Proposal Faiq Izzul
Proposal Faiq Izzul
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Amanah adalah salah satu bahasa Indonesia yang telah disadur dari
bahasa Arab. Dalam Kamus Bahasa Indonesia, kata yang menunjuk makna
kepercayaan menggunakan dua kata, yaitu amanah atau amanat. Amanah
memiliki beberapa arti, antara lain 1) pesan yang dititipkan kepada orang
lain untuk disampaikan. 2) keamanan: ketenteraman. 3)
kepercayaan. Sedangkan amanat diartikan sebagai 1) sesuatu yang
1
Menurut pandangan Islam amanah itu mempunyai arti yang amat luas,
mencakup berbagai pengertian, namun titiknya yaitu bahwa orang harus
mempunyai perasaan tangungjawab terhadap apa yang dipikulkan di atas
pundaknya. Diapun sadar bahwa semuanya akan dipertanggungjawabkan
dihadapan Tuhan. Perkataan amanat yang penulis maksud di sini adalah
amanat dalam pengertian yang luas, yaitu mengenai tanggungjawab
manusia, baik kepada Allah yang menciptakannya maupun terhadap sesama
makhluk. Kewajiban dan tanggung jawab itu adalah demikian berat,
sehingga makhluk-makhluk lain selain dari manusia, tidak berani menerima
dan memikulnya, hal tersebut di firmankan Allah SWT dalam Alquran QS.
Al-Ahzab (33) : 72, sebagai berikut :
ُانD ا اإل ْن َسDDَض َو ْال ِجبَا ِل فََأبَ ْينَ َأ ْن يَحْ ِم ْلنَهَا َوَأ ْشفَ ْقنَ ِم ْنهَا َو َح َملَه
ِ ْت َواألر َ ِإنَّا َع َرضْ نَا األ َمانَةَ َعلَى ال َّس َم
ِ اوا
ِإنَّهُ َكانَ ظَلُو ًما َجهُوال.
Artinya:
1
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Bahasa Indonesia (Jakarta: {Pusat Bahasa
Departemen Pendidikan Nasional, 2008), h. 48
dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh
manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh”, 2
2
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya (Semarang: Toha Putra, 1989), h.680.
3
Mustafa Ahmad al-Maraghi, Tafsir al-Maraghi (Cet. II; Juz X, Kairo: Mustafa al-Babi al-
Halabi, 1974), h. 75.
4
H. Fahurddin HS, Ensiklopedia al–Qur'an jilid I (Cet I; Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1992), h.
105.
5
Abu ‘Abdillah Muhammad ibn Ahmad Syams al-Din al-Qurtubi, al-Jami’ li Ahkam al-
Qur’an, Juz. XII (Cet. II; al-Qahirah: Dar al-Kutub al-Misriyyah, 1384 H./1964 M.), h. 107.
Dalam al-Qur’an lafaz yang mengarah pada makna amanah atau
kepercayaan berulang sebanyak 20 kali yang kesemuanya dalam bentuk
isim, kecuali satu lafaz dalam bentuk fi’il yaitu اؤتمنdalam QS. Al-
Baqarah/2: 283.
ُانD ا اإل ْن َسDDَض َو ْال ِجبَا ِل فََأبَ ْينَ َأ ْن يَحْ ِم ْلنَهَا َوَأ ْشفَ ْقنَ ِم ْنهَا َو َح َملَه
ِ ْت َواألر َ ِإنَّا َع َرضْ نَا األ َمانَةَ َعلَى ال َّس َم
ِ اوا
ِإنَّهُ َكانَ ظَلُو ًما َجهُوال.
ِ َّض ُك ْم بَ ْعضًا فَ ْليَُؤ ِّد الَّ ِذي اْؤ تُ ِمنَ َأ َمانَتَهُ َو ْليَت
ُق هَّللا َ َربَّه ُ فَِإ ْن َأ ِمنَ بَ ْع.
Artinya:“Jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain, Maka
hendaklah yang dipercayai itu menunaikan amanatnya (hutangnya) dan
hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya”.
Setelah Allah SWT. menerangkan bahwa betapa besar perkara taat kepada
Allah dan Rasul-Nya, dan bahwa orang yang memelihara ketaatan tersebut
akan memperoleh kemenangan yang besar, dan orang yang meninggalkan
akan mendapatkan azab, lalu dilanjutkan dengan menerangkan betapa besar
hal yang berkaitan dengan ketaatan tersebut, yaitu melakukan beban-beban
syariat, dan bahwa prakteknya sangat berat dan sukar bagi jiwa. Kemudian,
diterangkan pula bahwa ketaatan yang mereka lakukan atau penolakan yang
berupa tidak menerima dan tidak melazimkan diri melakukannya, semua itu
tidaklah karena pemaksaan.
Menurut Prof. Dr. Hamka dalam tafsirnya mengatakan bahwa Ayat tersebut
(yang telah disebutkan di atas) bermaksud menggambarkan secara majâz
atau dengan ungkapan, betapa berat amanah itu, sehingga gunung-gunung,
bumi dan langit pun tidak bersedia memikulnya, maka yang mampu
mengemban amanah tersebut adalah manusia, karena manusia diberi
kemampuan oleh Allah, walaupun mereka ternyata kemudian berbuat
zhalim, terhadap dirinya sendiri maupun orang lain serta bertindak bodoh
dengan mengkhianati amanah itu.6
6
M. Dawan Rahardjo Ensiklopedi Alquran (Cet. I; Jakarta : Paramdina, 1996), h. 194 – 195.
Dengan demikian, amanah yang datang dari Allah swt. terkait dengan
segala bentuk perintah dan larangan yang dibebankan kepada manusia.
Sedangkan amanah dari manusia terkait dengan segala bentuk kepercayaan,
baik dalam bentuk harta benda, jabatan dan rahasia.
Oleh karena itu, amanah harus diberikan kepada orang yang ahli
dalam bidangnya agar tidak menimbulkan kekacauan yang digambarkan
sebagai kiamat dalam hadis nabi.
ُأ
ِ D ُر ِإلَى َغ ْيDنِ َد اَأل ْمD ِإ َذا ْس:ا َلDDَُول هللاِ؟ ق
رD َ ضا َعتُهَا يَا َرس َ َ ق،َت اَأل َمانَةُ فَا ْنت َِظ ِر السَّا َعة
َ َك ْيفَ ِإ:ال ُ ِإ َذا
ِ ضيِّ َع
]16[.ََأ ْهلِ ِه فَا ْنتَ ِظ ِر السَّا َعة
7
Lihat: QS. al-Ah}za>b: 72
yang bertanggungjawab atas perbuatan yang dilakukan menurut
kemauannya sendiri.
Bertitik tolak dari uraian di atas, maka penulis akan menarik suatu rumusan
pokok masalah agar pembahasan dalam skripsi ini lebih terarah dan
sistematis. Pokok masalahnya adalah sebagai berikut :
C. Penjelasan Judul
8
H. Hamzah Ya'qub, Etika Islam (Cet VII; Bandung : CV. Di Ponegoro, 1996), h. 98.
Alquran adalah ayat firman Allah yang diturunkan atas Nabi Muhammad
saw, yang tertulis dalam beberapa halaman, sehingga menjadi sebuah buku
yang besar bab tabel dari masa ke masa sampai kepada kita para hamba
Allah dengan mutawatir, yang tidak dapat ditolak kebenarannya. 9
Berdasarkan pengertian dari dua kosa kata yang merupakan inti judul di
atas, maka skripsi ini merupakan suatu pembahasan ilmiah mengenai
kesetiaan, ketulusan hati, kejujuran dalam melaksanakan sesuatu yang
dipercayakan kepadanya menurut pandangan Alquran.
D. Tinjauan Pustaka
Mengenai literatur yang membahas judul skripsi ini, penulis merujuk pada
buku-buku dan tafsir Alquran yang membahas masalah tersebut. Di
antaranya buku yang berjudul "Islam dipandang dari segi Rohani, moral,
dan Sosial", karya Sayid Sabiq dengan judul asli "Islamuna", yang
diterjemahkan oleh Zainuddin dkk. Di dalam buku tersebut, berisi tentang
sifat-sifat yang harus dimiliki oleh setiap manusia, hakekat keimanan,
kelalaian kebanyakan manusia, dan juga membahas tentang cara
menunaikan amanat dengan baik dan benar.
9
H. Munawar Khalil, Al-Quran dari Masa ke Masa (Cet. I; Semarang: Ramdhani, 1998), h.
52.
kepada ayat-ayat Alquran. Dengan menitikberatkan bagaiamana cara
memelihara amanat dalam Alquran.
E. Metode Penelitian
1. Metode Pendekatan
10
M. Quraish Shihab, Tafsir Alquran Masa Kini (Ujungpandang: IAIN Alauddin, 1983), h. 9.
tentang umat dan buku-buku yang membahas secara umum dan implisitnya
mengenai masalah yang dibahas.
4. Metode Analisis
Metode induktif, yiatu metode analisis yang berangkat dari fakta-fakta yang
khusus lalu ditarik suatu kesimpulan yang bersifat umum.
Dalam suatu penelitian atau kajian tentu mempunyai tujuan yang mendasari
tulisan ini, yaitu sebagai berikut :
Pada bab empat, yang merupakan bab penutup, berisi kesimpulan dari
uraian-uraian skripsi ini kemudian dikemukakan beberapa saran-saran
sehubungan dengan persoalan yang telah dibahas.
DAFTAR PUSTAKA
Al - Qur'an al – Karim
Hamka, Tafsir Al-Azhar. Juz III dan V; Jakarta : Pustaka Panjimas, 1983.
Hawwa, Sa’îd. Al-Asâs Fiy al-Tafsîr, jilid VIII. Cet.II; Mesir: Dâr al-
Salâm, 1989.
Ibin Zakariyah, Abîy al-Husayn Ahmad bin Fâris. Mu’jam Maqâyis al-
Lugah, juz II. Cet.II; t.t.: Al-Maktabah al-Manâzi’, 1980 M./ 1390 H.
Labib, Muchsin dan Farauk bin Dhiya, Kisah Para Pecinta Allah. Cet. II;
Bandung: Remaja Rosakarya, 1997.
Al-Maraghi. Ahmad, Mustafa Tafsir al-Maraghi, Cet. II; Juz X, Kairo:
Mustafa al-Babi al-Halabi, 1974.
Nata, Abuddin. Alquran dan al-Hadis. Cet. IV; Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 1995.
Quraish, M. Shihab. Lentara Hati: Kisah dan Hikmah Kehidupan. Cet. III;
Badung : Mizan, 1994.
Rathomi, Moh. Abdai. Tiga Serangkai Sendi Agama. Cet. VII; Bandung: al-
Ma’arif, 1991.