5 Klasifikasitanah
5 Klasifikasitanah
net/publication/359544629
Klasifikasi tanah
CITATIONS READS
0 4,149
1 author:
Tri Mulyono
Jakarta State University
58 PUBLICATIONS 39 CITATIONS
SEE PROFILE
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
All content following this page was uploaded by Tri Mulyono on 29 March 2022.
Klasifikasi
Tanah
Tri Mulyono
Staft Pengajar Program Studi D3 Transportasi. FT UNJ
Fakultas Teknik
Universitas Negeri Jakarta
Jl. Rawamangun Muka Jakarta 13220
Kontak Penulis: trimulyono@unj.ac.id
Tri Mulyono
Fakultas Teknik
Universitas Negeri Jakarta
Jl. Rawamangun Muka Jakarta 13220
Kontak Penulis: trimulyono@unj.ac.id
Hak Cipta© 2017 pada Penulis Hak Cipta dilindungi Undang-undang. Dilarang
memperbanyak atau memindahkan sebagian atau seluruh isi buku ini dalam bentuk
apapun, baik secara elektronik maupun mekanis, termasuk memfotocopy, merekam
atau dengan sistem penyimpanan lainnya, tanpa ijin tertulis dari Penerbit atau Penulis
Allhamdulillah, atas berkat rahmat dan ridho ALLAH juahlah maka penulis dapat
menyelesaikan modul ini yang berisi materi untuk matakuliah Mekanika Tanah Dan
Pondasi di Program Studi D3 Teknik Sipil FT UNJ@2017. Modul ini merupakan
rangkaian materi yang terdiri dari:
5 | Klasifikasi tanah
Penulis
Tri Mulyono
A. Tujuan _____________________________________________________ 1
B. Uraian Materi, Indikator Keberhasilan dan Alokasi Waktu Pembelajaran _ 1
C. Kegiatan (Strategi/Metode) ____________________________________ 2
D. Tugas _____________________________________________________ 2
E. Tes/Evaluasi & Tagihan _______________________________________ 2
F. Sumber dan Media Pembelajaran _______________________________ 3
G. Rangkuman Materi __________________________________________ 3
H. Materi Pembelajaran _________________________________________ 3
5.1 Klasifikasi Tekstur (Textural Classification) Tanah ______________ 5
5.2 Klasifikasi tanah secara teknik (Classification by Engineering
Behavior) ______________________________________________ 8
5.3 Klasifikasi Sistem AASHTO _______________________________ 10
5.4 Klasifikasi Unified Soil Classification System (USCS)___________ 15
5.5 Perbandingan klasifikasi AASHTO dengan USCS _____________ 26
I. Soal______________________________________________________ 29
J. Referensi _________________________________________________ 34
A. TUJUAN
Setelah mempelajari materi ini diharapkan mahasiswa mampu menjelaskan dan
mengklasifikasikan tanah.
Alokasi
Substansi Kajian
Indikator keberhasilan Waktu
(Materi)
(Menit)
5.1 Klasifikasi 5.1.1 Mahasiswa mampu memahami dan 20’
Tekstur (Textural menjelaskan klasifikasi Tekstur (Textural
Classification) Classification)
5.1.2 Mahasiswa mampu menentukan tanah
dengan klasifikasi Tekstur (Textural
Classification)
5.2 Klasifikasi tanah 5.2.1 Mahasiswa mampu memahami dan 20’
secara teknik menjelaskan klasifikasi tanah secara teknik
(Classification by 5.2.2 Mahasiswa mampu menentukan klasifikasi
Engineering tanah secara teknik)
Behavior)
5.3 Klasifikasi Sistem 5.3.1 Mahasiswa mampu memahami dan 20’
AASHTO menjelaskan klasifikasi Sistem AASHTO
5.3.2 Mahasiswa mampu mengklasifikasi tanah
dengan Sistem AASHTO
5.4 Klasifikasi Unified 5.4.1 Mahasiswa mampu memahami dan 20’
Soil Classification menjelaskan klasifikasi Unified Soil
System (USCS) Classification System (USCS)
5.4.2 Mahasiswa mampu mengklasifikasikan tanah
dengan Unified Soil Classification System
(USCS)
5.5 Perbandingan 5.5.1 Mahasiswa mampu memahami dan 20’
klasifikasi menjelaskan Perbandingan klasifikasi
AASHTO dengan AASHTO dengan USCS
USCS
5.6 Ringkasan - 5.6.1 Mahasiswa mampu mengerjakan tugas 3 x 24 Jam
Topik#5:
klasifikasi tanah
C. KEGIATAN (STRATEGI/METODE)
Kegiatan pembelajaran dilakukan dengan cara (1) Menjelaskan dalam kelas
tentang materi kajian; Membuka sesi diskusi; dan Memberikan tugas individu dan
kelompok
D. TUGAS
Mahasiswa setelah mempelajari materi ini diharapkan membuat tugas
ringkasan sebagai tugas mandiri dengan lama tugas 3 x 24 Jam dan tugas kelompok
dengan waktu 7 x 24 jam.
G. RANGKUMAN MATERI
.
H. MATERI PEMBELAJARAN
Klasifikasi tanah secara filosopi dipandu dengan pengetahuan dan pragmatis
yang ada. Tanah adalah sebuah entitas alami yang menghubungkan mineral
anorganik bumi dengan organisme kehidupan organik, dan oleh karena itu
berhubungan erat dengan beberapa disiplin akademis. Masing-masing disiplin ini
berusaha untuk mengidentifikasi dan mengklasifikasikan tanah dalam kaitannya
dengan entitas studinya. Pakar pedologi telah menetapkan, melalui penggabungan
dan klasifikasi, tanah adalah entitas yang layak mendapat pengakuan akademis
independen (Buol, 2003).
Secara umum, ada dua kategori utama sistem klasifikasi tanah yang
dikembangkan di masa lalu yang dapat dikelompokkan menjadi (1). Klasifikasi
Pedologi seperti klasifikasi berdasarkan cuaca, tekstur, komposisi kimia, ketebalan
dan lainnya. Umumnya digunakan klasifikasi tekstur yang didasarkan pada distribusi
ukuran partikel dari persen dari fraksi pasir, lanau, dan ukuran lempung yang ada di
tanah tertentu, (2). Klasifikasi teknik didasarkan pada perilaku rekayasa tanah dan
mempertimbangkan distribusi ukuran partikel dan plastisitas (yaitu, batas cair dan
indeks plastisitas). Sistem klasifikasi teknik yang secara luas adalah sistem klasifikasi
AASHTO (The American Association of State Highway and Transportation Officials),
dan Sistem klasifikasi Unified (The Unified classification system).
a. Pasir (sand) adalah butiran dengan diameter 2,0 sampai dengan 0,05 mm
b. Lanau (Silt) adalah butiran dengan diameter 0,05 sampai dengan 0,002 mm
c. Lempung (Clay) adalah butiran dengan diameter lebih kecil dari 0,002 mm
Contoh C5.1:
Penyelesaian:
Tanah B mempunyai pembagian ukuran butir 15% kerikil, 20% pasir, 45% lanau, dan
20% lempung, komposisi tekstural yang dimodifikasi adalah:
20
𝑃𝑎𝑠𝑖𝑟 = 100 = 23,5%
(100 − 15)
45
𝐿𝑎𝑛𝑎𝑢 = 100 = 52,9%
(100 − 15)
20
𝐿𝑒𝑚𝑝𝑢𝑛𝑔 = 100 = 23,5%
(100 − 15)
Aspek praktis dari karakteristik teknik untuk tanah granular dan halus (Samtani
& Nowatski, 2006) adalah sebagai berikut.
Istilah organik menunjuk tanah tersebut, selain lapisan atas, yang mengandung
sejumlah materi vegetatif dan kadang-kadang organisme hewan di berbagai keadaan
dekomposisi. Setiap tanah yang mengandung bahan organik dalam jumlah cukup
untuk mempengaruhi sifat rekayasanya disebut tanah organik. Bahan organik tidak
pantas karena tiga alasan utama:
Umumnya tanah organik, baik gambut, tanah liat organik, lumpur organik, atau
bahkan pasir organik, tidak digunakan sebagai bahan bangunan
Sistem klasifikasi ini dikembangkan sejak tahun 1929 oleh Public Road
Administration Classification System. Sistem ini sudah mengalami beberapa
perbaikan; versi yang saat ini berlaku adalah yang diajukan oleh Committee on
Classification of Materials for Subgrade and Granular Type Road of the Highway
Research Board dalam tahun 1945 (ASTM Standard No D-3282, AASHTO metode
M145). Sistem klasifikasi AASHTO, tanah diklasifikasikan ke dalam tujuh kelompok
besar, yaitu A-1 sampai dengan A-7 (Tabel 5.2)
Sistem klasifikasi AASHTO yang dipakai saat ini diberikan dalam Tabel 5.3
untuk mengklasifikasikan tanah, maka data dari hasil uji dicocokkan dengan angka-
angka yang diberikan dalam Tabel 5.3 dari kolom sebelah kiri ke kolom sebelah kanan
hingga ditemukan angka-angka yang sesuai.
Mutu (kualitas) dari suatu tanah sebagai bahan lapisan tanah dasar (subgrade)
dari suatu jalan raya dilakukan evaluasi dengan suatu angka yang dinamakan indeks
grup (group index, Gl) juga diperlukan selain kelompok dan subkelompok dari tanah
yang bersangkutan. Nilai 𝐺𝐼 ini dituliskan di dalam kurung setelah nama kelompok dan
sub-kelompok dari tanah yang bersangkutan (USDA, 1987). Indeks grup dapat
dihitung dengan Persamaan 5.1, di mana: 𝐹 adalah persentase butiran yang lolos
ayakan No. 200, 𝐿𝐿 merupakan batas cair (liquid limit) dan 𝑃𝐼 adalah nilai indeks
plastisitas.
Kesenjangan batas cair (liquid limit, LL) dan indeks plastisitas (PI) untuk tanah
yang masuk dalam kelompok A-2, A-4, A-5, A-6, dan A-7, ditunjukan pada Gambar
5.3.
Gambar 5.3: Rentang batas cair (liquid limit, LL) dan indeks plastisitas (PI) untuk tanah yang masuk
dalam kelompok A-2, A-4, A-5, A-6, dan A-7 (AASHTO M145 atau ASTM D3282)
Hasil dari uji analisis distribusi butir suatu tanah sesuai SNI 3423-2008 Cara uji analisis
ukuran butir tanah didapatkan data sebagai berikut:
Batas cair (𝐿𝐿 = 35) dan batas plastisitas (𝑃𝐿 = 25)) dari tanah yang lolos ayakan No.
40. Klasifikasikan tanah tersebut dengan cara AASHTO.
Penyelesaian:
Indeks plastisitas 𝑃𝐼 = 35 − 25 = 10, fraksi butir yang lolos ayakan No . 200, 𝐹 = 60%
Sesuai Tabel 5.3 maka tanah diklasifikasikan sebagai A-4(4) dengan 𝐺𝐼 = 4 (𝑀𝑎𝑘𝑠 8),
Batas cair (𝐿𝐿 = 35; 𝑚𝑎𝑘𝑠 40 dan Indeks plastisitas (𝑃𝐼 = 10; 𝑚𝑎𝑘𝑠 10).
Contoh C5.3:
Suatu contoh tanah mempunyai batas cair 𝐿𝐿 = 65 dan indeks plastisitas 𝑃𝐼 = 45 dan
95% berat suatu tanah lolos ayakan No. 200 dan Klasifikasikan tanah tersebut dengan
sistem AASHTO.
Penyelesaian:
Sesuai Tabel 5.3 dengan butir lolos ayakan No. 200 sebesar 𝐹 = 95% > 36 (min. )
Contoh C5.4:
Hasil dari uji analisis distribusi butir suatu tanah sesuai SNI 3423-2008 Cara uji analisis
ukuran butir tanah didapatkan data sebagai berikut:
Batas cair (𝐿𝐿 = 25) dan batas plastisitas (𝑃𝐿 = 20)) dari tanah yang lolos ayakan No.
40. Klasifikasikan tanah tersebut dengan cara AASHTO.
Penyelesaian:
Berdasarkan Tabel 5.3 dengan butir lolos ayakan No. 200 sebesar 𝐹 = 21%,
kemungkinan masuk dalam A-1; A2; atau A-3 yaitu tanah berbutir atau granular (≤
35% total contoh uji lolos ayakan No.200 atau 0,075 mm).
≤ 12%I
Kerikil dengan Butiran halus SC Pasir lempungan
butir halus diklasifikasikan (clayey sand)F,G,H
> 12%I sebagai CL atau CH
HALUS
Lanau dan Lempung
garis “A” J
Batas cair – kering OL Lempung organik
< 0,75 K,L,M,N
Batas cair – Tidak kering oven
Organik
Lanau Organik
No. 200 (0,075 mm)
K,L,M,O
K,L,M
garis “A”
𝑃𝐼 saat di Plot di bawah garis MH Lanau elastis K,L,M
Lanau dan Lempung
“A”
Batas cair ≥ 50
Lanau organik
K,L,M,Q
Gambar 5.5: Diagram Alir untuk Klasifikasi butiran halus tanah (50% atau lebih lolos Ayakan No.200) untuk Batas Cair < 50
Gambar 5.6: Diagram Alir untuk Klasifikasi butiran halus tanah (50% atau lebih lolos Ayakan No.200) untuk Batas Cair > 50
Gambar 5.7: Diagram Alir untuk Klasifikasi butiran halus tanah organik (50% atau lebih lolos Ayakan No.200)
Gambar 5.8: Diagram Alir untuk Klasifikasi butiran kasar tanah (50% atau lebih Tertahan Ayakan No.200) untuk kerikil
Gambar 5.9: Diagram Alir untuk Klasifikasi butiran kasar tanah (50% atau lebih Tertahan Ayakan No.200) untuk pasir
Hasil dari uji analisis distribusi butir suatu tanah sesuai SNI 3423-2008 Cara uji analisis
ukuran butir tanah didapatkan data untuk persentase butiran yang lolos ayakan No. 10
= 100%; No. 40 = 60% dan No . 200 = 60%. Batas cair (𝐿𝐿 = 35) dan batas plastisitas
(𝑃𝐿 = 25)) dari tanah yang lolos ayakan No. 40. Klasifikasikan tanah tersebut dengan
Sistem USCS.
Penyelesaian:
Karena 60% dari total tanah ternyata lolos ayakan No. 200, maka tanah tersebut
adalah tanah berbutir halus (≥ 50% 𝑙𝑜𝑙𝑜𝑠 𝑎𝑦𝑎𝑘𝑎𝑛 𝑁𝑜. 200). Menggunakan bagan
plastisitas seperti Gambar 5.4, cair (𝐿𝐿 = 35) dan batas plastisitas (𝑃𝐿 = 25), 𝑃𝐼 =
𝐿𝐿 − 𝑃𝐿 = 35 − 25 ), tanah tersebut dapat diklasifikasikan sebagai CL atau OL. Karena
𝑃𝐼 = 10 > 7, saat di Plot pada/atau di atas garis “A”, maka sesuai Tabel 5.5, tanah
termasuk CL.
Contoh C5.6:
Hasil uji analisa ayak untuk dua contoh tanah seperti Tabel C5.1. Batas cair dan
batas plastis tanah yang lolos ayakan No. 40 seperti Tabel C5.2. Klasifikasikan tanah-
Penyelesaian:
Klasifikasi Tanah A
Klasifikasi Tanah B
Sistem klasifikasi AASHTO dan USCS didasarkan pada tekstur dan plastisitas
tanah. Kedua sistem membagi tanah dalam dua kategori pokok, yaitu: berbutir kasar
(coarse-grained) dan berbutir halus (fine-grained), yang dipisahkan oleh ayakan No.
200. Sistem AASHTO, menggangap tanah berbutir halus jika lebih dari 35% lolos
ayakan No. 200, sedangkan sistem USCS, tanah berbutir halus jika lebih dari 50%
lolos ayakan No. 200. Tanah berbutir kasar yang mengandung kira-kira 35% butiran
halus akan bersifat seperti material berbutir halus. Hal ini disebabkan karena tanah
berbutir halus jumlahnya cukup banyak untuk mengisi pori-pori antar butir-butir kasar
dan untuk menjaga agar butiran kasar berjauhan satu terhadap yang lain. Dalam hal
ini, sistem AASHTO adalah lebih cocok. Sistem AASHTO, ayakan No. 10 digunakan
untuk memisahkan antara kerikil dan pasir sedangkan sistem USCS menggunakan
ayakan No. 4. Secara besaran batas ukuran pemisahan tanah, ayakan No. 10 lebih
Sistem USCS, tanah berkerikil dan berpasir dipisahkan dengan jelas, tidak
dalam sistem AASHTO. Kelompok A-2 berisi tanah-tanah yang bervariasi. Tanda-
tanda seperti GW, SM, CH, dan lain-lain yang digunakan dalam sistem USCS
menerangkan sifat-sifat tanah lebih jelas daripada simbol yang digunakan dalam
sistem AASHTO. Klasifikasi tanah organik seperti OL, OH, dan PT telah diberikan
dalam sistem USCS, tapi sistem AASHTO tidak memberikan tempat untuk tanah
organik.
5.1 Keadaan relatif tanah ketika tanah masih mudah untuk dibentuk yang umumnya
menggunakan klasifikasi tekstur yang didasarkan pada distribusi ukuran partikel
dari persen dari fraksi pasir, lanau, dan ukuran lempung yang ada di tanah tertentu,
merupakan...
a. Klasifikasi Teknik c. Klasifikasi Pedagogik
b. Klasifikasi Pedologi d. Klasifikasi entitas
5.2 Keadaan relatif tanah ketika tanah masih mudah untuk dibentuk yang umumnya
didasarkan pada perilaku rekayasa tanah dan mempertimbangkan distribusi
ukuran partikel dan plastisitas (yaitu, batas cair dan indeks plastisitas),
merupakan...
a. Klasifikasi Teknik c. Klasifikasi Pedagogik
b. Klasifikasi Pedologi d. Klasifikasi entitas
5.4 Sesuai dengan SNI 03-6371-2000, tanah dengan butiran yang tertahan saringan
ukuran 300 mm, disebut....
a. Bongkahan Batuan (boulder) c. Kerakal/Berangkal (cobbles)
b. Kerikil (Gravel) d. Krikil Kasar (Coarse Gravel)
5.5 Sesuai dengan SNI 03-6371-2000, tanah dengan butiran yang lolos saringan
ukuran 300 mm dan tertahan pada saringan 75 mm, disebut....
a. Bongkahan Batuan (boulder) c. Kerakal/Berangkal (cobbles)
b. Kerikil (Gravel) d. Krikil Kasar (Coarse Gravel)
5.6 Sesuai dengan SNI 03-6371-2000, tanah dengan butiran yang lolos saringan
ukuran 75 mm serta tertahan pada saringan ukuran 19 mm, disebut....
a. Bongkahan Batuan (boulder) c. Kerakal/Berangkal (cobbles)
b. Kerikil (Gravel) d. Krikil Kasar (Coarse Gravel)
Mulyono,T (2017).,Mekanika Tanah dan Pondasi, Jakarta: FT-UNJ 29
5.7 Sesuai dengan SNI 03-6371-2000, tanah dengan butiran yang lolos saringan
ukuran 19 mm pasir tertahan 4,75 mm, disebut....
a. Kerikil (Gravel) c. Kerakal/Berangkal (cobbles)
b. Kerikil halus (Fine Gravel) d. Krikil Kasar (Coarse Gravel)
5.8 Sesuai dengan SNI 03-6371-2000, tanah dengan butiran yang lolos saringan No.
4 (4,75 mm) serta tertahan saringan No. 200 (0,075 mm), disebut....
a. Pasir (Sand) c. Pasir kasar (Coarse Sand)
b. Pasir halus (Fine Sand) d. Pasir sedang (Medium Sand)
5.9 Sesuai dengan SNI 03-6371-2000, tanah dengan butiran yang lolos saringan
ukuran No. 4 (4,75 mm) serta tertahan saringan No. 10 (2 mm), disebut....
a. Pasir (Sand) c. Pasir kasar (Coarse Sand)
b. Pasir halus (Fine Sand) d. Pasir sedang (Medium Sand)
5.10 Sesuai dengan SNI 03-6371-2000, tanah dengan butiran yang lolos saringan
No. 10 (2 mm) serta tertahan pada saringan No. 40 (0,425 mm), disebut....
a. Pasir (Sand) c. Pasir kasar (Coarse Sand)
b. Pasir halus (Fine Sand) d. Pasir sedang (Medium Sand)
5.11 Sesuai dengan SNI 03-6371-2000, tanah dengan butiran yang lolos saringan
No. 40 (0,425 mm) dan tertahan pada saringan No. 200 (0,075 mm), disebut....
a. Pasir (Sand) c. Pasir kasar (Coarse Sand)
b. Pasir halus (Fine Sand) d. Pasir sedang (Medium Sand)
5.12 Sesuai dengan SNI 03-6371-2000, tanah dengan butiran yang lolos saringan
No. 200 (0,075 mm) yang dalam satu rentang kadar air tertentu bersifat plastis
dan mempunyai kekuatan yang cukup besar pada saat kering udara, disebut....
a. Lanau (silt) c. Gambut (Peat)
b. Lempung (Clay) d. Pasir sedang (Medium Sand)
5.13 Sesuai dengan SNI 03-6371-2000, tanah dengan butiran yang lolos saringan
No. 200 (0,075 mm), yang non plastis atau sangat sedikit plastis dan dapat
memberikan sedikit atau tidak ada kekuatan pada saat kering udara , disebut....
a. Lanau (silt) c. Gambut (Peat)
b. Lempung (Clay) d. Pasir sedang (Medium Sand)
5.15 Sesuai dengan SNI 03-6371-2000, tanah dengan bahan alam yang terjadi
dengan substansi kadar organic tinggi, mengandung serat tumbuhan pada
berbagai tingkat pembusukan, berwarna coklat tua sampai hitam, disebut....
a. Lanau organik (silt organic) c. Gambut (Peat)
b. Lempung organik (Clay organic) d. Pasir organik (Organic Sand)
5.20 Umumnya tanah organik, baik gambut, tanah liat organik, lumpur organik, atau
bahkan pasir organik, tidak digunakan sebagai bahan bangunan karena
alasan...
a. Meningkatkan beban daya dukung tanah.
b. Mengurangi kompresibilitas secara signifikan.
c. Sering mengandung gas beracun yang dilepaskan selama proses
penggalian.
d. Semuanya salah
SOAL ESAI
5.26 Klasifikasikan tanah-tanah berikut ini dengan menggunakan klasifikasi
berdasarkan-tekstur yang diberikan oleh Departemen Pertanian USA (USDA):
5.29 Menggunakan Soal No. 5.3 Klasifikasikan tanah -tanah tersebut menurut sistem
USCS.
J. REFERENSI
Arora. (2004). Soil Mechanics and Foundation Engineering. New Delhi, India: A.K.Jain.
ASTM D 2487. (2000). Standard Practice for Classification of Soils for Engineering Purposes
(Unified Soil Classification System. West Conshohocken, PA 19428-2959, United
States: ASTM International.
Bowles, E. J. (1989). Sifat – Sifat Fisis dan Geoteknik Tanah (Kedua ed.). Jakarta: Erlangga:
Jakarta.
Buol, S. (2003). Philosophies of Soil Classifications: From Is to Does. Dalam H. Eswaran, T.
Rice, R. Ahrens, & B. A. Stewart, Soil classification : A global desk reference (hal. 3 -
10). Boca Raton, Fla: CRC Press.
Das, B. M., & Sobhan, K. (2014). Principles of Geotechnical Engineering. Stamford, CT
06902 USA: Cengage Learning.
Holtz, R., Christopher, B., & Berg, R. (1998). Geosynthetic Design and Construction
Guidelines, Pub. No. FHWA HI-95-038. Washington D.C., USA: Federal Highway
Administration, U.S. Department of Transportation.
Kimpraswil. (2004). Pedoman Konstruksi dan Bangunan (Pd T-11-2004-B): Penanganan
tanah ekspansif dengan geomembran Sebagai penghalang kelembaban vertikal.