Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

HAKIKAT ALAT/MEDIA PENDIDIKAN ISAM


& HAKIKAT KELEMBAGAAN PENDIDIKAN ISLAM
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas terstuktur mata kuliah
Filsafat Pendidikan Islam dalam
Dosen Pengampu: 1. Dr. Andewi Suhartini, M.Ag.
2. Yudi Irfan Daniel, S.Sos.I. M.Ag

Disusun oleh :
Kelompok 12 / Kelas PAI VI-B

Aan Diana 1172020001


Alwan Nopiyanto 1172020029
Didah Nurhidayah 1182020058
Fiqri Nurfauzi 1182020080

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2021
KATA PENGANTAR
Segala Puji dan Syukur kehadirat Allah SWT atas Karunia-Nya yang telah
memberikan kekuatan dan kesehatan kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah mata kuliah Filsafat Pendidikan Islam dengan judul
materi “Hakikat Alat/Media Pendidikan Islam & Hakikat Kelembagaan
Pendidikan Islam” ini.

Tugas ini merupakan salah satu syarat untuk memenuhi tugas terstuktur
yang harus ditempuh oleh Mahasiswa/Mahasiswi khususnya untuk kelas PAI
VI/B. Adapun tujuan pembuatan makalah ini agar seluruh Mahasiswa/Mahasiswi
UIN Sunan Gunung Djati dapat menambah pengetahuan serta ilmu yang dipelajari
dosen sebelumnya.

Makalah ini disusun berdasarkan beberapa sumber buku dan website yang
dapat kita pelajari. Dalam Proses pembuatan makalah ini, tidak lepas dari
pembimbing, kritik dan saran dari banyak pihak. kami mengucapkan terima kasih
yang sedalam - dalamnya kepada :

1. Ibu Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Prof. Dr. Hj. Aan Hasanah, M.Ed.
2. Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam Dr. Undang Burhanuddin, M.Ag.
3. Dosen Mata Kuliah Filsafat Pendidikan Islam Dr. Andewi Suhartini,
M.Ag dan Yudi Irfan Daniel, S.Sos.I. M.Ag.
4. Orang Tua kami yang telah membantu dan selalu mendo’akan kami, baik
secara moril maupun materil.
5. Rekan-rekan dan semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan
makalah Mata Kuliah Filsafat Pendidikan Islam

Akhir kata, kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat khusunya
bagi kami dan untuk pembaca pada umumnya serta sebagai sumbangan pemikiran
ke arah perbaikan dan berguna bagi pihak yang membutuhkan.

Bandung, Mei 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

Contents

KATA PENGANTAR..............................................................................................1
DAFTAR ISI.............................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah................................................................................1
B. Rumusan Masalah..........................................................................................2
C. Tujuan Penulisan............................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................4
A. Pengertian Alat/Media Pendidikan Islam....................................................4
B. Hakikat Alat/Media Pendidikan Islam.........................................................4
C. Jenis-Jenis Alat/Media Pendidikan Islam....................................................7
a. Alat pendidikan yang bersifat benda............................................................7
b. Alat pendidikan yang bukan benda..............................................................7
D. Pengaruh Alat/Media pendidikan islam.....................................................11
E. Kelembagaan Pendidikan Islam.................................................................13
F. Hakikat Kelembagaan Pendidikan Islam..................................................14
1) Latar Belakang Lembaga Pendidikan Islam.............................................14
2) Tujuan Lembaga Pendidikan Islam...........................................................14
3) Tugas Lembaga Pendidikan Islam..............................................................15
G. Peran Kelembagaan Pendidikan Islam......................................................16
1) Media Sosialisasi Nilai-Nilai Ajaran Agama..............................................16
2. Pemelihara Tradisi Keagamaan (maintenance ofIslamic tradition).......17
3. Membentuk Akhlak dan Kepribadian.......................................................17
4. Benteng Moralitas Bangsa...........................................................................18
5. Lembaga Pendidikan Alternatif..................................................................18
Kesimpulan.............................................................................................................20
BAB III PENUTUP................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................21

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Untuk dapat melakukan proses pendidikan Islam dengan efektif dan
efisien diperlukan media pendidikan Islam. Tanpa menggunakan media, maka
pendidikan Islam tidak akan berhasil sepenuhnya. Meskipun demikian
kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa biasanya seorang pendidik lebih
memilih menggunakan satu media dalam pembelajarannya setiap hari dengan
berbagai alasan, antara lain: ia sudah merasa akrab dengan media tersebut, ia
merasa bahwa media yang dipilihnya dapat menggambarkan dengan lebih baik
dari pada dirinya sendiri, atau media yang dipilihnya dapat menarik minat dan
perhatian siswa.
Dalam kaitannya perlu ada usaha menciptakan suasana yang kondusif,
efektif dan efisien dalam pendidikan, alat/media pendidikan atau pengajaran
mempunyai peranan yang sangat penting. Sebab alat/media merupakan sarana
yang membantu proses pembelajaran terutama yang berkaitan dengan indera
pendengaran dan penglihatan. Adanya adanya alat/media yang kondusif akan
dapat mempercepat proses pembelajaran dan membuat pemahaman peserta
didik lebih cepat pula . dengan adanya alat/media, tradisi lisan dan tuloisan
dalam proses pembelajaran dapat diperkaya dengan berbagai media
pengajaran. Dengan tersedianya alat/media pengajaran, pendidik dapat
menciptakan

1
berbagai situasi kelas, menentukan metode pengajaram yang akan ia pakai
dalam situasi yang berlainan dan menciptakan iklim yang emosional dan sehat
diantara peserta didiknya. Bahkan alat/media pengajaran selanjutnya dapat
membantu pendidik “ membawa “ dunia luas kedalam kelas dengan demikian
ide yang abstrak dan asing ( remote ) sifatnya akan menjadi konkrit dan
mudah mengerti oleh peserta didik. Akan banyak terlibat dalam proses
pembelajaran , sehingga aktivitas dan kreativitas peserta didik dapat
diciptakan.
Lembaga pendidikan Islam merupakan hasil pemikiran yang dicetuskan
oleh kebutuhan-kebutuhan suatu masyarakat Islam, dan perkembangannya
digerakkan oleh jiwa Islam yang berpedoman kepada ajaran-ajarannya. Islam
telah mengenal lembaga pendidikan semenjak turunnya wahyu. Rumah Arqam
Ibnu Abi Arqam merupakan lembaga pendidikan yang pertama. Guru agung
yang pertama adalah Nabi Muhammad saw. dengan sekumpulan kecil
pengikut-pengkutnya yang percaya kepadanya secara diam-diam. Di rumah
Arqam inilah Nabi mengajarkan al-Qur’an secara sembunyi-sembunyi.
Melihat urgensi lembaga Islam dalam pendidikan Islam dan untuk
mengetahui apa dan bagaimana hakikat lembaga pendidikan Islam, maka perlu
dilakukan kajian yang komprehensif dan mendalam tentang lembaga
pendidikan tersebut dalam perspektif filsafat pendidikan Islam. Oleh sebab itu
dalam makalah ini penulis akan memaparkan Hakikat Kelembagaan Islam
dalam Filsafat Pendidikan Islam.
B. Rumusan Masalah
Penulis telah menyusun beberapa masalah yang akan dibahas dalam
makalah ini sebagai batasan dalam pembahasan bab isi. Adapun beberapa
masalah yang akan dibahas dalam makalah ini antara lain:
1. Apa yang dimaksud dengan pengertian alat/media pendidikan islam?
2. Bagaimana hakikat alat/media pendidikan islam ?
3. Apa saja jenis-jenis alat/media pendidikan islam ?
4. Bagaimana Pengaruh alat/media pedidikan islam ?
5. Apa yang dimaksud dengan kelembagaan pendidikan agama islam?
6. Bagaimana hakikat kelembagaan pendidikan agama islam?

2
7. Bagaimana peran kelembagaan pendidikan agama islam?

C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah yang disusun oleh penulis di atas, maka
tujuan dalam penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui maksud dengan pengertian alat/media pendidikan islam
2. Mengetahui hakikat alat/media pendidikan islam
3. Mengetahui Apa saja jenis-jenis alat/media pendidikan islam
4. Mengatahui Pengaruh alat/media pedidikan islam
5. Mengetahui maksud dengan kelembagaan pendidikan agama islam
6. Mengetahui hakikat kelembagaan pendidikan agama islam
7. Mengetahui peran kelembagaan pendidikan agama islam

3
BAB II
PEMBAHASA
N
A. Pengertian Alat/Media Pendidikan Islam

Dari beberapa literature, tidak terdapat perbedaan pengertian antara alat dan
media pendidikan, Zakiah Darajat menyebutkan pengertian alat pendidikan
sama dengan media pendidikan sebagai sarana pendidikan. Alat berarti
barang sesuatu yang dipakai untuk mencapai suatu maksud. Sedangkan
media berasal dari bahasa latin dan bentuk jamak dari medium yang secara
hafifah berarti perantara atau pengantar.

Dalam hal ini batasan makna media pendidikan dirumuskan pada beberapa
batasan. Diantaranya, Gegne menyebutkan bahwa media adalah berbagai
jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsang peserta
didik untuk belajar. Sementara Brigs mendefinisikan media sebagai salah
satu bentuk alat fisik yang dapat menyajikan pesan yang dapat merangsang
siswa untuk belajar. Dari dua definisi mengacu pada penggunaan alat yang
berupa benda untuk membantu proses penyampaian pesan.

Selanjutnya yang dimaksud dengan alat/media pendidikan Islam disini


adalah jalan atau cara yang dapat ditempuh unuk menyampaikan bahan atau
materi pendidikan Islam kepada anak didik agar terwujud keperibadian
muslim. Alat/media yaitu segala sesuatu yang dapat digunakan untuk
mencapai tujuan, Dengan demikian maka alat ini mencangkup apa saja
yang dapat digunakan dan mempunyai peranan penting sebab alat/media
dapat digunakan untuk menuntun atau membimbing anak dalam masa
pertumbuhannya agar kelak menjadi kepribadian muslim yang diridhoi oleh
Allah.

B. Hakikat Alat/Media Pendidikan Islam

Alat- alat artinya perangkat atau media yang digunakan dalam


melaksanakan sesuatu. Jika dimaksudkan dengan alat-alat pendidikan itu
berarti media yang dimanfaatkan untuk pendidikan. Secara umum alat-

4
alat pendidikan bukan

5
hanya perangkat dalam bentuk benda, tetapi ada yang sifatnya abstrak,
misalnya metode pendidikan, pendekatan pendidikan teknik dan strategi
pendidikan, dan pengelola kelas semua dapat dikatagorikan sebagai alat-
alat pendidikan.

Alat pendidikan juga diartikan sebagai segala sesuatu yang dapat digunakan
untuk mencapai tujuan pendidikan dengan demikian metode pengajaran
dapat dikagorikan sebagai alat pendidikan yang didalamnya terdapat cara
dan strategi menyampaikan bahan ajar kepada anak didik.

Hakekat Media Pendidikan Islam

Jika dianalisis menurut bahasanya, media berasal dari bahasa Latin dan
bentuk jamak dari medium, yang berarti perantara atau pengantar. Dalam
beberapa literatur nampaknya tidak dibedakan antara media dengan alat,
seperti halnya Zakiyah Darajat, namun beberapa ahli yang lain
membedakannya. Sedangkan menurut pendapat penulis media pendidikan
lebih luas dari pada alat pendidikan.

Sedangkan dalam aktivitas pembelajaran, media dapat didefinisikan,


sebagaimana dikemukakan oleh Pupuh Fatkhurrohman dan M. Sobry
Sutikno, “sebagai sesuatu yang dapat membawa informasi dan pengetahuan
dalam interaksi yang berlangsung antara pendidik dengan peserta didik.”

Untuk membedakannya maka penulis juga mengemukakan hal-hal yang


berkaitan dengan alat pendidikan. Sebagaimana yang dikemukakan
Djamarah, alat adalah segala sesuatu yang dapat digunakan dalam rangka
mencapai tujuan pembelajaran. Sebagai segala sesuatu yang dapat
digunakan dalam mencapai tujuan, alat tidak hanya sebagai pelengkap
tetapi juga sebagai pembantu mempermudah usaha mencapai tujuan. Alat
pembelajaran adalah segala alat yang dapat menunjang efektifitas dan
efisiensi pembelajaran. Termasuk di dalamnya adalah sarana belajar atau
sarana pembelajaran. Alat pembelajaran termasuk bagian dari sumber
pembelajaran karena dapat mempengaruhi tingkah laku siswa.

6
Alat, yaitu fasilitas-fasilitas dan sarana yang bisa menunjang dan
melengkapi pendidikan Islam termasuk di dalamnya bangun sampai kepada
alat-alat bantu yang dibutuhkan untuk memperjelas dan mencoba untuk
mengetahui, menganalisa serta mempraktekkan teori tertentu.
Kelembagaan, seperti organisasi sosial dan pendidikan. Perilaku, yaitu
penampilan (performance) informasi. Alam semesta, sebagai lingkungan
yang mempengaruhi individu juga merupakan media yang dapat membantu
proses pendidikan. Situasi, ia dapat membentuk pola pikir, sikap dan
tingkah laku. Kultur yang terdiri dari sistem norma, idea, pola perilaku, dan
lain sebagainya.

Pada intinya hakekat media pendidikan Islam adalah sarana untuk perantara
komunikasi antara pendidik dengan peserta didik untuk menyampaikan
materi pendidikan Islam yang pada akhirnya bertujuan mencapai tujuan
pendidikan Islam. Sebenarnya media bukan merupakan faktor pokok yang
harus ada dalam sistem pendidikan Islam, namun media merupakan
pelengkap yang mempermudah proses pendidikan Islam agar bisa berjalan
secara efektif dan efisien serta cepat dan tepat.

Dalam al-Qur’an juga diisyaratkan penggunaan media dalam proses


pendidikan sebagaimana ayat yang artinya sebagai berikut: Yang mengajar
(manusia) dengan perantaran kalam (4). Ayat tersebut menunjukkan bahwa
Allah mengajari makhluk-Nya dengan menggunakan perantara, maka sama
jika diterapkan dalam pembelajaran yang diterapkan manusia, juga
menggunakan perantara atau media. Fungsi dari media pendidikan Islam
adalah untuk mempemudah pemahaman dan penyampaian materi
pendidikan Islam.

7
C. Jenis-Jenis Alat/Media Pendidikan Islam

Dalam perspektif Ilmu Pendidikan Islam, yang mengutamakan ilmu


pengetahuan (knowledge) dan penanaman nilai (value) sudah barang tentu
memerlukan alat yang relevan. Para ahli telah mengklasifikasikan alat atau
media pendidikan kepada dua bagian yaitu: alat pendidikan yang bersifat
benda (materil) dan alat pendidikan yang bukan benda (non materil).

1) Alat pendidikan yang bersifat benda

Menurut Zakiah Drajat, alat pendidikan yang berupa benda yaitu:

1) Media tulis, sperti al-Qur’an, hadits, Tauhid, Fiqh, sejarah.

2) Benda-benda alam seperti hewan, manusia, tumbuh-tumbuhan dsb.

3) Gambar-gambar yang dirancang seperti grafik.

4) Gambar yang diproyeksikan, seperti video.

5) Audi recording (alat untuk didengar) seperti kaset, tape, radio.

2) Alat pendidikan yang bukan benda

Alat atau media yang bukan berupa benda diantaranya yaitu

1) Keteladanan

Dalam hal ini M. Ngalim Purwanto, mengatakan bahwa dalam berbagai hal
pendidikan, keteladanan pendidik merupakan alat yang sangat penting
bahkan paling utama. Seperti yang terdapat di dalam Psikologi kita ketahui
bahwa anak-anak mempunyai dorongan meniru terutama terhadap orang
tua dan gurunya. Jadi di sinilah para pendidik dituntut untuk mencerminkan
akhlak yang mulia di manapun berada, maka dari itu posisi pendidik
merupakan teladan yang baik yang dikategorikan sebagai alat atau media
pendidikan yang dapat ditiru.

8
Untuk memenuhi keinginan tersebut Allah SWT mengutus Muhammad
menjadi teladan bagi manusia. Kemudian kita diperintahkan untuk
mengikuti Rasul, di antaranya memberikan teladan yang baik. Untuk
menjadi sosok yang diteladani, Allah SWT memerintahkan kepada manusia
selaku khalifah di bumi mengerjakan perintah Allah SWT dan rasul
sebelum mengerjakannya kepada orang yang dipimpinnya. Termasuk
dalam hal ini sosok pendidik yang dapat diteladani oleh anak didik.

Pendidik dalam konteks ilmu pendidikan islam, berfungsi sebagai warasatul


al-Anbiya yang pada hakikatnya mengemban misi sebagai rahmatan lil
‘alamin, yakni suatu misi yang mengajak manusia untuk tunduk dan taat
kepada hukum-hukum Allah SWT. Menurut al-Ghazali, seperti yang disitir
oleh Fatihah Hasan Sulaiman, terdapat beberapa sifat penting yang harus
dimiliki oleh guru sebagai orang yang diteladani, yaitu:

 Amanah dan tekun bekerja


 Bersifat dan lemah lembut dan kasih sayang terhadap murid
 Dapat memahami dan berlapang dada dalam ilmu serta orang-orang
yang mengajarkannya.
 Tidak rakus pada materi.
 Berpengetahuan luas.
 Istiqomah dan memegang teguh prinsip.

Al-Ghazali juga menambahkan bahwa terdapat beberapa sifat penting yang


harus terinternalisasi dalam diri murid, yaitu:

 Rendah hati
 Mensucikan diri dari segala keburukan
 Taat dan istiqomah

2) Perintah atau larangan

Sebagai seorang muslim diberi oleh Allah SWT tugas dan tanggung jawab
yaitu melaksanakan “amar ma’ruf nahyi munkar”. Amar ma’ruf nahyi

9
munkar merupakan alat dalam pendidikan. Perintah adalah suatu keharusan
untuk berbuat atau melakukan sesuatu. Tiap-tiap perintah dan pengaturan
mengandung norma-norma kesusilaan, jadi bersifat memberi arah atau
mengandung tujuan ke arah perbuatan susila. Dalam hal ini perintah itu
bukan hanya apa yang keluar dari mulut seseorang yang harus dikerjakan
oleh orang lain, tetapi termasuk pula anjuran, pembiasan dan peraturan-
peraturan umum yang harus ditaati oleh peserta didik.

Dalam memberikan perintah terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan,


yaitu:

 Jangan memberikan perintah kecuali diperlukan


 Hendaknya perintah itu dengan ketetapan hati dan niat yang baik
 Jangan memerintahkan kedua kalinya jika perintah pertama belum
dilaksanakan
 Perintah hendaknya benar-benar dipertimbangkan akan akibatnya
 Perintah hendaknya bersifat umum, bukan bersifat khusus

Larangan, sebenarnya sama saja dengan perintah. Kalau perintah


merupakan suatu keharusan untuk berbuat sesuatu yang bermanfaat, maka
larangan merupakan keharusan untuk tidak melakukan sesuatu yang
merugikan. Di dalam keluarga umumnya larangan itu merupakan alat
mendidik yang banyak dipakai oleh para ibu dan bapak. Namun demikian
baik bagi pendidik maupun bagi orang tua, hendaknya melarang anak itu
sekali saja, sebab anak yang selalu dilarang dalam segala perbuatan dan
permainannya sejak kecil, akan dapat menghambat perkembangan dirinya.
Oleh karena itu larangan itu seharusnya tidak terlalu sering, tetapi pada
saat-saat yang diperlukan saja. Di dalam Al-Qur’an banyak ayat yang dapat
diambil sebagai dasar konsep larangan sebagai alat. Firman Allah SWT ,
yang artinya: “Janganlah kamu dekati kejahatan itu, baik yang terang
maupun yang tersembunyi”.

Larangan mendekati perbuatan tercela berarti pula saran untuk kejahatan itu
harus disingkirkan sebab dalam diri manusia ada fitrah ingin tahu, ingin

10
mencoba. Disinilah letak peran pendidik, untuk mengarahkan
keingintahuan anak pada hal-hal yang negatif dengan jalan memberikan
pengertian dan kesadaran.

3) Ganjaran dan hukuman

Ganjaran adalah sesuatu yang menyenangkan yang dijadikan sebagai


hadiah bagi anak yang berprestasi baik dalam belajar, dalam sikap perilaku.
Yang terpenting dalam ganjaran hanya hasil yang dicapai seorang anak, dan
dengan hasil tersebut pendidikan dapat membentuk kata hati dan kemauan
yang lebih baik dan lebih keras pada anak itu.

Ganjaran itu dapat dilakukan oleh pendidik dengan cara bermacam-macam


antara lain:

 Guru mengangguk-anggukkan kepala tanda senang dan membiarkan


suatu jawaban yang diberikan oleh seorang anak.
 Guru memberikan kata-kata yang menggembirakan (pujian)
 Guru memberikan benda-benda yang menyenangkan dan berguna
bagi anak-anak dan sebagainya.

Selain ganjaran, hukuman juga merupakan alat pendidik. Amir Daien Indra
Kusuma, mendefinisikan hukuman sebagai tindakan yang dijatuhkan
kepada anak secara sadar dan sengaja sehingga menimbulkan nestapa,
sehingga anak akan menjadi sadar dan berjanji tidak akan mengulanginya.

Dalam islam hukuman disebut dengan iqab. Abdur Rahman An-Nahrawi


menyebutnya dengan “tarhib” yang berarti ancaman atau intimidasi melalui
hukuman karena melakukan sesuatu yang dilarang. Dengan demikian
dipahami bahwa hukuman diberikan karena ada pelanggaran sedangkan
tujuan pemberian hukuman adalah agar tidak terjadi pelanggaran secara
berulang.

Di bidang pendidikan , hukuman itu dilaksanakan karena dua hal, yaitu:

11
 Hukuman diadakan karena ada pelanggaran. Adanya kesalahan
yang diperbuat
 Hukuman diadakan dengan tujuan agar tidak terjadi pelanggaran
Asam Hasan Fahmi menjelaskan tentang ciri-ciri hukuman dalam
perspektif pendidikan Islam yakni:
 Hukuman diberikan untuk memperoleh kebaikan dan pengarahan
 Memberikan kesempatan kepada anak memperbaiki kesalahannya
sebelum dipukul anak yang belum berusia 10 tahun tidak boleh
dipukul, kalaupun dipukul tidak boleh lebih dari tiga kali.
 Pendidik harus tegas dalam melaksanakan hukuman, artinya sikap
keras pendidik telah dianggap perlu maka harus dilaksanakan dari
sikap lunak dan kasih sayang.
Selain ganjaran, hukuman juga merupakan alat pendidik. Amir Daien Indra
Kusuma, mendefinisikan hukuman sebagai tindakan yang dijatuhkan
kepada anak secara sadar dan sengaja sehingga menimbulkan nestapa,
sehingga anak akan menjadi sadar dan berjanji tidak akan mengulanginya.

D. Pengaruh Alat/Media pendidikan islam

Dalam pendidikan islam, alat/media jelas diperlukan sebab, alat/media


pengajaran mempunyai peran yang besar dan berpengaruh terhadap
pencapaian tujuan pendidikan yang diinginkan. Terdapat pendapat beberapa
ahli pendidikan mengenai manfaatkan atau kegunaan dari alat/media dalam
pendidikan. Yusuf Hadi Miarso dkk umpamanya menyatakan bahwa
alat/media berupa benda dalam pendidikan mempunyai nilai – nilai praktis
edukatif yang meliputi:

1) membuat konsep abstrak menjadi konkrit


2) membawa obyek yang sukar didapat ke dalam lingkungan belajar siswa
3) menampilkan obyek yang terlalu besar
4) menampilkan obyek yang tak dapat diamati dengan mata telanjang
5) mengamati gerakan yang terlalu cepat

12
6) memungkinkan keseragaman pengamatan dan persepsi bagi
pengalaman belajar siswa
7) membangkitkan motivasi belajar dan
8) menyajikan informasi belajar secara konsisten dan dapat diulang
maupun disimpan. Sedangkan alat berupa non benda, karena sifatnya
abstrak, maka ia berperan dalam pemahaman nilai dan penilaian akhlak.
Sementara itu Abu Bakar Muhammad, juga berpendapat bahwa
kegunaan alat/media itu antara lain adalah:
1) Mampu mengatasi kesulitan-kesulitan dan memperjelas materi
pelajaran yang sulit
2) Mampu mempermudah pemahaman, dan menjadikan pelajaran
lebih hidup dan menarik,
3) Merangsang anak untuk bekerja dan menggerakkan naluri kecintaan
menelaah (belajar) dan menimbulkan kemauan keras untuk
mempelajari sesuatu
4) Membantu pembentukan kebiasaan, melahirkan pendapat,
memperhatikan dan memikirkan suatu pelajaran
5) Menimbulkan kekuatan perhatian (ingatan) mempertajam, indera,
melatihnya, memperhalus perasaan dan cepat belajar.
Dari uraian pendapat diatas, jelas peranan peranan media sangat
penting dalam proses pembelajaran. Begitu pentingnya alat/media dalam
pendidikan, maka sudah barang tentu didalam pendidikan islam perlu
dilengkapi dengan alat/media dan tidak hanya sekedar diterangkan saja
secara verbal. Contoh lain yang biasa diambil adalah pemberian materi
tentang pelaksanaan haji. Pelajaran ini akan lebih dapat dipahami jika
disajikan dalam bentuk demontrasi, melalui video/film. Selain itu pelajaran
membaca Al-Qur’an akan lebih mantap dengan dibantu tape recorder yang
merekam suara seseorang yang fasih dalam membaca Al-Qur’an begitu
juga dengan pelajaran-pelajaran yang lain.
Selain alat/media yang berupa benda, perlu pula dikembangkan dalam
pendidikan islam alat/media yang bukan berupa benda sebab, pada
umumnya

13
alat/media yang bukan berupa benda lebih banyak bersetujuan untuk
pembentukan pribadi yang baik tau sempurna. Dalam konteks ini,
pendidikan islam sangat berperan sekali untuk tugas yang dimaksud,
sehingga peserta didik akan memiliki kepribadian pendekatan inilah yang
membedakan pendidikan islam dengan pendidikan lainnya.
Dengan demikian, apabila pendidik islam memanfaatkan dan
mengembangkan alat/media pengajaran secara professional dalam
pelaksanaan pendidikannya, maka peserta didik akan memiliki pengetahuan
agama keterampilan dalam beragama dan sikap keagamaan secara terpadu
dan seimbang.

E. Kelembagaan Pendidikan Islam


Lembaga menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah bakal dari
sesuatu, asal mula yang akan menjadi sesuatu, bakal, bentuk, wujud, rupa,
acuan, ikatan, badan atau organisasi yang mempunyai tujuan jelas terutama
dalam bidang keilmuan.
Secara etimologi lembaga adalah asal sesuatu, acuan, sesuatu yang
memberi bentuk pada yang lain, badan atau organisasi yang bertujuan
mengadakan suatu penelitian keilmuan atau melakukan sesuatu usaha.1 Dari
pengertian di atas dapat dipahami bahwa lembaga mengandung dua arti, yaitu
pengertian secara fisik, materil, kongkrit, dan pengertian secara non-fisik,
non-materil, dan abstrak.Secara terminology lembaga pendidikan Islam
adalah suatu wadah, atau tempat berlangsungnya proses pendidikan Islam,
lembaga pendidikan itu mengandung konkirit berupa sarana dan prasarana
dan juga pengertian yang abstrak, dengan adanya norma- norma dan
peraturan- peraturan tertentu, serta penanggung jawab pendidikan itu sendiri.

Menurut Muhaimin “lembaga pendidikan Islam adalah suatu bentuk


organisasi yang mempunyai pola-pola tertentu dalam memerankan
fungsinya, serta mempunyai struktur tersendiri yang dapat mengikat individu
yang berada dalam naungannya, sehingga lembaga ini mempunyai kekuatan

1
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia , (Jakarta: Balai Pustaka 990),
Cet., hlm. 372
14
hukum sendiri”.2

Berdasarkan pendapat di atas, lembaga pendidikan Islam adalah tempat


berlangsungnya proses pendidikan Islam bersama dengan proses pembudayaan serta
dapat mengikat individu yang berda dalam naungannya sehingga lembaga ini
mempunyai kekuatan hukum. Pendidikan Islam yang berlangsung melalui proses
operasional menuju tujuannya, memerlukan sistem yang konsisten serta dapat
mendukung nilai-nilai moral spiritual yang melandasinya. Nilai-nilai tersebut
diaktualisasikan berdasarkan otentasi kebutuhan perkembangan fitrah siswa yang
dipadu dengan pengaruh lingkungan kultural yang ada.

F. Hakikat Kelembagaan Pendidikan Islam


1) Latar Belakang Lembaga Pendidikan Islam
Lembaga-lembaga Pendidikan Islam didirikan dengan maksud dan
tujuan yang jelas. Oleh karena itu, orang-orang pada waktu itu berlomba-
lomba dalam mendirikan lembaga-lembaga Pendidikan itu dan
memperindahkannya, sehingga ia tertuang dalam bentuk kesenian dan
keindahan dengan tujuan untuk mendekatkan diri kepada Tuhan, yang
salah satunya dengan cara melapangkan jalan bagi orang-orang Islam
untuk memperoleh Ilmu Pengetahuan dan mensucikan diri dengan sifat-
sifat keutamaan dan ketaqwaan.
Lembaga-lembaga pendidikan Islam pada waktu itu tidak mengenal
sekolah khusus seperti bagi golongan tertentu, seperti sekolah desa, dan
sekolah H.I.S di negeri kita pada zaman Belanda. Kesadaran akan
pentingnya perluasan penyiaran agam Islam dengan kebudayaan dan
pengetahuan agar sejalan dengan transisi baru. Lembaga-lembaga
Pendidikan Islam didirikan karena adanya semangat orang-orang muslim
yang ingin belajar Ilmu pengetahuan bukan hanya pada bidang agama
saja, tetapi juga pada pengetahuan umum.
2) Tujuan Lembaga Pendidikan Islam
Tujuan lembaga pendidikan Islam (madrasah) maka tidak terlepas dari
tujuan pendidikan Islam itu sendiri. Tujuan pendidikan Islam menurut
Filsafat pendidikan Islam adalah mempertinggi akhlak, serta mencapai
kesejahteraan hidup baik di dunia maupun akhirat. Tujuan pendidikan
2
Muhaimin dan Abdul Mujib, Pemikiran Pendidikan Islam Pemikiran Pendidikan Islam Kajian Filosofis
dan Kerangka Dasar Operasionalnya, (Bandung: Trigenda Karya, 1993), hlm. 286

15
Islam tersebut digali dari nilai-nilai ajaran Islam yang bersumber dari Al-
Qur’an dan Hadits. Menurut Muhaimin, ”Lembaga pendidikan Islam
secara umum bertujuan untuk meningkatkan keimanan, pemahaman,
penghayalan danpengalaman peserta didik tentang agama Islam, sehingga
menjadi manusiamuslim yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT
serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat berbangsa
dan bernegara”
Lembaga pendidikan Islam mempunyai tujuan untuk
mengembangkan semua potensi yang dimiliki manusia, mulai dari tahapan
kognisi yang meliputi pengetahuan dan pemahaman siswa terhadap ajaran
Islam, untuk selanjutnya dilanjutkan dengan tahapan afeksi, yakni
terjadinya proses internalisasi ajaran dan nilai agama ke dalam diri siswa,
dalam arti menghayati dan meyakininya. Melalui tahapan afeksi tersebut
diharapkan tumbuh motivasi dalam diri siswa dan siswa bergerak untuk
mengamalkan dan menaati ajaran Islam (tahap psikomotorik) yang telah
diinternalisasikan dalam dirinya. Dengan demikian, akan terbentuk
manusia muslim yang bertakwa dan berakhlak mulia.

3) Tugas Lembaga Pendidikan Islam


Lembaga pendidikan Islam seperti halnya pada sekolah umumnya
merupakan lembaga pendidikan kedua setelah keluarga. Adapun tugas
lembaga pendidikan Islam menurut An-Nahkawi adalah:
a. Merealisasikan pendidikan Islam yang didasarkan atas prinsip pikir,
aqidah dan tasyri’ (sejarah) yang diarahkan untuk mencapai tujuan
pendidikan. Bentuk dan realisasi itu adalah agar anak didik beribadah,
mentahidkan Allah SWT, tunduk dan patuh kepada perintah dan
syariat-Nya.
b. Memelihara fitrah anak didik sebagai insane yang mulia, agar tidak
menyimpang dari tujuan Allah menciptakannya.
c. Memberikan kepada anak didik seperangkat peradaban dan
kebudayaan Islami dengan cara mengintengrasikan antara ilmu-ilmu
alam, ilmu sosial,ilmu eksak, dengan landasan ilmu-ilmu agama,
sehingga anak didik mampu melibatkan dirinya terhadap
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
16
d. Membersihkan pikiran dan jiwa anak didik dari pengaruh subyektivitas
(emosi) karena pengaruh zaman yang terjadi pada dewasa ini lebih
mengarahkan pada penyimpangan fitrah manusia.
e. Memberikan wawasan nilai dan moral, dan peradaban manusia yang
membawa khasanah pemikiran anak didik menjadi berkembang.
f. Menciptakan suasana kesatuan dan kesamaan antara anak didik.
g. Tugas mengkoordinasi kegiatan pendidikan.
h. Menyempurnakan tugas-tugas lembaga pendidikan keluarga, masjid
dan pesantren”

Adapun tugas lembaga pendidikan pada dasarnya adalah sebagai


wadah untuk memberikan pengarahan, bimbingan dan pelatihan agar
manusia dengan segala potensi yang dimilikinya dan dapat dikembangkan
dengan sebaik-baiknya.Tugas lembaga pendidikan Islam yang terpenting
adalah dapat mengantarkan manusia kepada misi penciptaannya sebagai
hamba Allah Kholifah fi Al-Ardhi, yaitu seorang hamba yang mampu
beribadah dengan baik dan dapat mengembangkan amanah untuk menjaga
dan mengelolah serta melestarikan bumi dengan mewujudkan kebahagiaan
dan kesejahteraan seluruh alam.

G. Peran Kelembagaan Pendidikan Islam


Peranan Lembaga Pendidikan Islam yang dalam hal ini Madrasah yang memiliki
peranan penting sebagai sub sistem pendidikan nasional, madrasah tidak hanya
dituntut untuk dapat menyelenggarakan pendidikan dasar dan menengah yang berciri
khas keagamaan, tetapi lebih jauh madrasah dituntut pula memainkan peran lebih
sebagai basis dan benteng tangguh yang akan menjaga dan memperkukuh etika dan
moral bangsa. Melihat hakekat pendidikan madrasah yang mencoba
mengintegrasikan antara agama dan ilmu pengetahuan dan kedudukannya yang kuat
dalam sistem pendidikan nasional, maka sekurang-kurangnya madrasah sebagai
lembaga pendidikan Islam telah memainkan peran sebagai berikut:

1) Media Sosialisasi Nilai-Nilai Ajaran Agama


Sebagai lembaga pendidikan yang berciri khas keagamaan, melalui sifat

17
dan bentuk pendidikan yang dimilikinya, madrasah mempunyai peluang
lebih besar untuk berfungsi sebagai media sosialisasi nilai-nilai ajaran
agama kepada anak didik secara lebih efektif karena diberikan secara dini.
Sifat keagamaan yang melekat pada kelembagaannya menjadikan
madrasah mempunyai mandat yang kuat untuk melakukan peran tersebut.
Sedangkan sebagai sistem persekolahan, madrasah dimungkinkan
melakukan sosialisasi agama secara massif.
2. Pemelihara Tradisi Keagamaan (maintenance ofIslamic tradition)
Sebagai institusi pendidikan yang berciri keagamaan, salah satu peran
penting yang diemban oleh Madrasah adalah memelihara tradisi-tradisi
keagamaan. Pemeliharaan tradisi keagamaan ini dilakukan di samping
secara formal juga melalui pengajaran ilmu-ilmu agama seperti Al-Qur'an,
hadits, aqidah, akhlak, fiqh, bahasa Arab dan sejarah kebudayaan Islam
juga dilakukan secara informal melalui pembiasaan untuk mengerjakan
dan mengamalkan syariat agama sejak dini. Misalnya, anak-anak sejak
kecil dibiasakan untuk mengerjakan shalat dan puasa pada bulan
Ramadhan, mengunjungi teman yang sakit atau kena musibah,
mengucapkan salam bila bertemu kawan, dan sebagainya. Pemeliharaan
tradisi keagamaan ini sedang mendapatkan tantangan dari perkembangan
kehidupan yang semakin bersifat materialistik dan individualistik sebagai
dampak dari pembangunan nasional, khususnya pembangunan ekonomi.
3. Membentuk Akhlak dan Kepribadian
Peran kultural madrasah dan pondok pesantren telah diakui oleh banyak
pihak bahkan sampai sekarang. Sistem pendidikan pondok pesantren
masih dianggap satu-satunya lembaga yang dapat mencetak calon ulama
(reproduction of ulama). Banyak ulama dan pemimpin nasional yang
menjadi panutan masyarakat dan bangsa lahir dari sistem pendidikan Islam
ini. Hal ini bisa terjadi karena sistem pendidikannya di samping
menekankan penguasaan pengetahuan yang luas juga sangat
memperhatikan pendidikan etika dan moral yang tinggi. Tujuan
pendidikan madrasah atau pesantren tidak semata-mata untuk memperkaya
pikiran murid dengan pengetahuan-pengetahuan, tetapi untuk meninggikan
moral, melatih dan mempertinggi semangat, menghargai nilai-nilai
spiritual dan kemanusiaan, mengajarkan sikap dan tingkah laku jujur dan
18
bermoral, dan menyiapkan para murid untuk hidup sederhana dan bersih
hati.
4. Benteng Moralitas Bangsa
Pesatnya kemajuan pembangunan nasional selama tiga dekade ini
telah membawa pengaruh positif bagi kemajuan dan peningkatan kualitas
kehidupan masyarakat Indonesia, terutama tingkat kesejahteraan yang
bersifat materi.
Pendapatan perkapita masyarakat Indonesia telah meningkat pesat
dengan tingkat pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi. Pada gilirannya
kemajuan ini telah ikut meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat.
Sekarang ini masyarakat relatif cukup mudah untuk memperoleh pangan
dan sandang. Namun, di sisi lain kemajuan ekonomi ini pada gilirannya
juga telah melahirkan masalah-masalah baru, seperti kesenjangan sosial
yang semakin tinggi antara yang kaya dan miskin, meningkatnya tindak
kriminalitas, seperti pembunuhan dan perampokan sadis, meningkatnya
jumlah kenakalan remaja, berkembangnya pergaulan bebas dan praktek
prostitusi, merosotnya kepedulian sosial masyarakat. Kondisi ini
menyebabkan masyarakat mulai melirik kembali kepada lembaga
pendidikan Islam seperti madrasah atau pondok pesantren.
Sepuluh tahun terakhir ini muncul kecenderungan sebagian keluarga
kelas menengah di Indonesia untuk menyekolahkan anaknya ke lembaga
pendidikan madrasah dan pondok pesantren. Kecenderungan ini memberi
bukti madrasah dan pesantren diyakini dapat menjat li benteng yang
ampuh untuk menjaga kemerosotan moralitas masyarakat.

5. Lembaga Pendidikan Alternatif


Modernisasi kehidupan masyarakat akibat perkembangan dan
kemajuan ilmu dan teknologi yang diwujudkan dalam kegiatan
pembangunan telah melahirkan kemajuan dan peningkatan kesejahteraan
kehidupan masyaraka. Penyelenggaraan pendidikan sistem persekolahan
(umum) secara masal pada tahap awal telah melahirkan kemajuan
kemajuan yang menakjubkan, terutama dalam upaya untuk memberantas
buta huruf dan meningkatkan kualitas penduduk yang berpendidikan
sehingga dapat mencari penghidupan yang layak. Peningkatan kualitas

19
pendidikan ini pada gilirannya telah mempercepat tumbuhnya tingkat
kesejahteraan ekonomi sebagian masyarakat Indonesia, khususnya
masyarakat menengah ke atas. Kemajuan yang ada telah melahirkan
bentuk kehidupan yang timpang. disatu sisi mereka berkelebihan secara
materi, tetapi disisi lain merasa kosong secara mental spiritual.
Menyadari kehidupan mereka yang kurang bahagia ini, mereka ingin
menyiapkan anak-anaknya agar tidak mengalami keadaan yang sama.
Mereka mulai mencari lembaga pendidikan alternatif yang mampu
memberikan pendidikan yang seimbang antara ilmu pengetahuan dan
agama. Membaca kecenderungan ini madrasah dan pesantren memiliki
kesempatan untuk berkembang sebagai altenatif pendidikan.

20
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan

Hakekat media pendidikan Islam adalah sarana untuk perantara komunikasi antara
pendidik dengan peserta didik untuk menyampaikan materi pendidikan Islam yang
pada akhirnya bertujuan mencapai tujuan pendidikan Islam. Sebenarnya media
bukan merupakan faktor pokok yang harus ada dalam sistem pendidikan Islam,
namun media merupakan pelengkap yang mempermudah proses pendidikan Islam
agar bisa berjalan secara efektif dan efisien serta cepat dan tepat. Peranan media
sangat penting dalam proses pembelajaran. Begitu pentingnya alat/media dalam
pendidikan, maka sudah barang tentu didalam pendidikan islam perlu dilengkapi
dengan alat/media dan tidak hanya sekedar diterangkan saja secara verbal. Tetapi
Para ahli telah mengklasifikasikan alat atau media pendidikan kepada dua bagian
yaitu: alat pendidikan yang bersifat benda (materil) dan alat pendidikan yang
bukan benda (non materil).

Lembaga pendidikan Islam adalah tempat berlangsungnya proses


pendidikan Islam bersama dengan proses pembudayaan serta dapat mengikat
individu yang berda dalam naungannya sehingga lembaga ini mempunyai
kekuatan hukum. Lembaga pendidikan Islam secara umum bertujuan untuk
meningkatkan keimanan, pemahaman, penghayalan dan pengalaman peserta
didik tentang agama Islam, sehingga menjadi manusia muslim yang beriman
dan bertakwa kepada Allah SWT serta berakhlak mulia dalam kehidupan
pribadi, bermasyarakat berbangsa dan bernegara
Salah satu prinsip lembaga pendidikan Islam adalah prinsip pembinaan
umat manusia menjadi hamba-hamba Allah yang memiliki keselarasan dan
keseimbangan hidup bahagia dunia dan akhirat. Jenis lembaga pendidikan
Islam berdasarkan penanggung jawabnya adalah pendidikan informal
(keluarga), pendidikan formal (Madrasah) dan pendidikan non formal
(Masyarakat). Lembaga pendidikan Islam memiliki peranan yang sangat
penting dalam mencerdaskan kehidupan bangsa dan melestarikan
pemeliharaan etika dan moralitas bangsa.
21
DAFTAR PUSTAKA

Arifin, M. 1996. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara.Cet. ke-5


Basri, Hasan . 2009. Filsafat Pendidikan Islam. Bandung: Pustaka Setia
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1990. Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Jakarta: Balai Pustaka. Cet. III
Hasbullah. 2001. Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafinda
Persada. Cet. II

Muhaimin dan Abdul Mujib. 1993. Pemikiran Pendidikan Islam Kajian Filosofis
dan Kerangka Dasar Operasionalnya. Bandung: Trigenda Karya
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta:Kalam Mulia, 2008), Ct. ke-6, hlm.
204-211.
Zuhairini. 1994. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: bumi Aksara
https://nurhayatimag.wordpress.com/2012/11/22/dasarlandasan-pendidikan-
dalam-islam/
http://ekahachi.wagomu.id/e3853.html

http://mysinau.blogspot.com/2015/09/hakikat-alatmedia-dan-evaluasi.html
http://nurd3009.blogspot.com/2015/12/tik.html

22

Anda mungkin juga menyukai