4 - 09594 - Acara 2
4 - 09594 - Acara 2
Disusun oleh
LABORATORIUM MIKROBIOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2020
I. TUJUAN PRAKTIKUM
1. Mengetahui kemampuan virus dalam mengaglutinasi eritrosit (Uji HA cepat) dam
mengetahui jenis virus pada sampel (Uji HI cepat)
2. Mengetahui titer antigen/ titer HA (Uji HA lambat) dan mengetahui titer antibodi/
titer HI (Uji HI lambat)
3. Mengetahui prinsip, tujuan dan interpretasi uji AGPT
II. HASIL PRAKTIKUM
Sebelum:
Belum terjadi reaksi
K- Sebelum:
Belum terjadi reaksi
Sebelum:
Belum terjadi reaksi
Sesudah: (berdasarkan literatur)
K- S K- S K(-) Tidak terbentuk aglutinasi,
eritrosit mengendap berbentuk
seperti pinpoint
S Terbentuk aglutinasi, dapat
diamati berupa jembatan silang
(cross bridge)
(Fitrawati, dkk., 2015) (Spackman,
E., 2008)
Hasil & Interpretasi:
Terbentuk bentukan menyerupai
pinpoint pada sampel (S) artinya
tidak terjadi aglutinasi karena
diinhibisi (hasil positif)
Terbentuk bentukan seperti
anyaman berpasir pada control
negatif (K-) artinya terjadi
aglutinasi (hasil negatif)
Sebelum:
Belum terjadi reaksi
Interpretasi: (berdasarkan
literatur)
(+) Tidak terjadi aglutinasi pada
sumuran 1-3, terdapat endapan
eritrosit yang membentuk titik di
tengah (solid button)
(-) Terjadi aglutinasi pada sumuran
Sesudah:
Terdapat garis presipitat yang saling
K- S K+ K- S K+ memotong (cross line).
Interpretasi: (berdasarkan
literatur)
(+) adanya pita presipitasi (p) di
antara sumur antigen dan serum
(Fusvita, A., 2015), karena garis
saling memotong artinya bertipe
identify dan menandakan bahwa
antigennya memiliki epitope
identic/ sejenis (Leboffe & Pierce)
Note:
K : Kontrol
S : Sampel
III. PEMBAHASAN (pertanyaan dijawab dengan didukung dengan acuan dari pustaka
yang terpercaya)
1. Jelaskan tujuan, prinsip dan interpretasi pelaksanaan uji Hemaglutinasi (HA) cepat
dan lambat!
a. UJI HA CEPAT
Tujuan:
Menurut Fitrawati, dkk. (2015) uji HA cepat bertujuan mengetahui keberadaan
antigen (virus) yang dapat mengaglutinasi eritrosit dalam waktu singkat
Prinsip:
Prinsip metodenya adalah mencampurkan satu sampai dua tetes virus dengan
suspensi eritrosit sehingga terjadi ikatan antara protein luar virus hemagglutinin
dengan reseptor permukaan membentuk aglutinasi dalam waktu singkat, biasanya
satu menit.
Proses hemaglutinasi dapat berlangsung bila virus dapat mengikat dua eritrosit
secara simultan sehingga terbentuk semacam jembatan silang (cross bridge). Hal
ini mengharuskan jumlah virus dan eritrosit yang ekuivalen
(Fitrawati, dkk., 2015)
Interpretasi:
(+) Terbentuk aglutinasi, dapat diamati berupa jembatan silang (cross bridge)
(-) Tidak terbentuk aglutinasi, eritrosit mengendap berbentuk seperti pinpoint
(Fitrawati, dkk., 2015) (Spackman, E., 2008)
b. UJI HA LAMBAT
Tujuan:
Menurut Spackman, E. (2008), uji HA lambat bertujuan untuk mengidentifikasi
titer/ kuantitas virus dan banyaknya hemagglutinin unit (HAU)
Prinsip:
Pengenceran virus tertinggi yang masih menyebabkan aglutinasi sel darah merah
dengan jumlah standar virus mewakili titer unit hemaglutinasi
(Spackman, E., 2008)
Interpretasi:
(+) Terjadi aglutinasi, tampak eritrosit melebar di dinding sumur
(-) Tidak terjadi aglutinasi, terdapat endapan eritrosit yang membentuk titik di
tengah (solid button)
(Spackman, E., 2008)
b. UJI HI LAMBAT
Tujuan:
Menurut Spackman, E. (2008), uji HI lambat bertujuan untuk mengidentifikasi
titer antibody terhadap virus, untuk membedakan subtype spesifik virus misalnya
Influenza
Prinsip:
Mengukur level antibodi dengan cara dilusi yang dapat mencegah hemaglutinasi
eritrosit oleh virus. Dilusi dilakukan secara bertingkat untuk menentukan
pengenceran tertinggi antibody yang mampu menghambat hemaglutinasi
(Fitrawati, dkk., 2015)
Interpretasi:
(+) Tidak terjadi aglutinasi, terdapat endapan eritrosit yang membentuk titik di
tengah (solid button)
(-) Terjadi aglutinasi, tampak eritrosit melebar di dinding sumur
(Spackman, E., 2008)
3. Pada uji Hemaglutinasi (HA) lambat, seorang mahasiswa menemukan aglutinasi
eritrosit pada sumuran ke ke-1 hingga ke-4. Berapa HA Unit nilai titer antigen uji
HA yang diperoleh?
Interpretasi:
Gambar 1(+) adanya pita presipitasi (p) di antara sumur antigen dan serum.
Gambar 2 (-) tidak ada pita diantara sumur antigen dan serum
(Fusvita, A., 2015)
A B C
IV. KESIMPULAN
1. Uji Uji Hemaglutinasi (HA) merupakan uji yang dilakukan untuk mengetahui
kemampuan virus menghemaglutinasi eritrosit guna identifikasi virus. Uji positif
bila terbentuk agregat sel eritrosit olah partikel hemaglutinasi virus. Dibagi menjadi
uji HA cepat dan uji HA lambat
2. Uji Hemaglutinasi-Inhibisi (HI) merupakan uji yang dilakukan untuk mengetahui
kemampuan antibody serum spesifik menghambat hemaglutinasi eritrosit. Uji
positif bila tidak terbentuk agregat sel eritrosit. Dibagi menjadi uji HI cepat dan uji
HA lambat
3. Uji HA lambat digunakan untuk menghitung titer virus. Titer virus atau titer antigen
adalah pengenceran tertinggi yang masih mampu menunjukan reaksi aglutinasi,
rumusnya = 2n
4. Uji HI lambat digunakan untuk menghitung titer antibodi. Titer antibodi adalah
pengenceran tertinggi yang masih mampu menunjukan reaksi hambatan aglutinasi,
rumusnya = 2n-1
5. Agar gel precipitation test adalah uji serologis untuk mendeteksi adanya tidaknya
ikatan antibodi spesifik dengan antigen melalui interpretasi garis presipitasi. Bila
terdapat garis presipitasi, maka terdapat ikatan. Tipe ikatan yang terbentuk ada 3
yaitu identify, partial-identify, dan nonidentify
I. DAFTAR PUSTAKA (minimal literatur yang digunakan ialah 2 buku (min. tahun
2000) dan 1 jurnal (min. tahun 2015))
Fitrawati, F., Wibowo, M. H., Amanu, S., Sutrisno, B. 2015. Isolasi dan Identifikasi Egg
Drop Syndrome Virus dengan Uji Hemaglutinasi dan Hemaglutinasi Inhibisi.
Jurnal Sain Veteriner 33(1): 59-68
Fusvita, A.2015. Sintesis Antigen Aflatoksin M1-OVA Albumin (OVA) sebagai
Pereaksi Agar Gel Precipitation Test (AGPT). Biowallacea, Vol. 2 (1): 162-
167
Leboffe, M. J. and Pierce, B. E. (2011). A Photographic Atlas for the Microbiology
Laboratory. Colorado: Morton Publishing
Maclachlan, N.J., Pubovi, E.J. (2011). Fenner’s Veterinary Virology. London: Elsvier
Quinn, P. J., Markey, B, K., Carter, E., Donelly, W. J and Leonard, F. C. 2011.
Veterinary Microbiology and Microbial Disease. London: Blackwell Science
Spackman, E. 2008. Avian Influenza Virus. USA: Humana Press