D Tanggapan KAK
D Tanggapan KAK
PAKET PEKERJAAN
PERENCANAAN PEMBANGUNAN PERUMAHAN
KORPRI DI KOTA BALIKPAPAN
Pemenuhan kebutuhan perumahan dan permukiman yang layak huni dan terjangkau bagi
seluruh lapisan masyarakat pada dasamya merupakan tanggungjawab masyarakat sendiri,
namun kebijakan penyelenggaraannya, khususnya dalam skala nasional merupakan tugas dan
fungsi pemerintah yang dalam hal ini adalah Kementerian Negara perumahan Rakyat. Secara
kuantitas pencapaian sasaran pembangunan perumahan pada hakikatnya harus diiringi
dengan penataan kawasan permukimannya sehingga dapat secara responsif memenuhi
kebutuhan masyarakat dalam menjalanan peri kehidupan dan penghidupannya.
Sebagaimana telah diamanatkan dalam Undang Undang Nomor 4 Tahun 1992 tentang
Perumahan dan Permukiman, tujuan pembangunan perumahan dan permukiman adalah
dalam rangka:
o Memenuhi kebutuhan rumah sebagai salah satu kebutuhan dasar manusia dalam rangka
peningkatan dan pemerataan kesejahteraan rakyat;
o Mewujudkan perumahan dan permukiman yang layak dalam lingkungan yang sehat,
aman, serasi, dan teratur;
o Memberi arah pada pertumbuhan wilayah dan persebaran penduduk yang rasional; dan
o Menunjang pembangunan di bidang ekonomi, sosial, budaya, dan bidang-bidang lainnya.
Fenomena perumahan yang berkembang saat ini di Kota Balikpapan adalah:
1. Pelayanan infrastruktur kota yang tidak optimal, karena kawasan yang tertutup.
2. Timbulnya banjir karena sebagian besar kawasan perumahan masih mengacu pada
drainase yang ada, yang tidak sesuai dengan perkembangan kebutuhan.
3. Timbulnya kemacetan lalulintas, karena akses perumahan yang hanya mengandalkan
pada jalan kota yang ada. Sedangkan jalan kota pada daerah pinggiran biasanya masih
bersifat jalan lokal.
4. Timbulnya sistem sanitasi kota yang buruk, karena sistem pembuangan yang
mengandalkan pada sistem peresapan.
5. Harga tanah yang meningkat tak terkendali sehingga tidak " terjangkau oleh MBR, dan
lain-lain.
6. Menurunnya nilai kualitas perumahan dan permukiman akibat dari daya dukung fasilitas
dan kondisi lingkungan yang tidak memadai
Isu pokok lainnya yang perlu dijadikan pertimbangan dalam pengembangan kawasan
perumahan dan permukiman antara lain adalah adanya perubahan yang signifikan dalam legal
basis governance pemerintahan di daerah sebagaimana diatur dalam Undang-Undang
32/2004 tentang Otonomi Daerah dan Undang-Undang 33/2004 tentang perimbangan
keuangan pusat dan daerah yang tentunya akan mempengaruhi bentuk, susunan dan
mekanisme kelembagaan di daerah dalam pelaksanaan kebijakan pengembangan kawasan
perumahan dan permukiman di daerah. Kedua produk Undang-Undang tersebut telah
memberikan dampak pada kebijakan politik, sosial, ekonomi, kultural dan governance yang
sedang mengalami perubahan dan perkembangan yang pesat, seperti kebutuhan terhadap
demokratisasi, transparansi dan good governance yang lebih besar.
Gambaran keadaan tersebut jelas merupakan sebuah tantangan besar yang harus dijawab
dengan konsep kebijakan pengembangan kawasan perumahan dan permukiman yang efektif
dan operasional. Pengembangan kebijakan di bidang pengembangan kawasan perumahan dan
permukiman merupakan salah satu bagian tugas pokok dan fungsi Pemerintah Kota
Balikpapan dalam upaya memberikan dukungan dalam kerangka kebijakan pembangunan
perumahan rakyat secara keseluruhan.
Oleh karena itu sangat dirasakan kebutuhan satu konsep atau pendekatan pembangunan
perumahan yang diharapkan dapat mengurangi berbagai permasalahan-permasalahan
tersebut. Dalam rangka mendukung pencapaian tujuan pembangunan pada sektor perumahan
rakyat, khususnya di bidang pengembangan kawasan perumahan dan permukiman, maka
diperlukan serangkaian kebijakan dan program pengembangan kawasan perumahan.
Untuk mewujudkan perumahan dan permukiman yang layak huni, maka, pembangunan
perumahan dan permukiman perlu dikembangkan secara terpadu pula antara RTRW Kota
Balikpapan dan sistem utilitas perkotaan secara umum, agar pengembangan perumahan bagi
Korpri tidak menimbulkan permasalahan lingkungan kawasan yagn lebih besar seperti banjir
akibat drainase perkotaan yang tidak mampu mengakomodasi pertumbuhan perumahan di
kawasan tersebut.
Langkah awal penanganan permasalahan tersebut di atas adalah dengan melakukan perhatian
terhadp meningkatnya jumlah pegawai negeri yang belum mempunyai rumah sendiri. Untuk
itu perlunya sebuah kawasan perumahan yang dikhususkan untuk pegawai negeri melalui
mekanisme tertentu agar dapat mendapatkan lingkungan perumahan yang layak huni dan
laingkungan yang sehat serta disesuaikan dengan kemampuan daya beli anggota Korpri
khususnya golongan I s/d II.
Dalam KAK pada bagian Latar Belakang belum terdapat permasalahan secara spesifik bagi
persoalan kebutuhan perumahan bagi Korpri sebagai dasar dalam pembangunan perumahan
serta permasalahan lain sebagai dasar agar perencanaan perumahan yang akan dilakukan
sesuai dengan permasalahan yang muncul tersebut. Hal ini penting untuk diketahui agar
dalam perencanaan tersebut dapat menghasilkan produk perencanaan yang sesuai dengan
harapan anggota Korpri.
Maksud dan tujuan pada KAK tersebut masih bersifat umum yang hanya memuat sebagai
landasan dalam pelaksanaan perencanaan perumahan. Maksud dan tujuan tersebut perlu
dikembangkan dan diperdalam ke arah aspek capaian yang diharapkan dalam perencanaan
perumahan secara khusus dan pembangunan perumahan bagi Korpri secara umum.
Hal ini dimaksudkan agar keluaran yang dilakukan tidak hanya dikembangkan berdasarkan
pada standar pembangunan melainkan pada cita-cita yang lebih mulia untuk pengadaan
perumahan bagi anggota Korpri tersebut sehingga mencapai hasil yang maksimal apabila
pembangunan tersebut dilaksanakan.
Tujuan dalam KAK perlu dikembangkan menjadi capaian yang dapat menjadi landasan dalam
perencanaan perumahan Korpri agar hasilnya dapat dimanfaatkan sebagian besar anggota
Korpri. Tujuan merupakan indikator dari tingkat keberhasilan dalam pelaksanaan
pembangunan tersebut baik dari sisi mutu perencanaan maupun nilai kemanfaatan bagi
masyarakat khususnya anggota Korpri dalam perwujudan untuk mempunyai rumah sendiri
yang murah dan nyaman.
Sasaran yang termaktub didalam KAK perlu diperdalam secara spesifik terhadap penyusunan
perencanaan perumahan, karena sasaran yang disusun dalam KAK masih berdasarkan pada
aspek umum seperti bangunan arsitektur serta gambaran gedung negara. Hal ini perlu
diperdalam dalam tingkat sasaran karena penyusunan perumahan ini tidak hanya menyangkut
pada arsitektur bangunan semata, melainkan sudah menyangkut persoalan kawasan dan
wilayah. Dalam persoalan wilayah dan kawasan terkait dengan infrastruktur perkotaan dimana
pada kawasan tersebut tumbuh kegiatan permukiman baru. Dengan adanya permukiman baru
dalam bentuk perencanaan perumahan perlu dikaji pemecahan seperti pembuangan air
limbah, air minum, persampahan, jalan dan transportasi serta drainase perkotaan.
Pertimbangan ini perlu dijadikan dasar dalam perencanaan perumahan agar tidak terjadi
timbulnya permasalahan baru yang mempengaruhi kerusakan lingkungan yang lebih luas lagi.
Dalam lingkup kegiatan dalam perencanaan perumahan secara umum telah lengkap. Namun
apabila dicermati lebih dalam maka terlihat bahwa analisa yang dilakukan masih berada
didalam kawasan perencanaan perumahan. Perlu diketahui bahwa setiap perubahan fungsi
lahan akan berdampak langsung terhadap keberadaan lingkungan yang lebih luas. Seperti
penyusunan perumahan Korpri yang mencakup luas hingga 100 Ha. tumbuhnya perumahan
tersebut akan mendatangkan kegiatan baru dimana apabila tidak dilakukan pengamatan yan
cermat terhadap lingkungan luar akan berdampak negatif pada kawasan tersebut. Oleh
karena itu perlu tambahan tentang analisa baik analisa kebutuhan rumah tinggal maupun
analisan fisik lingkungan di luar kawasan tersebut sebagai dasar dalam penyusunan sistem
infrastruktur yang terdapat didalam kawasan perumahan.
Dalam KAK belum terhadap metodologi yang digunakan, khususnya pada tahap analisa serta
konsep pengembangan perumahan Korpri. Metodologi ini penting ditetapkan dalam rangka
mencapai beragai pemecahan permasalahan yang ditemui di lokasi baik pemecahan
permasalahan yang bersifat perwilayahan, kawasan perumahan dan bangunan hunian.
Pembangunan perumahan tidak hanya bersifat teknis membangun rumah tinggal dan
lingkungan mikro semata, melainkan membangun lingkungan yang lebih luas yang dapat
merubah lingkungan secara makro. Perencanaan yang tidak mempertimbangkan aspek
wilayah dapat menimbulkan persoalan yang lebih luas dari kawasan perumahan itu sendiri,
seperti persoalan transportasi, jalan, drainase, air limbah dan sebagainya. hal ini perlu
dipertimbangkan secara terpadu dan konsisten. Untuk menghindari persoalan di kemudian
hari, maka dalam perencanaan perumahan harus dipertimbangkan berbagai aspek secara
mendalam sebagai bentuk pemecahan permasalahan secara terpadu.
Permasalahan dalam pembangunan perumahan sangat beragam karena cakupan luas lahan
yang akan dikembangkan yaitu melebihi dari 1 Ha sebagai standar minimal dari pembangunan
perumahan di Indonesia. Di Kota Balikpapan direncanakan luas untuk perumahan adalah 20ha
dengan area berbukit dan tanah rawa. Hal ini akan menimbulkan permasalahan pelik dalam
skala makro yaitu perubahan struktur perkotaan dan sistem infrastrukturnya. Analisa dalam
skala perkotaan (makro) menjadi penting didalam perencanaan di perumahan tersebut.
Diketahui bahwa pelaksanaan pekerjaan ini adalah 30 hari kalender. Ditinjau dari luasnya
cakupan lahan yang akan dikembangkan serta kondisi lingkungan yang spesifik yait berupa
rawa kering dan kontur maka dalam perencanaan perumahan membutuhkan waktu yang lebih
lama. Hal ini terjadi karena dibutuhkan pemikiran dan analisa yang mendalam terhadap aspek
makro kawasan dan wilayah. Kedalaman analisa tersebut disebabkan pengaruh perubahan
lingkungan kawasan menjadi kawasan hunian dalam skala besar. Skala luasan dan besarnya
jumlah penghuni yang akan menjadi tempat tinggal akan berdampak besar yang bersifat
negatif.
Permasalahan dalam proses penyusunan kajian dan DED ini tidak dapat berlangsung secar
paralel dari semua aspek yang dibahas. Pada bagian tertentu dalam pembahasan substansi
kajian terdapat bagian yang harus bersifat linier, dimana bagian tersebut memerlukan
persyaratan lain yang harus dipenuhi terlebih dahulu. Dan kajian tersebut tidak dapat
diselesaikan dalam waktu yang singkat, misal : pengukuran kontur dan lahan dari kawasan
tersebut. Hal ini terjadi karena luasnya lahan yang dibutuhkan dalam pembangunang
perunamahan. Oleh karena itu dibutuhkan waktu yang lebih dari 30 hari kalender tersebut.
Apabila waktu tersebut tetap 30 hari kalender, maka diperlukan metodologi yang khusus
untuk menyelesaikan perencanaan sesuai dengan tenggat waktu yang ada. Dalam hal ini
adalah kesiapa data yang akurat di lapangan baik bersifat makro maupun mikro. Data makro
yang diperlukan adalah hubungan antara kawasan perencanaan dengan berbagai aspek
sistem dan infrastruktur perkotaan. Substansi pembahasan tentang kajian planologis belum
termaktub dalam KAK paker pekerjaan pembangunan perumahan bagi anggota Korpri.
Menyangkut fasilitas pendukung juga telah dijelaskan secara terperinci dalam KAK
sehingga pihak konsultan dapat bekerja dengan lancar tanpa hambatan. Dikarenakan
lokasi pekerjaan di wilayah luar dari Kota Samarinda sehingga diperlukan sarana ruang
kerja dan transportasi lokal, obat-obatan serta peralatan baik untuk administrasi dan
teknis yang stand-by di lokasi, sehingga yang dimaksud dalam uraian fasilitas
pendukung sudah cukup mewakili kebutuhan pendukung konsultan tersebut.