HEMATOKRIT
OLEH :
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN
2017
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur Penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas berkat dan RahmatNya sehingga Penulis dapat menyelesaikan makalah
“Hematokrit” ini. Penulis berterima kasih kepada Bapak Drs. Hudson Sidabutar,
M.Si dan Ibu Dra. Erlintan Sinaga, M.Kes yang sudah memberikan bimbingannya
dalam penulisan makalah ini.
Penulis juga menyadari bahwa tugas ini masih jauh dari kata sempurna
baik dari materi maupun cara penulisannya. Namun demikian, Penulis telah
berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki sehingga
dapat selesai dengan baik. Oleh sebab itu, Penulis dengan rendah hati dan tangan
terbuka menerima masukan, saran dan usulan guna penyempurnaan makalah
dikemudian hari. Penulis menyadari pula, bahwa dalam pembuatan makalah ini
tidak lepas dari batuan berbagai pihak. Akhir kata penulis ucapkan terima kasih.
MADELEINE DIANA
NIM : 4153141030
ii
DAFTAR ISI
Halaman
Kata Pengantar i
Daftar Isi ii
Daftar Gambar iii
Daftar Tabel iv
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang Masalah 1
1.2 Rumusan Masalah 1
1.3 Tujuan Penulisan 2
BAB V PENUTUP 14
5.1. Kesimpulan 14
5.2. Saran 15
DAFTAR PUSTAKA 16
iii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 4.1. Grafik Hasil Pemeriksaan Eritrosit 10
Gambar 4.2. Grafik Hasil Pemeriksaan Hemoglobin 12
Gambar 4.3 Grafik Hasil Pemeriksaan Hematokrit 13
iv
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 4.1. Hasil Pemeriksaan Eritrosit 9
Darah adalah cairan yang terdapat pada semua hewan tingkat tinggi yang
bersirkulasi secara terus menerus dalam tubuh. Darah dalam tubuh berfungsi
untuk mengatur keseimbangan cairan, asam-basa, dan suhu. Darah juga berperan
sebagai media transportasi berbagai zat yang ada dalam tubuh dan menjadi sistem
pertahanan tubuh dari serangan penyakit. Darah juga berperan membawa berbagai
agen penyakit (bakteri, virus, parasit) dalam tubuh dan akan menyebarkan ke
berbagai organ. Karena itu profil darah banyak digunakan dalam menentukan
status kesehatan individu.
Sel darah merah atau eritrosit merupakan jenis sel darah paling umum
dengan diameter rata-rata 7,5µm, tidak memiliki inti, berbentuk lempengan
bikonkaf, dan terpulas merah muda dengan pewarnaan eosin. Sel darah merah
mengandung hemoglobin yang berfungsi membawa oksigen ke jaringan tubuh.
Sel darah merah dibentuk di dalam sumsum tulang, terutama dari tulang pendek,
pipih dan tidak beraturan, jaringan kondilus pada ujung tulang panjang, coste
(tulang rusuk) dan dari tulang dada (sternum). Secara normal, jangka hidup sel
darah merah pada hewan adalah 115-120 hari. Sel darah merah tua akan hancur
dalam limpa, sumsum tulang, dan hati. Zat besi dari hemoglobin akan dirombak
dan digunakan kembali membentuk eritrosit baru.
Penurunan kadar oksigen atmosfir, seperti karena ketinggian tempat, dapat
menyebabkan terjadinya peningkatan produksi sel darah merah untuk
mengkompensasi kebutuhan oksigen jaringan (hipoksia). Faktor apapun yang
dapat menimbulkan keadaan hipoksia akan yang mempengaruhi pembentukan
eritrosit, seperti gangguan pembentukan hemoglobin, gangguan penyerapan zat
besi, anemia karena sebab apapun juga akan merangsang pembentukan sel darah
merah, jumlah eritrosit, dan hematokrit.
1
2
1.3 Tujuan
1. Mahasiswa mampu mengetahui hematokrit
2. Mahasiswa mampu mengetahui cara melakukan pengukuran hematokrit
3. Mahasiswa mampu mengetahui manfaat nilai hematokrit
4. Mahasiswa mampu mengetahui pengaruh dosis berbeda Xilazin-Ketamin
pada nilai hematokrit anjing lokal
5. Mahasiswa mampu mengetahui hal yang mempengaruhi nilai hematokrit
hewan
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
Hematokrit juga disebut sebagai fraksi darah yang terdiri dari sel-sel darah
merah. Hematokrit dapat ditentukan dengan cara sentrifugasi darah dalam tabung
mikro kapiler hematokrit sehingga sel-sel darah menjadi padat/mengendap di
bagian bawah tabung. Dalam sel darah merah yang mengalami pemadatan masih
terdapat sekitar 3 sampai 4% plasma yang tetap terjebak di antara sel. Sehingga
nilai hematokrit sebenarnya hanya sekitar 96% dari yang terukur (Guyton, 2006).
Nilai parameter darah dapat berbeda oleh karena berbagai faktor dan
Faktor penting yang mempengaruhi status hematology adalah: umur, jenis
kelamin, status, ketinggian wilayah atau tempat, pakan dan keseimbangan air
tubuh (Dallmann dan Brown, 1989).
3
4
a) Metode makrohematokrit
Pada metode makro, sebanyak 1 ml sampel darah (darah EDTA
atau heparin) dimasukkan dalam tabung Wintrobe yang berukuran panjang
110 mm dengan diameter 2.5-3.0 mm dan berskala 0-10 mm. Tabung
kemudian disentrifus selama 30 menit dengan kecepatan 3.000 rpm.
Tinggi kolom eritrosit adalah nilai hematokrit yang dinyatakan dalam %.
b) Metode mikrohematokrit
Pada metode mikro, sampel darah (darah kapiler, darah EDTA,
darah heparin atau darah amonium-kalium-oksalat) dimasukkan dalam
tabung kapiler yang mempunyai ukuran panjang 75 mm dengan diameter 1
mm. Tabung kapiler yang digunakan ada 2 macam, yaitu yang berisi
heparin (bertanda merah) untuk sampel darah kapiler (langsung), dan yang
tanpa antikoagulan (bertanda biru) untuk darah EDTA/heparin/amonium-
kalium-oksalat.
Prosedur pemeriksaannya adalah : sampel darah dimasukkan ke
dalam tabung kapiler sampai 2/3 volume tabung. Salah satu ujung tabung
ditutup dengan dempul (clay) lalu disentrifus selama 5 menit dengan
kecepatan 15.000 rpm. Tinggi kolom eritrosit diukur dengan alat pembaca
hematokrit, nilainya dinyatakan dalam %.
5
5
6
Anjing diberikan obat premedikasi atropin sulfat dengan dosis yang sama
untuk setiap anjing pada keempat perlakuan yaitu 0,03 mg/kg bb secara subkutan.
Xilazin diberikan 15 menit setelah pemberian atropin dengan dosis yang berbeda-
beda pada setiap perlakuan yaitu perlakuan 1 dengan dosis 2 mg/kg bb, perlakuan
2 dengan dosis 4 mg/kg bb, perlakuan 3 dengan dosis 6 mg/kg bb, dan perlakuan
4 dengan dosis 8 mg/kg bb. Pada perlakuan 1 xilazin diinjeksikan secara
intramuskuler, sedangkan pada perlakuan 2, 3 dan 4 diinjeksikan secara subkutan.
Kemudian anjing diberikan anestesi ketamin 30 menit setelah pemberian xilazin
dengan dosis yang sama untuk setiap perlakuan yaitu 10 mg/kg bb, anjing pada
perlakuan 1 diberikan secara intramuskuler, sedangkan perlakuan 2, 3 dan 4
diberikan secara subkutan.
Sebelum mengisi kamar hitung, tiga tetes pertama dari pipet dibuang, lalu
isi kamar hitung dengan tetesan berikut secukupnya dengan cara menyentuhkan
ujung pipet pada permukaan kamar hitung dengan menyinggung pinggiran kaca
penutup. Biarkan selama 2-3 menit agar leukosit mengendap.
Selanjutnya asam hematin ini diencerkan dengan aquadest tetes demi tetes
sambil diaduk sampai warnanya sama dengan warna coklat pada gelas standard.
Larutan dibaca dalam skala gram %.
Analisis data menggunakan sidik ragam terhadap hasil yang diperoleh dari
pemeriksaan total eritrosit keempat perlakuan menunjukkan bahwa dosis obat
berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap total eritrosit anjing lokal, tetapi waktu
pemeriksaan tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap total eritrosit anjing
lokal. Rata-rata total eritrosit dari pemberian dosis xilazin 2 mg/kg (kontrol) dan 4
mg/kg tidak terdapat perbedaan yang nyata (P>0,05). Sedangkan pada dosis 6
mg/kg BB dan 8 mg/kg BB terdapat perbedaan yang nyata (P<0,05) dengan dosis
2 dan 4 mg/kg BB. Demikian juga dengan dosis 8 mg/kg berbeda nyata dengan
9
10
dosis 2 dan 4 mg/kg BB. Pada dosis xilazin 4 mg/kg BB, 6 mg/kg BB, dan 8
mg/kg BB rata-rata terjadi penurunan yang nyata pada total eritrosit namun masih
berada pada kisaran normal total eritrosit anjing yaitu antara 5,5-8,5x106/µL.
Penurunan total eritrosit terjadi karena semakin tinggi dosis anestesi yang
digunakan semakin dalam efek anestesi yang ditimbulkan sehingga dilatasi limpa
semakin besar akibatnya semakin banyak darah masuk kedalam limpa. Hal ini
sesuai dengan yang dikemukakan oleh Weiss dan Wardrop (2010) yaitu limpa
berfungsi sebagai tempat penyimpanan sel darah merah.
nilai hematokrit anjing lokal, namun waktu pemeriksaan tidak berpengaruh nyata
(P>0,05) terhadap nilai hematokrit anjing lokal.
yakni semakin tinggi dosis anestesi yang digunakan semakin dalam efek
anestesi yang ditimbulkan.
5.1. Kesimpulan
14
15
5.2. Saran
Semoga makalah/ laporan ini dapat menjadi salah satu literatur bagi
praktikan lain untuk mengetahui sedikit tentang hematokrit. Perlu dilakukan
penelitian lebih lanjut untuk mengetahui berapa dosis maksimal yang masih aman
diberikan secara subkutan pada anjing lokal. Selain itu perlu adanya penelitian
terhadap fungsi organ lainnya seperti hati dan ginjal untuk mengetahui toksisitas
obat yang diberikan
DAFTAR PUSTAKA
16