum obat ARV pada ibu hamil dengan HIV dan
mencegah atau memberi perawatan dasar infeksi oportunistik bila terjangkit.
6. Melakukan pemantauan pengobatan dan tumbuh kembang bagi bayi lahir
dari ibu dengan HIV .
7. Melakukan pencatatan dan pelaporan sesuai dengan alur yang disetujui.
8. Melaksanakan pemantapan mutu internal untuk pemeriksaan laboratorium
HIV dan berjejaring dengan Puskesmas pengampu untuk rujukan dan/atau
pemantauan mutu pemeriksaan laboratorium HIV

Referensi

Ferry, Oscar. 2017. Puluhan Ibu Hamil di Situbondo Terjangkit HIV/AIDS Dalam
https://www.cnnindonesia.com/nasional/20170816090504-20-235069/puluh
an-ibu-hamil-di-situbondo-terjangkit-hiv-aids. Diakses pada 10 Nopember
2019 jam 7.45 WIB

Green, Chris W. 2016. “HIV, Kehamilan dan Kesehatan Perempuan”. Yayasan


Spiritia: Jakarta.

Kemenkes RI. 2015. “Pedoman Managenment Program Pencegahan Penularan


HIV dan Sifilis dari Ibu Ke Anak”. Kemenkes RI: Jakarta.

Kemenkes RI. 2015. “Pedoman Pelaksanaan Penceghan Penularan HIV dan


Sifilis dari Ibu ke Anak Bagi tenaga Kesehatan”. Kemenkes RI: Jakarta.

Salters, Kate. dkk. 2017. Pregnancy incidence and intention after HIV diagnosis
among women living with HIV in Canada. Jurnal PLOS One. p. 1-19.

Anda mungkin juga menyukai