Anda di halaman 1dari 19

1 LAPORAN PRAKTIKUM

FARMAKOTERAPI I
ACARA I

MENGHITUNG DOSIS, PEMBUATAN LARUTAN, SUSPENSI, DAN


INFUSA

Disusun oleh:

Nama : Audrey Tabitha Gracia


NIM : 18/423969/KH/09594
Kelompok : 1
Asisten : Michelle Virginia Ongko

DEPARTEMEN FARMAKOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
2020
ACARA I

MENGHITUNG DOSIS, PEMBUATAN LARUTAN, SUSPENSI, DAN


INFUSA

I. TUJUAN PRAKTIKUM
1. Mengetahui cara prehitungan dosis obat bentuk sediaan padat dan cair yang
diperlukan
2. Mengetahui cara perhitungan dosis obat sesuai dengan berat badan hewan,
dosis hewan, dan konsentrasi obat
3. Mengetahui cara pembuatan larutan dari bahan padat sesuai dengan
konsentrasi yang dikehendaki
4. Mengetahui cara pengenceran larutan ke konsentrasi yang lebih rendah
untuk memudahkan penggunaannya.
5. Mengetahui cara pembuatan infusa dan dekokta
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. PENGERTIAN OBAT HEWAN (Minimal 2 sumber)

Menurut Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor


14/PERMENTAN/PK.350/2017, obat hewan adalah sediaan yang dapat
digunakan untuk mengobati Hewan, membebaskan gejala, atau
memodifikasi proses kimia dalam tubuh yang meliputi sediaan Biologik,
Farmasetik, Premiks, dan sediaan Obat Alami.

Obat hewan sama seperti halnya obat untuk manusia, menggunakan


obat – obatan dalam berbagai bentuk sediaan dan kekuatan untuk mengobati
penyakit dan gejala penyakit. Sedangkan obat hewan adalah zat penyembuh
untuk penyakit pada hewan

(Ansel & Prince,2004)

B. PENGERTIAN DOSIS (Minimal 2 sumber)


Dosis adalah takaran obat atau banyaknya suatu obat yang dapat
dipergunakan atau diberikan kepada penderita baik untuk obat dalam
maupun obat luar.

(Syamsumi, 2006)

Dosis adalah takaran obat yang diberikan kepada pasien yang


memberikan efek farmakologis (khasiat) yang diinginkan
(Elmitra, 2017)
C. PERHITUNGAN DOSIS (Rumus + Satuan)
➢ Persamaan Umum

1𝑔 1000𝑚𝑔
1% = = = 10 𝑚𝑔/𝑚𝑙
100 𝑚𝑙 100 𝑚𝑙
1 𝑐𝑐 = 1𝑚𝑙 = 1𝑔

(Wanamaker & Massey, 2015)


➢ Perhitungan untuk Sediaan Cair
𝑚𝑔
𝑎𝑛𝑖𝑚𝑎𝑙 𝑤𝑒𝑖𝑔ℎ𝑡 (𝑘𝑔) × 𝑑𝑜𝑠𝑎𝑔𝑒 𝑟𝑎𝑡𝑒( 𝑘𝑔 )
𝐷𝑜𝑠𝑒 (𝑚𝑙) = 𝑚𝑔
𝑐𝑜𝑛𝑐𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑡𝑖𝑜𝑛 𝑜𝑓 𝑑𝑟𝑢𝑔 ( 𝑚𝑙 )

(Wanamaker & Massey, 2015)


➢ Perhitungan untuk Sediaan Padat

𝑚𝑔
𝑎𝑛𝑖𝑚𝑎𝑙 𝑤𝑒𝑖𝑔ℎ𝑡 (𝑘𝑔) × 𝑑𝑜𝑠𝑎𝑔𝑒 𝑟𝑎𝑡𝑒( 𝑘𝑔 )
𝐷𝑜𝑠𝑒 (𝑡𝑎𝑏𝑙𝑒𝑡) = 𝑚𝑔
𝑐𝑜𝑛𝑐𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑡𝑖𝑜𝑛 𝑜𝑓 𝑑𝑟𝑢𝑔 (𝑡𝑎𝑏𝑙𝑒𝑡)

(Wanamaker & Massey, 2015)


➢ Rumus Pengenceran
𝑉1 (𝑚𝑙 ) × 𝐶1(%) = 𝑉2 (𝑚𝑙 ) × 𝐶2(%)

V1= volume pertama


V2= volume setelah pengenceran
C1= konsentrasi pertama
C2= konsentrasi setelah pengenceran
(Wanamaker & Massey, 2015)
➢ Perhitungan untuk Mengetahui Jumlah Obat yang Diperlukan

𝑎𝑑𝑜𝑠𝑒 𝑑𝑒𝑠𝑖𝑟𝑒𝑑 (𝑚𝑔)


𝐷𝑜𝑠𝑒 𝑎𝑑𝑚𝑖𝑛𝑖𝑠𝑡𝑟𝑎𝑡𝑒𝑑 (𝑡𝑎𝑏𝑙𝑒𝑡) =
𝑑𝑜𝑠𝑒 𝑜𝑛 ℎ𝑎𝑛𝑑 (𝑚𝑔)

(Roach, 2003)
D. OBAT SEDIAAN PADAT
1. Tablet (Pengertian, keuntungan dan kerugian, gambar)
• Tablet adalah sediaan bentuk padat yang mengandung
substansi obat dengan atau tanpa bahan pengisi. Menurut
metode pembuatannya, dapat digolongkan menjadi tablet
kempa atau tablet cetak.

(Fatmawaty, dkk., 2015)

• Keuntungan:
Gambar 1. Tablet
- Rasa obat yang kurang enak dapat dibuat agar diterima
(Wanamaker & Massey, 2015)
dengan ditutup oleh salut pelindung yang cocok
- Volume sediaan kecil dan wujudnya padat, memudahkan
pengemasan, penyimpanan, pengangkutan
- Memberikan ketepatan ukuran dan variabilitas kandungan
yang paling rendah
- Dapat mengandung zat aktif dalam jumlah besar dengan
volume kecil
- Karena bentuknya kering, zat aktif nya lebih stabil
- Sangat cocok untuk zat aktif yang sukar larut dalam air
- Mudah memberi tanda pengenal produk
- Bentuk lebih menarik bisa dengan hiasan timbul
- Mudah ditelan dan kecil kemungkinannya tertinggal
ditenggorokan, terutama bila yang memungkinkan
pecah/hancurnya tablet tidak segera terjadi.
- Bisa dijadikan produk dengan profil pelepasan khusus
- Dapat disalut
- Mudah diproduksi secara besar-besaran, pengemasan
mudah dan murah, biaya produksi lebih rendah
- Pemakaian oleh penderita lebih mudah
- Sifat pencampuran kimia, mekanik, dan stabilitas
mikrobiologinya baik
• Kerugian:
- Beberapa zat aktif menolak pengempaan menjadi kompak
padat karena sifat amorf/ flokulasi, atau rendahnya berat
jneis
- Zat aktif dengan pembasahan yang buruk, sifat disolusi
rendah, tingkat dosis besar, atau kombinasi sifat tersebut
sulit diformulasi
- Untuk menghilangkan rasa kurang enak, diperlukan proses
menyalut/ pengkapsulan
(Fatmawaty, dkk., 2015)
2. Kapsul (Pengertian, keuntungan dan kerugian, gambar)
• Kapsul adalah sediaan padat yang terdiri dari obat dalam
cangkang keras atau lunak yang dapat larut. Cangkang
umumnya terbuat dari gelatin, tetapi dapat juga dibuat dari pati
atau bahan lain yang sesuai
(Elmitra, 2017)
• Keuntungan:
- Bentuk menarik dan praktis
Gambar 2. Kapsul
- Tidak berasa sehingga bisa menutup rasa dan bau dari
(Wanamaker & Massey, 2015)
obat yang kurang enak
- Mudah ditelan dan cepat hancur/larut di dalam perut,
sehingga dapat segera diabsorbsi usus
- Dokter dapat memberikan resep dengan kombinasi dari
bermacam-macam bahan obat dan dengan doses yang
berbeda-beda menurut kebutuhan seorang pasien
- Kapsul dapat diisi dengan cepat, tidak memrlukan bahan
penolong seperti pada pembuatan pula tau tablet yang
mungkin mempengaruhi absorbs bahan obatnya
• Kerugian:
- Tidak bisa untuk zat-zat mudah menguap sebab pori-pori
cangkang tidak menahan penguapan
- Tidak untuk zat-zat higroskopis
- Tidak bisa untuk zat-zat yang bereaksi dengan cangkang
kapsul
- Tidak untuk balita
- Tidak bisa dibagi (misal ½ kapsul)
(Elmitra, 2017)

3. Pulveres (Pengertian, keuntungan dan kerugian, gambar)


• Pulveres adalah serbuk yang dibagi dalam bobot yang kurang
lebih sama yang dibungkus dengan kertas perkamen atau
bahan pengemas lain yang cocok
(Syamsumi, 2006)
• Keuntungan:
- Mudah terdispersi dan lebih larut dari sediaan yang

Gambar 3. Pulveres
dipadatkan

(Nursiyah, dkk., 2019) - Mengatasi kesulitan bagi yang sukar menelan kapsul atau
tablet
- Menjadi solusi masalah stabilitas yang sering dihadapi
dalam sediaan cair
- Obat yang volumenya terlalu besar untuk dibuat tablet
dapat dibuat dalam bentuk serbuk
- Dokter lebih leluasa memilih dosis sesuai keadaan pasien
• Kerugian:
- Tidak tertutupnya rasa dan bau yang tidak enak
- Terkadang menjadi lembab atau basah pada penyimpanan
(Syamsumi, 2006)

E. OBAT SEDIAAN CAIR


1. Larutan (Pengertian larutan, Jenis larutan + pengertian, Contoh Obat,
Gambar)
• Larutan adalah sediaan yang mengandung satu atau lebih bahan
yang terlarut dalam pelarut. Larutan dapat memberikan efek
sistemik dan lokal. Contoh larutan yang memberi efek lokal adalah
bentuk drops, gargles, mouthwashes, collodions, liniments dan
enema
(Athijah, dkk.., 2011)

Gambar 4. Larutan obat • Jenis-jenis larutan antaralain:


kumur
- Sirup: larutan obat yang manis (untuk obat yang rasanya
(Athijah dkk., 2011)
tidak enak)
- Eliksir: larutan manis berbau harum dari alkohol yang
dipakai untuk campuran/penghantar obat
- Tinktura: Larutan air atau alkohol yang mengandung obat
terbuat dari tumbuh-tumbuhan
(Priharjo, 1995)
2. Suspensi (Pengertian, Cara pembuatan, Contoh Obat, Gambar)
• Suspensi adalah sediaan cair di mana agen terapeutik adat yang
bersifat tidak larut, didispersikan dalam fase eksternal (pembawa)
yang cair.
• Supensi tersedia dalam 2 jenis yaitu yang langsung digunakan dan
yang masih berupa campuran padat dan harus dikonstitusikan
Gambar 5. Suspensi dahulu dengan pembawa yang sesuai sebelum digunakan
(Athijah dkk., 2011) • Contoh suspensi adalah Magma Bentonit, Lotio Kalamin
(Lestari dkk, 2017).
3. Emulsi (Pengertian, Contoh Obat, Gambar)
• Emulsi adalah suatu campuran dua zat cair yang tidak mau
campur, biasanya minyak dan air, dimana zat cair yang satu
terdispersi dalam zat cair yang lain dengan bantuan emulgator.
• Contoh emulsi adalah Emulsum, Olei Iecoris Aselli
(Anief, 2018)

Gambar 6. Emulsi (tetes mata)

(Athijah dkk.., 2011)


F. INFUSA DAN DEKOK
1. Infusa (Pengertian, Cara Pembuatan, Gambar)
• Infusa adalah sediaan cair yang dibuat dengan cara mengekstrak
simplisia nabati dengan air pada suhu 90 derajat celcius selama 10-
15 menit yang dihitung sejak air mendidih. Infusa dapat dibuat dari
simplisia lunak (daun dan bunga). Contoh infusa dapat berasal dari
daun kumis kucing, daun meniran, daun pegagan, bunga mawar
Gambar 7. Infusa kulit jeruk
dan bunga melati
(Ensamory, dkk., 2017)
(Suranto,2004)
• Cara membuat infusa hampir sama dengan merebus teh. Siapkan
simplisia kering kemudian rebus dalam air mendidih selama 15
menit. Setelah direbus airnya disaring dan hasil penyaringan ini
disebut infusa
(Suranto,2004)
2. Dekok (Pengertian, Cara Pembuatan, Gambar)
• Dekok adalah hasil rebusan konsentrat herbal. Biasanya dekok
berasal dari bahan tanaman keras misalnya kulit kayu, umbi yang
keras atau biji-bijian.
• Cara membuat dekok adalah sebagai berikut, pertama-tama siapkan
simplisia herbal kering, kemudian bahan tersebut diiris tipis dan
Gambar 8. Dekok
direbus dalam air mendidih, terakhir saring air hasil rebusan
(Sunarto, 2004)
(Suranto,2004)

III. MATERI METODE


A. MATERI (Gambar + Fungsi dalam bentuk tabel)
No Alat/Bahan Fungsi
1. Membuat larutan glukosa
a Mengukur berat
glukosa yang
akan dipakai

Timbangan
b Menampung dan
menghomogenkan
larutan

Tabung Konikel
c Mengambil
aquadest
Spuit
d Menjadi bahan
terlarut

Serbuk glukosa
e Menjadi bahan
pelarut

Aquadest
2 Membuat suspensi 10% Paracetamol
a Menghaluskan
paracetamol

Mortar dan Alu


b Menampung dan
menghomogenkan
larutan

Tabung Konikel
c Mengambil
aquadest

Spuit
d Memudahkan saat
memindahkan
serbuk
Sudip parasetamol ke
tabung konikel
e Sebagai bahan
pelarut

Aquadest
f Sebagai bahan
terlarut

Paracetamol
3 Pembuatan Infusa dari Simplisia Nabati
a Mewadahi air saat
dipanaskan

Panci besar dan panci kecil


b Memanaskan air
dalam panci

Kompor
c Sebagai wadah
infusa

Gelas beker
d Mengukur suhu
air saat
Termometer
dipanaskan
e Menyaring
simplisia nabati
menjadi infusa
Kertas saring
f Mengukur berat
simplisia nabati
yang akan
digunakan

Timbangan
g Menyaring
simplisia nabati
menjadi infusa

Kain mori
h Mengaduk bahan
untuk mpercepat
proses
Pengaduk kaca
penyaringan
i Bahan pelarut
pada infusa

Aquadest
j Bahan dasar
infusa (terlarut)

Simplisia nabati (kunyit)

B. METODE (Secara Skematis)


➢ Cara pembuatan larutan

0.5 gr serbuk glukosa 5 ml akuades diambil dengan Campuran dihomogenkan


j
ditimbang, lalu dimasukkan spuit lalu dimasukkan ke dengan cara diayunkan
ke tabung konikel tabung konikel horizontal membentuk angka 8

Campuran dihomogenkan Untuk pengenceran menjadi


dengan cara diayunkan konsentrasi 5%, ditambahkan
horizontal membentuk angka 8 akuades 5 ml

➢ Cara pembuatan suspensi dengan konsentrasi 10%


Paracetamol sebanyak 1gr Serbuk dipindahkan dengan Serbuk dari sudip dipindahkan
dihaluskan dengan mortar kuas kedalam sudip ke tabung konikel
dan alu

Suspensi 10% parasetamol Campuran dihomogenkan 10ml akuades diambil


harus dikocok sebelum dengan cara diayunkan dengan spuit lalu
dipakai horizontal membentuk angka 8 dimasukkan dalam konikel
➢ Cara pembuatan infusa

10 gr simplisia nabati Panci kecil diisi dengan 100ml Panci kecil diletakkan diatas
disiapkan aquadest, dan ditambah lagi aquadest panic besar, lalu dipanaskan di
sebanyak 2 kali berat simplisia kompor sampai suhu 90°C

Pastikan volume mencapai


Setelah itu, ditunggu sampai Simplisia dimasukkan ke panci
100ml, jika kurang dari itu
mending, lalu disaring dengan kecil lalu dicampurkan dengan air,
bisa ditambahkan air
kertas saring dan kain mori dan ditunggu 15 menit
hangat sampai 100ml

IV. HASIL PRAKTIKUM (Gambar SS video + Keterangan dalam bentuk


tabel)
No Gambar Keterangan
𝑚
1. a. Membuat larutan glukosa a. 𝑀 = 𝑉

10% dari 0,5 gr glukosa 𝑚


𝑉=
𝑀
b. Diencerkan menjadi 5% 0,5 𝑔𝑟
= = 5 𝑚𝑙
glukosa 0,1 𝑔𝑟/𝑚𝑙
b. 𝑉1 × 𝑀1 = 𝑉2 × 𝑀2
𝑉1 × 𝑀1
𝑉2 =
𝑀2
𝑚𝑔
5𝑚𝑙 × 100 𝑚𝑙
= 𝑚𝑔 = 10 𝑚𝑙
50 𝑚𝑙

Vtambah= V2-V1
= 10ml-5ml = 5ml
Jadi untuk membuat larutan
glukosa 10%, diperlukan
penambahan aquadest sebanyak
5ml. Lalu untuk
mengencerkannya menjadi 5%
butuhkan penambahan 5ml
aquadest

2. Membuat suspensi 10% dari 1gr 𝑚


𝑀=
𝑉
Paracetamol 𝑚
𝑉=
𝑀
1 𝑔𝑟
= = 10 𝑚𝑙
0,1 𝑔𝑟/𝑚𝑙
Jadi untuk membuat suspensi
10% paracetamol, diperlukan
aquadest sebanyak 10 ml

3. 𝑚
𝑀=
𝑉
𝑚
𝑉=
𝑀
10 𝑔𝑟
= = 100 𝑚𝑙
0,1 𝑔𝑟/𝑚𝑙
Jadi untuk membuat infusa 10%
kunyit, diperlukan aquadest
sebanyak 100 ml

1. Seekor lumba-lumba bernama Brigidik diberikan obat X dengan volume


50 ml. Jika dosis yang diperlukan adalah 3,5 mg/kg bb, dan konsentrasi
obat 0,7%, berapa kg berat badan lumba-lumba tersebut?
Diketahui: Dosis = 3,5 mg/kg
7 𝑔𝑟 7000 𝑚𝑔
M = 0,7% = 1000 𝑚𝑙 = = 7 𝑚𝑔/𝑚𝑙
1000 𝑚𝑙

V = 50 ml

Ditanyakan: BBlumba-lumba
Jawab
𝐵𝐵 × 𝐷𝑜𝑠𝑖𝑠
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 =
𝑀
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 × 𝑀 Jadi, berat lumba-lumba Brigidik yaitu 100kg
𝐵𝐵 =
𝐷𝑜𝑠𝑖𝑠

50 𝑚𝑙 × 7 𝑚𝑔/𝑚𝑙
= = 100 𝑘𝑔
3,5 𝑚𝑔/𝑘𝑔

2. Seekor kucing bernama Keanu memiliki 6 buah puting, salah satu


putingnya terluka dan menjadi infeksi. Berat badan Keanu 5 kg akan diberi
obat X sebanyak 3,8 ml. Konsentrasi obat tersebut adalah 0.9%. Berapa
dosis obat X tersebut?
Diketahui: BBkucing= 5 kg

9 𝑔𝑟 9000 𝑚𝑔
M = 0,9% = = = 9 𝑚𝑔/𝑚𝑙
1000 𝑚𝑙 1000 𝑚𝑙

V = 3,8 ml

Ditanyakan: Dosis yang diberikan

Jawab

𝐵𝐵 × 𝐷𝑜𝑠𝑖𝑠
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 =
𝑀
Jadi, Dosis yang diberikan untuk kucing
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 × 𝑀 Keanu yaitu 6,84 mg/kg
𝐷𝑜𝑠𝑖𝑠 =
𝐵𝐵

3,8 𝑚𝑙 × 9 𝑚𝑔/𝑚𝑙
= = 6,84 𝑚𝑔/𝑘𝑔
5 𝑘𝑔

3. Berapakah volume aquades yang harus ditambahkan untuk membuat


larutan obat dengan dosis 35 gram, dengan konsentrasi 5%?

Diketahui: Dosis = 35 gr

5 𝑔𝑟
M =5%= = 0,05𝑔𝑟/𝑚𝑙
100 𝑚𝑙

Ditanyakan: Volume aquadest (V)

Jawab

𝑚
𝑀= Jadi, volume aquadest yang harus ditambahkan
𝑉
yaitu 700ml
𝑚
𝑉=
𝑀

35 𝑔𝑟
= = 700 𝑚𝑙
0,05 𝑔𝑟/𝑚𝑙

4. Dari soal nomor 3, buatlah pengenceran obat sehingga konsentrasinya


menjadi 35 mg/ml. Maka berapa volume aquades yang diperlukan?
Diketahui: V1 = 700ml

M1 = 50 mg/ml

M2 = 35 mg/ml

Ditanyakan: Vaquadest

Jawab

𝑉1 × 𝑀1 = 𝑉2 × 𝑀2

𝑉1 × 𝑀1
𝑉2 =
𝑀2

700𝑚𝑙 × 50 𝑚𝑔/𝑚𝑙
= = 1000 𝑚𝑙
35 𝑚𝑔/𝑚𝑙

𝑉𝑎𝑞𝑢𝑎𝑑𝑒𝑠𝑡 = 𝑉2 − 𝑉1

= 1000𝑚𝑙 − 700𝑚𝑙 = 300𝑚𝑙

Jadi, volume aquadest yang perlu ditambahkan untuk


mengencerkan obat yaitu 300 ml

V. PEMBAHASAN (Hasil Praktikum Dibandingkan dengan Literatur)

Pada percobaan pertama, bertujuan untuk membuat larutan glukosa


10% dari glukosa 0,5 gr. Menurut Atijah, dkk. (2011) Larutan adalah sediaan
yang mengandung satu atau lebih bahan yang terlarut dalam pelarut. Maka
untuk mebuat larutan glukosa diperlukan glukosa sebagai bahan terlarut, dan
aquadest sebagai bahan pelarut. Alat yang diperlukan yaitu tabung konikel,
spuit, dan timbangan. Dari hasil penghitungan menggunakan rumus
persamaan umum (Wanamaker & Massey, 2015), untuk membuat larutan
glukosa 10%, diperlukan penambahan aquadest sebanyak 5ml. Lalu untuk
mengencerkannya menjadi 5% butuhkan penambahan 5ml aquadest, sesuai
dengan rumus pengenceran (Wanamaker & Massey, 2015)

Percobaan kedua adalah membuat suspensi 10% dari 1 gr


Paracetamol. Suspensi adalah sediaan cair di mana agen terapeutik padat yang
bersifat tidak larut, didispersikan dalam fase eksternal (pembawa) yang cair.
(Lestari dkk, 2017). Untuk percobaan ini, agen terapeutik padat yang dipakai
yaitu Paracetamol dan didispersikan dalam aquades. Untuk menentukan
jumlah aquadest yang dipakai, digunakan rumus persamaan umum
(Wanamaker & Massey, 2015), sehingga diketahui bahwa untuk membuat
suspensi 10% Paracetamol diperlukan 1 gram Paracetamol dan 10ml
aquadest.

Percobaan ketiga adalah pembuatan infusa. Infusa dapat dibuat dari


simplisia lunak, sedangkan dekokta dibuat dari simplisia padat
(Suranto,2004). Pada percobaan kali ini, digunakan simplisia nabati yang
termasuk simplisia lunak berupa serbuk kunyit. Untuk membuat infusa 10%
diperlukan perhitungan dengan rumus persamaan umum (Wanamaker &
Massey, 2015) yang hasilnya 10 gram bubuk kunyit ditambahkan dengan 100
ml aquades sambil dipanaskan. Sesuai dengan yang ditulis Sunarto (2004),
simplisia nabati diekstrak dengan air pada suhu 90 derajat celcius selama 10-
15 menit yang dihitung sejak air mendidih. Dan menurut Hamad (2017),
proses tersebut dapat dilanjutkan dengan vakum. Untuk menjaga suhu tetap
90°C, pada percobaan digunakan 2 buah panci, dan untuk menstabilkan
jumlah air, ditambahkan lagi air sejumlah dua kali berat simplisia.
Selanjutnya, air disaring, sehingga mendapatkan hasil yang disebut infusa.

VI. KESIMPULAN
1. Sediaan obat terdiri dari sediaan padat (tablet, kapsul, pulveres), sediaan
cair (larutan, suspensi, emulsi), infusa dan dekokta
2. Untuk menghitung dosis, perlu mengetahui rumus persamaan umum,
rumus untuk sediaan cair, rumus untuk sediaan padat, dan rumus
pengenceran, dan mengetahui satuannya
3. Pembuatan larutan dilakukan dengan mencampur bahan terlarut dengan
pelarut, jumlahnya dihitung sesuai konsentrasi yang dibutuhkan dengan
rumus persamaan umum
4. Pembuatan suspensi dilakukan dengan mencampurkan agen terapeutik
padat yang tidak larut air dengan bahan pelarut. Untuk penggunaannya
harus dilakukan pengocokan terlebih dahulu.
5. Pembuatan infusa dilakukan dengan mengekstrak simplisia nabati lunak
dengan air pada suhu 90 derajat celcius selama 10-15 menit yang dihitung
sejak air mendidih. Sedangkan dekokta untuk mengekstrak simplisia nabati
keras selama 30 menit

VII. DAFTAR PUSTAKA

Anief, M. 2018. Prinsip Umum dan Dasar. Jogja : UGM Press


Ansel, H.C. 2010. Pharmaceutical Calculations 13th Edition. Philadelphia:
Lippincott Williams & Wilkins.

Athijah, U., Pristianty, L., Pusptasari, H. P. 2011. Buku Ajar Preskripsi Obat
dan Resep. Surabaya: Airlangga University Press

Elmitra. 2017. Dasar-Dasar Farmasetika dan Sediaan Semi Solid. Yogyakarta:


Deepublish.

Fatmawaty, A., Nisa, M., Riski, R. 2015. Teknologi Sediaan Farmasi.


Yogyakarta: Deepublish

Hamad, A., Jumitera, S., Puspawiningtiyas, E., Hartanti, D. 2017. Aktivitas


Antibakteri Infusa Kemangi pada Tahu dan Daging Ayam Segar. Jurnal
Inovasi Teknik Kimia Vol. 2 No 1

Lestari, B., Soeharto, S., Nurdiana, Kalsum, U., Permatasari, N., Khotimah, H.,
Nugrahenny, D., Mayangsari, E. 2017. Buku Ajar: Farmakologi Dasar.
Malang: UB Pressmana

Nursiah, M.P., D.N. Koroh, and Sarinah. 2019. "Pengolahan Tanaman Obat
Tradisional: Bawang Dayak dan Jahe Merah ." Jurnal Layanan
Masyarakat Universitas Airlangga 3 (2): 82-85.

Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2017


Klasifikasi Obat Hewan. 12 Mei 2017. 16 Mei 2005. Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 683. Jakarta.

Priharjo, R. 1995. Teknik Dasar Pemberian Obat Bagi Perawat. Jakarta :


Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Roach, S.S. 2003. Introductory Clinical Pharmacology 7th Edition.
Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins

Suranto, A. 2004. Khasiat dan Manfaat Madu Herbal. Tangerang: PT


AgroMedia Pustaka.

Syamsuni. 2005. Farmasetika Dasar dan Hitungan Farmasi. Jakarta: Penerbit


Buku Kedokteran EGC.

Wanamaker, B.P., Massey, K. L. 2009. Applied Pharmacology for Veterinary


Technicians. Missouri: Saunders Elsevier.

Anda mungkin juga menyukai