2435 3267 1 SM
2435 3267 1 SM
ABSTRACT
This study aims to analyze: 1) Onion farming cost structure in Lenyek Village, Luwuk Utara District,
Banggai Regency, 2) Onion farming income in Lenyek Village, Luwuk Utara Sub-district, Banggai District. The
study was conducted in Lenyek Village, Luwuk Utara District, Banggai District from April to July 2017 with a
sample of 37 farmers. Data analysis used is descriptive analysis and income analysis. The results showed that the
cost structure of onion farming in Lenyek Village, Luwuk Utara Subdistrict, Banggai Regency consist of fixed cost
and variable cost. Average number / farmer for fixed cost of Rp. 577,388.08 and average amount / hectare of Rp.
712.111.98. While the average / farmer for variable cost of Rp. 49.806.351.35 and has an average / hectare amount
of Rp. 61,427,833.33 with total average cost / farmer of Rp. 50,383,739.45 and the total average cost / hectare is
Rp. 62.139.945,32. The average income level / onion farmers in Lenyek Village, Luwuk Utara District, Banggai
Regency is Rp. 71,427,071,37 and farmer's income with average / hectare is Rp. 88.093.388.02.
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis : 1) Struktur biaya usahatani bawang merah di Desa Lenyek
Kecamatan Luwuk Utara Kabupaten Banggai, 2) Pendapatan usahatani bawang merah di Desa Lenyek Kecamatan
Luwuk Utara Kabupaten Banggai. Penelitian dilakukan di Desa Lenyek Kecamatan Luwuk Utara Kabupaten
Banggai dari bulan April sampai dengan bulan Juli 2017 dengan jumlah sampel 37 orang petani. Analisis data yang
digunakan yaitu analisis deskriptif dan analisis pendapatan. Hasil penelitian menunjukan Struktur biaya usahatani
bawang merah di Desa Lenyek, Kecamatan Luwuk Utara, Kabupaten Banggai terdiri dari biaya tetap dan biaya
variabel. Jumlah rata-rata/petani untuk biaya tetap sebesar Rp. 577.388,08 dan jumlah rata-rata/hektar sebesar Rp.
712.111,98. Sedangkan jumlah rata-rata/petani untuk biaya variabel sebesar Rp. 49.806.351,35 dan memiliki jumlah
rata-rata/hektar sebesar Rp. 61.427.833,33 dengan total biaya rata-rata/petani sebesar Rp. 50.383.739,45 dan total
biaya rata-rata/hektar sebesar Rp. 62.139.945,32. Tingkat pendapatan rata-rata/petani bawang merah di Desa
Lenyek, Kecamatan Luwuk Utara, Kabupaten Banggai adalah Rp. 71.427.071,37 dan pendapatan petani dengan
rata-rata/hektar sebesar Rp. 88.093.388,02.
PENDAHULUAN
Pertanian merupakan salah satu sektor Pada dasarnya, pembangunan nasional di
penting dalam pembangunan di Indonesia sampai sektor pertanian harus ditujukan untuk
saat ini. Walaupun Indonesia merupakan negara mempersiapkan dan memantapkan prinsip-prinsip
agraris, namun sebagian besar petaninya budidayap usahatani berorientasi agribisnis
termasuk petani kecil. Petani yang termasuk adalah pola budidaya dan usahatani yang sesuai
dalam golongan ini biasanya hanya memiliki dengan agroekosistem. Usahatani yang intensif
lahan pertanian yang terbatas dan modal yang adalah usaha yang komersil dan menjamin
tidak cukup besar sehingga hasil pertanian yang peningk, usahatani yang berorientasi agribisnis.
diperoleh dari usahataninya tidak dapat Konse atan pendapatan dan perbaikan taraf hidup
mencukupi kebutuhan hidupnya. Banyak petani petani. Oleh sebab itu, sasaran dari pembangunan
yang tidak memiliki lahan atau tidak berkuasa pertanian bertujuan untuk meningkatkan
lagi atas lahan yang mereka miliki karena dijual pendapatan petani. Peningkatan produksi dan
atau disewakan. Petani tersebut berusaha menjadi pendapatan petani tergantung pada perilaku
buruh tani atau menggarap lahan pertanian milik petani dalam berusahatani. Dalam usahatani
orang lain atau bekerja disektor non pertanian selalu bertujuan memperoleh pendapatan dan
(Soekartawi, 2002: 2). keuntungan yang tinggi. Pendapatan dipengaruhi
oleh beberapa faktor antara lain harga jual
*Alamat Email:
waldisadaruddin04@gmail.com
Waldi Sadaruddin dkk.: Analisis Pendapatan Usahatani Bawang Merah Di Desa Lenyek ........................
produk, biaya produksi dan volume penjualan. bawang merah di dunia. Berdasarkan data Food
Besarnya biaya dan harga jual mempengaruhi and Agriculture Organization (FAO) tahun 2010-
volume penjualan. Sementara itu volume 2014, Indonesia menempati urutan keempat
penjualan akan dipengaruhi produksi setelah New Zealand, Perancis, dan Netherland
(Nadhwatunnaja, 2008:2). sementara di ASEAN Indonesia masuk diurutan
Indonesia salah satu bagian pembangunan pertama (Kementrian Pertanian, 2015: 1).
pertanian yang mempunyai kedudukan strategis Pada periode tahun 2010-2014 (lima tahun
adalah kegiatan yang berbasis pada tanaman terakhir), produksi bawang merah mengalami
pangan dan hortikultura, sektor ini selain peningkatan 5,74% per tahun dimana pada tahun
melibatkan tenaga kerja terbesar dalam kegiatan 2010 produksinya sebesar 1,05 juta ton kemudian
produksi dan produknya merupakan bahan pada tahun 2014 menjadi 1,23 juta ton.
pangan pokok pada konsumsi nasional. Ditinjau Peningkatan produksi tersebut disebabkan oleh
dari sisi bisnis kegiatan ekonomi yang berbasis meningkatnya luas panen sebesar 3,70% per
tanaman pangan dan hortikultura merupakan tahun dan produktivitasnya naik 2,00% per tahun.
kegiatan bisnis terbesar dan tersebar luas di Sentra produksi bawang merah adalah Provinsi
seluruh Indonesia. Sayuran merupakan tanaman Jawa Tengah, Jawa Timur, Jawa Barat dan Nusa
hortikultura yang mempunyai peranan penting Tenggara Barat. Keempat provinsi ini
dalam pemenuhan kebutuhan manusia sebagai memberikan kontribusi 86,24% dari total
pelengkap makanan pokok. Dalam rangka produksi bawang merah Indonesia (rata-rata
meningkatkan pendapatan petani, di Indonesia produksi tahun 2010-2014) (Kementrian
telah dikembangkan agribisnis tanaman Pertanian, 2015: 11).
hortikultura dimana keadaan alam dan iklim di Bawang merah merupakan salah satu jenis
Indonesia sangat mendukung untuk sayuran yang diproduksi di Kabupaten Banggai
dikembangkan berbagai jenis tanaman Desa Lenyek Kecamatan Luwuk Utara
hortikultura. Kabupaten Banggai. Selama kurun waktu 2013-
Bawang merah merupakan salah satu jenis 2016 terjadi peningkatan dan penurunan jumlah
tanaman hortikulutra dari komoditi sayuran yang produksi bawang merah. Sebelumnya pada 2013
sejak lama telah diusahakan oleh petani secara mengalami peningkatan mencapai 252 ton dengan
intensif. Komoditi sayuran ini termasuk kedalam luas panen 28 hektar, pada tahun 2014 mengalami
kelompok rempah tidak bersubstitusi yang penurunan yang cukup tinggi sebesar 96 ton luas
berfungsi sebagai bumbu penyedap makanan panen 12 hektar, kemudian produksi bawang
serta bahan obat tradisonal. Komoditi ini juga merah meningkat pada tahun 2015 sebesar 136
merupakan sumber pendapatan dan kesempatan ton serta mengalami penurunan kembali pada
kerja yang memberikan kontribusi cukup tinggi tahun 2016 sebesar 104 ton. (BP3K Kecamatan
terhadap perkembangan ekonomi wilayah (Badan Luwuk Utara, 2016).
Litbang Pertanian, 2006: 1). Tujuan penelitian ini untuk menganalisis
Prospek perkembangan bawang merah struktur biaya dan pendapatan usahatani bawang
Indonesia di dunia cukup baik mengingat merah di Desa Lenyek Kecamatan Luwuk Utara
Indonesia merupakan salah satu negara eksportir Kabupaten Banggai.
TINJAUAN PUSTAKA
Tanaman Bawang Merah umbi dapat membentuk rumpun tanaman yang
Bawang merah merupakan komoditi berasal dari hasil peranakan umbi (Rahayu, dkk.
hortikultura yang tergolong sayuran rempah. 2004: 21).
Sayuran rempah ini banyak dibutuhkan terutama Tanaman bawang merah lebih banyak
sebagai pelengkap bumbu masakan guna dibudidayakan di daerah dataran rendah yang
menambah cita rasa dan kenikmatan makanan. beriklim kering dengan suhu yang agak panas,
Bawang merah tergolong tanaman semusim atau dan cuaca cerah. Tanaman ini tidak menyukai
setahun. Tanamannya terbentuk rumpun, akarnya tempat-tempat yang tergenang air, apalagi becek.
serabut, batangnya pendek sekali yang hampir Walaupun bawang merah tidak menyukai tempat
tidak tampak, daunnya memanjang dan terbentuk yang tergenang air, tetapi tanaman ini banyak
silindris, pangkal daun berubah bentuk dan membutuhkan air, teruma dalam masa
fungsinya, yakni membengkak membentuk umbi pembentukan umbi. Dengan tuntutan seperti ini
lapis, umbi tersebut dapat membentuk tunas baru tanaman bawang merah banyak ditanam pada
yang kemudian tumbuh membesar dan dewasa musim kemarau yang normalnya terjadi pada
membentuk umbi kembali. Karena sifat bulan April-Oktober. Pada bulan-bulan tersebut
pertumbuhannya yang demikian maka dari satu
Mubyarto (1989: 27), pendapatan merupakan biaya maka petani mengharapkan pendapatan
hasil pengurangan antara hasil penjualan yang setinggi-tingginya melalui tingkat produksi
dengan semua biaya yang dikeluarkan mulai yang tinggi. biaya produksi dapat didefinisikan
dari masa tanam sampai produk tersebut sebagai semua pengeluaran yang dilakukan oleh
berada ditangan konsumen akhir. perusahaan untuk memperoleh faktor-faktor
Menurut Mustaki (2015:7), besarnya produksi bahan-bahan mentah yang akan
pendapatan yang akan diperoleh dari suatu digunakan untuk menciptakan barang-barang
kegiatan usahatani tergantung dari beberapa yang diproduksi perusahaan tersebut (Rumagit,
faktor yang mempengaruhinya seperti luas dkk. 2011:24).
lahan, tingkat produksi, identitas pengusaha, Menurut Shinta (2011: 95), biaya dapat
pertanaman, dan efisiensi penggunaan tenaga diklasifikasikan sebagai berikut:
kerja. Dalam melakukan kegiatan usahatani, 1. Total Biaya Tetap adalah biaya yang
petani berharap dapat meningkatkan dikeluarkan perusahaan atau petani yang
pendapatannya sehingga kebutuhan hidup tidak mempengaruhi hasil output / produksi.
sehari-hari dapat terpenuhi. Berapapun jumlah output yang dihasilkan
Bagi petani dan pemilik faktor produksi, biaya tetap itu sama saja. Contoh: sebuah
analisis pendapatan mempunyai arti penting tanah, pajak, alat pertanian.
karena akan memberikan bantuan dalam 2. Total Biaya Variabel yaitu biaya variabel
mengukur berhasil atau tidaknya suatu total yang besarnya berubah searah dengan
usahatani. Perbandingan keberhasilan petani berubahnya jumlah output yang dihasilkan
dilakukan jika yang dibandingkan merupakan atau keseluruhan biaya yang dikeluarkan
petani berpola fikir ekonomi. Pendapatan untuk memperoleh faktor produksi variabel.
keluarga petani diperoleh dengan Contoh: biaya untuk sarana produksi (Input)
menjumlahkan total pendapatan keluarga dari seperti biaya untuk penggunaan tenaga kerja,
berbagai sumber. Besarnya suatu pendapatan biaya penggunaan benih, biaya penggunaan
yang akan diperoleh dari suatu kegiatan pupuk dan biaya untuk penggunaan pestisida.
usahatani tergantung dari beberapa faktor 3. Total Biaya yaitu biaya total atau keseluruhan
yang mempengaruhinya. Faktor-faktor yang biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan
mempengaruhi usahatani antara lain adalah produksi yang merupakan penjumlahan
luas lahan, tingkat produksi dan efisiensi antara biaya tetap total dan biaya variabel
penggunaan produksi (Mustaki, 2015: 8). total.
Biaya Usahatani Analisis Pendapatan
Dalam usahatani tentunya para petani Menurut Nadhwatunnaja (2008: 19),
memperhitungkan biaya-biaya yang dikeluarkan analisis pendapatan usahatani adalah analisis
serta memperhitungkan penerimaan yang yang dilakukan untuk mengetahui alokasi
diperoleh. Menurut Soekartawi, et all (1986:32), sumberdaya yang ada secara efektif dan efisien
biaya atau pengeluaran total usahatani adalah untuk memperoleh keuntungan yang tinggi pada
semua nilai masukan yang habis dipakai atau waktu tertentu dikatakan efektif apabila petani
dikeluarkan dalam produksi, tetapi tidak termasuk dapat mengalokasikan sumberdaya yang mereka
tenaga kerja keluarga petani. Biaya usahatani miliki sebaik-baiknya, dan dapat dikatakan
dapat dibedakan menjadi biaya tunai dan biaya efisien bila pemanfaatan sumberdaya tersebut
yang diperhitungkan. Biaya tunai usahatani mengeluarkan output yang melebihi input.
didefinisikan sebagai jumlah uang yang Faktor produksi yang diperlukan dalam
dibayarkan untuk pemberian barang dan jasa bagi analisis pendapatan usahatani meliputi lahan
usahatani. Sedangkan biaya yang diperhitungkan tenaga kerja, modal, jumlah tanggungan keluarga
merupakan pengeluaran secara tidak tunai yang dan tingkat teknologi yang dapat menentukan
dikeluarkan oleh petani, biaya ini dapat berupa keberhasilan usahatani. Faktor lain juga mampu
faktor produksi yang digunakan petani tanpa mempengaruhi keberhasilan usahatani adalah
mengeluarkan uang tunai seperti sewa lahan yang ketersedian sarana transportasi dan komunikasi,
diperhitungkan atas lahan milik sendiri, aspek-aspek pemasaran hasil dan bahan usahatani
penggunaan tenaga kerja dalam keluarga, (produksi, harga hasil, harga sarana produksi lain,
penggunaan bibit dari hasil produksi dan fasilitas kredit dan sarana penyalur hasil).
penyusutan dari sarana produksi. Pengelolaan usahatani meliputi kemampuan
Biaya dalam kegiatan usahatani oleh petani petani dalam menentukan dan
ditujukan untuk menghasilkan pendapatan yang mengkoordinasikan faktor-faktor produksi yang
tinggi bagi usahatani yang dikerjakan. Dengan bermacam-macam seefektif mungkin sehingga
mengeluarkan biaya, maka petani mengeluarkan produksi pertanian memberikan hasil yang lebih
baik. Pengelolaan usahatani bukan hanya selisih antara total penerimaan dan semua biaya
menyangkut cara memperoleh hasil semaksimal yang dikeluarkan.
mungkin dari cabang usahatani yang diusahakan Pendapatan usahatani menurut Soekartawi
tetapi juga mempertinggi pendapatan dari suatu (2002: 35), dapat dibagi menjadi dua, yaitu:
cabang usahatani. 1. Pendapatan pokok yaitu pendapatan petani
Dalam teori ekonomi pertanian tingkat yang diterima dari seluruh hasil penjualan
pendapatan pertanian menjadi fokus dari setiap barang dan produksi.
tujuan dari aktifitas usahatani, tinggi rendahnya 2. Pendapatan bersih yaitu selisih antara
modal usaha akan berpengaruh terhadap produksi pendapatan kotor dengan biaya produksi atau
yang akhirnya kembali berdampak pada pengeluaran.
pendapatan petani. Pendapatan usahatani adalah
METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian Adapun secara rinci, sampel terpilih
Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan disajikan dalam Tabel 1. berikut ini:
Luwuk Utara Kabupaten Banggai mulai dari Tabel 1
bulan April 2017 sampai dengan bulan Juli 2017. Jumlah Populasi dan Sampel Petani Bawang
Jenis dan Sumber Data Merah di Desa Lenyek Kec. Luwuk Utara
Penelitian ini adalah jenis penelitian Kab. Banggai, 2017
survey, dimana penelitian ini mengambil sampel No Kelompok Tani
Populasi Sampel
dari satu populasi dan menggunakan kusioner Petani Petani
sebagai alat pengumpul data yang pokok. Data 1 Bina Karya 16 10
berupa data primer dan data sekunder. Data 2 Tirta Kencana 12 7
primer diperoleh atau dikumpulkan oleh peneliti 3 Lembu Sehati 14 9
secara langsung dari sumbernya, yaitu melalui 4 Harapan Baru 18 11
wawancara dan survey langsung kelapangan,
Jumlah 60 37
sedangkan data sekunder peneliti peroleh dari
berbagai sumber buku, Badan Pusat Statistik Sumber: Data diolah, 2017
Kecamatan Luwuk Utara, BP3K Kecamatan
Luwuk Utara, Laporan, jurnal dan artikel-artikel Tehnik Analisis Data
penelitian. Tehnik analisis data yang digunakan dalam
Populasi dan Sampel penelitian ini yaitu tehnik analisis deskriptif.
Populasi dalam penelitian ini adalah Untuk menganalisis pendapatan usahatani
seluruh petani bawang merah di Desa Lenyek bawang merah, maka digunakan metode analisis
Kecamatan Luwuk Utara Kabupaten Banggai perhitungan sebagai berikut:
sebanyak 60 petani yang terbagi dalam 4 (empat) 1. Total biaya (fixed cost) diperoleh dengan
kelompok. Metode pengambilan sampel yang menggunakan rumus:
digunakan adalah metode slovin dengan formula TC = FC + VC
sebagai berikut: Dimana:
N VC = Variabel Cost (Biaya Variabel)
𝑛= FC = Fixed Cost (Biaya Tetap)
1 + (𝑁 𝑥 𝑒2)
dimana : TC = Total Cost (Biaya Total)
n = Jumlah Sampel
2. Pendapatan Usahatani diperoleh dengan
N = Jumlah Populasi
menggunakan rumus:
e = Batas Toleransi Kesalahan
(error tolerance) π = TR – TC
Dimana :
60 π = Pendapatan usahatani
𝑛= TR = Total Revenue (Total Penerimaan)
1 + (60 𝑥 0,01) TC = Total Cost (Total biaya)
60
𝑛=
1 + 0,6 3. Penerimaan diperoleh dengan menggunakan
60
𝑛= rumus:
1 ,6 TR = P x Q
𝑛 = 37 Dimana :
Berdasarkan hasil perhitungan TR= Total Revenue (Total Penerimaan)
menggunakan slovin, sehingga total sampel yang
P = Price (Harga)
digunakan untuk penelitian berjumlah 37 orang.
usahataninya dibandingkan dengan petani Desa Lenyek Kec. Luwuk Utara Kab. Banggai
yang berusia relatif tua. Adapun jumlah sangat berpengalaman dalam berusahatani.
responden berdasarkan umur dapat dilihat 3. Luas Lahan
pada Tabel 6 dibawah ini: Luas lahan sangat mempengaruhi petani
Tabel 6. dalam pengambilan keputusan dan kebijakan
Umur Petani di Desa Lenyek Kec. Luwuk yang berhubungan dengan penggunaan lahan
Utara Kab. Banggai, 2017 untuk dapat menghasilkan produksi pertanian
Umur
Jumlah
Persentase yang diinginkan. Petani yang memiliki lahan
No Responden yang luas tentunya akan memperoleh hasil
(Tahun) (%)
(Orang)
yang lebih besar, tetapi tidak menjamin
1 <15 0 0
bahwa dengan luas lahan tersebut yang lebih
2 15-60 36 97,30 produktif dalam memberikan hasil
3 >60 1 2,70 dibandingkan dengan luas lahan yang kecil.
Jumlah 37 100 Untuk mengetahui rata-rata luas lahan dapat
Sumber: Data primer diolah, 2017 dilihat pada Tabel 9 berikut:
Tabel 9.
Berdasarkan Tabel 6 diatas, menunjukan Luas Lahan Petani di Desa Lenyek Kec.
bahwa umur petani yang terbanyak adalah petani Luwuk Utara Kab. Banggai, 2017
yang tergolong produktif yaitu berada dikisaran No
Luas Jumlah Persentase
15-60 tahun sebanyak 36 orang dengan Lahan (Orang) (%)
presentase 97,19%. Dengan usia yang produktif 1 <1 ha 14 37,83
ini maka dapat menunjang kegiatan usahatani 2 1-2 ha 23 62,16
yang akan dilakukan. Sedangkan petani yang 3 >2 ha 0 0
tergolong tidak produktif terdiri dari 1 orang Jumlah 37 100
petani. Sumber: Data primer diolah, 2017
2. Pengalaman Berusaha Tani
Aspek pengalaman berusahatani juga Berdasarkan Tabel 9 di atas menunjukan
berpengaruh terhadap keputusan petani untuk bahwa luas lahan 1-2 Ha. dimiliki 23 orang petani
mengembangkan usahatani bawang merah. (62,16%) dan < 1 Ha. dimiliki 14 orang petani
Pengalaman berusaha tani merupakan (37,83%).
kegiatan yang pernah dialami oleh seorang Struktur Biaya Usahatani Bawang Merah
petani dalam berusahatani baik yang sudah Struktur biaya usahatani merupakan biaya
lama maupun yang masih proses yang dikeluarkan oleh petani selama proses
perkembangan. Pengalaman berusaha tani usahatani dalam satu musim tanam. biaya
juga merupakan salah satu faktor usahatani bawang merah meliputi biaya tetap dan
keberhasilan usahatani karena semakin lama biaya variabel serta pendapatan bersih yang
berusaha tani semakin banyak juga diterima oleh responden/musim tanam. biaya
pengalaman yang mereka dapatkan untuk usahatani bawang merah diklasifikasikan menjadi
dijadikan referensi dalam berusaha tani. dua, yaitu biaya tetap dan biaya variabel.
Tabel 7. 1. Biaya Tetap
Pengalaman Petani di Desa Lenyek Kec. Biaya tetap didefinisikan sebagai biaya yang
Luwuk Utara Kab. Banggai, 2017 relatif tetap jumlahnya, dan terus dikeluarkan
Pengalaman
Frekuensi Persentase walaupun produksi yang diperoleh banyak
No Berusahatani
(Orang) (%) atau sedikit.
(Tahun)
1 1-15 32 86,48 Tabel 10.
2 16-45 6 16,22 Biaya Tetap Usahatani Bawang Merah di
Desa Lenyek Kec. Luwuk Utara Kab. Banggai,
3 >45 0 0
2017
Jumlah 37 100 Rata- Rata-
N Jenis Biaya Jumlah
Sumber: Data primer diolah, 2017 o Tetap (Rp)
Rata/Petani Rata/Ha
(Rp) (Rp)
Berdasarkan Tabel 7 menunjukan bahwa 1. Pajak Lahan 346.000,00 9.351,35 11.533,33
2. Penyusutan 2.960.216,63 80.005,85 98.673,89
sebanyak 86,48% petani dengan pengalaman Alat
berusaha tani 1-15 tahun, sedangkan 16,22% 3. Tenaga 18.057.142,86 488.030,89 601.904,76
petani dengan pengalaman berusaha tani 16-45 Kerja DK
tahun. Jadi dapat dikatakan bahwa para petani di Jumlah 21.363.359,49 577.388,09 712.111,98
Sumber: Data primer diolah, 2017
Berdasarkan Tabel 10 di atas, dapat yaitu Rp. 91.380.000,00 dan nilai rata-rata /petani
disimpulkan bahwa biaya tetap pada usahatani sebanyak Rp. 2.469.792,73 dan rata-rata/hektar
bawang merah di Desa Lenyek Kec. Luwuk Utara sebesar Rp. 3.046.000,00. Biaya variabel yang
Kab. Banggai terbagi menjadi biaya pajak lahan, dikeluarkan oleh petani bawang merah sebesar
penyusutan alat, dan biaya tenaga kerja dalam Rp.1.842.835.000,00 dengan rata-rata/petani Rp.
keluarga. Jumlah untuk pajak lahan yaitu Rp. 49.806.351,35 dengan rata-rata/hektar sebesar
346.000,00 dengan rata-rata/petani sebesar Rp. Rp. 61.427.833,33. Biaya bibit merupakan biaya
9.351,35, dengan rata-rata/hektar sebesar Rp. yang paling besar dikeluarkan oleh petani dalam
11.533,33. Penyusutan alat memiliki jumlah usahatani bawang merah, karena harga jual
sebesar Rp. 2.960.216,63 dengan rata-rata/petani bawang merah cukup tinggi maka biaya bibitnya
yaitu Rp. 80.005,85 dan rata-rata/hektar sebesar pun tinggi.
Rp. 98.673,89. Sedangkan untuk tenaga kerja 3. Biaya Total
dalam keluarga memiliki jumlah yaitu Rp. Biaya total adalah keseluruhan biaya yang
18.057.142,86 dan nilai rata-rata/petani sebanyak dikeluarkan untuk menghasilkan produksi.
Rp. 488.030,89 dengan nilai rata-rata/hektar Rp. Yang merupakan penjumlahan antara biaya
601.904,762. Biaya tetap yang dikeluarkan oleh tetap dan biaya variabel. Adapun total biaya
petani bawang merah sebesar Rp. 21.363.359,49 yang dikeluarkan dapat dilihat pada tabel
dengan rata-rata/petani Rp. 577.388,09 dan rata- sebagai berikut:
rata/hektar Rp. 712.111,98. Tabel 12.
2. Biaya Variabel Biaya Total Usahatani Bawang Merah di Desa
Biaya variabel dari usahatani bawang merah Lenyek Kec. Luwuk Utara Kab. Banggai, 2017
meliputi biaya untuk bibit, pupuk sewa N
Rata- Rata-
tenaga kerja luar keluarga obat-obatan, sewa Jenis Biaya Rata/Petani Rata/Ha
o
(Rp) (Rp)
tenaga kerja dan upah panen. Adapun biaya 1. Biaya Tetap 577.388,08 712.111,98
variabel usahatani petani responden dapat 2. Biaya 49.806.351,35 61.427.833,33
dilihat pada tabel berikut ini. Variabel
Tabel 11. Jumlah 50.383.739,43 62.139.945,32
Biaya Variabel Usahatani Bawang Merah di Sumber: Data primer diolah, 2017
Desa Lenyek Kec. Luwuk Utara Kab. Banggai,
2017 Berdasarkan Tabel 12 menunjukan bahwa
N
Jenis
Jumlah
Rata-
Rata-Rata/Ha
jenis biaya usahatani bawang merah terbesar
Biaya Rata/Petani adalah biaya variabel dengan jumlah rata-
o (Rp) (Rp)
Variabel (Rp)
rata/petani sebesar Rp. 49.806.351,35 dan jumlah
1. Bibit 1.544.950.000 41.755.405,41 51.498.333,33
2. Pupuk 161.600.000 4.367.567,57 5.386.666,67 rata-rata/hektar sebesar Rp. 61.427.833,33.
3. Obat- 44.905.000 1.213.648,65 1.496.833,33 Sedangkan untuk biaya tetap memiliki nilai rata-
obatan rata/petani sebesar Rp. 577.388,08 dan nilai rata-
4. Tenaga 91.380.000 2.469.792,73 3.046.000,00 rata/hektar sebesar Rp. 712.111,98 sehingga
Kerja LK diperoleh jumlah biaya total dengan rata-
Jumlah 1.842.835.000 49.806.351,35 61.427.833,33
rata/petani Rp. 50.383.739,43 dan biaya variabel
Sumber: Data primer diolah, 2017
dengan rata-rata/hektar sebesar Rp.
62.139.945,32.
Berdasarkan Tabel 11 di atas, dapat
Penerimaan Usahatani Bawang Merah
disimpulkan bahwa biaya variabel pada usahatani
Penerimaan adalah nilai dari penjualan
bawang merah di Desa Lenyek Kecamatan
produksi usahatani dengan harga jual yang
Luwuk Utara Kabupaten Banggai terbagi menjadi
berlaku pada tingkat petani.adapun rata-rata
biaya bibit, pupuk, obat-obatan, tenaga kerja luar
penerimaan usahatani bawang merah yang
keluarga. Jumlah untuk bibit yaitu Rp.
diperoleh petani responden di Desa Lenyek
1.544.950.000,00 dengan rata-rata/petani sebesar
Kecamatan Luwuk Utara Kabupaten Banggai
Rp. 41.755.405,41 dengan rata-rata/hektar
dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:
sebesar Rp. 51.498.333,33. Pupuk memiliki
Tabel 13.
jumlah sebesar Rp. 161.600.000,00 dengan rata-
Rata-Rata Penerimaan Usahatani Bawang
rata/petani yaitu Rp. 4.367.567,57 dan rata-
Merah di Desa Lenyek Kec. Luwuk Utara
rata/hektar Rp. 5.386.666,67. Obat-obatan
Kab. Banggai, 2017
memiliki jumlah sebesar Rp. 44.905.000,00 N Rata-Rata/ Rata-Rata/ Ha
dengan rata-rata/petani yaitu Rp. 1.213.648,65 Jenis Biaya
o Petani (Rp) (Rp)
dan rata-rata/hektar Rp. 1.496.833,33. Sedangkan 1. Produksi (Kg) 4.756,76 5.866,67
untuk tenaga kerja luar keluarga memiliki jumlah 2. Harga (Rp) 25.567,57 31.533,33
N
Jenis Biaya
Rata-Rata/ Rata-Rata/ Ha dikeluarkan selama berusahatani. Adapun tingkat
o Petani (Rp) (Rp) pendapatan petani berdasarkan status kepemilikan
Jumlah 121.810.810,81 150.233.333,33
lahan dapat dilihat pada tabel berikut:
Sumber: Data primer diolah, 2017
Tabel 14.
Jumlah Pendapatan Usahatani Bawang Merah
Berdasarkan Tabel 13 di atas, rata-rata
Berdasarkan Status Lahan di Desa Lenyek
jumlah produksi yang dihasilkan petani
Kec. Luwuk Utara Kab. Banggai, 2017
responden usahatani bawang merah rata- N Rata-Rata/ Rata-Rata/ Ha
rata/petani sebesar 4.756,76 Kg, jumlah produksi Uraian
o Petani (Rp) (Rp)
rata-rata/hektar 5.866,67 Kg, dan harga 1. Penerimaan 121.810.810,81 150.233.333,33
komoditas bawang merah rata-rata/petani senilai Biaya Total
2. 50.383.739,45 62.139.945,32
Rp. 25.567,57, untuk harga bawang merah rata-
Pendapatan 71.427.071,37 88.093.388,02
rata/hektar sebesar Rp. 31.533,33 dari hasil Bersih (1-2)
perkalian antara jumlah produksi dengan harga Sumber: Data primer diolah, 2017
bawang merah maka total jumlah penerimaan
usahatani bawang merah petani responden di Berdasarkan Tabel 14 di atas menunjukan
Desa Lenyek Kecamatan Luwuk Utara bahwa pendapatan petani berdasarkan nilai rata-
Kabupaten Banggai sebesar dengan rata- rata petani pada usahatani bawang merah di Desa
rata/petani sebesar Rp. 121.810.810,81 dan rata- Lenyek Kecamatan Luwuk Utara Kabupaten
rata/hektar sebesar Rp. 150.233.333,33. Banggai secara keseluruhan yaitu Rp.
Tingkat Pendapatan Petani 71.427.071,37, dan pendapatan petani bawang
Dalam analisis usahatani, pendapatan merah secara keseluruhan berdasarkan rata-
petani digunakan sebagai indikator penting rata/hektar sebesar Rp. 88.093.388,02.
karena merupakan sumber utama dalam Pendapatan usahatani bawang merah diperoleh
mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari. dari selisih antara penerimaan dan total biaya.
Pendapatan usahatani bawang merah diperoleh
dari selisih antara penerimaan dan biaya yang
KESIMPULAN
Berdasarkan uraian analisis dan rata-rata/petani sebesar Rp. 49.806.351,35
pembahasan terhadap usahatani Bawang Merah di dan jumlah biaya variabel rata-rata/hektar
Desa Lenyek Kec. Luwuk Utara Kab. Banggai di sebesar Rp. 61.427.833,33, dengan total
atas, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut: biaya rata-rata/petani sebesar Rp.
1. Struktur biaya usahatani bawang merah di 50.383.739,45 dan total biaya rata-
Desa Lenyek, Kecamatan Luwuk Utara, rata/hektar sebesar Rp. 62.139.945,32.
Kabupaten Banggai terdiri dari biaya tetap 2. Tingkat pendapatan rata-rata/petani
dan biaya variabel. jumlah rata-rata/petani bawang merah di Desa Lenyek, Kecamatan
untuk biaya tetap sebesar Rp. Rp. Luwuk Utara, Kabupaten Banggai adalah
577.388,09 dan jumlah biaya tetap rata- Rp. 71.427.071,37 dan pendapatan petani
rata/hektar sebesar Rp. 712.111,98. dengan rata-rata/hektar sebesar Rp.
Sedangkan jumlah biaya variabel dengan 88.093.388,02.
DAFTAR PUSTAKA
Badan Litbang Pertanian. 2006. Prospek dan Damanah. 2008. Analisis faktor-faktor Produksi
Arah Pengembangan Agribisnis Dan Pendapatan Usahatani Bawang
Bawang Merah. Badan Penelitian dan Merah Di Desa SukaSari Kaler
Pengembangan Pertanian Kementrerian Kecamatan Argapura Kabupaten
Pertanian: Jakarta Majalengka Provinsi Jawa Barat.
Badan Pusat Statistik Kabupaten Banggai. 2015. Skripsi Fakultas Pertanian IPB, Bogor
Kecamatan Luwuk Utara Dalam Angka Hasan, Naspa. 2013. Struktur Biaya dan
Badan Pusat Statistik Kabupaten Banggai. 2016. Usahatani Kangkung Darat (Ipomoea
Kecamatan Luwuk Utara Dalam Angka Reptans Poirs) Di Desa Limehe Timur
Dama, Yayu. 2016. Analisis Pendapatan Kecamatan Tabongo Kabupaten
Usahatani Kacang Tanah Di Desa Gorontalo. Skripsi Fakultas Pertanian
Putiyana Kecamatan Anggrek UNG, Gorontalo
Kabupaten Gorontalo Utara. Skripsi. Kementrian Pertanian. 2015. Outlook Komoditas
Fakultas Pertanian UNG, Gorontalo . Pertanian Subsektor Hortikultura