Anda di halaman 1dari 16

AMANAH DALAM PERSPEKTIF AL-QURAN

(Suatu Telaah Kajian Surat Al-Ahzab Ayat 72)


OUTLINE PROPOSAL:
COVER
DAFTAR ISI
A. Latar belakang
B. Permasalahan
1. Identifikasi Masalah
2. Pembatasan Masalah
3. Rumusan Masalah
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
2. Manfaat Penelitian
D. Tinjauan Pustaka
E. Kerangka Teori
F. Metodologi Penelitian
1. Jenis Penelitian
2. Sumber Penelitian
3. Teknik Pengumpulan data
4. Metode Analisis Data
G. Teknik dan Sitematika Penulisan

Kandungan setiap Bab


A. Latar Belakang: Membahas tentang latar belakang pengambilan
judul mungkin bisa dikaitan dengan permasalahan yang ada saat
kini.
B. Permasalahan : Dalam mengurai tentang permasalasahan terkait
tema yang menjadi obyek penelitian perlu dijelaskan hal-hal berikut
ini:
1. Identifikasi Masalah : masalah yang berkaitan dengan judul
yang diambil untuk diteliti
2. Pembatasan Masalah : Membatasi suatu permasalahan yang
ingin diteliti, contoh : “Disini penulis membatasi permasalahan
pada surat Al-Ahzab ayat 72
3. Rumusan Masalah : masalah yang ingin diteliti dalam sub bab
ini bisa berupa pertanyaan contoh : “Bagaiamana konsep
Amanah dalam tafsir al-Jami lil-Ahkam karya al-Qurthubi”
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian : Menjawab perumusan masalah, kata-kata
operasional yang dapat digunakan dalam perumusan tujuan
penelitian adalah “mengetahui, menjelaskan/mendeskripsikan,
mengungkapkan, membuktikan” serta harus sesuai dengan sub
bab rumusan masalah sebelumnya, Contoh : “Mendeskripsikan
konsep Amanah dalam tafsir al-Jami lil-Ahkam karya al-
Qurthubi”
2. Manfaat Penelitian : Menjelaskan manfaat penelitian yang akan
diteliti dari segi teoritis maupun praktisnya. Manfaat yang
besifat teoritis: untuk mengembangkan ilmu, dalam hal ini juga
dapat berorientasi pada penelitian terapan (applied research).
Manfaat yang bersifat praktis: membantu memecahkan masalah
yang ada pada objek yang diteliti, atau dalam hal yang secara
operasional diarahkan pada penelitian kebijakan (policy
research). Kata-kata operasional yang dapat digunakan untuk
merumuskan manfaat/signifikansi penelitian adalah:
“memberikan, menambah khazanah ilmiah, menyumbangkan,
memudahkan, mengembangkan, meningkatkan,
mengaplikasikan, menjadi sumber inspirasi,
D. TINJAUAN PUSTAKA : Pustaka yang diulas adalah skripsi,
tesis, penelitian, buku yang relevan dan artikel Jurnal terbaru
(paling lama 5 tahun terakhir) dan berkaitan dengan tema yang
diambil serta menejalaskan kotribusi apa yang dapat diambil dari
skripsi/tesis/jurnal dalam penelitian kita.
E. KERANGKA TEORI :Menggunakan kerangka teori siapa dalam
melakukan penelitian ini, contoh menggunakan kerangka teori al-
Farmawi dalam penelitian tafsir maudhu’i
F. METODOLOGI PENELITIAN : Ambil kata-kata dari penelitian
gua terkait sub bab ini, karena penelitian ini sama sifatnya tentang
kepustakaan, mungkin hanya diganti tema/judul
1. Jenis Penelitian
2. Sumber Penelitian
3. Teknik Pengumpulan data
4. Metode Analisis Data
G. Teknik dan Sistematika Penulisan : Ambil kata-katanya dari
Buku/pdf pedoman penulisan PTIQ

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Amanah adalah salah satu bahasa Indonesia yang telah disadur dari
bahasa Arab. Dalam Kamus Bahasa Indonesia, kata yang menunjuk makna
kepercayaan menggunakan dua kata, yaitu amanah atau amanat. Amanah
memiliki beberapa arti, antara lain 1) pesan yang dititipkan kepada orang
lain untuk disampaikan. 2) keamanan: ketenteraman. 3)
kepercayaan. Sedangkan amanat diartikan sebagai 1) sesuatu yang
1

dipercayakan atau dititipkan kepada orang lain. 2) pesan. 3) nasihat yang


baik dan berguna dari orang tua-tua; petuah. 4) perintah (dari atas). 5)
wejangan (dari seorang pemimpin).

Menurut pandangan Islam amanah itu mempunyai arti yang amat luas,
mencakup berbagai pengertian, namun titiknya yaitu bahwa orang harus
mempunyai perasaan tangungjawab terhadap apa yang dipikulkan di atas
pundaknya. Diapun sadar bahwa semuanya akan dipertanggungjawabkan
dihadapan Tuhan. Perkataan amanat yang penulis maksud di sini adalah
amanat dalam pengertian yang luas, yaitu mengenai tanggungjawab
manusia, baik kepada Allah yang menciptakannya maupun terhadap sesama
makhluk. Kewajiban dan tanggung jawab itu adalah demikian berat,
sehingga makhluk-makhluk lain selain dari manusia, tidak berani menerima
dan memikulnya, hal tersebut di firmankan Allah SWT dalam Alquran QS.
Al-Ahzab (33) : 72, sebagai berikut :

ُ‫ان‬D ‫ا اإل ْن َس‬DDَ‫ض َو ْال ِجبَا ِل فََأبَ ْينَ َأ ْن يَحْ ِم ْلنَهَا َوَأ ْشفَ ْقنَ ِم ْنهَا َو َح َملَه‬
ِ ْ‫ت َواألر‬ َ ‫ِإنَّا َع َرضْ نَا األ َمانَةَ َعلَى ال َّس َم‬
ِ ‫اوا‬
‫ِإنَّهُ َكانَ ظَلُو ًما َجهُوال‬.

Artinya:

“Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan


gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu

1
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Bahasa Indonesia (Jakarta: {Pusat Bahasa
Departemen Pendidikan Nasional, 2008), h. 48
dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh
manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh”, 2

Mengenai Syârah ayat di atas, oleh al-Marâgiy menyatakan bahwa adanya


kata ‫ األرض‬yakni kepada kesiapan langit dan bumi. 3 ‫ االمانة‬yakni segala
sesuatu yang dipercayakan kepada seseorang, baik berupa perintah maupun
larangan, tentang urusan-urusan agama dan dunia. Dan yang dimaksud di
sini ialah beban-beban agama. Beban-beban agama disebut amanat, karena
merupakan hak-hak yang diwajibkan oleh Allah atas orang-orang mukallaf
dan dipercayakan kepada mereka agar dilaksanakan dan diwajibkan atas
mereka agar diterima dengan penuh kepatuhan dan ketaatan, bahkan
mereka disuruh menjaga dan melaksanakannya tanpa melalaikan sedikitpun
dari padanya.Kata ú÷üt/r's yakni mereka tidak siap menerima. Kata ‫انه كان‬
‫ ظلوما‬yakni sesungguhnya manusia adalah banyak penganiayaannya, karena
ia diliputi oleh kekuatan marah. Kata ‫وال‬DD‫ جه‬yakni banyak kebodokan
tentang akibat-akibat segala perkara, karena diliputi kekuatan syahwat.

Ada amanat yang merupakan kepercayaan yang diberikan kepada


seseorang, misalnya berutang tanpa runguan, karena dipercayakan oleh
orang yang berpiutan. Maka amanat ini hendaklah dipenuhi, dengan
pengertian hutang dibayar dengan penuh menurut waktunya. 4

Al-Qurtubi berpendapat bahwa amanah adalah segala sesuatu yang


dipikul/ditanggung manusia, baik sesuatu terkait dengan urusan agama
maupun urusan dunia, baik terkait dengan perbuatan maupun dengan
perkataan di mana puncak amanah adalah penjagaan dan pelaksanaannya. 5

2
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya (Semarang: Toha Putra, 1989), h.680.
3
Mustafa Ahmad al-Maraghi, Tafsir al-Maraghi (Cet. II; Juz X, Kairo: Mustafa al-Babi al-
Halabi, 1974), h. 75.
4
H. Fahurddin HS, Ensiklopedia al–Qur'an jilid I (Cet I; Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1992), h.
105.
5
Abu ‘Abdillah Muhammad ibn Ahmad Syams al-Din al-Qurtubi, al-Jami’ li Ahkam al-
Qur’an, Juz. XII (Cet. II; al-Qahirah: Dar al-Kutub al-Misriyyah, 1384 H./1964 M.), h. 107.
Dalam al-Qur’an lafaz yang mengarah pada makna amanah atau
kepercayaan berulang sebanyak 20 kali yang kesemuanya dalam bentuk
isim, kecuali satu lafaz dalam bentuk fi’il yaitu ‫ اؤتمن‬dalam QS. Al-
Baqarah/2: 283.

Namun untuk mengetahui subtansi amanah, maka perlu dilihat dari


tiga aspek yaitu: subjek, objek dan predikat atau subtansi.

Subtansi amanah adalah kepercayaan yang diberikan orang lain


terhadapnya sehingga menimbulkan ketenangan jiwa. Hal tersebut dapat
terlihat dalam QS. Al-Baqarah: 283:

ُ‫ض ُك ْم بَ ْعضًا فَ ْليَُؤ ِّد الَّ ِذي اْؤ تُ ِمنَ َأ َمانَتَه‬


ُ ‫فَِإ ْن َأ ِمنَ بَ ْع‬.

Artinya:“Jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain, Maka


hendaklah yang dipercayai itu menunaikan amanatnya (hutangnya)”.

Jika dilihat dari sisi subjeknya (pemberi amanah), maka amanah


bisa datang dari Allah swt. sebagaimana yang dipaparkan dalam QS. al-
Ahza>b: 72:

ُ‫ان‬D ‫ا اإل ْن َس‬DDَ‫ض َو ْال ِجبَا ِل فََأبَ ْينَ َأ ْن يَحْ ِم ْلنَهَا َوَأ ْشفَ ْقنَ ِم ْنهَا َو َح َملَه‬
ِ ْ‫ت َواألر‬ َ ‫ِإنَّا َع َرضْ نَا األ َمانَةَ َعلَى ال َّس َم‬
ِ ‫اوا‬
‫ِإنَّهُ َكانَ ظَلُو ًما َجهُوال‬.

Artinya:“Sesungguhnya kami Telah mengemukakan amanat kepada langit,


bumi dan gunung-gunung, Maka semuanya enggan untuk memikul amanat
itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu
oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh”.

Dan kadang amanah tersebut datang dari manusia itu sendiri,


sebagaimana yang tertera dalam QS. al-Baqarah: 283:

ِ َّ‫ض ُك ْم بَ ْعضًا فَ ْليَُؤ ِّد الَّ ِذي اْؤ تُ ِمنَ َأ َمانَتَهُ َو ْليَت‬
ُ‫ق هَّللا َ َربَّه‬ ُ ‫فَِإ ْن َأ ِمنَ بَ ْع‬.
Artinya:“Jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain, Maka
hendaklah yang dipercayai itu menunaikan amanatnya (hutangnya) dan
hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya”.

Sedangkan jika dilihat dari objeknya (orang yang melakasanakan


amanah), maka amanah diberikan kepada malaikat, jin, manusia, baik para
nabi maupun bukan nabi.

Setelah Allah SWT. menerangkan bahwa betapa besar perkara taat kepada
Allah dan Rasul-Nya, dan bahwa orang yang memelihara ketaatan tersebut
akan memperoleh kemenangan yang besar, dan orang yang meninggalkan
akan mendapatkan azab, lalu dilanjutkan dengan menerangkan betapa besar
hal yang berkaitan dengan ketaatan tersebut, yaitu melakukan beban-beban
syariat, dan bahwa prakteknya sangat berat dan sukar bagi jiwa. Kemudian,
diterangkan pula bahwa ketaatan yang mereka lakukan atau penolakan yang
berupa tidak menerima dan tidak melazimkan diri melakukannya, semua itu
tidaklah karena pemaksaan.

Menurut Prof. Dr. Hamka dalam tafsirnya mengatakan bahwa Ayat tersebut
(yang telah disebutkan di atas) bermaksud menggambarkan secara majâz
atau dengan ungkapan, betapa berat amanah itu, sehingga gunung-gunung,
bumi dan langit pun tidak bersedia memikulnya, maka yang mampu
mengemban amanah tersebut adalah manusia, karena manusia diberi
kemampuan oleh Allah, walaupun mereka ternyata kemudian berbuat
zhalim, terhadap dirinya sendiri maupun orang lain serta bertindak bodoh
dengan mengkhianati amanah itu.6

Berangkat dari ketiga unsur tersebut dan penafsiran para ulama


tafsir, dapat dipahami bahwa amanah adalah kepercayaan yang diberikan
oleh Allah swt. atau makhluk lain untuk dilaksanakan oleh orang yang
diberi amanah yang meliputi malaikat, jin dan manusia, atau bahkan alam
semesta.

6
M. Dawan Rahardjo Ensiklopedi Alquran (Cet. I; Jakarta : Paramdina, 1996), h. 194 – 195.
Dengan demikian, amanah yang datang dari Allah swt. terkait dengan
segala bentuk perintah dan larangan yang dibebankan kepada manusia.
Sedangkan amanah dari manusia terkait dengan segala bentuk kepercayaan,
baik dalam bentuk harta benda, jabatan dan rahasia.

Dari pengertian di atas, dapat dipahami bahwa amanah adalah amal


saleh yang paling agung, namun sangat berat dilaksanakan, sehingga wajar
kemudian jika langit, bumi dan gunung enggan menerima amanah dari
Allah swt.,7bahkan manusia yang berani menerima amanah dan tidak
mampu melaksanakannya dianggap sebagai zalum jahul (penganiaya dan
bodoh).

Oleh karena itu, amanah harus diberikan kepada orang yang ahli
dalam bidangnya agar tidak menimbulkan kekacauan yang digambarkan
sebagai kiamat dalam hadis nabi.

‫ُأ‬
ِ D‫ ُر ِإلَى َغ ْي‬D‫نِ َد اَأل ْم‬D‫ ِإ َذا ْس‬:‫ا َل‬DDَ‫ُول هللاِ؟ ق‬
‫ر‬D َ ‫ضا َعتُهَا يَا َرس‬ َ َ‫ ق‬،َ‫ت اَأل َمانَةُ فَا ْنت َِظ ِر السَّا َعة‬
َ ‫ َك ْيفَ ِإ‬:‫ال‬ ُ ‫ِإ َذا‬
ِ ‫ضيِّ َع‬
]16[.َ‫َأ ْهلِ ِه فَا ْنتَ ِظ ِر السَّا َعة‬

Artinya: “Jika amanah telah disia-siakan maka tunggulah kiamat, sahabat


bertanya, bagaimana penyia-nyian amanah wahai Rasulullah saw.?
Rasulullah menjawab, jika suatu urusan diserahkan bukan kepada ahlinya”.

Manusia disebut amat dzalim karena ia menyadari batas kemampuannya,


tetapi ia berani bertindak melampauinya, ia disebut amat bodoh karena ia
berani bertindak mempunyai kesanggupan yang tidak diketahui batas-
batasnya. Ia hanya mempunyai akal yang dapat memberi petunjuk tentang
pelaksanaan amanah (beban agama) yang telah dipikulnya. Makhluk yang
tidak berakal tidak mungkin dapat disebut "zalim" dan "bodoh". Karena ia
tidak mengenal batas yang dilapauinya dan tidak mempunyai sarana untuk
dapat mengenal batas. Makhluk yang dapat disebut "dzalim" dan "bodoh"
hanyalah makhluk yang mengenal keadilan dan pengetahuan, atau makhluk

7
Lihat: QS. al-Ah}za>b: 72
yang bertanggungjawab atas perbuatan yang dilakukan menurut
kemauannya sendiri.

B. Rumusan dan Batasan Masalah

Bertitik tolak dari uraian di atas, maka penulis akan menarik suatu rumusan
pokok masalah agar pembahasan dalam skripsi ini lebih terarah dan
sistematis. Pokok masalahnya adalah sebagai berikut :

1. Apa sebenarnya pengertian amanah dalam al-Qur’an?

2. Apa sajakah yang menjadi objek Amanah dalam al-Qur’an?

3. Dalam masalah apa saja amanah disebutkan dalam al-Qur’an?

4. Bagaimana sikap al-Qur’an terhadap amanah?

C. Penjelasan Judul

Sebagaimana lazimnya dalam setiap penyusunan skripsi atau karya ilmiah


maka terlebih dahulu diberi batasan pengertian judul yang akan dibahas
sehingga dalam pokok penguraiannya tidak terjadi kesimpangsiuran dan
salah pengertian terhadap judul yang dimaksud.

Adapun judul skripsi adalah “AL-AMANAH DALAM AL-QURAN (Suatu


Kajian Surat Al-Ahzab Ayat 72)”. Berdasar dari judul tersebut, maka
penulis mengemukakan batasan pengertian dari beberapa kata yang
dianggap perlu sebagai berikut :

Al-Amanah dapat diartikan kesetiaan, ketulusan hati, ke-percayaan (tsiqah)


atau kejujuran. Kebalikan dari khianat.8

8
H. Hamzah Ya'qub, Etika Islam (Cet VII; Bandung : CV. Di Ponegoro, 1996), h. 98.
Alquran adalah ayat firman Allah yang diturunkan atas Nabi Muhammad
saw, yang tertulis dalam beberapa halaman, sehingga menjadi sebuah buku
yang besar bab tabel dari masa ke masa sampai kepada kita para hamba
Allah dengan mutawatir, yang tidak dapat ditolak kebenarannya. 9

Berdasarkan pengertian dari dua kosa kata yang merupakan inti judul di
atas, maka skripsi ini merupakan suatu pembahasan ilmiah mengenai
kesetiaan, ketulusan hati, kejujuran dalam melaksanakan sesuatu yang
dipercayakan kepadanya menurut pandangan Alquran.

D. Tinjauan Pustaka

Mengenai literatur yang membahas judul skripsi ini, penulis merujuk pada
buku-buku dan tafsir Alquran yang membahas masalah tersebut. Di
antaranya buku yang berjudul "Islam dipandang dari segi Rohani, moral,
dan Sosial", karya Sayid Sabiq dengan judul asli "Islamuna", yang
diterjemahkan oleh Zainuddin dkk. Di dalam buku tersebut, berisi tentang
sifat-sifat yang harus dimiliki oleh setiap manusia, hakekat keimanan,
kelalaian kebanyakan manusia, dan juga membahas tentang cara
menunaikan amanat dengan baik dan benar.

Wasiat Taqwa karya H. Husein Muhammad dengan judul asli "Khuthabul


Jum'ati wal-'Iedain", yang diterjemahkan oleh Husein Muhammad. Di
dalam buku tersebut, berisi tentang sifat yang harus dimiliki oleh manusia
yang dapat menghantar manusia meraih kebahaiaan baik di dunia maupun
di akhirat, di antaranya : Taat, tawadhu, tawakkal, jujur, istiqamah, amanat
juga termasuk salah satu sifat yang dibahas dalam buku ini. Uraian dalam
buku tersebut sangat singkat dan bersifat umum. Oleh karena itu penulis
mencoba membahas lebih spesifik dengan mengangkat amanat yang
merupakan salah satu sifat mesti dimiliki oleh manusia dengan merujuk

9
H. Munawar Khalil, Al-Quran dari Masa ke Masa (Cet. I; Semarang: Ramdhani, 1998), h.
52.
kepada ayat-ayat Alquran. Dengan menitikberatkan bagaiamana cara
memelihara amanat dalam Alquran.

E. Metode Penelitian

Metode penelitian dalam pembahasan skripsi ini meluputi berbagai hal


sebagai berikut :

1. Metode Pendekatan

Melalui metode ini, penulis menggunakan metode pendekatan penafsiran


Alquran dari segi tafsir tematik. Yakni, menghimpun ayat-ayat Alquran
yang memiliki tujuan yang sama, menyusunnya secara kronologis selama
memungkinkan dengan memperhatikan sebab turunnya, menjelaskannya,
mengaitkannya dengan surah tempat ia berada, menyimpulkan dan
menyusun kesimpulan tersebut ke dalam kerangka pembahasan sehingga
tampak dari segala aspek, dan menilainya dengan kriteria pengetahuan yang
sahih.10

Untuk lebih jelasnya, penulis menghimpun ayat-ayat Alquran yang


berkenaan dengan amanat, kemudian menyusunnya ber-dasarkan
kronologis serta sebab turunnya ayat-ayat tersebut, sehingga diketahui
pengklasifikasiannya. Apakah ia tergolong ayat-ayat makkiyah atau
Madaniyyah.

2. Metode Pengumpulan data

Mengenai pengumpulan data, penulis menggunakan metode atau teknik


library research, yaitu mengumpulkan data-data melalui bacaan dan
literatur-literatur yang ada kaitannya dengan pembahasan penulis. Dan
sebagai sumber pokoknya adalah Alquran dan penafisrannya, serta sebagai
penunjangnya yaitu buku-buku ke Islaman yang membahas secara khusus

10
M. Quraish Shihab, Tafsir Alquran Masa Kini (Ujungpandang: IAIN Alauddin, 1983), h. 9.
tentang umat dan buku-buku yang membahas secara umum dan implisitnya
mengenai masalah yang dibahas.

3. Metode Pengolahan Data

Mayoritas metode yang digunakan dalam pembahasan skripsi ini adalah


kualitatif, karena untuk menemukan pengertian yang diinginkan, penulis
mengolah data yang ada untuk selanjutnya di interpretasikan ke dalam
konsep yang bisa mendukung sasaran dan objek pembahasan.

4. Metode Analisis

Pada metode ini, penulis menggunakan tiga macam metode, yaitu :

Metode deduktif, yaitu metode yang digunakan untuk menyajikan bahan


atau teori yang sifantnya umum untuk kemudian diuraikan dan diterapkan
secara khusus dan terperinci.

Metode induktif, yiatu metode analisis yang berangkat dari fakta-fakta yang
khusus lalu ditarik suatu kesimpulan yang bersifat umum.

Metode komparatif, yaitu metode penyajian yang dilakukan dengan


mengadakan perbandingan antara satu konsep dengan lainnya, kemudian
menarik suatu kesimpulan.

F. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Dalam suatu penelitian atau kajian tentu mempunyai tujuan yang mendasari
tulisan ini, yaitu sebagai berikut :

Untuk mengetahui bagaimana cara manusia memelihara atau menunaikan


amanat yang termaktub dalam Alquran.

Untuk berusaha mengkaji ayat-ayat tentang amanat dalam Alquran,


sehingga dengan adanya kajian ini, umat Islam semakin sadar tentang
pentingnya sifat amanat dalam kehidupan dewasa ini.

Sedangkan kegunaannya, yiatu sebagai berikut :


Dengan adanya kajian ini, dapat menambh wawasan keilmuan khususnya
dalam bidang tafsir.

Dengan adanya kajian ini penulis berharap mudah-mudahan dapat dijadikan


sebagai literatur dan dorongan untuk mengkaji masalah tersebut lebih
lanjut.

G. Garis-garis Besar Isi Skripsi

Secara garis besarnya penulis memberikan gambaran secara umum dari


pokok pembahasan ini. Isi skripsi ini terdiri dari lima bab yang dimulai
dengan pendahuluan yang mengemukakan latar belakang masalah, dimana
hal tersebut merupakan landasan berpikir penyusunan skripsi ini. Kemudian
hipotesis dari permasalahan yang diangkut, disertai dengan pengertian judul
tinjuan pustaka, metode penelitian, tujuan dan kegunaan serta garis-garis
besar isi skripsi. Dengan demikian, instisari yang termaktub dalam bab
pertama ini adalah bersifat metodologis.

Dalam bab kedua, dikemukakan tentang tinjauan umum tentang amanat,


sebagai bab yang bersifat pengantar untuk pembahasan inti yang terletak
pada bab ketiga dan keempat. Pada bab kedua bagian-bagiannya meliputi
tentang; tanggapan ulama tentang amanat, fungsi dan kedudukan amanat.

Pada bab tiga, menguraikan tentang pengertian amanah, objek amanah,


bentuk-bentuk amanah dan sikap Al-quran terhadap amanah.

Pada bab empat, yang merupakan bab penutup, berisi kesimpulan dari
uraian-uraian skripsi ini kemudian dikemukakan beberapa saran-saran
sehubungan dengan persoalan yang telah dibahas.
DAFTAR PUSTAKA

Al - Qur'an al – Karim

Abduh, Muhmmad. Tafsir Alquran al-Karim. Diterjemahkan oleh Bagir


dengan judul Tafisr Juz Amma. Cet. I; Bandung: Mizan, 1998.

Al-Aqqad, Mahmud Abbas. Manusia Diungkap Qur'an Cet. III; Jakarta:


Pustaka Firdaus, 1993.

Ari, Anwar. Akhlak Alquran. Cet. I; Surabaya: Bina Ilmu, 1990.

Al-Ashfahâniy, Al-Râgib. Mufradât Alfâzh al-Qur’ân (Cet.I; Beirut: Dâr al-


Qalam, 1992.
Ash-Shiddieqy, M. Hasbi. Sejarah dan Pengantar Ilmu, Alquran/Tafsir Cet.
XV; Jakarta : PT. Bulan Bintang, 1994.

Al-Azhar, Ulama-ulama. Khuthabul Jum'at wal Iedain. Diterjemahkan oleh


H. Husein Muhammad dengan judul Wasiat Taqwa. Cet. I ; Jakarta: Bulan
Bintang, 1986.

Al-Bukhari, Abu Abdillah Ibn al-Mugirah al-Bardizbat. Shahih al-Bukhari,


juz II dan IX. Beirut: Dâr al-Fikr, t.th.

Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya. Semarang: Toha


Putra, 1989.

Fachurddin HS. Eksiklopedia Alquran. Jilid I (A-L) Cet. I; Jakarta: Rineka


Cipta. 1992.

Hassan, A. Tafsir Al-Furqan. t.th.Membentuk Moral (Bimbingan Alquran)


Cet. I; Jakarta: Bina Aksara, 1985.

Fatah, Abd. Kehidupan Manusia di Tengah-tengah Alam Materi. Cet. I;


Jakarta: Rineka Cipta, 1995.

Hamka, Tafsir Al-Azhar. Juz III dan V; Jakarta : Pustaka Panjimas, 1983.

Hawwa, Sa’îd. Al-Asâs Fiy al-Tafsîr, jilid VIII. Cet.II; Mesir: Dâr al-
Salâm, 1989.

Ibin Zakariyah, Abîy al-Husayn Ahmad bin Fâris. Mu’jam Maqâyis al-
Lugah, juz II. Cet.II; t.t.: Al-Maktabah al-Manâzi’, 1980 M./ 1390 H.

Ibrahim. Muhammad al-Jamal, Kaba'irun-Nisa' wa shagha'iruhunna wa


Hawa tatuhunna diterjemahkan oleh Kathur Suhadi dengan judul Dosa-
Dosa Wainita, Cet. I; Jakarta: Pustaka al-Kausar, 1995.

Labib, Muchsin dan Farauk bin Dhiya, Kisah Para Pecinta Allah. Cet. II;
Bandung: Remaja Rosakarya, 1997.
Al-Maraghi. Ahmad, Mustafa Tafsir al-Maraghi, Cet. II; Juz X, Kairo:
Mustafa al-Babi al-Halabi, 1974.

Al-Mawdûdy, Abû al-A’lâ. Al-Hadhârah al-Islâmiyah; Asâsuhah wa


Mabâdiuha. Bairût: Dâr al-Fikr, t.th.

Munawwir, Warson. Kamus Al-Munawwir Arab Indonesia Terlengkap.


Yogyakarta: Pustaka Pesantren, 1984.

Nasution, M. Yunan. Pegangan Hidup. Cet. II; Jakarta: Ramadhan, 1978.

Nata, Abuddin. Alquran dan al-Hadis. Cet. IV; Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 1995.

Poerdarminta, W.J.S. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Cet. V; Jakarta:


Balai Pustaka, 1989.

Al-Qardhdawy, Yusuf. Al – Iman wal – Hayat. Diterjemahkan oleh


Fachruddin HS dengan judul Iman dan Kehidupan. Cet. III; Jakarta: Bulan
Bintang, 1993.

Quraish, M. Shihab. Lentara Hati: Kisah dan Hikmah Kehidupan. Cet. III;
Badung : Mizan, 1994.

Rahardjo, M. Dawan. Esiklopedi Alquran Cet. I; Jakarta: Paramadina, 1996.

Rathomi, Moh. Abdai. Tiga Serangkai Sendi Agama. Cet. VII; Bandung: al-
Ma’arif, 1991.

Anda mungkin juga menyukai