Anda di halaman 1dari 6

UJIAN TENGAH SEMESTER

Mata Ajaran : HKN203 Sistem Hukum di Indonesia

Hari/Tanggal : Kamis, 28 Oktober 2021

Waktu : 11.30-14.30

Nama mahasiswa : Ahmad Farhan Setiawan

NIM : 122011333111

1.

A. Statutor atau Statutory maksudnya adalah menurut Undang-Undang atau berdasar pada
Undang-Undang

Judiciary adalah peradilan yang berarti sistem pengadilan yang mengadili


perselisihan/perselisihan hukum dan menafsirkan, membela, dan menerapkan hukum dalam kasus-
kasus hukum.

Literary adalah berdasar hasil-hasil penelitian atau riset yang sudah tertulis.

B. Literary sangat penting karena dengan literary dapat ditemukan pemahaman, teknologi, dan
solusi baru atas beragam permasalahan yang dihadapi oleh berbagai pihak. Contohnya Dalam salah
satu penelitian hukum tentang peningkatan yurisprudensi sebagai sumber hukum yang dilakukan
oleh Badan Pembinaan Hukum Nasional tahun 1991/1992 telah dikumpulkan beberapa definisi
yurisprudensi, yaitu antara lain:

1. Yurisprudensi, yaitu peradilan yang tetap atau hukum peradilan (Poernadi Poerbatjaraka
dan Soerjono Soekanto);

2. Yurisprudensi adalah ajaran hukum yang dibentuk dan dipertahankan oleh pengadilan
(kamus Fockema Andrea);

3. Yurisprudensi adalah pengumpulan yang sistematis dari keputusan Mahkamah Agung dan
keputusan Pengadilan Tinggi yang diikuti oleh hakim lain dalam memberi keputusan dalam
soal yang sama (Kamus Fockema Andrea).
Oleh karena itu sumber Literary sangat dibutuhkan karena dapat melancarkan penyelenggaraan
pemerintahan, mengisi kekosongan hukum, memberikan kepastian hukum; dan
mengatasi stagnasi pemerintahan dalam keadaan tertentu guna kemanfaatan dan kepentingan
umum.

2.

A. Peristiwa hukum menjadi sangat penting karena pembuktian dalam proses penemuan hukum
adalah tahapan yang sangat penting. Apabila peristiwa konkret sudah dibuktikan, hakim akan
memperoleh kebenaran mengenai peristiwa yang disengketakan tersebut. Kemudian, hakim akan
mengkualifikasi peristiwa tersebut menjadi peristiwa hukum dengan cara mencari peraturan
hukum yang relevan untuk diterapkan.

B. Contohnya kasus suap pembangunan PLTU Riau-1.

Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menetapkan Dirut PT PLN Sofyan Basir (SFB) sebagai
salah satu tersangka dalam kasus suap pembangunan PLTU Riau-1. Pasal yang digunakan untuk
menjerat Sofyan Basir adalah Pasal 12 huruf a atau b atau Pasal 11 Undang-undang Nomor 31
Tahun 1999 sebagaimana diubah dengan Undang-undang Nonor 20 Tahun 2001 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi juncto Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP atau Pasal 56 ayat (2)
KUHP Juncto Pasal 64 ayat (1) KUHP.

Pasal tersebut mengatur mengenai pegawai negeri atau penyelenggara negara yang menerima
hadiah, padahal diketahui atau patut diduga bahwa hadiah tersebut diberikan sebagai akibat atau
disebabkan karena telah melakukan atau tidak melakukan sesuatu dalam jabatannya yang
bertentangan dengan kewajibannya dengan hukuman minimal 4 tahun penjara dan maksimal 20
tahun penjara dan denda paling sedikit Rp200 juta dan paling banyak Rp1 miliar.

3.

A. Dasar hukum Hak asasi manusia diatur dalam pasal 27 sampai pasal 34 UUD 1945.

• Pasal 27
“Setiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak atas
kesejahteraan”. Setiap warga negara berhak atas cara yang sah menurut hukum dengan tidak
berhak atas izin orang lain. Ayat 3. Hak asasi manusia terhadap kewarganegaraan dan
kebangsaannya, di mana “setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam pembelaan
negara”. Sejak terakhir amandemen UUD 1945, pasal 28 dijabarkan dengan lebih
terperinci. Dengan bagian utama tetap pada “kebebasan berserikat dan memerintah, mengeluarkan
pikiran dengan lisan dan tulisan dan ditetapkan dengan undang-undang” sebagai berikut:

• Pasal 28 B

Hak setiap orang untuk membentuk keluarga melalui perkawinan yang sah, sesuai dengan hukum
agamanya masing-masing dan disahkan oleh negara sesuai aturan yang berlaku. Pasal 28 B terdiri
dari 2 ayat, di mana ayat kedua berisi tentang hak setiap orang atas keberhasilan hidup. tumbuh
dan berkembang serta berhak atas perlindungan dari perdebatan. Negara menjamin hal ini.

• Pasal 28 C

Ayat 1, undang-undang yang mengatur tentang HAM di mana negara membutuhkan bantuan / hak
persetujuan tentang pengembangan diri. Terkait negara menjamin hak setiap orang dari pendidikan
dan memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya demi
meningkatkan kualitas pembicaraan dan demi kesejahteraan manusia. Ayat 2, yang memuat hak
setiap orang utnk memajukan diri sendiri demi orang lain dan negaranya.

• Pasal 28 D

Terdiri dari 4 ayat yang seluruhnya saling menyambung satu sama lain. Pasal ini memuat
persetujuan atas persetujuan, Jaminan, dan perlindungan hukum, hak untuk mendapatkan
ketidakseimbangan yang adil dalam hubungan kerja, hak untuk mendapatkan peluang yang sama
dalam pemerintahan, dan hak yang sama dalam status kewarganegaraan.

• Pasal 28 E

Ayat 1. Pada pasal ini, persetujuan resmi atau mempercayai tentang pelaksanaan pasal 29 UUD
1945 sebelum amandemen membahas tentang hak setiap orang untuk memilih dan memeluk
agamanya masing-masing tanpa paksaan, memilih pekerjaan, memilih kewarganegaraan, serta
memilih tempat tinggal di wilayah negaranya dan meminta kembali .
Ayat 2. Mengandung pernyataan kebebasan setiap orang untuk percaya kebebasan percaya,
percaya sikap dan pikiran, yang sesuai dengan ahti nuraninya. Ayat 3. Pernyataan yang
mengabarkan setiap orang untuk bebas berbicara, berserikat, dan memenangkan.

• Pasal 28 F

Informasi ini sesuai dengan perkembangan teknologi informasi dan media saat ini. Berisikan
tentang hak atau kebebasan pada setiap orang untuk berkomunikasi dan mendapatkan informasi
untuk mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya. Selain itu, setiap orang juga berhak
untuk mencari, memperoleh, memiliki, dan menyimpan informasi, serta memenangkannya dengan
bertanggung jawab.

• Pasal 28 G

Pernyataan pasal 28 F adalah perlindungan pemerintah dan negara atas hak setiap orang untuk
mendapatkan izinnya dan keluarga atas harta yang ada di bawahnya, berhak atas kebebasan dari
perlindungan dan tantangan, dan berhak mendapatan suakan dari negara lain.

• Pasal 28 H

Pasal 28 H ini terdiri dari 4 ayat, yang masing-masing berisi hak tentang: hak setiap orang untuk
menerima kelahiran dan bathin, mendapatkan tempat tinggal yang layak, dan hak untuk perawatan
kesehatan yang layak; hak setiap orang untuk mendapatkan persetujuan dan bantuan khusus untuk
mendapat kesempatan dan manfaat yang sama untuk mencapai persetujuan dan keadilan; hak
setiap orang untuk Jaminan sosial; Kepemilikan pribadi sesuai aturan yang berlaku.

• Pasal 28 I

Ayat 1. Hak setiap orang untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak kemerdekaan dan hati nurani,
hak beragama, hak untuk tidak diperbudak, hak agar tidak dituntut atas hukum yang berlaku
surut; hak atas bebas dari perlakuan diskriminatif; Hak terhadap budaya dan hak masyarakat
tradisional; semua hak atas negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan
keamanan negara. Ayat 2. Mengandung persetujuan setiap orang bebas dari bantuan
diskriminatif. Ayat 3. Seluk beluk dengan perkembangan zaman. Ayat 4. Perlindungan dan
penanggungjawab pelaksanaan HAM adalah pemerintahan Ayat 5. Pelaksanaan HAM di
Indonesia diatur dengan peraturan perundang-undangan undangan
• Pasal 28 J

PAsal 28 J terdiri dari 2 ayat yang isinya tentang setiap orang untuk mendapat hak orang
lain. Selain itu, pada artikel ini juga menyatakan bahwa dalam kehidupan bernasyarakat dengan
adanya Jaminan Perlindungan HAM berhak agar sesuai dengan norma
dan persyaratan jaminan umum.

• Pasal 29

Pasal 29, terdiri dari 2 ayat yang disetujui dan ditentukan negara atas Ketuhanan Yang Maha Esa
dan setiap warga negara berhak beribadah sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing-
masing.

• Pasal 31

Pasal ini merupakan peraturan tentang hak setiap warga negara untuk mendapatkan pendidikan
dan pendidikan dasar yang dibiayai oleh pemerintah. Pasal ini menjamin hak anak-anak terlantar
dan fakir miskin, yang semuanya dipelihara oleh negara. Pasal ini tentang hak dan kewajiban
warga negara dalam negara pertahanan. Dalam pasal ini dinayatakn tentang negara menjamin
kebebasan masyarakat dalam meminta dan mengembangkan nilai-nilai budayanya.

• Pasal 33

Terdiri dari 3 ayat yang berisi tentang ketentuan yang disusun sebagai usaha bersama berdasarkan
asas kekeluargaan; cabang-cabang produksi yang penting dan disetujui hajat hidup orang banyak
dikuasai oleh negara; dan penggunaan seluruh sumber daya alam yang ada di bumi, udara, dan
tanah untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Pengaturan HAM dalam Ketetapan MPR dan Undang-Undang

Ketetapan MPR adalah peraturan perundang-undangan yang secara langsung terletak di bawah
undang-undang dasar, UUD 1945. Pengaturan HAM yang diatur dalam TAP MPR nomor XVII
tahun 1998. Ketuk MPR ini berisikan tentang pengaturan peraturan perundang-undangan yang
berkaitan dengan HAM dan kepemimpinan Bangsa Indonesia terhadap HAM dan Piagam HAM
Internasional.
Hak asasi manusia dalam undang-undang mengatur tentang setiap jenis hak asasi. Oleh karena itu,
ada banyak UU di Indonesia antara lain sebagai berikut :

• UU Nomor 5 Tahun 1998 yang berisi tentang ratifikasi terhadap aturan anti kekejaman,
penyiksaan, penanganan, atau penghukuman yang kejam, tidak berperikemanusiaan, dan
merendahkan martabat.

• UU Nomor 9 Tahun 1998 yang berisi tentang kebebasan menyetujui pendapat

• UU Nomor 11 Tahun 1998 yang mengatur tentang hak dan kewajiban buruh di Indonesia

• UU Nomor 8 Tahun 1999, berisikan tentang hak dan perlindungan konsumen.

• UU Nomor 19, 20, dan 21 Tahun 1999, berisi tentang perburuhan. Dalam hal ini UU yang
mengatur tentang penghapusan ekrja dipaksakan, upah minimum pekerja, dan diskriminsai
dalam pekerjaan.

• UU Nomor 26 Tahun 1999, berisikan tentang pencabutan hukum subversi

• UU Nomor 39 Tahun 1999, berisikan tentang HAM.

• UU Nomor 40 Tahun 1999, berisikan tentang pers, hak dan mengambilnya.

• UU Nomor 26 TAhun 2006, berisikan tentang pengadilan terhadap pelanggar HAM.

B. Hak atas kebebasan berpendapat dan berekspresi merupakan salah satu hak asasi manusia yang
dilindungi oleh Undang-Undang Dasar RI 1945. Namun, pembatasan diperlukan dalam
masyarakat demokratis, untuk melindungi ketertiban umum, kesehatan publik, moral publik,
keamanan nasional, keselamatan publik, dan melindungi hak serta kebebasan orang lain.
Kebebasan berekspresi bisa dibatasi. Misalnya, dalam pasal 19 ayat 2 Undang-Undang Nomor 12
Tahun 2005 tentang Ratifikasi Kovenan Hak Sipil dan Politik, jelas bahwa kebebasan berpendapat
dan berekspresi itu dibatasi dan ada dua pembatasannya. Untuk alasan keamanan nasional dan
untuk menghormati harkat dan martabat orang lain.

Anda mungkin juga menyukai