Anda di halaman 1dari 40

Laporan Kasus

PNEUMONIA REKURENS + GIZI BURUK TIPE MARASMIK


+ TRANSAMINITIS

Oleh:
Uzwad Mirmizwa, S. Ked

1730912310136

Pembimbing:
dr. Selli Muljanto, Sp.A(K).

DEPARTEMEN/KSM ILMU KESEHATAN ANAK


FAKULTAS KEDOKTERAN ULM/RSUD ULIN
BANJARMASIN
DESEMBER, 2020
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ........................................................................... i

DAFTAR ISI........................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN

BAB II LAPORAN KASUS

2.1 Identitas ............................................................................... 3

2.2 Anamnesis ........................................................................... 3

2.3 Pemeriksaan Fisik ............................................................... 7

2.4 Pemeriksaan Penunjang ...................................................... 12

2.5 Resume ............................................................................... 14

2.6 Diagnosis ............................................................................ 16

2.7 Penatalaksanaan................................................................... 17

2.8 Prognosis ............................................................................. 18

2.9 Follow up............................................................................. 19

BAB III PEMBAHASAN.................................................................... 24

BAB IV PENUTUP

4.1 Simpulan ............................................................................... 31

4.2 Saran...................................................................................... 31

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................... 32

ii
BAB I

PENDAHULUAN

Pneumonia yang didapat dari komunitas (CAP) adalah penyebab utama

morbiditas dan mortalitas di negara berkembangan dan negara maju. Sekitar 6%

Anak mengalami setidaknya satu episode pneumonia selama dua tahun pertama

kehidupan. Data insidensi menunjukkan bahwa pneumonia rekuren (RP) terjadi

pada 7,7%-9% dari semua anak dengan CAP. Akibatnya, RP merupakan

manifestasi yang sering muncul dalam praktik pediatrik umum dan sering menjadi

sebab rujukan ke dokter respirologi anak. Dalam penanganan kasus RP terdapat

kesulitan membedakan anak dengan masalah minor atau self limiting dan tidak

memerlukan pemeriksaan diagnostik lanjutan dengan RP sebagai penyakit yang

mendasari komplikasi.1

Marasmus adalah manifestasi parah dari malnutrisi energi protein. Terjadi

sebagai hasil dari kekurangan kalori total. Hal ini menyebabkan hilangnya

jaringan otot dan adiposa. Anak itu mungkin memiliki nilai Berat-dibanding-umur

(BB/U) kurang dari 3 standar deviasi di bawah rata-rata untuk usia dan jenis

kelamin. Penyebab marasmus adalah total asupan kalori yang tidak mencukupi.

Namun, penting untuk memahami apa yang memicu penurunan asupan kalori

pada seseorang yang menderita marasmus.2

Transaminitis disebabkan oleh adanya Cedera hati akibat obat (DILI)

didefinisikan sebagai cedera hati disebabkan oleh berbagai obat, jamu, atau

xenobiotics, setelah pengecualian etiologi lain. Sebuah penelitian menunjukan

1
2

bahwa Obat Anti Tuberkulosis (OAT) menyumbang satu pertiga dari total kasus

DILI.3

Berikut dilaporkan kasus anak usia 1 tahun 3 bulan dengan RP, Gizi buruk

tipe marasmik, dan Transaminitis ec suspek DILI yang di rawat di bangsal anak

RSUD Ulin Banjarmasin.


BAB II

LAPORAN KASUS

2.1 IDENTITAS

1. Identitas Pasien

Nama : An. ML

Jenis Kelamin : Laki-Laki

Tempat & tanggal Lahir : Banjarmasin 23-08-2019

Umur : 1 tahun 3 bulan

2. Identitas Orangtua

Ayah Ibu

Nama : Tn. A Nama : Ny. NA

Umur : 30 tahun Umur : 29 tahun

Pendidikan : SMK Pendidikan : SMP

Pekerjaan : Buruh Pekerjaan : IRT

Agama : Islam Agama : Islam

Alamat : Banjarmasin Alamat : Banjarmasin

2.2 ANAMNESIS

Aloanamnesis dengan : Bapak kandung pasien

Tanggal/jam : 8 Desember 2020 /12.00 WITA (Perawatan Hari

ke-2)

3
4

1. Keluhan Utama

Batuk tidak berdahak

2. Riwayat Penyakit Sekarang

Anak saat ini dikeluhkan batuk tidak berdahak. Awalnya batuk muncul

mendadak dirasakan sejak 4 hari sebelum masuk rumah sakit, dan anak nampak

sesak. keluhan batuk disertai dengan anak tidak mau menyusui dan Muntah 2x

sebanyak 50-100cc / muntah, Isi muntah susu, tidak ada campuran darah, lender,

dan tidak menyemprot. Keluhan demam, pucat dan buang air besar (BAB)

kehitaman disangkal. Sebelumnya (6/12/2020) Pasien dirawat inap selama 2 hari

di ruang isolasi untuk menunggu hasil PCR Covid-19 sebelum dipindahkan ke

bangsal umum anak.

Saat ini keluhan batuk sudah berkurang, tidak ada muntah dan anak sudah

mulai mau menyusui.

3. Riwayat Penyakit Dahulu

1 minggu yang lalu pasien baru pulang dari rumah sakit setelah perawatan

selama + 3 minggu karena keluhan serupa. Pasien mengkonsumsi OAT sejak

30/11/2020 namun segera dihentikan saat pasien datang ke rumah sakit.

4. Riwayat Kehamilan dan Persalinan

Riwayat antenatal : Ibu jarang memeriksakan kehamilan di Puskesmas dan

tidak mengeluhkan kelainan apapun selama masa kehamilan. Ibu Pasien pernah

imunisasi Tetanus Toksoid

Riwayat Natal :

Spontan/tidak spontan : Spontan belakang kepala


5

Nilai APGAR : Tidak langsung menangis

Berat badan lahir : 2200gr (lahir kurang bulan)

Panjang badan lahir : Ibu lupa

Lingkar kepala : Ibu lupa

Penolong : Spesialis Obstetri dan Ginekologis

Tempat : RS

Riwayat Neonatal : Anak dirawat selama 45 hari setelah dilahirkan

5. Riwayat Perkembangan

Tiarap : 4 bulan

Merangkak : 6 bulan

Duduk : 7 bulan

Berdiri :10 bulan

Berjalan : 12 bulan

Saat ini : Saat ini bicara masih belum jelas

6. Riwayat Imunisasi : Tidak lengkap

Ulangan
Nama Dasar
(Umur dalam bulan)
(umur dalam bulan)
BCG 0

Polio -/4/6

Hepatitis B -

DPT -

Campak -
6

7. Makanan (Tulis jenis/kualitas, kuantitas dan umur)

Sejak lahir anak minum ASI, dalam sehari menyusu ASI 8-10x. disertai

dengan. Sejak 9 bulan Anak mengkonsumsi 60cc F75 1x / hari. Sejak 1 minggu

sebelum masuk rumah sakit nutrisi tidak adekuat karena sulit menyusui.

8. Riwayat Penyakit Keluarga

Iktisar Keturunan :

Garis Ayah Garis Ibu

Ket :

: Pasien : Meninggal

Susunan Keluarga

No. Nama Umur L/P Jelaskan : Sehat, Sakit (apa)


Meninggal (umur,sebab)

1. Tn. A 30 tahun L Sehat

2. Ny. NA 29 tahun P Sehat

3. An. A 16 tahun L Sehat

4. An. ML 1 tahun L Pasien

9. Riwayat Sosial Lingkungan


7

Anak tinggal disebuah rumah berukuran 6x12 m terbuat dari beton.Anak

tinggal bersama dengan ayah, ibu dan saudaranya. Anak tidur dengan orang

tuanya. Rumah pasien terletak di pinggir sungai, dengan ventilasi yang baik, 2

kamar tidur dan 1 kamar mandi di luar. Namun ayah pasien merokok di dalam

rumah maupun diluar rumah. Sumber air untuk minum air adalah air galon,

mencuci dan mandi menggunakan air sungai. Terdapat tempat sampah di depan

rumah.

2.3 PEMERIKSAAN FISIK

1. Keadaan umum : Tampak sakit sedang

Kesadaran : Compos mentis

GCS : E4 V5 M6

2. Pengukuran Tanda vital

CRT : <2 detik

Nadi : 152 x/menit, kualitas : reguler, kuat angkat

Suhu : 36,8°C

Respirasi : 48 x/menit

SpO2 : 88-89% tanpa O2

94-96% dengan O2 Nasal Kanul 2 LPM

99% dengan O2 Non Rebreathing Mask (NRM) 5 LPM

Berat badan : 5,5 Kg

Panjang/tinggi badan : 65 cm

Lingkar lengan atas : 9 cm

Lingkar Kepala : 41 cm
8

3. Kulit

Warna : Sawo matang

Sianosis : Tidak ada

Hemangiom :Tidak ada

Turgor :Cepat kembali

Kelembaban: Lembab

Pucat :-

Lain-lain : -

4. Kepala

Bentuk :Normocephali

UUB :Menutup

UUK :Menutup

Lain-lain : Tidak ada

Rambut :

Warna :Hitam

Tebal/tipis :Tebal

Distribusi :Merata

Alopesia :Tidak ada

Lain-lain :Rontok (-)

Mata

Palpebra : Edem (-), hematom(-), cekung (-)

Alis dan bulu mata : Distribusi merata, tidak mudah dicabut


9

Konjungtiva : Anemis (-)

Sklera : Ikterik (-)

Produksi air mata : Cukup

Pupil : Diameter : 3 mm / 3 mm

Simetris : Simetris

Reflek cahaya : Langsung +/+

Tidak langsung + / +

Kornea : Jernih

Telinga : Bentuk : Simetris

Sekret : Tidak ada

Serumen : Minimal

Nyeri : Tidak ada

Hidung

Bentuk : Simetris

Pernapasan Cuping Hidung : Tidak ada

Epistaksis : Tidak ada

Sekret : Minimal, bening

Mulut

Bentuk : Simetris

Bibir : Mukosa bibir lembab, sianosis (-)

Gusi :Tidak mudah berdarah

Lidah

Bentuk : Normal
10

Pucat/tidak : Tidak pucat

Tremor/tidak : Tidak tremor

Kotor/tidak : Tidak kotor

Warna : Merah muda

Faring

Hiperemi : Tidak hiperemi

Edem : Tidak ada edem

Membran/pseudomembran : Tidak ada pseudomembran

Tonsil

Warna : Merah muda

Pembesaran : T1 / T1

Abses/tidak : Tidak ada abses

Membran/pseudomembran : Tidak ada pseudomembran

5. Leher

Vena Jugularis :

Pulsasi : Teraba

Tekanan : Tidak meningkat

Pembesaran kelenjar leher : Tidak ada

Kaku kuduk : Tidak ada

Massa : Tidak ada

Tortikolis : Tidak ada

6. Toraks :

a. Dinding dada/paru
11

Inspeksi

Bentuk : Simetris, iga gambang

Retraksi : minimal subcostal

Dispnea : Tidak ada

Pernapasan : Simetris

Palpasi

Fremitus fokal : Simetris kanan dan kiri

Perkusi : Sonor

Auskultasi

Suara Napas Dasar : Bronkovesikuler

Suara Tambahan : Rhonki basar (+/+) apeks paru,

wheezing (-/-)

b. Jantung

Inspeksi

Iktus : Tidak terlihat

Palpasi

Apeks : Tidak teraba

Thrill : Tidak ada

Perkusi

Batas kanan : ICS V LPS dextra

Batas kiri : ICS V LMC sinistra

Batas atas : ICS II LMC dextra

Auskultasi : Murmur (-)


12

7. Abdomen :

Inspeksi Bentuk : Datar, ditensi (-)

Lain-lain : Venektasi vena (-), hematom (-)

Spider nevi (-),

Palpasi Hati : Tidak teraba

Lien : Tidak teraba

Ginjal : Tidak teraba

Massa : Tidak teraba

Nyeri tekan epigastrium : Tidak ada

Perkusi Timpani/pekak : Timpani

Asites : Tidak ada

Auskultasi : Bising Usus (+) normal

8. Ekstremitas :

Umum : Ekstremitas atas : Akral hangat (+),parese (-), edema (-) ,

petekie (-), hematom (-), purpura (-)

Ekstremitas bawah : Akral hangat (+),parese (-/-),edema (-),

petekie (+), hematom (-), purpura (-)

Neurologis :

Lengan Tungkai
Tanda Kiri Kanan Kiri
Kanan
Gerakan Aktif Aktif Aktif Aktif
Tonus Eutoni Eutoni Eutoni Eutoni
Trofi Eutrofi Eutrofi Eutrofi Eutrofi
Klonus Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
BPR/TPR BPR/TPR (+ KPR/APR (++/+ KPR/APR
Refleks Fisiologis
(++/++) +/++) +) ++/++
Refleks patologis Hoffman, Hoffman, Babinski (-) Babinski (-)
Trommer Trommer
13

(-/-) (-/-)
Sensibilitas +(baik) +(baik) + (baik) +(baik)
Tanda meningeal - - - -
9. Susunan Saraf : N.Kranialis I-XII normal

10. Genitalia : Laki-laki, Tidak ada Kelainan

11. Anus : Ada, tidak ada kelainan,

2.4 PEMERIKSAAN PENUNJANG

Hasil Foto Thoraks AP

Tampak konsolidasi lapang tengah kiri dan infiltrat perihilar kanan,

penebalan fissure horizontal.

Kesan

Pneumonia Bilateral
14

Hasil Pemeriksaan Laboratorium 6 Desember 2020


Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Satuan
HEMATOLOGI
Hemoglobin 12,1 14,0 – 22,00 g/dL
Lekosit 17,2 4,00 – 10,5 rb/μL
Eritrosit 4,34 3,40 – 5,50 Juta/μL
Hematokrit 40,6 35 – 50 Vol%
Trombosit 200 150 – 450 ribu/μL
RDW-CV 21,1 12.1-14.0 %
MCV.MCH.MCHC
MCV 93,5 75.0-96.0 N
MCH 27,9 28,0 – 32,0 Pg
15

Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Satuan


MCHC 29,8 33,0 – 37,0 %
HITUNG JENIS
Basofil% 0,2 0,00-1,00 %
Eosinofil% 0,1 1,0-3,0 %
Neutrofil% 67,1 5,00-81,0 %
Limfosit % 22,9 20,0-40,0 %
Monosit% 9,7 2,0-8,0 %
Basofil# 0,03 <1,00 ribu/ul
Eosinofil# 0,01 <3,00 ribu/ul
Neutrofil# 11,53 2,50-7,00 ribu/ul
Limfosit # 3,92 1,25-4,00 ribu/ul
Monosit# 1,66 0,30-1,00 ribu/ul
ELEKTROLIT
Natrium 137 136-145 Meq/L
Kalium 4,2 3,5-5,1 Meq/L
Chlorida 106 98-107 Meq/L
Kimia
GDS 101 <200 U/L
Hati
SGOT 2250 5-34 U/I
SGPT 1298 0-55 U/I
Ginjal
Ureum 26 0-50 mg/dl
Creatinin 0,22 0,72-1,25 mg/dl
2.5 RESUME

Nama : An. AM

Jenis kelamin : Laki-Laki

Umur : 1 tahun 2 bulan

Berat badan : 5,5 kg

Tanggal MRS bangsal: 8 Desember 2020 Pindah dari

Keluhan Utama : Batuk tidak Berdahak

Uraian :

Pasien dikeluhkan batuk tidak berdahak yang muncul mendadak sejak 4 hari

sebelum masuk rumah sakit, dan anak nampak sesak. Keluhan disertai anak tidak
16

mau menyusui dan muntah. Keluhan lain disangkal. Saat awal masuk rumah sakit

pasien dirawat selama 2 hari di ruang isolasi karena hasil rapid test covid-19

reaktif kemudian dipindahkan ke bangsal setelah hasil PCR Covid-19 didapatkan

negatif. 1 minggu yang lalu pasien baru pulang dari rumah sakit setelah perawatan

selama + 3 minggu karena keluhan serupa. Pasien mengkonsumsi OAT tetapi di

hentikan sejak 30/11/2020.

Pemeriksaan Fisik

Keadaan umum : Tampak sakit sedang

Kesadaran : Kompos mentis

CRT : <2 detik

Denyut Nadi : 148 kali/menit, regular, kuat angkat

Pernapasan : 48 kali/menit SpO2: 99% O2 NRM 5LPM

Suhu : 36,8 °C

Kulit : normal

Kepala : normal

Mata : normal

Telinga : normal

Hidung : normal

Mulut : normal

Toraks/Paru : Iga gambang, Rhonki basah di kedua apeks paru

Jantung : normal

Abdomen : normal
17

Ekstremitas : normal

Susunan saraf : normal

Genitalia : Laki-laki

Anus : normal

2.6 DIAGNOSIS

Status Gizi :

Gizi buruk

BB: 5,5 kg

PB: 66 cm

BBI: 8 kg

PB/U <-3SD

BB/U <-3SD

BB/PB <-3SD

BB/PB : 68%

Diagnosis banding :

 Pneumonia rekuren

 Pneumonia aspirasi

 Covid-19

 Transaminitis ec susp DILI

 Gizi buruk tipe Marasmik


18

Diagnosis Kerja :

 Pneumonia rekuren

 Transaminitis ec DILI

 Gizi buruk tipe Marasmik

2.7 PENATALAKSANAAN

Hentikan OAT

Rawat Inap divisi respirologi anak manajemen pneumonia

Konsultasi divisi Gastroenterologi anak terkait rute terapi nutrisi

Konsultasi divisi Gizi anak terkait terapi nutrisi

IVFD D5 1/4 NS 500cc/24 jam = 7 TPM (makro)

Pasang NGT

Inj. Iv. Ceftazidim 3x200 mg

Inj. Iv. Omeprazole 2x5 mg

PO Vit. B 1x1 tablet

PO Vit. C 1x1 tablet

PO Vit. D 1x400IU (1x1cth)

PO Asam Folat 1x1 tablet

Edukasi pulang untuk makan makanan bergizi dan teratur serta menjaga

higenitas makanan dan minuman.

2.8 PROGNOSIS

Quo ad vitam : Dubia ad Bonam

Quo ad functionam : Dubia ad Bonam

Quo ad sanationam : Dubia ad Bonam


19

2.9 FOLLOW UP
Tanggal 9-12-20 10-12-20
Hari Perawatan Ke- III IV
Subjective
Sesak (+) berkurang Sesak (+), makan (-),
Minum (+)

Objective
Nadi x/mnt 120 110
RRx/mnt 36 38
SuhuoC 37 37,2
CRT <2det <2det
SpO2 96% 96%
2 lpm nasal canule 2 lpm nasal canule
Berat Badan (gr) 5500g 5500g
Toraks Raktraksi subcostal (+), Raktraksi subcostal (+), rh
rh (+/+) pada apeks paru, (+/+) pada apeks paru, iga
iga gambang (+) gambang (+)
Abdomen Distensi (-) Distensi (-)
Ekstremitas Akral hangat, edem (-/-) Akral hangat, edem (-/-)
Assessment:
Pneumonia rekuren + Pneumonia rekuren +
Transaminitis ec DILI + Transaminitis ec DILI +
Gizi buruk Marasmik Gizi buruk Marasmik
Planning
IVFD D51/2 NS 550ml/24 jam D51/2 NS 550ml/24 jam
Inj. Iv. Ceftazidim 3x200 + +
mg
Inj. Iv. Omeprazole 2x5 + +
mg
PO Vit. B 1x1 tablet + +
PO Vit. C 1x1 tab. 50mg + +
PO Vit. D 1x400IU + +
(1x1cth)
PO Asam Folat 1x1 + +
tablet
Curliv 2x1 cth + +

Tanggal 11-12-20 12-12-20


Hari Perawatan Ke- V VI
Subjective
Sesak (+) Sesak (+) berkurang
Batuk (+), NGT lepas
Objective
20

Nadi x/mnt 146 130


RRx/mnt 50 40
SuhuoC 37,2 37
CRT <2det <2det
SpO2 98% 96%
5 lpm simple mask 5 lpm simple mask
Berat Badan (gr) 5500g 5500g
Toraks Raktraksi subcostal (+), Raktraksi subcostal (+), rh
rh +/+ +/+
+/+ +/+
-/- -/-
wh (-/-), iga gambang (+) wh (-/-), iga gambang (+)
Abdomen Distensi (-) Distensi (-)
Ekstremitas Akral hangat, edem (-/-) Akral hangat, edem (-/-)
Assessment:
Pneumonia rekuren + Pneumonia rekuren +
Transaminitis ec DILI + Transaminitis ec DILI +
Gizi buruk Marasmik Gizi buruk Marasmik
Planning
IVFD D51/2 NS 550ml/24 jam D51/2 NS 550ml/24 jam
Inj. Iv. Ceftazidim 3x200 + +
mg
Inj. Iv. Omeprazole 2x5 + +
mg
Inj. Dexametasone + +
3x2mg
PO Vit. B 1x1 tablet + +
PO Vit. C 1x1 tab. 50mg + +
PO Vit. D 1x400IU + +
(1x1cth)
PO Asam Folat 1x1 + +
tablet
Curliv 2x1 cth + +
Nebul combivent /8 jam - +

Tanggal 13-12-20 14-12-20


Hari Perawatan Ke- VII VIII
Subjective
Sesak (+) berkurang, Sesak (+) berkurang
Batuk (+) berkurang Batuk (-)

Objective
Nadi x/mnt 128 100
RRx/mnt 34 42
21

SuhuoC 37,5 37
CRT <2det <2det
SpO2 98% 95%
5 lpm simple mask 5 lpm simple mask
Berat Badan (gr) 5500g 5500g
Toraks Raktraksi subcostal (+), Raktraksi subcostal (+),
rh (+/+), wh (-/-), iga rh (+/+) wh (-/-), iga
gambang (+) gambang (+)
Abdomen Distensi (-) Distensi (-)
Ekstremitas Akral hangat, edem (-/-) Akral hangat, edem (-/-)
Assessment:
Pneumonia rekuren + Pneumonia rekuren +
Transaminitis ec DILI + Transaminitis ec DILI +
Gizi buruk Marasmik Gizi buruk Marasmik
Planning
IVFD D51/2 NS 550ml/24 jam D51/2 NS 550ml/24 jam
Inj. Iv. Ceftazidim 3x200 + +
mg
Inj. Iv. Omeprazole 2x5 + +
mg
Inj. Dexametasone + +
3x2mg
PO Vit. B 1x1 tablet + +
PO Vit. C 1x1 tab. 50mg + +
PO Vit. D 1x400IU + +
(1x1cth)
PO Asam Folat 1x1 + +
tablet
Curliv 2x1 cth + +
Nebul combivent /8 jam + +

Tanggal 15-12-20 16-12-20


Hari Perawatan Ke- IX X
Subjective
Sesak (+) berkurang, Sesak (+) berkurang

Objective
Nadi x/mnt 120 110
RRx/mnt 38 40
SuhuoC 37 37
CRT <2det <2det
SpO2 96% 96%
5 lpm simple mask 5 lpm simple mask
22

Berat Badan (gr) 5500g 5500g


Toraks Raktraksi subcostal (+), Raktraksi subcostal (+),
rh (+/+), wh (-/-), iga rh (+/+) wh (-/-), iga
gambang (+) gambang (+)
Abdomen Distensi (-) Distensi (-)
Ekstremitas Akral hangat, edem (-/-) Akral hangat, edem (-/-)
Assessment:
Pneumonia rekuren + Pneumonia rekuren +
Transaminitis ec DILI + Transaminitis ec DILI +
Gizi buruk Marasmik Gizi buruk Marasmik
Planning
IVFD D51/2 NS 550ml/24 jam D51/2 NS 550ml/24 jam
Inj. Iv. Ceftazidim 3x200 + +
mg
Inj. Iv. Omeprazole 2x5 + +
mg
Inj. Dexametasone + -
3x2mg
PO Vit. B 1x1 tablet + +
PO Vit. C 1x1 tab. 50mg + +
PO Vit. D 1x400IU + +
(1x1cth)
PO Asam Folat 1x1 + +
tablet
Curliv 2x1 cth + +
Nebul combivent /8 jam + +

Tanggal 17-12-20 18-12-20


Hari Perawatan Ke- XI XII
Subjective
Sesak (+) berkurang Sesak (+) berkurang

Objective
Nadi x/mnt 100 110
RRx/mnt 40 40
SuhuoC 37 37
CRT <2det <2det
SpO2 96% 96%
2 lpm nasal canule 2 lpm nasal canule
Berat Badan (gr) 5500g 5500g
Toraks Raktraksi subcostal (-) Raktraksi subcostal (-),
minimal, rh (+/+), wh rh (+/+) wh (-/-), iga
(-/-), iga gambang (+) gambang (+)
Abdomen Distensi (-) Distensi (-)
23

Ekstremitas Akral hangat, edem (-/-) Akral hangat, edem (-/-)


Assessment:
Pneumonia rekuren + Pneumonia rekuren +
Transaminitis ec DILI + Transaminitis ec DILI +
Gizi buruk Marasmik Gizi buruk Marasmik
Planning
IVFD D51/2 NS 550ml/24 jam D51/2 NS 550ml/24 jam
Inj. Azitromisin 1x1 + +
50mg
Inj. Iv. Omeprazole 2x5 + +
mg
Inj.Meropenem 3x200mg + +
PO Vit. B 1x1 tablet + +
PO Vit. C 1x1 tab. 50mg + +
PO Vit. D 1x400IU + +
(1x1cth)
PO Asam Folat 1x1 + +
tablet
Curliv 2x1 cth + +
Nebul combivent /8 jam + +

Tanggal 19-12-20 20-12-20


Hari Perawatan Ke- XIII XIV
Subjective
Sesak (+) berkurang Sesak (+) berkurang

Objective
Nadi x/mnt 110 110
RRx/mnt 40 40
SuhuoC 37 37
CRT <2det <2det
SpO2 90% tanpa O2 96% dengan 2lpm nasal
94% dengan 2lpm nasal canule
canule
Berat Badan (gr) 5400g 5400g
Toraks Raktraksi subcostal (-) Raktraksi subcostal (-),
minimal, rh (+/+), wh rh (+/-) wh (-/-), iga
(-/-), iga gambang (+) gambang (+)
Abdomen Distensi (-) Distensi (-)
Ekstremitas Akral hangat, edem (-/-) Akral hangat, edem (-/-)
Assessment:
Pneumonia rekuren + Pneumonia rekuren +
Transaminitis ec DILI + Transaminitis ec DILI +
24

Gizi buruk Marasmik Gizi buruk Marasmik


Planning
IVFD D51/2 NS 550ml/24 jam D51/2 NS 550ml/24 jam
Inj. Azitromisin 1x1 + +
50mg
Inj. Iv. Omeprazole 2x5 + +
mg
Inj.Meropenem 3x200mg + +
PO Vit. B 1x1 tablet + +
PO Vit. C 1x1 tab. 50mg + +
PO Vit. D 1x400IU + +
(1x1cth)
PO Asam Folat 1x1 + +
tablet
PO Lacto B 1x1 sachet - +
Curliv 2x1 cth + +
Nebul combivent /8 jam + +

Fullmicort /12 jam - +

Tanggal 21-12-20 22-12-20


Hari Perawatan Ke- XV XVI
Subjective
Sesak (+) berkurang Sesak (+) berkurang
BAB Cair (+) 1x

Objective
Nadi x/mnt 100 110
RRx/mnt 40 40
SuhuoC 37 37
CRT <2det <2det
SpO2 96% 96%
2 lpm nasal canule 2 lpm nasal canule
Berat Badan (gr) 5500g 5500g
Toraks Raktraksi subcostal (-) Raktraksi subcostal (-),
minimal, rh (-/-), wh rh (-/-) wh (-/-), iga
(-/-), iga gambang (+) gambang (+)
Abdomen Distensi (-) Distensi (-)
Ekstremitas Akral hangat, edem (-/-) Akral hangat, edem (-/-)
Assessment:
Pneumonia rekuren + Pneumonia rekuren +
Transaminitis ec DILI + Transaminitis ec DILI +
Gizi buruk Marasmik Gizi buruk Marasmik
Planning
25

Venflont (+) (+)


Inj. Azitromisin 1x1 + +
50mg
Inj. Amikasin 1x125mg + +
(SD)
Inj. Amikasi 1x100mg
Inj.Meropenem 3x200mg + +
Inj. Iv. Omeprazole 2x5 + +
mg
PO Vit. B 1x1 tablet + +
PO Vit. C 1x1 tab. 50mg + +
PO Vit. D 1x400IU + +
(1x1cth)
PO Asam Folat 1x1 + +
tablet
PO Lacto B 1x1 sachet + +
PO Zinc 1x1 tab
Curliv 2x1 cth + +
Fullmicort /12 jam + +

Tanggal 23-12-20 24-12-20


Hari Perawatan Ke- XVII XVIII
Subjective
Sesak (+) berkurang Sesak (+) berkurang

Objective
Nadi x/mnt 100 110
RRx/mnt 40 40
SuhuoC 37 37
CRT <2det <2det
SpO2 95% 94%
2 lpm nasal canule 2 lpm nasal canule
Berat Badan (gr) 5500g 5500g
Toraks Raktraksi subcostal (-) Raktraksi subcostal (-),
minimal, rh (+/+), wh rh (+/+) wh (-/-), iga
(-/-), iga gambang (+) gambang (+)
Abdomen Distensi (-) Distensi (-)
Ekstremitas Akral hangat, edem (-/-) Akral hangat, edem (-/-)
Assessment:
Pneumonia rekuren + Pneumonia rekuren +
Transaminitis ec DILI + Transaminitis ec DILI +
Gizi buruk Marasmik Gizi buruk Marasmik
Planning
Venflont (+) (+)
Inj. Azitromisin 1x1 + +
26

50mg
Inj.Amikasi 1x100mg + +
Inj.Meropenem 3x200mg + +
Inj.Omeprazole 2x5 mg + +
PO Vit. B 1x1 tablet + +
PO Vit. C 1x1 tab. 50mg + +
PO Vit. D 1x400IU + +
1x1cth
PO Asam Folat 1x1 + +
tablet
PO Lacto B 1x1 sachet + +
PO Zinc 1x1 tab + +
Curliv 2x1 cth + +
Fullmicort /12 jam + +

Tanggal 25-12-20 26-12-20


Hari Perawatan Ke- XIX XX
Subjective
Sesak (+) berkurang Sesak (+)

Objective
Nadi x/mnt 100 130
RRx/mnt 40 40
SuhuoC 37 36
CRT <2det <2det
SpO2 95% 95%
2 lpm nasal canule 2 lpm nasal canule
Berat Badan (gr) 5500g 5500g
Toraks Raktraksi subcostal (-) Raktraksi subcostal (-),
minimal, rh (-/-), wh rh (-/-) wh (-/-), iga
(-/-), iga gambang (+) gambang (+)
Abdomen Distensi (-) Distensi (-)
Ekstremitas Akral hangat, edem (-/-) Akral hangat, edem (-/-)
Assessment:
Pneumonia rekuren + Pneumonia rekuren +
Transaminitis ec DILI + Transaminitis ec DILI +
Gizi buruk Marasmik Gizi buruk Marasmik
Planning
Venflont (+) (+)
Inj. Azitromisin 1x1 + +
50mg
Inj.Amikasi 1x100mg + +
Inj.Meropenem 3x200mg + +
27

Inj.Omeprazole 2x5 mg + +
PO Vit. B 1x1 tablet + +
PO Vit. C 1x1 tab. 50mg + +
PO Vit. D 1x400IU + +
1x1cth
PO Asam Folat 1x1 + +
tablet
PO Lacto B 1x1 sachet + +
PO Zinc 1x1 tab + +
Curliv 2x1 cth + +
Fullmicort /12 jam + +

Tanggal 27-12-20 28-12-20


Hari Perawatan Ke- XXI XXII
Subjective
Sesak (+) berkurang Sesak (-)

Objective
Nadi x/mnt 98 110
RRx/mnt 40 40
SuhuoC 37 36
CRT <2det <2det
SpO2 95% 98%
3 lpm nasal canule 2 lpm nasal canule
Berat Badan (gr) 5500g 5500g
Toraks Raktraksi subcostal (-) Raktraksi subcostal (-),
minimal, rh (-/-), wh rh (-/-) wh (-/-), iga
(-/-), iga gambang (+) gambang (+)
Abdomen Distensi (-) Distensi (-)
Ekstremitas Akral hangat, edem (-/-) Akral hangat, edem (-/-)
Assessment:
Pneumonia rekuren + Pneumonia rekuren +
Transaminitis ec DILI + Transaminitis ec DILI +
Gizi buruk Marasmik Gizi buruk Marasmik
Planning
Venflont (+) (+)
Inj. Azitromisin 1x1 + +
50mg
Inj.Amikasi 1x100mg + +
Inj.Meropenem 3x200mg + +
Inj.Omeprazole 2x5 mg
PO Vit. B 1x1 tablet + +
PO Vit. C 1x1 tab. 50mg + +
PO Vit. D 1x400IU + +
28

1x1cth
PO Asam Folat 1x1 + +
tablet
PO Lacto B 1x1 sachet + +
PO Zinc 1x1 tab
Curliv 2x1 cth + +
Fullmicort /12 jam + +
Chest X-Ray

Tanggal 29-12-20
Hari Perawatan Ke- XXI
Subjective
Sesak (+)
Demam (+)
Batuk (+)
Objective
Nadi x/mnt 98
RRx/mnt 40
SuhuoC 37.8
CRT <2det
SpO2 93%
2 lpm nasal canule
Berat Badan (gr) 5500g
Toraks Raktraksi subcostal (-)
minimal, rh (-/-), wh
(-/-), iga gambang (+)
Abdomen Distensi (-)
Ekstremitas Akral hangat, edem (-/-)
Assessment:
Pneumonia rekuren +
Transaminitis ec DILI +
Gizi buruk Marasmik
Planning
Venflont (+)
Inj. Azitromisin 1x1 +
50mg
Inj.Amikasi 1x100mg +
Inj.Meropenem 3x200mg +
Inj.Omeprazole 2x5 mg
PO Vit. B 1x1 tablet +
PO Vit. C 1x1 tab. 50mg +
PO Vit. D 1x400IU +
1x1cth
PO Asam Folat 1x1 +
tablet
29

PO Zinc 1x1 tab +


Curliv 2x1 cth +
Fullmicort /12 jam +
BAB III

PEMBAHASAN

RP didefinisikan sebagai setidaknya dua episode pneumonia dalam satu

tahun atau keselurahan tiga episode, dengan hasil radiografi densitas jernih

diantara episode.1 Melalui anamnesis kecurigaan RP pada kasus didapatkan dari

keluhan anak batuk yang muncul mendadak 4 hari sebelum masuk rumah sakit,

dan sesak. keluhan batuk disertai dengan anak tidak mau menyusui dan muntah 2x

sebanyak 50-100cc / muntah, Isi muntah susu, tidak ada campuran darah, lender,

dan tidak menyemprot, dengan riwayat keluhan serupa tiga minggu yang lalu.

Melalui pemeriksaan fisik kecurigaan RP pada kasus didapatkan dari laju napas

meningkat, retraksi minimal subcostal dan rhonki basah kasar pada kedua apeks

paru. Hal ini sesuai dengan temuan pemeriksaan fisik yang sering ditemui pada

pneumonia antara lain; retraksi, peningkatan laju napas, dan rhonki atau mengi. 4

Perlu diperhatikan juga bahwa mungkin ada bayi yang dilaporkan dengan keluhan

ketidakmampuan untuk mentolerir makanan, merintih atau apnea.5

Perlu diperhatikan adanya faktor risiko RP pada kasus ini. Kemungkinan

faktor risiko adalah prematuritas dan paparan asap rokok di dalam rumah.

Beberapa kondisi menjadi faktor predisposisi terhadap kejadian RP, antara lain:

prematuritas/displasia bronkopulmonal, atopi, paparan asap rokok, rumah padat

penduduk dan polusi udara.1

Dalam evaluasi anak dengan RP, langkah pertama yang harus dilakukan

adalah membedakan anak yang sehat "tetapi kurang beruntung" dengan anak yang

24
25

memiliki kelainan mendasar yang membutuhkan investigasi lebih lanjut.

Pemeriksaan diagnostik yang menyeluruh tidak diperlukan bila: infeksi sembuh

sendiri, organ atau sistem lain tidak terlibat, ada periode klinis sehat lama

(setidaknya selama musim panas), pertumbuhan anak normal dan pemeriksaan

fisik normal, tidak ada riwayat keluarga gangguan pernapasan genetik atau

infeksius, ada respons cepat terhadap pengobatan, dan pemulihan total setelah

episode.1

Penegakan diagnosis pneumonia pada kasus didapatkan dari hasil

pemeriksaan penunjang foto thoraks tampak konsolidasi lapang tengah kiri dan

infiltrat perihilar kanan menunjukan kesan pneumonia bilateral. Tidak ada

pedoman yang jelas untuk penggunaan rontgen dada secara rutin pada populasi

anak. Meskipun rontgen dada dapat membantu dalam diagnosis dan konfirmasi

pneumonia, pemeriksaan ini menimbulkan risiko, termasuk paparan radiasi, biaya

terkait perawatan kesehatan, dan hasil negatif palsu, serta meningkatkan

penggunaan antibiotik yang tidak beralasan. Namun kombinasi gejalanya, antara

lain demam, takipnea, ronki fokal, dan penurunan suara napas bersamaan, dapat

meningkatkan sensitivitas dalam menemukan pneumonia pada x-ray. Pada

bronkopneumonia, sering terdapat konsolidasi patch dari satu atau lebih lobus.

Infiltrat muncul terutama di sekitar pusat bronkus. Masalah pada lobus tengah

paru adalah penyebab paling sering dari RP fokal yang biasa ditemukan pada

radiologi. Ini karena, setidaknya sebagian, fakta bahwa bronkus lobus tengah

relatif sempit dan panjang.5


26

Anak kemudian menjalani terapi jika ada perbaikan maka tidak diperlukan

modalitas pemeriksaan yang lebih rumit. Penanganan kasus pneumonia pada anak

meliputi menghindari dari paparan debu dan bakteri, pemberian antibiotik

empiris, dan suplementasi oksigen jika diperlukan.1 Pengobatan harus ditujukan

pada patogen spesifik yang dicurigai berdasarkan informasi yang diperoleh dari

anamnesa dan pemeriksaan fisik. Manajemen suportif dan simptomatik adalah

kunci keberhasilan terapi dan meliputi suplementasi oksigen tambahan untuk

hipoksia, antipiretik untuk demam, dan cairan untuk dehidrasi. Ini sangat penting

terutama pada pneumonitis non-infeksius dan pneumonia virus yang mana

antibiotik tidak diindikasikan. Supressan batuk tidak dianjurkan. Jika dicurigai

pneumonia bakteri, obati secara empiris dengan antibiotik, perhatikan bakteri

patogen yang umum pada kelompok usia tertentu. Untuk anak di atas 3 bulan, S.

pneumoniae adalah yang paling umum, dimana obat pilihan adalah amoksisilin

oral dosis tinggi atau antibiotik beta-laktam lainnya. Rawat inap sering diperlukan

untuk pasien dengan gangguan pernapasan dan oksigenasi rendah. Anak-anak

dengan gangguan pernapasan berat mungkin memerlukan fisioterapi dada, CPAP,

atau bahkan ventilasi mekanis. Penting untuk memastikan bahwa instruksi rawat

jalan yang jelas dan tindakan pencegahan rekurensi telah diberikan kepada orang

tua atau pengasuh anak yang dipulangkan ke rumah sebagai suplemen tindak

lanjut dari dokter saat follow up.5

Anak di rawat inap dengan suplementasi oksigen, pemberian antibiotik

empiris, bed rest, dan pemantauan tanda vital dan pemeriksaan fisik.
27

Marasmus pada kasus pasien ditegakan dari anamnesis dan pemeriksaan

fisik. Didapatkan Riwayat kesulitan konsumsi makanan dan keterlambatan

perkembangan. Saat dilakukan pengukuran status gizi didapatkan Gizi Buruk.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan iga gambang.

Pengelolaan pada pasien yaitu pemberian ASI dan makanan pendamping

serta pemasangan NGT untuk Kontinus feeding pada malam hari agar tidak terjadi

hipoglikemia. Selain itu pasien juga diedukasi untuk makan sehat, bergizi dan

higenis untuk mencegah kekambuhan. Marasmus adalah manifestasi parah dari

malnutrisi energi protein. Anak itu mungkin memiliki nilai BB/TB yang lebih dari

3 standar deviasi di bawah rata-rata untuk usia dan jenis kelamin. Sementara

kwashiorkor adalah penyakit malnutrisi edematosa, marasmus memiliki

penampilan yang serupa. Marasmus dikenal sebagai sindrom wasting (malnutrisi

tanpa edema).2,5,6

Pengelolaan marasmus dibagi menjadi tiga fase utama:2

1. Resusitasi dan stabilisasi

2. Rehabilitasi nutrisi

3. follow up dan pencegahan kekambuhan

Karena penyebab utama kematian pada marasmus antara lain dehidrasi dan

infeksi, tujuan utama selama ini fase resusitasi dan stabilisasi adalah untuk

rehidrasi, mencegah infeksi yang bisa berlanjut sepsis dan untuk menghindari

komplikasi pengobatan marasmus seperti sindrom refeeding. Fase ini berlangsung

selama kurang lebih satu minggu dan merupakan fase paling pasien rentan.
28

Dehidrasi dapat diterapi dengan larutan isotonik intravena, dalam keadaan dimana

Anak menderita hipovolemia, plasma atau darah dapat digunakan.2

Untuk mencegah sindrom refeeding, nutrisi harus diberikan secara

perlahan dan teliti dengan asupan kalori antara 60-80% dari kebutuhan kalori

untuk usia. Risiko potensial refeeding adalah hipoglikemia, ini dapat dihindari

dengan pemberian makan melalui nasogastrik terus menerus makan di malam hari

atau makanan ringan di malam hari.2 Untuk Rehabilitasi nutrisi, diperlukan

adanya peningkatan bertahap asupan kalori, vaksinasi, dan peningkatan aktivitas

motorik. Anak-anak mungkin membutuhkan 120% hingga 140% dari asupan

kalori yang mereka butuhkan mempertahankan tingkat pertumbuhan sesuai umur.

Fase rehabilitasi nutrisi bisa berlangsung dari 2 sampai 6 minggu.2

Karena ada risiko kambuh, penting follow up pasien yang pernah datang

karena marasmus. Edukasi diberikan kepada ibu tentang menyusui dan makanan

tambahan. Selain itu, cara lain di mana marasmus dapat dikurangi termasuk

penyediaan pasokan air minum yang tidak tercemar, persediaan makanan yang

cukup, dan pengendalian penyakit menular.7 Pada kasus anak diberika terapi

nutrisi secara perlahan melalui NGT karena saat ini anak tidak dapat menyusui.

DILI pada kasus pasien ditegakan dari anamnesis dan pemeriksaan

penunjang. Didapatkan Riwayat konsumsi obat TB dan peningkatan LAE yaitu

AST dan ALT hingga 3-5x nilai dasar. Pengelolaan pasien tersebut adalah dengan

penghentian OAT dan evaluasi Kembali LAE untuk memantau toleransi obat.

DILI pada Individu tertentu memiliki kecenderungan yang meningkat

untuk menderita. Polimorfisme genetik enzim yang diketahui dan faktor host
29

memainkan peran penting dalam manajemen pengobatan dan mempengaruhi hasil

klinis 20-25% dari semua terapi obat. Anak-anak lebih mungkin mengalami

disfungsi mitokondria akibat obat-obatan, meningkatkan kerentanan mereka

terhadap DILI parah atau ALF. Antibiotik dan agen sistem saraf pusat merupakan

mayoritas penyebab DILI pediatrik di Barat, meskipun penyebab herbal semakin

meningkat.8

DILI diklasifikasikan menjadi dua jenis, satu jenis akibat toksisitas obat,

yang menyebabkan kerusakan hati secara langsung melukai sel hati atau

mengganggu ekskresi bilier, dapat diprediksi, bergantung pada dosis dan dapat

direproduksi. Jenis lainnya, juga dikenal sebagai idiosyncratic DILI, dikaitkan

dengan kelainan penerima obat seperti faktor genetik dan metabolik, yang sering

menyertai reaksi alergi dan autoimun. Ini memiliki karakteristik: i) tidak terkait

dosis, ketidakpastian, terjadi hanya pada orang atau kelompok tertentu, atau

kumpulan keluarga; ii) bisa disertai demam, nyeri sendi, ruam dan lainnya

manifestasi ekstrahepatik; dan iii) eosinofilia, positif autoantibodi dan

peningkatan imunoglobulin (Igs).9

Aturan utama dalam menangani DILI yang diduga akut (atau kronis)

adalah dengan menghentikan konsumsi obat. Namun, penting untuk membedakan

antara asimtomatik, dengan sedikit peningkatan enzim terkait hati (LAE) dan obat

dapat dilanjutkan dengan aman dengan perubahan biokimia yang mungkin

mengindikasikan kerusakan hati yang lebih serius. Untuk beberapa obat yang

menyebabkan peningkatan ringan pada ALT atau LAE lain, cedera mungkin tidak

berkembang melampaui asimtomatik atau sembuh dan kembali ke normal (atau


30

baseline) meskipun pengobatan dilanjutkan. Fenomena ini disebut sebagai

"toleransi obat" atau "respon adaptif obat." Toleransi obat perlu diakui untuk

mencegah penghentian dini terapi bermanfaat karena peningkatan asimtomatik ini

tidak terkait dengan kerusakan yang signifikan pada fungsi hati.10,


BAB IV

PENUTUP

Telah dilaporkan Kasus Anak 1 tahun 3 bulan yang menderita RP, Gizi

Buruk Tipe Marasmik, dan DILI yang di Rawat di RSUD rujukan di Kalimantan

Selatan. Melalui terapi antibiotik yang adekuat, suplementasi O2 jika diperlukan,

terapi nutrisi, penghentian obat-obatan Hepatotoksik dan edukasi gizi kondisi

pasien membaik dan pasien dilanjutkan dengan rawat jalan.

Hal ini menunjukan pentingnya edukasi kesehatan ditengah-tengah

masyarakat untuk mencegah penyakit-penyakit akibat kesalahan pengasuhan anak

oleh orang tua dan bagaimana kondisi tersebut dapat diperbaiki dengan edukasi

kepada orang tua atau pengasuh.

31
DAFTAR PUSTAKA

1. Montella S, Corcione A, Santamaria F. Recurrent pneumonia in children: a


reasoned diagnostic approach and a single centre experience. International
journal of molecular sciences. 2017 Feb;18(2):296.

2. Titi-Lartey, O. A., & Gupta, V. (2020). Marasmus.

3. Kumar A, Sood V, Khanna R, Verma SK, Mehra N, Rawat D, Alam S. Clinical


spectrum and outcome of pediatric drug induced liver injury. The Indian
Journal of Pediatrics. 2018 Aug 1;85(8):676-8.

4. Florin TA, Ambroggio L, Brokamp C, Rattan MS, Crotty EJ, Kachelmeyer A,


Ruddy RM, Shah SS. Reliability of examination findings in suspected
community-acquired pneumonia. Pediatrics. 2017 Sep 1;140(3).

5. Ebeledike C, Ahmad T. Pediatric Pneumonia. InStatPearls [Internet] 2020 Jan


6. StatPearls Publishing.

6. Benjamin O, Lappin SL. Kwashiorkor. InStatPearls [Internet] 2019 Mar 21.


StatPearls Publishing.

7. Oshikoya KA, Sammons HM, Choonara I. A systematic review of


pharmacokinetics studies in children with protein-energy malnutrition.
European journal of clinical pharmacology. 2010 Oct 1;66(10):1025-35.

8. Amin, M. D., Harpavat, S., & Leung, D. H. (2015). Drug-induced liver injury
in children. Current opinion in pediatrics, 27(5), 625-633.

9. Lu RJ, Zhang Y, Tang FL, Zheng ZW, Fan ZD, Zhu SM, Qian XF, Liu NN.
Clinical characteristics of drug-induced liver injury and related risk factors.
Experimental and therapeutic medicine. 2016 Oct 1;12(4):2606-16.

10. Stine JG, Lewis JH. Current and future directions in the treatment and
prevention of drug-induced liver injury: a systematic review. Expert review of
gastroenterology & hepatology. 2016 Apr 2;10(4):517-36.

32

Anda mungkin juga menyukai