MAKALAH Filsafat Pend. Islam Kelompok 12
MAKALAH Filsafat Pend. Islam Kelompok 12
Disusun oleh :
Kelompok 12 / Kelas PAI VI-B
Tugas ini merupakan salah satu syarat untuk memenuhi tugas terstuktur
yang harus ditempuh oleh Mahasiswa/Mahasiswi khususnya untuk kelas PAI
VI/B. Adapun tujuan pembuatan makalah ini agar seluruh Mahasiswa/Mahasiswi
UIN Sunan Gunung Djati dapat menambah pengetahuan serta ilmu yang dipelajari
dosen sebelumnya.
Makalah ini disusun berdasarkan beberapa sumber buku dan website yang
dapat kita pelajari. Dalam Proses pembuatan makalah ini, tidak lepas dari
pembimbing, kritik dan saran dari banyak pihak. kami mengucapkan terima kasih
yang sedalam - dalamnya kepada :
1. Ibu Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Prof. Dr. Hj. Aan Hasanah, M.Ed.
2. Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam Dr. Undang Burhanuddin, M.Ag.
3. Dosen Mata Kuliah Filsafat Pendidikan Islam Dr. Andewi Suhartini,
M.Ag dan Yudi Irfan Daniel, S.Sos.I. M.Ag.
4. Orang Tua kami yang telah membantu dan selalu mendo’akan kami, baik
secara moril maupun materil.
5. Rekan-rekan dan semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan
makalah Mata Kuliah Filsafat Pendidikan Islam
Akhir kata, kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat khusunya
bagi kami dan untuk pembaca pada umumnya serta sebagai sumbangan pemikiran
ke arah perbaikan dan berguna bagi pihak yang membutuhkan.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
Contents
KATA PENGANTAR..............................................................................................1
DAFTAR ISI.............................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah................................................................................1
B. Rumusan Masalah..........................................................................................2
C. Tujuan Penulisan............................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................4
A. Pengertian Alat/Media Pendidikan Islam....................................................4
B. Hakikat Alat/Media Pendidikan Islam.........................................................4
C. Jenis-Jenis Alat/Media Pendidikan Islam....................................................7
a. Alat pendidikan yang bersifat benda............................................................7
b. Alat pendidikan yang bukan benda..............................................................7
D. Pengaruh Alat/Media pendidikan islam.....................................................11
E. Kelembagaan Pendidikan Islam.................................................................13
F. Hakikat Kelembagaan Pendidikan Islam..................................................14
1) Latar Belakang Lembaga Pendidikan Islam.............................................14
2) Tujuan Lembaga Pendidikan Islam...........................................................14
3) Tugas Lembaga Pendidikan Islam..............................................................15
G. Peran Kelembagaan Pendidikan Islam......................................................16
1) Media Sosialisasi Nilai-Nilai Ajaran Agama..............................................16
2. Pemelihara Tradisi Keagamaan (maintenance ofIslamic tradition).......17
3. Membentuk Akhlak dan Kepribadian.......................................................17
4. Benteng Moralitas Bangsa...........................................................................18
5. Lembaga Pendidikan Alternatif..................................................................18
Kesimpulan.............................................................................................................20
BAB III PENUTUP................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................21
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
berbagai situasi kelas, menentukan metode pengajaram yang akan ia pakai
dalam situasi yang berlainan dan menciptakan iklim yang emosional dan sehat
diantara peserta didiknya. Bahkan alat/media pengajaran selanjutnya dapat
membantu pendidik “ membawa “ dunia luas kedalam kelas dengan demikian
ide yang abstrak dan asing ( remote ) sifatnya akan menjadi konkrit dan
mudah mengerti oleh peserta didik. Akan banyak terlibat dalam proses
pembelajaran , sehingga aktivitas dan kreativitas peserta didik dapat
diciptakan.
Lembaga pendidikan Islam merupakan hasil pemikiran yang dicetuskan
oleh kebutuhan-kebutuhan suatu masyarakat Islam, dan perkembangannya
digerakkan oleh jiwa Islam yang berpedoman kepada ajaran-ajarannya. Islam
telah mengenal lembaga pendidikan semenjak turunnya wahyu. Rumah Arqam
Ibnu Abi Arqam merupakan lembaga pendidikan yang pertama. Guru agung
yang pertama adalah Nabi Muhammad saw. dengan sekumpulan kecil
pengikut-pengkutnya yang percaya kepadanya secara diam-diam. Di rumah
Arqam inilah Nabi mengajarkan al-Qur’an secara sembunyi-sembunyi.
Melihat urgensi lembaga Islam dalam pendidikan Islam dan untuk
mengetahui apa dan bagaimana hakikat lembaga pendidikan Islam, maka perlu
dilakukan kajian yang komprehensif dan mendalam tentang lembaga
pendidikan tersebut dalam perspektif filsafat pendidikan Islam. Oleh sebab itu
dalam makalah ini penulis akan memaparkan Hakikat Kelembagaan Islam
dalam Filsafat Pendidikan Islam.
B. Rumusan Masalah
Penulis telah menyusun beberapa masalah yang akan dibahas dalam
makalah ini sebagai batasan dalam pembahasan bab isi. Adapun beberapa
masalah yang akan dibahas dalam makalah ini antara lain:
1. Apa yang dimaksud dengan pengertian alat/media pendidikan islam?
2. Bagaimana hakikat alat/media pendidikan islam ?
3. Apa saja jenis-jenis alat/media pendidikan islam ?
4. Bagaimana Pengaruh alat/media pedidikan islam ?
5. Apa yang dimaksud dengan kelembagaan pendidikan agama islam?
6. Bagaimana hakikat kelembagaan pendidikan agama islam?
2
7. Bagaimana peran kelembagaan pendidikan agama islam?
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah yang disusun oleh penulis di atas, maka
tujuan dalam penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui maksud dengan pengertian alat/media pendidikan islam
2. Mengetahui hakikat alat/media pendidikan islam
3. Mengetahui Apa saja jenis-jenis alat/media pendidikan islam
4. Mengatahui Pengaruh alat/media pedidikan islam
5. Mengetahui maksud dengan kelembagaan pendidikan agama islam
6. Mengetahui hakikat kelembagaan pendidikan agama islam
7. Mengetahui peran kelembagaan pendidikan agama islam
3
BAB II
PEMBAHASA
N
A. Pengertian Alat/Media Pendidikan Islam
Dari beberapa literature, tidak terdapat perbedaan pengertian antara alat dan
media pendidikan, Zakiah Darajat menyebutkan pengertian alat pendidikan
sama dengan media pendidikan sebagai sarana pendidikan. Alat berarti
barang sesuatu yang dipakai untuk mencapai suatu maksud. Sedangkan
media berasal dari bahasa latin dan bentuk jamak dari medium yang secara
hafifah berarti perantara atau pengantar.
Dalam hal ini batasan makna media pendidikan dirumuskan pada beberapa
batasan. Diantaranya, Gegne menyebutkan bahwa media adalah berbagai
jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsang peserta
didik untuk belajar. Sementara Brigs mendefinisikan media sebagai salah
satu bentuk alat fisik yang dapat menyajikan pesan yang dapat merangsang
siswa untuk belajar. Dari dua definisi mengacu pada penggunaan alat yang
berupa benda untuk membantu proses penyampaian pesan.
4
alat pendidikan bukan
5
hanya perangkat dalam bentuk benda, tetapi ada yang sifatnya abstrak,
misalnya metode pendidikan, pendekatan pendidikan teknik dan strategi
pendidikan, dan pengelola kelas semua dapat dikatagorikan sebagai alat-
alat pendidikan.
Alat pendidikan juga diartikan sebagai segala sesuatu yang dapat digunakan
untuk mencapai tujuan pendidikan dengan demikian metode pengajaran
dapat dikagorikan sebagai alat pendidikan yang didalamnya terdapat cara
dan strategi menyampaikan bahan ajar kepada anak didik.
Jika dianalisis menurut bahasanya, media berasal dari bahasa Latin dan
bentuk jamak dari medium, yang berarti perantara atau pengantar. Dalam
beberapa literatur nampaknya tidak dibedakan antara media dengan alat,
seperti halnya Zakiyah Darajat, namun beberapa ahli yang lain
membedakannya. Sedangkan menurut pendapat penulis media pendidikan
lebih luas dari pada alat pendidikan.
6
Alat, yaitu fasilitas-fasilitas dan sarana yang bisa menunjang dan
melengkapi pendidikan Islam termasuk di dalamnya bangun sampai kepada
alat-alat bantu yang dibutuhkan untuk memperjelas dan mencoba untuk
mengetahui, menganalisa serta mempraktekkan teori tertentu.
Kelembagaan, seperti organisasi sosial dan pendidikan. Perilaku, yaitu
penampilan (performance) informasi. Alam semesta, sebagai lingkungan
yang mempengaruhi individu juga merupakan media yang dapat membantu
proses pendidikan. Situasi, ia dapat membentuk pola pikir, sikap dan
tingkah laku. Kultur yang terdiri dari sistem norma, idea, pola perilaku, dan
lain sebagainya.
Pada intinya hakekat media pendidikan Islam adalah sarana untuk perantara
komunikasi antara pendidik dengan peserta didik untuk menyampaikan
materi pendidikan Islam yang pada akhirnya bertujuan mencapai tujuan
pendidikan Islam. Sebenarnya media bukan merupakan faktor pokok yang
harus ada dalam sistem pendidikan Islam, namun media merupakan
pelengkap yang mempermudah proses pendidikan Islam agar bisa berjalan
secara efektif dan efisien serta cepat dan tepat.
7
C. Jenis-Jenis Alat/Media Pendidikan Islam
1) Keteladanan
Dalam hal ini M. Ngalim Purwanto, mengatakan bahwa dalam berbagai hal
pendidikan, keteladanan pendidik merupakan alat yang sangat penting
bahkan paling utama. Seperti yang terdapat di dalam Psikologi kita ketahui
bahwa anak-anak mempunyai dorongan meniru terutama terhadap orang
tua dan gurunya. Jadi di sinilah para pendidik dituntut untuk mencerminkan
akhlak yang mulia di manapun berada, maka dari itu posisi pendidik
merupakan teladan yang baik yang dikategorikan sebagai alat atau media
pendidikan yang dapat ditiru.
8
Untuk memenuhi keinginan tersebut Allah SWT mengutus Muhammad
menjadi teladan bagi manusia. Kemudian kita diperintahkan untuk
mengikuti Rasul, di antaranya memberikan teladan yang baik. Untuk
menjadi sosok yang diteladani, Allah SWT memerintahkan kepada manusia
selaku khalifah di bumi mengerjakan perintah Allah SWT dan rasul
sebelum mengerjakannya kepada orang yang dipimpinnya. Termasuk
dalam hal ini sosok pendidik yang dapat diteladani oleh anak didik.
Rendah hati
Mensucikan diri dari segala keburukan
Taat dan istiqomah
Sebagai seorang muslim diberi oleh Allah SWT tugas dan tanggung jawab
yaitu melaksanakan “amar ma’ruf nahyi munkar”. Amar ma’ruf nahyi
9
munkar merupakan alat dalam pendidikan. Perintah adalah suatu keharusan
untuk berbuat atau melakukan sesuatu. Tiap-tiap perintah dan pengaturan
mengandung norma-norma kesusilaan, jadi bersifat memberi arah atau
mengandung tujuan ke arah perbuatan susila. Dalam hal ini perintah itu
bukan hanya apa yang keluar dari mulut seseorang yang harus dikerjakan
oleh orang lain, tetapi termasuk pula anjuran, pembiasan dan peraturan-
peraturan umum yang harus ditaati oleh peserta didik.
Larangan mendekati perbuatan tercela berarti pula saran untuk kejahatan itu
harus disingkirkan sebab dalam diri manusia ada fitrah ingin tahu, ingin
10
mencoba. Disinilah letak peran pendidik, untuk mengarahkan
keingintahuan anak pada hal-hal yang negatif dengan jalan memberikan
pengertian dan kesadaran.
Selain ganjaran, hukuman juga merupakan alat pendidik. Amir Daien Indra
Kusuma, mendefinisikan hukuman sebagai tindakan yang dijatuhkan
kepada anak secara sadar dan sengaja sehingga menimbulkan nestapa,
sehingga anak akan menjadi sadar dan berjanji tidak akan mengulanginya.
11
Hukuman diadakan karena ada pelanggaran. Adanya kesalahan
yang diperbuat
Hukuman diadakan dengan tujuan agar tidak terjadi pelanggaran
Asam Hasan Fahmi menjelaskan tentang ciri-ciri hukuman dalam
perspektif pendidikan Islam yakni:
Hukuman diberikan untuk memperoleh kebaikan dan pengarahan
Memberikan kesempatan kepada anak memperbaiki kesalahannya
sebelum dipukul anak yang belum berusia 10 tahun tidak boleh
dipukul, kalaupun dipukul tidak boleh lebih dari tiga kali.
Pendidik harus tegas dalam melaksanakan hukuman, artinya sikap
keras pendidik telah dianggap perlu maka harus dilaksanakan dari
sikap lunak dan kasih sayang.
Selain ganjaran, hukuman juga merupakan alat pendidik. Amir Daien Indra
Kusuma, mendefinisikan hukuman sebagai tindakan yang dijatuhkan
kepada anak secara sadar dan sengaja sehingga menimbulkan nestapa,
sehingga anak akan menjadi sadar dan berjanji tidak akan mengulanginya.
12
6) memungkinkan keseragaman pengamatan dan persepsi bagi
pengalaman belajar siswa
7) membangkitkan motivasi belajar dan
8) menyajikan informasi belajar secara konsisten dan dapat diulang
maupun disimpan. Sedangkan alat berupa non benda, karena sifatnya
abstrak, maka ia berperan dalam pemahaman nilai dan penilaian akhlak.
Sementara itu Abu Bakar Muhammad, juga berpendapat bahwa
kegunaan alat/media itu antara lain adalah:
1) Mampu mengatasi kesulitan-kesulitan dan memperjelas materi
pelajaran yang sulit
2) Mampu mempermudah pemahaman, dan menjadikan pelajaran
lebih hidup dan menarik,
3) Merangsang anak untuk bekerja dan menggerakkan naluri kecintaan
menelaah (belajar) dan menimbulkan kemauan keras untuk
mempelajari sesuatu
4) Membantu pembentukan kebiasaan, melahirkan pendapat,
memperhatikan dan memikirkan suatu pelajaran
5) Menimbulkan kekuatan perhatian (ingatan) mempertajam, indera,
melatihnya, memperhalus perasaan dan cepat belajar.
Dari uraian pendapat diatas, jelas peranan peranan media sangat
penting dalam proses pembelajaran. Begitu pentingnya alat/media dalam
pendidikan, maka sudah barang tentu didalam pendidikan islam perlu
dilengkapi dengan alat/media dan tidak hanya sekedar diterangkan saja
secara verbal. Contoh lain yang biasa diambil adalah pemberian materi
tentang pelaksanaan haji. Pelajaran ini akan lebih dapat dipahami jika
disajikan dalam bentuk demontrasi, melalui video/film. Selain itu pelajaran
membaca Al-Qur’an akan lebih mantap dengan dibantu tape recorder yang
merekam suara seseorang yang fasih dalam membaca Al-Qur’an begitu
juga dengan pelajaran-pelajaran yang lain.
Selain alat/media yang berupa benda, perlu pula dikembangkan dalam
pendidikan islam alat/media yang bukan berupa benda sebab, pada
umumnya
13
alat/media yang bukan berupa benda lebih banyak bersetujuan untuk
pembentukan pribadi yang baik tau sempurna. Dalam konteks ini,
pendidikan islam sangat berperan sekali untuk tugas yang dimaksud,
sehingga peserta didik akan memiliki kepribadian pendekatan inilah yang
membedakan pendidikan islam dengan pendidikan lainnya.
Dengan demikian, apabila pendidik islam memanfaatkan dan
mengembangkan alat/media pengajaran secara professional dalam
pelaksanaan pendidikannya, maka peserta didik akan memiliki pengetahuan
agama keterampilan dalam beragama dan sikap keagamaan secara terpadu
dan seimbang.
1
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia , (Jakarta: Balai Pustaka 990),
Cet., hlm. 372
14
hukum sendiri”.2
15
Islam tersebut digali dari nilai-nilai ajaran Islam yang bersumber dari Al-
Qur’an dan Hadits. Menurut Muhaimin, ”Lembaga pendidikan Islam
secara umum bertujuan untuk meningkatkan keimanan, pemahaman,
penghayalan danpengalaman peserta didik tentang agama Islam, sehingga
menjadi manusiamuslim yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT
serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat berbangsa
dan bernegara”
Lembaga pendidikan Islam mempunyai tujuan untuk
mengembangkan semua potensi yang dimiliki manusia, mulai dari tahapan
kognisi yang meliputi pengetahuan dan pemahaman siswa terhadap ajaran
Islam, untuk selanjutnya dilanjutkan dengan tahapan afeksi, yakni
terjadinya proses internalisasi ajaran dan nilai agama ke dalam diri siswa,
dalam arti menghayati dan meyakininya. Melalui tahapan afeksi tersebut
diharapkan tumbuh motivasi dalam diri siswa dan siswa bergerak untuk
mengamalkan dan menaati ajaran Islam (tahap psikomotorik) yang telah
diinternalisasikan dalam dirinya. Dengan demikian, akan terbentuk
manusia muslim yang bertakwa dan berakhlak mulia.
17
dan bentuk pendidikan yang dimilikinya, madrasah mempunyai peluang
lebih besar untuk berfungsi sebagai media sosialisasi nilai-nilai ajaran
agama kepada anak didik secara lebih efektif karena diberikan secara dini.
Sifat keagamaan yang melekat pada kelembagaannya menjadikan
madrasah mempunyai mandat yang kuat untuk melakukan peran tersebut.
Sedangkan sebagai sistem persekolahan, madrasah dimungkinkan
melakukan sosialisasi agama secara massif.
2. Pemelihara Tradisi Keagamaan (maintenance ofIslamic tradition)
Sebagai institusi pendidikan yang berciri keagamaan, salah satu peran
penting yang diemban oleh Madrasah adalah memelihara tradisi-tradisi
keagamaan. Pemeliharaan tradisi keagamaan ini dilakukan di samping
secara formal juga melalui pengajaran ilmu-ilmu agama seperti Al-Qur'an,
hadits, aqidah, akhlak, fiqh, bahasa Arab dan sejarah kebudayaan Islam
juga dilakukan secara informal melalui pembiasaan untuk mengerjakan
dan mengamalkan syariat agama sejak dini. Misalnya, anak-anak sejak
kecil dibiasakan untuk mengerjakan shalat dan puasa pada bulan
Ramadhan, mengunjungi teman yang sakit atau kena musibah,
mengucapkan salam bila bertemu kawan, dan sebagainya. Pemeliharaan
tradisi keagamaan ini sedang mendapatkan tantangan dari perkembangan
kehidupan yang semakin bersifat materialistik dan individualistik sebagai
dampak dari pembangunan nasional, khususnya pembangunan ekonomi.
3. Membentuk Akhlak dan Kepribadian
Peran kultural madrasah dan pondok pesantren telah diakui oleh banyak
pihak bahkan sampai sekarang. Sistem pendidikan pondok pesantren
masih dianggap satu-satunya lembaga yang dapat mencetak calon ulama
(reproduction of ulama). Banyak ulama dan pemimpin nasional yang
menjadi panutan masyarakat dan bangsa lahir dari sistem pendidikan Islam
ini. Hal ini bisa terjadi karena sistem pendidikannya di samping
menekankan penguasaan pengetahuan yang luas juga sangat
memperhatikan pendidikan etika dan moral yang tinggi. Tujuan
pendidikan madrasah atau pesantren tidak semata-mata untuk memperkaya
pikiran murid dengan pengetahuan-pengetahuan, tetapi untuk meninggikan
moral, melatih dan mempertinggi semangat, menghargai nilai-nilai
spiritual dan kemanusiaan, mengajarkan sikap dan tingkah laku jujur dan
18
bermoral, dan menyiapkan para murid untuk hidup sederhana dan bersih
hati.
4. Benteng Moralitas Bangsa
Pesatnya kemajuan pembangunan nasional selama tiga dekade ini
telah membawa pengaruh positif bagi kemajuan dan peningkatan kualitas
kehidupan masyarakat Indonesia, terutama tingkat kesejahteraan yang
bersifat materi.
Pendapatan perkapita masyarakat Indonesia telah meningkat pesat
dengan tingkat pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi. Pada gilirannya
kemajuan ini telah ikut meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat.
Sekarang ini masyarakat relatif cukup mudah untuk memperoleh pangan
dan sandang. Namun, di sisi lain kemajuan ekonomi ini pada gilirannya
juga telah melahirkan masalah-masalah baru, seperti kesenjangan sosial
yang semakin tinggi antara yang kaya dan miskin, meningkatnya tindak
kriminalitas, seperti pembunuhan dan perampokan sadis, meningkatnya
jumlah kenakalan remaja, berkembangnya pergaulan bebas dan praktek
prostitusi, merosotnya kepedulian sosial masyarakat. Kondisi ini
menyebabkan masyarakat mulai melirik kembali kepada lembaga
pendidikan Islam seperti madrasah atau pondok pesantren.
Sepuluh tahun terakhir ini muncul kecenderungan sebagian keluarga
kelas menengah di Indonesia untuk menyekolahkan anaknya ke lembaga
pendidikan madrasah dan pondok pesantren. Kecenderungan ini memberi
bukti madrasah dan pesantren diyakini dapat menjat li benteng yang
ampuh untuk menjaga kemerosotan moralitas masyarakat.
19
pendidikan ini pada gilirannya telah mempercepat tumbuhnya tingkat
kesejahteraan ekonomi sebagian masyarakat Indonesia, khususnya
masyarakat menengah ke atas. Kemajuan yang ada telah melahirkan
bentuk kehidupan yang timpang. disatu sisi mereka berkelebihan secara
materi, tetapi disisi lain merasa kosong secara mental spiritual.
Menyadari kehidupan mereka yang kurang bahagia ini, mereka ingin
menyiapkan anak-anaknya agar tidak mengalami keadaan yang sama.
Mereka mulai mencari lembaga pendidikan alternatif yang mampu
memberikan pendidikan yang seimbang antara ilmu pengetahuan dan
agama. Membaca kecenderungan ini madrasah dan pesantren memiliki
kesempatan untuk berkembang sebagai altenatif pendidikan.
20
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Hakekat media pendidikan Islam adalah sarana untuk perantara komunikasi antara
pendidik dengan peserta didik untuk menyampaikan materi pendidikan Islam yang
pada akhirnya bertujuan mencapai tujuan pendidikan Islam. Sebenarnya media
bukan merupakan faktor pokok yang harus ada dalam sistem pendidikan Islam,
namun media merupakan pelengkap yang mempermudah proses pendidikan Islam
agar bisa berjalan secara efektif dan efisien serta cepat dan tepat. Peranan media
sangat penting dalam proses pembelajaran. Begitu pentingnya alat/media dalam
pendidikan, maka sudah barang tentu didalam pendidikan islam perlu dilengkapi
dengan alat/media dan tidak hanya sekedar diterangkan saja secara verbal. Tetapi
Para ahli telah mengklasifikasikan alat atau media pendidikan kepada dua bagian
yaitu: alat pendidikan yang bersifat benda (materil) dan alat pendidikan yang
bukan benda (non materil).
Muhaimin dan Abdul Mujib. 1993. Pemikiran Pendidikan Islam Kajian Filosofis
dan Kerangka Dasar Operasionalnya. Bandung: Trigenda Karya
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta:Kalam Mulia, 2008), Ct. ke-6, hlm.
204-211.
Zuhairini. 1994. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: bumi Aksara
https://nurhayatimag.wordpress.com/2012/11/22/dasarlandasan-pendidikan-
dalam-islam/
http://ekahachi.wagomu.id/e3853.html
http://mysinau.blogspot.com/2015/09/hakikat-alatmedia-dan-evaluasi.html
http://nurd3009.blogspot.com/2015/12/tik.html
22