Anda di halaman 1dari 36

LAPORAN PRAKTIKUM PATOLOGI KLINIK

ACARA I
ERITROSIT I DAN ERITROSIT II

OLEH:
NAMA : Audrey Tabitha Gracia
NIM. : 18/423969/KH/09594
KELOMPOK : 2
ASISTEN : Astrid Mazaya Santtini, S.K.H

DEPARTEMEN PATOLOGI KLINIK


FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2020
ERITROSIT I

I. TUJUAN PRAKTIKUM
1. Mengetahui prinsip dan cara penghitungan eritrosit.
2. Mengetahui prinsip penetapan kadar hemoglobin dan faktor-faktor yang
memengaruhinya.
3. Mengetahui prinsip penetapan kadar Packed Cell Volume (PCV) dan faktor-
faktor yang memengaruhinya.
4. Mengetahui prinsip penetapan nilai TPP dan fibrinogen, faktor-faktor yang
memengaruhinya, menentukan nilai MCV, MCH, MCHC, serta makna
klinisnya.
5. Mengetahui prinsip penghitungan retikulosit beserta faktor dan maknanya
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Darah
1) Gambar eritrosit

Gambar 1. Erotrosit kuda normal


dengan pewarnaan Wright-Giemsa
(Harvey, 2001)

Gambar 3. Erotrosit anjing dengan


hipochromia (Harvey, 2001)

Gambar 2. Erotrosit kuda dengan


anisositosis (Harvey, 2001)
A= Torocyte
B= Echinocyte
C= Echinocyte, karena krenasi
D= Echinocytes pada darah di babi normal
E= Burr cells (echinocytes dengan spikulasi tinggi)

Gambar 4. Berbagai abnormalitas


bentuk eritrosit (Harvey, 2001)
F= Spheroechinocytes
G= Echinocyte
H= 2 Acanthocyte diatas
I= 3 Acanthocyte
J= Keratocyte yang nampak seperti vesikel di sitoplasma
K= Keratocyte yang nampak seperti vesikel di sitoplasma
L= Keratocyte yang nampak seperti vesikel di sitoplasma
M= 2 keratosit
N= stomatocytes dengan central pallor yang memanjang
O= Stomacytes dengan central pallor yang memanjang
P= 3 spherocytes dibawah dan retikulosit diatas
Q= retikri atas dan 2 stispherocytes
R= spherocyte di atas dan discocyte di bawah
S=Fragmented eritrosit atau schistocyte dan 2 discocyte
T=schistocyte (kiri), discocyte (atas), echinocyte (bawah)
U= schistocyte (kanan atas), large platelet (kanan bawah), polikromatofilik
eritrosit (kiri atas)
V= leptocytes (hipokromik eritrosit)
W= 2 knizocyte (tengah)
X= knizoctes (atas dan tengah bawah)

2) Pengertian darah
Darah merupakan jaringan ikat khusus yang beredar di seluruh tubuh,
berperan dalam pengangkutan gas-gas pernafasan, hasil pencernaan,
komponen-komponen fungsional seperti enzim, hormon, dan berbagai
molekul lainnya, serta pembuangan limbah metabolisme. Darah tersusun
dari komponen sel dan cairan yang disebut plasma.
(Fitria, dkk., 2016)
3) Fungsi darah
Fungsi darah secara umum berkaitan dengan transportasi komponen di
dalam tubuh seperti nutrisi, oksigen, karbondioksida, metabolisme, hormon
dan kelenjar endokrin, panas, dan imun tubuh
(Adam, dkk., 2015)
4) Macam-macam Antikoagulan
Antikoagulan adalah zat untuk mencegah koagulasi darah. Jenis
antikoagulan yang sering digunakan adalah:
1. Eethylene diamine tetra acetic acid (EDTA): bekerja dengan cara mengikat
kalsium yang dibutuhkan untuk proses koagulasi
2. Heparin: bekerja dengan cara mengikat antitrombin dan menghambat
aktivasi thrombin
(Fitria, dkk., 2016)
5) Perhitungan Eritrosit (+gambar hemocytometer)
Darah
dihisap
menggunakan
pipet pengencer
sampai batas 0,5
lalu ujung pipet
Gambar 4. Hemositometer ( Larkcom & Adds, 1999) dibersihkan dari
noda-noda darah yang menempel dengan menggunakan tisu. Kemudian
dihisapkan larutan pengencer yaitu larutan Hayem sampai batas tera 101. Pipet
diangkat, ujung pipet ditutup dengan jempol dan pangkalnya ditutup dengan jari
tengah. Pipet diposisikan mendatar dan dihomogenkan dengan menggunakan
mesin getar atau mesin homogenisasi selama
satu menit.
Setelah homogen cairan dibuang kira-kira
3-5 tetes, kemudian dituangkan ke dalam
kamar hitung dengan cara menyentuhkan ujung
pipet secara hati-hati pada tepi kaca penutup,
sehingga permukaan kamar hitung terisi
merata. Kamar hitung yang telah terisi
didiamkan selama beberapa menit agar eritrosit
Gambar 5. Hemositometer
mengendap sempurna.
(Larkcom & Adds, 1999)
Penghitungan jumlah eritrosit dilakukan menggunakan dengan
menggunakan mikroskop pembesaran 10 x 40. Sel-sel dalam lima kotak yang
terletak di daerah tengah dihitung
Hasil akhir dikalikan didapat menggunakan rumus:
Jumlah eritrosit (106 /mm3) = (E1, E2, E3, E4, E5) x 5 x 200 x 10/mm3
E1 - E2 = Jumlah eritrosit pada tiap tiap kamar yang dihitung
Faktor 5 = Bidang yang dihitung
Faktor 200 = Pengenceran 200 x
Faktor 10 = Dalamnya kamar hitung
(Adam, dkk., 2015)
6) Eritrophoiesis (+gambar)

Gambar 6. Eritropoiesis (Harvey,


2001)

Erythropoiesis adalah proliferasi dan progresif diferensiasi sel induk


hematopoietic (HSC) menjadi hemoglobin, sel darah merah. Pada hewan
normal, eritropoiesis dan massa sel darah merah diatur oleh tingkat oksigen
seluler.
Sel darah merah berasal dari HSC secara bertahap, dimana setiap langkah
mencakup pembelahan dan diferensiasi sel, dan dimulai dan diatur oleh faktor
humoral, lingkungan mikro, permukaan sel, dan transkripsi tertentu.
(Weiss & Wardrop, 2010)
Eritropoiesis terjadi di sumsum tulang dibantu oleh hormone
erythropoietin yang dibentuk di ren pada hewan dewasa dan pada hepar di hewan
muda.
(Salisia dan Harjono, 2010)
7) Anemia (tipe dan klasifikasi anemia)
Anemia mengacu pada suatu kondisi dimana terdapat penurunan
konsentrasi Hb, jumlah eritrosit dalam sistem sirkulasi, atau volume sel darah
tanpa plasma.
Anemia dibagi menjadi dua tipe:
1. Anemia regeneratif disebabkan oleh hilangnya eritrosit dari tubuh
(kehilangan darah eksternal) atau lisis. eritrosit di dalam tubuh (anemia
hemolitik dan kehilangan darah internal).
2. Anemia nonregeneratif. Kurangnya regenerasi mungkin disebabkan oleh
durasi, keparahan penyakit, adanya penyakit yang menyertai, atau
spesifikasi antigen. Jika sumsum tulang memiliki waktu yang cukup untuk
merespons (yaitu anemia telah diderita selama> 5 hari), tidak adanya
regenerasi dapat dikaitkan dengan eritropoiesis atau PRCA yang tidak
efektif
(Weiss & Wardrop, 2010)

Untuk klasifikasi morfologinya, anemia dapat dilihat dari perubahan


volume eritrosit dan konsentrasi hemoglobin.
Perubahan volume eritrosit: mikrositik (lebih kecil),
normositik (normal)
makrositik (lebih besar).
Perubahan konsentrasi Hb: hipokromik (dikurangi)
normokromik (konsentrasi normal).
Perubahan hiperkromik menunjukkan hasil yang salah dan bukan perubahan
terkait penyakit.
Menurut klasifikasi morfologi, dibagi menjadi 4 yaitu:
1. Normositik-normokromik
2. Makrositik- normokromik
3. Makrositik- hipokromik
4. Mikrositik- hipokromik
(Weiss & Wardrop, 2010)
Menurut etiologinya, anemia dapat disebabkan oleh berbagai faktor
misalnya turunnya imun, defisiensi nutrisi, infeksi bakteri, virus atau
parasite darah, adanya Heinz body, toksik hemolisis, atau karena
pendarahan. Untuk mengetahui etiologinya, sangat penting bagi
peneliti/dokter menanyakan sejarah pasien
(Weiss & Wardrop, 2010)
8) Cara Mengevaluasi Eritrosit
1) Pemeriksaan hemoglobin
Prinsip pemeriksaannya adalah semua derivat hemoglobin dalam darah
kecuali verdoglobin diubah secara kuantitatif menjadi hemoglobincyaniade
(cyanmethemoglobin) dengan menggunakan larutan Drabkin`s yang
mengandung sianida
(Yusniati, 2019)
Hemoglobin dioksidasi menjadi cyanmethemoglobin dengan penambahan
jumlah sianida, lalu cyanmethemoglobin dengan panjang gelombang 540 nm
dinilai menggunakan spektrofotometer. Selanjutnya, skala yang ditunjukkan
spektrofotometer dibaca dan dicocokkan dengan tabel data standar yang ada
untuk menentukan nilai kadar hemoglobin. Satuan Hb adalah gr/100
(Theml, dkk., 2004)
2) TPP dan Fibrinogen
Setelah hematokrit diukur dan penampakan plasma dan buffy coat dinilai,
tabung mikrohematokrit dipatahkan tepat diatas buffy coat. Selanjutnya
plasma diletakkan diatas refractometer untuk menetukan nilai TPPnya.
Fibrinogen dapat diukur dalam tabung hematokrit karena mudah
mengendap dari plasma saat dipanaskan hingga 56 ° hingga 58 ° C selama 3
menit. Kadar fibrinogen ditentukan dari selisih TPP awal dan TPP akhir
(setelah dipanaskan)
Metode ini berguna dalam mengidentifikasi konsentrasi fibrinogen tinggi,
tetapi tidak akurat dalam mengidentifikasi konsentrasi fibrinogen rendah.
(Harvey, 2001)

3) PCV/ hematokrit
Penentuan nilai hematokrit dilakukan dengan metode mikro hematokrit.
Darah dihisap menggunakan tabung kapiler mikrohematokrit dengan cara
menyentuhkan ujung tabung pada sampel darah sampai ¾ tabung. Ujung
tabung ini kemudian disumbat dengan cristoseal, lalu disentrifugasi selama
3 menit dengan kecepatan 3000 rpm. Hasil dibaca menggunakan alat mikro
haematokrit reader, dan dinyatakan dalam persen (%)
(Adam, dkk., 2015)
4) MCV, MCH, dan MCHC
Mean Corpuscular Volume (MCV)
Adalah volume rata-rata eritrosit pada
sampel darah. Satuannya femtoliters
(fL). Kenaikan nilai MCV
mengindikasi makrositik, penurunan
nilai MCV mengindikasi mikrositik
Gambar 7. Rumus dan contoh menghitung
MCV (Estridge, dkk., 2000) (Estridge, dkk., 2000)

Mean Corpuscular Hemoglobin (MCH)


Adalah estimasi rata-rata berat Hb
pada eritrosit. Satuannya picogram
(pg). Nilainya tidak digunakan untuk
mengklasifikasikan anemia
(Estridge, dkk., 2000)
Gambar 8. Rumus dan contoh menghitung
MCH (Estridge, dkk., 2000)

Mean Corpuscular Hemoglobin Consentration (MCHC)


Adalah konsentrasi hemoglobin
pada sel darah merah
sehubungan dengan ukuran dan
volumenya. Satuannya dalam
persen (%). Nilai normal
Gambar 9. Rumus dan contoh menghitung
MCHC (Estridge, dkk., 2000) disebut normokromik,
penurunan nilai MCHC mengindikasi hipokromik, hiperkromik biasanya
tidak terjadi kecuali pada sperosit
(Estridge, dkk., 2000)

9) Data Normal Hematologi pada Berbagai Spesies (minimal 5 spesies)

Gambar 10. Hematologi normal anjing Gambar 11. Hematologi normal kuda
(Weiss & Wardrop, 2010) (Weiss & Wardrop, 2010)

Gambar 12. Hematologi normal Gambar 13. Hematologi normal sapi


kambing (Weiss & Wardrop, 2010) (Weiss & Wardrop, 2010)
Gambar 14. Hematologi normal kucing
(Weiss & Wardrop, 2010)

III. MATERI & METODE


A. Materi
1. Penghitungan eritrosit
a. Alat:
- Pipet eritrosit: mengambil darah dan reagen untuk dihomogenkan
- Kamar hitung/ hemositometer: menghitung jumlah eritrosit
- Mikroskop: mengamati sel darah
b. Bahan:
- Reagen (Larutan Hyem): untuk mengencerkan darah
Komposisi Larutan Hyem: Merkuri klorida : 0.5 g
Natrium Klorida : 1.0 g
Natrium Sulfat : 5.0 g
Akuades : 200 ml
- Darah: untuk dilihat eritrositnya
2. Penetapan Total Protein Plasma (TPP) dan fibrinogen
a. Alat:
- Mikrohematokrit biru (tanpa antikoagulan): mengambil dan
mewadahi darah saat disentrifugasi
- Hematokrit sentrifugator: memisahkan plasma dan sel darah
- Total Solid meter (TS meter) / Refraktometer: menghitung total
protein plasma pada plasma darah sampel
- Waterbath: menginkubasi mikrohematokrit supaya fibrinogen
terdenaturasi
b. Bahan:
- Darah + EDTA yang sudah dihomogenkan: sampel untuk dihitung
kadar TPP dan nilai fibrinogennya
3. Penetapan kadar hemoglobin
a. Alat:
- 2 Tabung hemoglobin: menampung darah dan larutan Drabkin’s
- Pipet hemoglobin: mengambil darah untuk dipindahkan ke 1 tabung
hemoglobin
- Pipet: mengambil larutan Drabkin’s untuk dipindahkan ke tabung
hemoglobin berisi darah dan yang tidak berisi darah
- Vortex mixer: menghomogenkan darah dan larutan Drabkin’s
- Spektofotometer: menetapkan kadar Hb melalui panjang gelombang
- Tabel standar: membandingkan dengan nilai transmiten yang
diperoleh sehingga dapat mengetahui kadar hemoglobin
b. Bahan:
- 10 ml larutan Drabkin’s: mengandung sianida untuk mengubah
hemoglobin menjadi cyanhemoglobin
- Darah: sampel untuk dihitung kadar hemoglobinnya
4. Penetapan nilai hematokrit/ PCV
a. Alat:
- Crystoseal: menutup salah satu ujung mikrohematokrit
- Mikrohematokrit: mengambil dan menampung darah
- Microcapillary reader: mengukur nilai hematokrit (PCV)
b. Bahan:
- Darah: sampel untuk dihitung nilai hematokritnya
5. Penghitungan retikulosit
a. Alat:
- Tabung ependorf
- Object glass
b. Bahan:
- Reagen New Methylene Blue: reagen dan memberi warna kontras
agar reticulum lebih mudah diamati
- Darah: sampel untuk diukur kadar retikulositnya
Gambar Alat-Bahan

Sampel darah Larutan Tabung


Reagen Hayem Pipet Vortex mixer
Drabkin’s reaksi

Hematometer Pipet eritrosit


Waterbath Sentrifugator

Crystoseal TS meter/ Object glass


Mikrohematokrit refraktometer

Microcapillary
reader Tabung
Spektrofotometer
ependorf
B. Metode
1. Penghitungan eritrosit (Hemositometer)
Darah diambil dengan Reangen dihisap Darah dan reagen dihomogenkan
pipet eritrosit sampai dengan pipet yang sama dengan diputar horizontal
angka 0.5 sampai angka 101 membentuk angka 8

3 tetes pertama dibuang Larutan sisanya Kamar hitung diperiksa dan di hitung
supaya yang diambil diteteskan ke dibawah mikroskop dengan teknik triple
campuran yang rata kamar hitung ruling atau double ruling, lalu dimasukkan
rumus mencari jumlah eritrosit
2. Penetapan Total Protein Plasma (TPP) dan fibrinogen

Darah diambil dengan 2 buah Kedua mikrohematokrit Kedua mikrohematokrit


mikrohematokrit masing- di beri sumbat paraffin disentrifugasi 5 menit
masing ¾ bagian di salah satu ujungnya 16.000 rpm

Salah satu mikrohematokrit Mikrohematokrit yang Kedua mikrohematokrit


(A) diinkubasi dalam telah diinkubasi (A) (A&B) dipotong di bagian
waterbath 56-58°C selama kemudian di sentrifugasi tengah plasmanya
2 menit 3500-16000 rpm 5 menit

Plasma dari TS meter Plasma dari


mikrohematokrit (A) dibersihkan mikrohematokrit (B)
diteteskan TS meter, lalu di diteteskan TS meter, lalu di
cek nilai TPP nya cek nilai TPP nya

Untuk mengetahui nilai fribrinogen, digunakan rumus :


TPP awal – TPP akhir = …. (gr/dl)

3. Penetapan kadar hemoglobin

Larutan Drabkin’s diambil dengan Darah diambil 0.2 ml dengan pipet Tabung berisi darah dan
pipet lalu dipindahkan ke 2 tabung hemoglobin lalu dimasukkan ke larutan Drabkin’s (B)
hemoglobin masing-masing 5 ml salah satu tabung berisi larutan dihomogenkan dengan
Drabkin’s (B) vortex

Tabung yang telah di Spektrofotometer


vortex (B) didiamkan Tabung larutan Drabkin’s disesuaikan hingga angka
selama 10 menit (A) didimasukkan ke 100
spektrofotometer

Tabung larutan Drabkin’s Nilai transmiten yang ditunjukkan dari


dan darah (B) spektrofotometer dibandingkan dengan tabel indicator
didimasukkan ke untuk memperoleh kadar hemoglobin
spektrofotometer
4. Penetapan nilai hematokrit (PCV)

Mikrohematokrit di Mikrohematokrit berisi


Sampel darah diambil beri sumbat darah disentrifugasi
dengan mikrohematokrit crystoseal di salah selama 5 menit 16.000
sampai ¾ bagian satu ujungnya rpm

Nilai hematokrit diukur dengan Microcapillary Reader, dengan cara


melihat bagian batas bawah perbatasan plasma dengan sel darah

5. Penghitungan retikulosit

1 tetes campuran
Reagen New Methylene Blue dan Campuran kemudian diambil untuk
darah diambil dengan diinkubasi selama 5- diteteskan ke object
perbandingan 1:1 lalu 10 menit glass
dipindahkan ke tabung ependorf

Eritrosit dan retikulosit


Campuran di object (yang berisi reticulum)
glass lalu diapuskan dihitung jumlahnya

Untuk mengetahui jumlahnya digunakan rumus:


∑ 𝑟𝑒𝑡𝑖𝑘𝑢𝑙𝑜𝑠𝑖𝑡 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑒𝑚𝑢𝑖
% Retikulosit (Nilai relatif) = × 100%
∑ total sel yang dihitung

Nilai absolut= % retikulosit x RBC total

IV. HASIL & PEMBAHASAN

Hasil
Seekor kucing bernama Poki mengalami gejala lemas dan kurang nafsu
makan. Setelah dibawa ke dokter hewan terdekat dan dilakukan pemeriksaan
darah, didapatkan beberapa informasi berikut:
1) Pada chamber counting hemocitometer jumlah eritrosit yang terlihat pada R1:
120 sel, R2 : 80 sel, R3 : 40 sel, R4 : 67 sel, dan R5 : 103 sel.
2) Jumlah retikulosit pada R1 : 25 sel, R2 : 12 sel, R3 : 17 sel, R4 : 38 sel dan R5
: 8 sel.
3) Nilai Hb diketahui 12 g/100 ml.
4) Nilai hematocrit sebesar 36%.
5) Nilai TPP dan fibrinogen awal yang diukur dengan TS meter sebesar 7,4
gr/100 ml. setelah dipanaskan dalam waterbath diketahui nilainya berubah
menjadi 7,1 gr/100 ml.
Perhitungan
Jumlah eritrosit total = (E1, E2, E3, E4, E5) x 5 x 200 x 10/mm3
= (120+ 80+ 40+ 67+ 103) x 10000/mm3
= 4.1 x 106/ mm3

𝑃𝐶𝑉 (%)×10
Nilai MCV = 6
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑒𝑟𝑖𝑡𝑟𝑜𝑠𝑖𝑡 ( 10 3)
𝑚𝑚
36 ×10
= = 87. 80 𝑓𝑙
4.1
𝐻𝑏 (𝑔/100𝑚𝑙)×10
Nilai MCH = 106
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑒𝑟𝑖𝑡𝑟𝑜𝑠𝑖𝑡 ( )
𝑚𝑚3
12 ×10
= = 29.27 𝑝𝑔
4.1
𝐻𝑏 (𝑔/100𝑚𝑙)×10
Nilai MCHC =
𝑃𝐶𝑉 (%)
12 ×100
= = 33.3%
36
Jumlah Retikulosit
∑ 𝑟𝑒𝑡𝑖𝑘𝑢𝑙𝑜𝑠𝑖𝑡 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑒𝑚𝑢𝑖
% retikulosit (relative) = × 100%
∑ total sel yang dihitung
25+12+17+38+8
= × 100% = 10%
1000
Nilai retikulosit (absolut) = % retikulosit x RBC total

= 10% x 4.1 x 106/ mm3


= 4.1 x 105/ mm3
= 410000 mm3
Nilai Fibrinogen = TPP awal – TPP akhir
= 7,4 gr/100 ml - 7,1 gr/100 ml
= 0,3gr/100 ml
= 0,3gr/dL
Pembahasan
Pada kucing Poki, setelah melalui penghitungan, diperoleh hasil jumlah eritrosit
total sebesar 4.1 x 106/ mm3 atau 4.1 x 106/µL. Menurut Weiss & Wardrop (2010), jumlah
eritrosit normal pada kucing sebesar 5.0 x 106/µL sampai 10.0 x 106/µL. Jumlah eritrosit
kucing ini lebih rendah dari yang normal, artinya kucing mengalami kekurangan eritrosit,
atau disimpulkan sebagai anemia.
Dari nilai PCVnya, data menunjukkan angka normal yaitu 36% pada kisaran 24%-
45% (Weiss & Wardrop, 2010). Untuk nilai Total Protein Plasmanya juga normal yaitu
7.4 gr/dL dalam kisaran 6-8 gr/dL (Tjahjadi, dkk, 2005). Karena nilai TPP tersebut, dapat
diketahui bahwa tidak ada pengaruh dehidrasi pada perhitungan PCV.
Menurut nilai MCV dan MCHC-nya, anemia yang dialami kucing Poki secara
morfologinya dapat diklasifikasikan sebagai anemia makrositik-normokromik. Disebut
makrositik karena nilai MCV hasil perhitungan lebih besar dari normal (Estridge, dkk.,
2000) yaitu 87.80 fL, sedangkan nilai normal MCV pada kucing yaitu 39.0 fL – 55.0 fL
(Weiss & Wardrop,2010). Disebut normokromik karena nilai MCHC hasil perhitungan
menunjukann angka normal (Estridge, dkk., 2000) yaitu 33.3%, dimana nilai normal
MCHC pada kucing 31.0%- 35.0%.
Berdasarkan nilai retikulositnya, nilai perhitungan retikulosit relative yang diperoleh
adalah 10%, sehingga nilai retikulosit absolut yang diperoleh sebesar 4100000 mm3.
Untuk kucing, normalnya nilai retikulosit adalah 1.4%-10.8% dari jumlah eritrosit total,
atau 300000 mm3-800000 mm3 (Weiss & Wardrop, 2010). Karena masih banyak
retikulosit, artinya sumsum tulang masih dapat bekerja dengan baik dalam eritropoesis,
selain itu anemia yang terjadi merupakan anemia makrositik sehingga menurut Salisia
dan Harjono (2010) bisa digolongkan kedala tipe anemia regenerative.
Dari etiologinya, menurut Salisia dan Harjono (2010) anemia makrositik-
normokromik biasanya disebabkan oleh defisiensi vitamin B12, defisiensi asam folat,
atau defisiensi cobalt, bisa juga oleh erythemic myelosis. Namun menurut Weiss &
Wardrop (2010) alangkah lebih baik jika dicari sejarah hewan dan dikonfirmasi terlebih
dahulu kepada pemilik
Jadi, kucing mengalami gejala lemas dan kurang nafsu makan karena mengalami
anemia makrositik-normokromik dengan tipe regeneratif. Dimana, darah yang
seharusnya berfungsi mengedarkan oksigen, nutrient, dan metabolit lainnya, malah
berkurang dari jumlah normal. Hal ini tentu saja mengganggu metabolisme tubuh kucing.
Namun, karena tipenya regenerative, anemia ini dapat disembuhkan dan dikembalikan
dengan beberapa treatment oleh dokter hewan.

V. KESIMPULAN

1. Dalam penghitungan eritrosit, digunakan kamar hitung/ hematometer dengan


prinsip Triple Ruling atau Double Ruling. Pada kucing Poki, diperoleh hasil 4.1
x 106/ mm3. Jumlah ini kurang dari normal, sehingga disimpulkan bahwa kucing
mengalami anemia.
2. Penetapan hemoglobin dilakukan dengan alat spektrofotometer. Pada kucing Poki
diperoleh hasil 12 g/100 ml.
3. Penetapan PCV dilakukan dengan melihat batas bawah plasma darah dalam
mikrohematokrit saat diletakkan pada Microcapillary Reader. Hasil yang
diperoleh dari kucing Poki yaitu normal sebesar 36%.
4. Penetapan TPP menggunakan alat Refraktometer, dan diperoleh hasil normal
yaitu 7.4 gr/dL. Nilai fibrinogen diperoleh dari interval TPP awal dan TPP setelah
inkubasi, hal ini karena fibrinogen mampu terdenaturasi dalam pemanasan
waterbath di suhu 56-58°C selama 2 menit. Nilai TPP dapat dipengaruhi oleh
keadaan dehidrasi
5. Penetapan MCV, MCH, dan MCHC dilakukan dengan penghitungan rumus dari
hasil PCV, jumlah eritrosit dan kadar Hb sehingga ditemukan nilainya 87.08fL,
29.7 pg, dan 33.3%. Untuk menentukan jenis anemia, digunakan nilai MCV dan
MCHC, dan diketahui anemia yang dialami adalah anemia makrositik-
normokromik karena nilai MCV lebih dari normal dan MCHC nya normal.
6. Penghitungan retikulosit dilakukan dengan pewarnaan New Methylene Blue.
Selanjutnya, angka dimasukkan dalam rumus untuk mengetahui nilai relative 10%
dan absolutnya 410000 mm3. Karena angka tersebut normal, diketahui tipe anemia
yang diderita adalah anemia regenerative.
VI. DAFTAR PUSTAKA (Minimal 3 buku + 2 jurnal diatas 2015)

Adam, M., Lubis, T. M., Abdyad, B., Asmilia, N., Muttaqien, Fakhrurrazi. 2015. Jumlah
Eritrosit dan Nilai Hematokrit Sapi Aceh dan Sapi Bali di Kecamatan Leumbah
Seulawah, Kabupaten Aceh Besar. Jurnal Medika Veterinaria Vol. 9 No. 2
Adds, J., Larkcom, E. 1999. Tools, Techniques and Assessment in Biology: A Course Guide
for Students and Teachers. London: Nelson Thornes.
Astridge, B. H., Reynolds, A. P., Walters, N. J. 2000. Basic Medical Laboratory Techniques
4th edition. USA: Delmar Thomson Learning.
Fitria, L., Illiy, L.L., Dewi, R. 2016. Pengaruh Antikoagulan dan Waktu Penyimpanan
terhadap Profil Hematologis Tikus (Rattus norvegicus Berkenhout, 1769) Galur
Wistar. Biosfera Vol 33, No: 22-30
Harvey, J. W. 2001. Atlas of Veterinary Hematology. Philadelphia: WB Saunders
Salisia, S. I. O., dan Hariono, B. 2010. Patologi Klinik Veteriner. Yogyakarta: Penerbit
Samudra Biru.
Theml, H., Diem, H., Haferlach, T. 2004. Color Atlas of The Hematology. Stuttgart: Thieme
Tjahjati, I., Asmara, W., Hariono, B.2005.Gambaran Darah Kucing yang Diinfeksi
Mycobacterium tuberculosis. Jurnal Sain Veteriner vol. 1: 24-34
Weiss, D.J., dan Wardrop, K.J. 2010. Schalm’s Veterinary Hematology. USA: Blackwell
Yusniati. 2019. Pengaruh Variasi Waktu Inkubasi terhadap Kadar Hemoglobin Metode
Drabkin’s dengan Mikro Lab 300. Jurnal Teknologi dan Manajemen Pengelolaan
Laboratorium (Temapela) Volume.2 No.2: 86-89
ERITROSIT II

I. TUJUAN PRAKTIKUM
1. Mengetahui prinsip penentuan laju endap darah dan faktor-faktor yang
memengaruhinya.
2. Mengetahui cara penentuan waktu koagulasi, faktor-faktor yang
memengaruhinya, mekanisme, beserta maknanya.
3. Mengetahui prinsip pemeriksaan glukosa darah.
4. Mengetahui prinsip penghitungan trombosit, fungsi, dan faktor-faktor
yang memengaruhinya.
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian LED, Waktu Koagulasi dan Bleeding Time
Laju endap darah (LED) adalah kecepatan pengendapan sel-sel
eritrosit di dalam tabung berisi darah yang telah diberi
antikoagulan dalam waktu satu jam
(Rachmawati, dkk., 2016)
Fibrin adalah produk akhir koagulasi yang dapat dilihat dan merupakan
suatu protein gelatinose. Pengamatan parameter waktu koagulasi dilihat dari
terbentuknya benang fibrin.
(Nofianti, dkk., 2016)
Bleeding time atau waktu pendarahan kulit adalah waktu yang
dibutuhkan kulit berdarah untuk berhenti setelah penusukan kulit.
Penghitungannya dengan cara darah dihapus setiap 30 detik atau luka
direndam dalam larutan fisiologis
(Sonjaya, Hery, 2013)

B. Faktor yang Mempengaruhi LED, dan Waktu Koagulasi


Laju Endap Darah (LED) dapat dipengaruhi hal-hal berikut misalnya:
1. Perubahan-perubahan pada plasma akibat peningkatan kadar
fibrinogen, menyebabkan pembentukan agregat meningkat,
sehingga terbentuk rouleaux, eritrosit tersusun seperti tumpukan
mata uang koin
2. Sifat fisiko-kimia dari permukaan sel eritrosit berubah, terjadinya
peningkatan pembentukan rouleaux
(Salisia dan Harjono, 2010)
Faktor kesalahan yang memperngaruhi LED anteralain:
1. Konsentrasi antikoagulan tidak tepat
2. Tabung tidak bersih
3. Tabung tidak berdiri vertical
4. Ada gelembung udara dalam tabung
5. Darah mengalami hemolisis
6. Koleksi sampel darah terlalu lama/ kadaluarsa
7. Darah yang telah dimasukkan ke dalam pendingin seharusnya
disesuaikan dulu dengan temperature kamar
(Salisia dan Harjono, 2010)

Gambar 1. Faktor koagulasi darah (Sonjaya, Hery, 2013)


C. Proses Pembekuan Darah (+gambar)
Jika pembuluh darah terpotong atau rusak, pertama-tama akan
terjadi penyempitan bagian yang luka. Reaksi selanjutnya adalah
pembentukan senyawa yang disebut tromboplastin. Pembekuan ini dapat
terjadi baik oleh kerusakan jaringan atau hasil rangkaian reaksi yang
kompleks dalam darah, melibatkan keeping-keping darah dan rangkaian
yang panjang dari faktor-faktor pembeku darah.
Pelepasan tromboplastin hasil perubahan prothrombin yang ada
dalam plasma menjadi thrombin membutuhkan adanya ion kalsium.
Ketika agregasi keping-keping darah, faktor plaquettaire 3 mempercepat
aktivasi dari faktor X dan terjadi transformasi prothrombin menjadi
thrombin.
(Sonjaya, Hery, 2013)

Gambar 2. Proses pembekuan darah (Sonjaya, Hery, 2013)

D. Pemeriksaan Glukosa Darah (prinsip dan faktor yang mempengaruhi dan


penyakit)
Alat yang digunakan adalah Accu Check Active. Alat ini bekerja
secara enzimatik dengan reductase. Satu strip test memiliki area yang
mengandung enzim glucose dyeoxyreductase dan zat-zat lainnya. Ketika
darah diletakkan ke area test pada strip test maka terjadilah reaksi
reductase yang menyebabkan perubahan warna pada test pad tersebut.
Perubahan ditangkap oleh coding chip. Coding chip menghasilkan sinyal
yang dikirim ke Accu Check Active yang mencatat dan menampilkan
dalam bentuk angka di layer monitor
(Kendran, dkk., 2013)
Faktor yang mempengaruhi kadar glukosa dalaam darah antaralain
adalah kadar hormone dalam tubuh terutama insulin dan glucagon, kondisi
fisiologis hewan, aktivitas hewan, dan asupan makanan
(Kendran, dkk., 2013)
Penurunan toleransi akibat berkurangnya sekresi insulin
menyebabkan terjadinya penyakit diabetes melitus (diabetes melitus tipe I
atau diabetes melitus bergantung insulin, Insulin-Dependent Diabetes
Mellitus (IDDM). Manifestasi klinis penyakit ini berupa kenaikan kadar
glukosa darah (hiperglikemia) dan glikosuria. Hipoglikemi bisa terjadi
pada anjing yang menderita penyakit hati, sepsis, hipoadrenokortism, dan
neoplasia sel beta atau insulinoma
(Kendran, dkk., 2013)
E. Trombosit (fungsi, morfologi, dan data normal tiap hewan, +gambar
trombosit)

Gambar 3. Trombosit normal pada ayam


(Weiss & Wardrop, 2010)

Trombosit yang dibentuk di sumsum tulang. akan melepaskan


suatu bahan untuk membatasi pembuluh darah luka dengan keping-keping
darah yang berkerut yang beragregasi untuk membentuk gumpalan Reaksi
cepat ini membatasi kehilangan darah sebelum koagulasi (pembekuan
darah) terjadi.
(Sonjaya, Hery, 2013)
Trombosit adalah sel berinti yang ukurannya setengah dari ukuran
eritrosit hewannya. Bentuknya bulat sampai oval, dengan inti bundar
pyknotic yang padat dan sitoplasma bening yang agak retikular dalam
jumlah sedang. Sitoplasmanya seringkali memiliki beberapa butiran
kemerahan dan mungkin memiliki beberapa ruang atau vakuola yang jelas.
(Weiss & Wardrop, 2010)
Data trombosit normal pada hewan:
Spesies Range ( x103/mm3)

Anjing 186-545

Kucing 195-624

Kuda 94-246

Sapi 252-724

Domba 245-975

Kambing 250-750

Babi 520±195

Mencit 1163±382

Tabel 1. Data trombosit normal pada


hewan (Weiss & Wardrop, 2010)

III. MATERI & METODE


A. Materi
1. Laju Endap Darah (LED)
a. Alat:
- Statis: menegakkan tabung wintrobe
- Pipet wintrobe: memindahkan darah ke tabung wintrobe
- Tabung wintrobe: menampung darah dan mengukur
ketinggian plasmanya
b. Bahan:
- Darah + EDTA: sampel yntuk diukur laju endapnya
2. Percobaan Koagulasi
a. Alat:
- Blood lancet: melukai kulit agar mengeluarkan darah
- Tabung kapiler: menampung darah yang akan dicek
- Stopwatch/ jam: menandai waktu timbulnya fibrin (waktu
koagulasi)
- Object glass:menempatkan darah yang akan di cek
- Jarum pentul: menusuk darah untuk melihat timbulnya
benang fibrin
b. Bahan:
- Sampel darah/ probandus: untuk di cek waktu koagulasinya
3. Pemeriksaan Glukosa
a. Alat:
- Jarum veno check: melukai kulit agar mengeluarkan darah
- Strip test: menampung darah dari probandus
- Accu check: mengukur glukosa darah
b. Bahan:
- Sampel darah/ probandus: untuk di cek waktu koagulasinya
4. Penghitungan Trombosit
a. Alat:
- Pipet eritrosit: mengambil darah yang akan di cek
- Kamar hitung: menghitung trombosit yang nampak
- Mikroskop: mengamati sel trombosit
b. Bahan:
- Larutan rees ecker: untuk melarutkan darah, terdiri dari
Sodium sitrat: mencegah koagulasi, preservasi eritrosit,
memberikan berat jenis rendah yang diperlukan
Formalin: sebagai fikasasi
Briliant cresyl blue: mewarnai trombosit
(Pal, GK & Pal, Pravati, 2005)

B. Metode
1. Laju Endap Darah (LED)

Darah dimasukkan ke tabung


Sampel darah yang Tabung wintrobe
Wintrobe dengan pipet
telah dicampur dengan didiamkan dalam kondisi
wintrobe sampai setinggi garis
EDTA disiapkan tegak lurus selama 30-60
tanda 0 mm
menit di statis

Tinggi lapisan plasma LED dihirung dengan rumus:


dilihat lalu dicatat LED = tinggi plasma yang terbentuk
untuk perhitungan = tinggi tabung – tinggi endapan / waktu
2. Percobaan Koagulasi

a. Dengan kapiler

Darah dikeluarkan dan di


Kulit dilukai dengan tamping pada tabung kapiler. Tabung dipengang
lancet Waktu mulai keluarnya darah dengan ibujari dan jari
dicatat telunjuk

Tabung digoyangkan Interval waktu antara timbulnya darah dan


perlahan setiap 30 detik timbulnya fibrin dictatat sebagai waktu
sampai terlihat fibrin koagulasi
dalam tabung

b. Dengan object glass

Kulit dilukai dengan Darah dikeluarkan dan di Setiap 30 detik, darah


lancet tampung pada object glass ditusuk dengan jarum
pentul sampai ada fibrin
yang melekat pada jarum
Interval waktu sebelum dan sesudah timbulnya fibrin
dictatat sebagai waktu koagulasi

3. Pemeriksaan Glukosa

Darah dikeluarkan dan di Hasil pemeriksaan


Kulit dilukai dengan
tampung dengan sriptest yang glukosa akan keluar di
jarum veno ject
terhubung dengan accu check layer accu check setelah
ditunggu beberapa detik

4. Penghitungan Trombosit

Darah dihisap dengan Larutan rees ecker dihisap Pipet dibolak-balikkan


pipet eritrosit sampai dengan pipet eritrosit yang selama beberapa menit,
angka 0.5 sama sampai angka 101 kemudian beberapa tetes
dibuang

Campuran diisikan Trombosit yang nampak Untuk mengetahui jumlah


pada kamar hitung (berwarna nila, berbentuk oval, trombosit/mm2, digunakan rumus:
tongkat, atau koma, diameter 1/7- Sel terhitung x 1000
1/2 dari diameter eritrosit)
dihitung jumlahnya
IV. HASIL & PEMBAHASAN

Hasil

1. Laju Endap Darah Dalam waktu 24 jam, diperoleh tinggi plasma darah
sapi yang terbentuk adalah 7 cm, dengan tinggi tabung wintrobe adalah 10
cm. Sedangkan nilai normal LED darah sapi adalah 2,25 – 4 mm dalam
waktu 24 jam
2. Waktu Koagulasi Pada percobaan waktu koagulasi darah manusia
diperoleh waktu koagulasi adalah 6 menit 30 detik, sedangkan nilai normal
waktu koagulasi manusia adalah 5-7 menit
3. Pemeriksaan glukosa darah Pada percobaan pemeriksaan gula darah
menggunakan alat accu check diperoleh hasil untuk probandus wanita dan
sudah makan adalah 170 mg/dL sedangkan nilai normal dari gula darah
manusia adalah 120-153 mg/dL
4. Perhitungan trombosit Pada percobaan perhitungan trombosit darah
diperoleh sel terhitung sebanyak 240 sel, maka jumlah trombosit darah
domba adalah? Sedangkan nilai normal dari jumlah trombosit domba
adalah 250.000-750.000 sel/mm²

Perhitungan
1. Laju Endap Darah

LED = tinggi plasma yang terbentuk/waktu


= 70mm/ 24 jam

2. Penghitungan trombosit
Jumlah trombosit = Sel terhitung x 1000
= 240 sel x 1000
= 240000 sel/mm3
Pembahasan
Laju Endap Darah sapi tidak normal karena hasil perhitungan
menunjukkan angka 70 mm, angka ini jauh lebih tinggi dari LED normal pada
sapi yaitu 2,25 – 4 mm. Menurut Salisia dan Harjono (2010) abnormalitas nilai
LED bisa disebabkan kadar fibrinogen tidak normal (dalam kasus ini terlalu
rendah), atau perubahan sifat fisiko-kimiawi dari permukaan sel eritrosit. Selain
itu, bisa juga terdapat faktor kesalahan eksternal yang memperngaruhi LED
misalnya; Konsentrasi antikoagulan tidak tepat, tabung tidak bersih, tabung tidak
berdiri vertical, ada gelembung udara dalam tabung, darah mengalami hemolisis,
koleksi sampel darah terlalu lama/ kadaluarsa, darah yang telah dimasukkan ke
dalam pendingin seharusnya disesuaikan dulu dengan temperature kamar
Untuk pengukuran waktu koagulasi, diperoleh hasil 6 menit 30 detik.
Angka yang diperoleh masih masuk kedalam range waktu koagulasi normal pada
manusia yaitu 5-7 menit. Artinya probandus memiliki waktu koagulasi yang
normal, dan tidak ada kelainan pada faktor koagulasi.
Dari pemeriksaan accu check, diperoleh hasil gula darah probandus 170
mg/dL sedangkan nilai normal dari gula darah manusia adalah 120-153 mg/dL.
Artinya, kadar glukosa darah probandus diatas normal (hiperglikemia). Menurut
Kendran, dkk. (2013) faktor yang mempengaruhi kadar glukosa dalaam darah
antaralain adalah kadar hormone dalam tubuh terutama insulin dan glucagon,
kondisi fisiologis hewan, aktivitas, dan asupan makanan Interpretasi
hiperglikemia bisa disebabkan salah satunya oleh penurunan toleransi terhadap
glukosa akibat berkurangnya sekresi insulin. Hal ini terjadinya penyakit diabetes
melitus tipe I. (Kendran, dkk., 2013)
Menurut perhitungan trombosit, diperoleh jumlah trombosit sampel darah
domba sebesar 2400000 sel/mm3. Nilai normal dari jumlah trombosit domba
adalah 250.000-750.000 sel/mm². Artinya, jumlah trombosit pada domba yang
diperiksa lebih rendah dari normal. Menurut Lestari (2019) hasil pemeriksaan
hitung trombosit dipengaruhi oleh suhu dan waktu sejak pengumpulan specimen.
Spesimen darah yang disimpan baik pada suhu kamar (18-24°C) atau suhu lemari
es (4-8°C) hingga 24 jam dapat memiliki hasil yang dapat dipercaya untuk
pemeriksaan darah lengkap. Faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi
perubahan jumlah trombosit dalam penyimpanan adalah antikoagulan. Jika
volume terlalu sedikit dapat menyebabkan trombosit membesar dan mengalami
disintegrasi, dapat diartikan jumlah trombosit akan menurun. Jika volume terlalu
banyak dapat menyebabkan terbentuknya jendalan yang berakibat menurunnya
jumlah trombosit (Lestari, A. I., 2019). Selain faktor eksternal, bisa juga
rendahnya kadar trombosit ini dipengaruhi oleh gangguan dalam
pembentukannya di sumsum tulang (Sonjaya, Hery, 2010) sehingga bisa dikaitkan
dengan adanya penyakit.

V. KESIMPULAN

1. Laju endap darah dihitung dengan menegakkan tabung wintrobe selama


24 jam dan diperoleh hasil tinggi plasma yang terbentuk 70mm/ 24 jam.
LED yang lebih dari normal bisa disebabkan oleh faktor internal maupun
kesalahan dari peneliti.
2. Waktu koagulasi ditentukan dengan melihat waktu pendarahan sampai
timbulnya benang-benang fibrin. Pada sampel dicatat waktunya dormal
yaitu 6 menit 30 detik.
3. Dari pemeriksaan darah menggunakan Accu Check Active, ditemukan
kadar glukosa dalam sampel darah diatas normal yaitu 170 mg/dL. Artinya
probandus mengalami hiperglikemia, yang disebabkan oleh faktor-faktor
seperti hormonal, aktivitas atau asupan makanan sebelum pengecekan.
4. Penghitungan trombosit dilakukan dengan melarutkan darah
menggunakan reagen rees ecker, kemudian mengecek di kamar hitung.
Selanjutnya, hasil yang diperoleh dimasukkan ke rumus, dan diperoleh
jumlah trombosit sampel darah domba lebih rendah dari normal yaitu
2400000 sel/ mm3. Hal ini bisa disebabkan oleh faktor eksternal seperti
suhu penyimpanan, antikoagulan yang tidak sesuai, atau sebagai indikasi
suatu penyakit.
VI. DAFTAR PUSTAKA (minimal 3 buku + 2 jurnal diatas 2015)

Kendran, S., Sudisma, I. G. N., Sulabda, I. N., Gorda, I., W., Anggreni, L. D. 2013. Kadar
Glukosa Darah Anjing Kintamani. Loekali Buletin Veteriner Udayana Vol. 5 No. 2
ISSN : 2085-2495
Lestari, Indah A. 2019. Perbedaan Jumlah Trombosit pada Sampel Darah Suhu Ruang dan
Kulkas selama 24 Jam. Journal of Vocational Health Studies 03): 59–62
Nofianti, T., Constantia, Nuraini, D., Gugy, D., Yudha, K., Suseno, A. 2016. Aktivitas
Hemostatik Ekstrak Etanol Daun Andong (Cordyline fruticosa [L.] A.Cheval)
Terhadap mencit jantan galur Swiss-Webster. Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada
Volume 16 Nomor 1
Pal, G.K., dan Pal, P. 2009. Textboox of Practical Physiology. New Delhi: New Age
International
Rachmawati, R. L., Setiani, O., Yusniar. 2016. Perbedaan Laju Endap Darah Sebelum dan
Sesudah Pemberian Air Kelapa Hijau (Cocos nucifera L) pada Pekerja Bagian
Pengecatan Industri Karoseri Semarang. Jurnal Kesehatan Masyarakat
Volume 4, Nomor 3: 897-904
Salisia, S. I. O., dan Hariono, B. 2010. Patologi Klinik Veteriner. Yogyakarta: Penerbit
Samudra Biru.
Sonjaya, Hery. 2013. Dasar Fisiologi Ternak. Bogor: IPB Press.
Weiss, D.J., dan Wardrop, K.J. 2010. Schalm’s Veterinary Hematology. USA: Blackwell
LAMPIRAN ERITROSIT 1
LAMPIRAN ERITROSIT 2

Anda mungkin juga menyukai