Anda di halaman 1dari 3

SEBERAPA PENTING TINGKAT KEDALAMAN

HIPNOSIS SAAT SESI HIPNOTERAPI


Oleh: Yusdi Lastutiyanto.CHt (IACT-USA)., CI
- Certified Clinical Resources Therapy

Tingkat kedalaman hipnosis atau yang biasa disebut Depth Trance adalah keadaan mental
disaat seseorang fokus kedalam diri dan tidak terpengaruh oleh pengaruh eksternal, dalam
kaitannya dengan gelombang otak, tingkat rileks yang ekstrim membuat seseorang berada
dalam gelombang otak theta, yang bisa membuat seseorang sangat terbuka terhadap ide dan
responsif terhadap sugesti yang diberikan.

Dalam sesi hipnoterapi tidak banyak yang orang mengetahui tentang pentingnya tingkat
kedalaman hipnosis, saya akan gambarkan secara umum skala kedalaman hipnosis,
diantaranya adalah:

• Light Trance: Keadaan hipnosis dimana Anda mengakses memori secara sederhana
seperti bercerita, melamun dan membayangkan.
• Medium Trance: Keadaan hipnotik dimana seseorang merasa rileks dan dapat
mengakses memori yang tersimpan jauh dalam pikiran bawah sadar, kondisi ini dalam
sesi hipnoterapi dapat dimanfaatkan untuk seseorang menceritakan informasi yang
jauh dipikiran bawah sadarnya atau mungkin terlupakan.
• Deep trance: Keadaan hipnotik yang cukup dalam, kondisi ini cukup baik untuk
seseorang diberikan sugesti, sebab gerbang pikiran bawah sadar sedang terbuka,
moment ini juga dapat digunakan untuk terapi regresi.

Untuk mengukur skala kedalaman hipnosis juga sudah ada kajiannya yang umum sudah
banyak dishare, seperti David and Husband Scale, Stanford Scales of Hypnotic Susceptibility,
Aron’s Depth Scale, Barber Suggestibility Scale dan LeCron Scales.

Skala kedalaman hipnosis diatas menggambarkan bagaimana kondisi hipnosis bukan tidur,
tetapi saat dimana fokus seseorang menyempit dan terbuka terhadap ide yang diberikan,
sehingga muncul fenomena hipnotik, seperti amnesia, katalepsi, halussinasi, disosiasi dan
perubahan personality.

Dalam sesi hipnoterapi seorang hipnoterapis perlu mempertahankan klien dalam keadaan
hipnosa, bisa dalam gelombang Alpha dan Theta, sebab jika klien tertidur tentu interaksi
hipnoterapis dengan klien tidak akan terjadi.

Sejatinya dalam sesi hipnoterapi seorang hipnoterapis sedang berkomunikasi dengan suatu
kesadaran yang mendalam, yaitu kesadaran dipikiran bawah sadar yang didalamnya
tersimpan pengalaman, emosi, kebiasaaan, skema, nilai dan keyakinan yang mempengaruhi
cara berpikir seseorang. Ibarat operasi bedah, hipnosis digunakan seperti pisau untuk
membedah pikiran bawah sadar seseorang.

www.olahpikir.com www.hipnotisjakarta.com www.hipnotis.or.id


Secara sederhana untuk mengukur tingkat kedalaman hipnotik seseorang kita bisa lakukan
dengan melihat gerakan kelopaak mata (REM), mengangkat tangan klien, menggoyangkan
tubuh saat seseorang menutup mata, atau meminta tangan menjadi kaku (kataleptik),
sementara untuk mengukur tingkat kedalaman hipnotik dengan cara canggih ya tentu dengan
menggunakan EEG untuk mengetahui sensor gelombang otak seseorang.

Dalam kajian Experimental Hypnosis yang pernah dilakukan para peneliti di Standford
University, mereka mengukur ditingkat kedalaman apa seseorang bisa diberikan sugesti untuk
terapi, maka munculah skala kedalaman yang disebut Standford Susceptibility Scale, yang
menggambarkan bahwa untuk masuk kedalam kondisi hipnosa pada setiap orang memiliki
perbedaan, ada yang mudah, moderat dan tinggi, semua itu dipengaruhi oleh penerimaan,
pengalaman dan harapan yang ingin didapatkan dari hipnosis.

Saat seseorang berada dalam gelombang Alpha bisa digunakan untuk menggali informasi atau
memberikan sugesti langsung pada seseorang, sebab dalam gelombang ini hipnoterapis masih
membutuhkan informasi dari klien, artinya komunikasi masih perlu dua arah.

Sementara dalam gelombang Theta, dalam keadaan rileks yang ekstrim biasanya klien tidak
dapat berkomunikasi karena sangat rileks, jadi bentuk komunikasinya adalah dengan ideo
motor respon, seperti jentikkan jari atau anggukan kepala, biasanya ini disepakati ketika awal
sesi hipnoterapi, sebelum klien masuk kedalam kondisi hipnosa.

Untuk bisa masuk kedalam hipnotik yang dalam setiap orang berberda, sifatnya fluktuatif,
sebab saat seseorang masuk berinteraksi dengan pikiran bawah sadarnya, mereka bisa sangat
sensitif dengan memori yang muncul di lintasan pikiran, berbeda jika memang orang tersebut
sudah menerima panduan dari terapis.

Karena kapasitas seseorang berbeda saat masuk kedalam kondisi hipnosa, tentu fenomena
yang muncul juga berbeda, seseorang bisa mampu melupakan sesuatu, mengalami situasi
atau menjadi personality lain, tergantung apa skema yang ada dipikiran bawah sadaranya yang
bisa diakses.

Dalam sesi hipnoterapi, untuk mengetahui apakah seseorang bisa masuk kedalam kondisi
hipnosa yang dalam adalah dengan test sugestibilitas, tujuannya adalah untuk mengetahui
apakah klien siap diberikan sugesti, bisa berkomunikasi dengan pikiran bawah sadarnya
sendiri, dan merespon dengan baik sugesti atau eksplorasi yang dilakukan hipnoterapis.

Keadaan hipnotik sendiri bukan tujuan utama, tetapi merupakan metode yang digunakan
hipnoterapis agar sugesti, analisa atau explorasi bisa dilakukan sebagai jembatan teurapetik.
Sebab dalam keadaan hipnosis klien siap dan mau menerima ide perubahan atau penguatan
ego.

Salah satu cara untuk mendesain proses terapi adalah dengan mengetahui sejarah dari
munculnya suatu masalah, usaha yang pernah dilakukan seseorang ketika menghadapi
masalah, keterampilan koping, sumberdaya dan alasan untuk melakukan perubahan dan
tujuan yang ingin dicapai.

www.olahpikir.com www.hipnotisjakarta.com www.hipnotis.or.id


Dalam sesi hipnoterapi keadaan hipnotik yang dalam dapat memberikan manfaat seseorang
untuk mengubah kebiasaanya, perilakunya, keyakinannya yang membatasi dan fokus pada
perubahan, tentu dengan kapasitas setiap orang yang berbeda, maka dampak dari terapi
menggunakan hipnosis bisa cepat buat sebagian orang dan lama untuk sebagian lainnya.

Banyak yang masih salah kaprah tentang pemanfaatan hipnosis dalam sesi hipnoterapi. Para
praktisi seperti Michael D Yapko dalm bukunya Trancework menyatakan bahwa, hipnosis
adalah suatu keadaan yang digunakan untuk menanamkan sugesti, jadi akan ada proses
penerimaan ide itu, artinya tetap ada dialog internal untuk memproses informasi.

Para tokoh teori kognitif dan neuroscience menyatakan bahawa manusia bukanlah robot yang
akan melakukan apa yang diperintahkan oleh orang lain yang belum dikenal, akan ada analisa
dan kritisi jika ide itu tidak sesuai dengan nilai dan keyakinan seseorang, artinya seseorang
punya kehendak bebas dan imajinasi untuk menentukan pilihan hidupnya, berbeda dengan
sudut pandang teori perilaku yang menganggap manusia dapat begitu saja menerima suatu
ide tanpa dianalisis, kecuali anak-anak.

Dari tulisan ini kita bisa pelajari sedalam apapun kondisi hipnotik seseorang, tetap akan ada
dialog internal didalam pikiran orang itu sendiri, yang memproses sugesti yang diberikan,
sementara kondisi hipnosa yang dalam dibutuhkan agar hipnoterapis dapat mengeksplorasi
dan menanamkan sugesti pada klien.

Semoga Bermanfaat dan Terima Kasih

Jakarta, 24 Mei 2023

www.hipnotisjakarta.com
www.olahpikir.com
www.hipnotis.or.id

FB: Yusdi Lastutiyanto


IG: coach.yusdi

www.olahpikir.com www.hipnotisjakarta.com www.hipnotis.or.id

Anda mungkin juga menyukai