Anda di halaman 1dari 13

A.

KARAKTERISTIK UMUM ANAK USIA DINI


Usia dini merupakan masa perkembangan dan pertumbuhan yang sangat
menentukan perkembangan masa selanjutnya. Berbagai studi yang dilakukan para
ahli menyimpulkan bahwa pendidikan anak sejak usia dini dapat memperbaiki
prestasi dan meningkatkan produktivitas kerja masa dewasanya. Pendidikan Anak
Usia Dini (PAUD) merupakan salah lembaga pendidikan yang memiliki peran
penting dalam membangun semua potensi anak-anak (Junanto & Kusna, 2018; Sum
& Taran, 2020).
Usia dini merupakan usia cemerlang yang memiliki arti penting karena masa
ini merupakan masa pembentukan masa depan anak (KhoiruzzadiM et al., 2020; We
& Fauziah, 2020). Keberhasilan dalam membina atau mengarahkan anak-anak sejak
awal merupakan derajat kemajuan anak bagi masa depan anak, namun lagi-lagi
ketidakmampuan memberikan arahan, kepedulian, dan pengarahan merupakan
kegagalan bagi kehidupan anak di kemudian hari (Agustin, 2020; Meilanie, 2020).
Secara umum, masa pada saat usia dini memiliki karakteristik atau sifat-sifat
sebagai berikut.
1. Unik, dimana sifat anak itu berbeda satu dengan lainnya. Anak memiliki
bawaan, minat, kapabilitas, dan latar belakang kehidupan masing-masing.
Meskipun terdapat pola urutan umum dalam perkembangan anak yang dapat
diprediksi, pola perkembangan dan belajarnya tetap memiliki perbedaan satu
sama lainnya.
2. Egosentris, dimana anak lebih cenderung melihat dan memahami sesuatu dari
sudut pandang dan kepentingannya sendiri. Bagi anak, sesuatu itu akan penting
sepanjang hal tersebut terkait dengan dirinya.
3. Aktif dan energik. Anak lazimnya senang melakukan berbagai aktivitas. Selama
terjaga dari tidur anak seolah-olah tidak pernah lelah, tidak pernah bosan, dan
tidak pernah berhenti dari aktivitas, terlebih lagi kalua anak dihadapkan pada
suatu kegiatan yang baru dan menantang.
4. Rasa ingin tahu yang kuat dan antusias terhadap banyak hal. Anak cenderung
lebih banyak memperhatikan, membicarakan, dan mempertanyakan berbagai hal
yang sempat dilihat dan didengarnya. Terutama terhadap hal-hal yang baru.
5. Eksploratif dan berjiwa petualang. Terdorong oleh rasa ingin tahu yang kuat,
anak lazimnya senang menjelajah, mencoba, dan mempelajari hal-hal yang baru.
Anak senang membongkar pasang alat-alat mainan yang baru dibelinya.
Kadang-kadang ia terlibat secara intensif dalam kegiatan memperhatikan,
memainkan, dan melakukan sesuatu dengan benda-benda yang dimilikinya.
6. Spontan. Perilaku yang ditampilkan anak umumnya relative asli dan tidak
ditutup-tutupi sehingga merefleksikan apa yang ada dalam perasaan dan
pikirannya. Ia akan marah kalua ada yang membuatnya jengkel, ia akan
menangis kalua ada yang menbuatnya sedih, dan ia pun akan memperlihatkan
wajah yang ceria kalua ada yang membuatnya gembira tidak peduli dimana dan
dengan siapa ia berada.
7. Senang dan kaya dengan fantasi. Anak senang dengan hal-hal yang imajinatif.
Anak tidak saja senang terhadap cerita-cerita hayal yang disampaikan oleh
orang lain, tetapi ia sendiri juga senang bercerita kepada orang lain. Kadang-
kadang ia juga dapat bercerita melebihi pengalaman aktualnya atau kadang-
kadang bertanya tentang hal-hal yang gaib sekalipun.
8. Masih mudah frustasi. Umumnya anak masih mudah frustasi atau kecewa bila
menghadapi sesuatu yang tidak memuaskan. Ia mudah menangis atau marah bila
keinginnanya tidak terpenuhi. Kecenderungan perilaku anak seperti ini terkait
dengan sifat egosentrisnya yang masih kuat, sifat spontanitasnya yang masih
tinggi serta rasa empatinya yang masih relative terbatas.
9. Masih kurang pertimbangan dalam melakukan sesuatu. Sesuai dengan
perkembangan cara berpikirnya, anak lazimnya belum memiliki rasa
pertimbangan yang matang. Termasuk berkenaan dengan hal-hal yang
membahayakan. Ia kadang-kadang melakukan sesuatu yang membahayakan
dirinya dan orang lain.

1
10. Daya perhatian yang pendek. Anak lazimnya memiliki daya perhatian yang
pendek, kecuali terhadap hal-hal yang secara intrinsic menarik dan
menyenangkan. Ia masih sangat sulit untuk duduk dan memperhatikan sesuatu
dalam jangka waktu yang lama.
11. Bergairah untuk belajar dan banyak belajar dari pengalaman. Anak senang
melakukan berbagai aktivitas yang menyebabkan terjadinya perubahan tingkah
laku pada dirinya. Ia senang mencari tahu tentang berbagai hal, mempraktekkan
berbagai kemampuan dan keterampilan, serta mengembangkan konsep dan
keterampilan baru. Namun tidak seperti orang dewasa, anak cenderung banyak
belajar dari pengalaman melalui interaksi dengan benda dana tau orang lain
daripada belajar dari symbol.
12. Semakin menunjukkan minat terhadap teman. Seiring dengan bertambahnya
usia dan pengalaman social, anak semakin berminat terhadap orang lain. Ia
mulai menunjukkan kemampuan untuk bekerja sama dan berhubungan dengan
teman-temannya. Ia memiliki penguasaan pembendaharaan kata yang cukup
untuk berkomunikasi dengan orang lain.
Yellon dan Weinstein mengemukakan karakteristik perkembangan anak usia dini
sebagai berikut:
Karakteristik anak usia dini
 Aspek usia 1 -3 tahun
a) Fisik
1.Sangat aktif
2. Belajar merangkak, berjalan, berlari, memanjat, makan sendiri, bermain
balok, serta menggaruk.
3. Belajar kebiasaan ke toilet.
b) Mental
1. Perkembangan bahasa dari menangis menjadi berbicara.
2. Belajar konsep-konsep seperti warna satu dan lain sebagian.
3. Memandang benda sebagai sesuatu yang dapat berperilaku.
c) Sosial

2
1. Mulai senang bermain di luar rumah.
2. Menyenangi anak-anak yang lain, namun belum bisa bermain dengan mereka.
d) Emosional
1. Dapat merespon terhadap kasih sayang dan persetujuan.
2. Masih bergantung kepada orang tua.
3. Berkembang beberapa bentuk pernyataan perasaan dari yang sebelumnya
hanya dengan menangis.
e) Respon orang dewasa (orang tua maupun guru)
1. Menanamkan kedisiplinan yang ringan secara konsisten.
2. Memberikan perlindungan tanpa bersikap over protection.
3. Berbicara dengan anak dan merespon pembicaraannya.
4. Memberikan kesempatan untuk aktif bergerak dan bereksplorasi.
5. Memberikan penghargaan kepada perilaku anak yang baik.
 Usia Prasekolah
a. Fisik
1. Sangat aktif.
2. Dapat mengkoordinasikan mata dan tangan, melempar, menangkap, loncat,
melompat, mengganbar, serta menulis.
3. Dapat belajar berbagai keterampilan tangan sederhana.
b. Mental
1. Egosentris, belum memahami pandangan atau perasaan orang lain.
2. Perkembangan bahasa, dimana sang anak sudah dapat berbicara dalam bentuk
kalimat, perbendaharaan bahasanya sudah bertambah banyak, serta sangat
tertarik dengan kisah-kisah.
3. Memiliki kesulitan untuk berpikir abstrak.
c. Sosial
1. Mulai menghormati otoritas.
2. Sudah dapat mengikuti aturan.
3. Sudah dapat berteman, meskipun belum memiliki teman yang tetap.
d. Emosional

3
1. Dapat merespon terhadap kasih sayang dan persetujuan.
2. Mulai memperhatikan tipe-tipe orang, baik yang terkait dengan gender,
peranan, maupun kemampuannya.
3. Dapat merespon kegiatan rutin dengan baik.
4. Dapat mengekspresikan semua emosinya.
e. Respon orang dewasa (orang tua maupun guru)
1. Menanamkan sikap tanggung jawab dan independen.
2. Menjawab pertanyaan anak.
3. Memberikan berbagai objek fisik untuk dieksplorasi.
4. Memberikan pengalaman berinteraksi sosial melalui bekerja sama dengan
kelompok kecil.
5. Membuat program-program kegiatan seperti menyanyi dan menari.
6. Melakukan berbagai kegiatan untuk mengembangkan bahasa anak, yaitu
dengan bercerita mengenai kisah-kisah, membuat klasifikasi, mendiskusikan
masalah-masalah sederhana, serta membuat peraturan.
B. PERKEMBANGAN KOGNITIF ANAK USIA DINI
Perkembangan kognitif adalah perkembangan yang berhubungan dengan
kemampuan individu untuk mengolah informasi, dalam bahasa sehari-hari disebut
kemampuan berpikir. Domain utama perkembangan kognitif adalah proses
kematangan dan kemampuan berpikir manusia yang berawal dari rasa ingin tahu,
karena rasa ingin tahu akan mendorong manusia untuk berpikir “akibat penasaran”
dan melakukan usaha (melalui berbagai kegiatan yang timbul dari ide) untuk
menjawab rasa ingin tahu tersebut. Menurut Johnston & Halocha (2010: 65)
berpendapat bahwa perkembangan kognitif melibatkan pengembangan pengetahuan
dan pemahaman konseptual, kognisi. Kognisi melibatkan sejumlah keterampilan
dan atribut, seperti memori, kemampuan untuk melakukan abstrak, memecahkan
masalah, berpikir logis dan memberikan alasan. Sedangkan Piaget percaya bahwa
anak-anak membangun struktur mental mereka sendiri melalui serangkaian interaksi
konstan dan aktif dengan lingkungan mereka (Galotti, 2004: 469). Sehingga setiap
perkembangan pada anak berbeda beda, sehingga cara atau perlakuan anak di setiap

4
umurnya juga berbeda beda. Kemampuan kognitif yang memungkinkan
pembentukan pengertian, berkembang dalam empat tahap, yaitu tahap sensori motor
(0-24 bulan), tahap pra oprasional (24 bulan -7 tahun), tahap oprasional konkret (7
tahun-11 tahun), dan tahap oprasional formal (dimulai usia 11 tahun). Tahap-tahap
ini merupakan pola perkembangan kognitif yang berkesinambungan, yang akan
dilalui oleh semua orang. Oleh karena itu, perkembangan kognitif seseorang dapat
diramalkan.
Menurut Permendikbud No 137 Tahun 2014 tentang Standart Nasional
Pendidikan Anak Usia Dini dijelaskan bahwa tingkat pencapaian perkembangan
kognitif anak usia 5-6 tahun meliputi: (1) Menunjukkan aktivitas yang bersifat
eksploratif dan menyelidik (seperti: apa yang terjadi ketika air ditumpahkan); (2)
Memecahkan masalah sederhana dalam kehidupan sehari-hari dengan cara yang
fleksibel dan diterima sosial; (3) Menerapkan pengetahuan atau pengalaman dalam
konteks yang baru ; (4) Menunjukkan sikap kreatif dalam menyelesaikan masalah
(ide, gagasan di luar kebiasaan); (5) Mengenal perbedaan berdasarkan ukuran:
“lebih dari”; “kurang dari”; dan “paling/ter”; (6) Menunjukkan inisiatif dalam
memilih tema permainan (seperti: ”ayo kita bermain pura-pura seperti burung”); (7)
Menyusun perencanaan kegiatan yang akan dilakukan; (8) Mengenal sebab-akibat
tentang lingkungannya (angin bertiup menyebabkan daun bergerak, air dapat
menyebabkan sesuatu menjadi basah); (9) Mengklasifikasikan benda berdasarkan
warna, bentuk, dan ukuran (3 variasi) ; (10) Mengklasifikasikan benda yang lebih
banyak ke dalam kelompok yang sama atau kelompok yang sejenis, atau kelompok
berpasangan yang lebih dari 2 variasi; (11) Mengenal pola ABCD-ABCD; (12)
Mengurutkan benda berdasarkan ukuran dari paling kecil ke paling besar atau
sebaliknya; (13) Menyebutkan lambang bilangan 1-10; (14) Menggunakan lambang
bilangan untuk menghitung; (15) Mencocokkan bilangan dengan lambang bilangan;
(16) Mengenal berbagai macam lambang huruf vokal dan konsonan; (17)
Merepresentasikan berbagai macam benda dalam bentuk gambar atau tulisan (ada
benda pensil yang diikuti tulisan dan gambar pensil).

5
Piaget menjelaskan bahwa perkembangan kognitif dibagi ke dalam empat
tahap yang secara kualitatif berbeda dan masing-masing memiliki karakteristik
tersendiri di tiap tahapannya, yaitu tahap sensorimotor, praoperasional, operasional
konkret, dan operasional formal. Namun kita akan membahas dua tahapan saja yaitu
tahap sensorimotor dan tahap praoperasional,karena pembahasan yang dibahas pada
bagia ini merupakan perkembangan kognitif pada anak usia dini yang dimana hal
tersebut terdapat pada periode praoperasional. Namun sebelum itu kita akan
membahas tahap pertama yaitu tahap sensorimotor sebagai tahap pengenalan.
1. Tahap Sensorimotor
Enam subtahap sensorimotor perkembangan kognitif Piaget menurut
Santrock (2002).
Subtahap Deskripsi

Penggunaan refleks (0 – 1 bulan) Bayi melatih refleks bawaan mereka dan


mendapatkan kontrol dalam
menggunakannya. Mereka tidak
mengoordinasikan informasi dari
pancaindranya. Mereka tidak menggenggam
objek yang sedang mereka lihat.

Reaksi sirkuler primer (1 – 4 Bayi mengulang-ulang tingkah laku


bulan) menyenangkan yang pertama kali terjadi
kebetulan (seperti mengisap). Berbagai
aktivitas berfokus pada tubuh bayi dan bukan
pada pengaruh dari tingkah laku terhadap
lingkungan. Bayi memperoleh adaptasi
pertama; yaitu, mereka mengisap berbagai
objek. Mereka mulai mengoordinasi informasi
sensori dan menggenggam objek.

Reaksi sirkuler sekunder(4 – 8 Bayi makin tertarik pada lingkungan; mereka

6
bulan) mengulang-ulang tindakan yang memberikan
hasil yang menarik (seperti mengguncang
giring-giring) dan memperpanjang
pengalaman yang menyenangkan. Berbagai
tindakan disengaja tapi belum bertujuan.

Koordinasi skema sekunder (8 – 12 Tingkah laku mulai disengaja dan bertujuan


bulan) sejalan dengan bayi mengoordinasikan skema
telah dipelajari (seperti menatap dan
menguncang giring-giring) dan menggunakan
tingkah laku yang telah dipelajari untuk
mendapatkan tujuan mereka (seperti
merangkak ke ujung ruangan untuk
mendapatkan mainany ang diinginkan).
Mereka dapat mengantisipasi berbagai
kejadian.

Reaksi sirkular tersier (12 – 18) Anak menunjukkan rasa ingin tahu dan
bereksperimen; dengan penuh tujuan
memvariasikan tindakan mereka untuk
melihat hasilnya (contohnya,
mengguncangkan giring-giring yang berbeda
untuk mendengarkan suara mereka). Mereka
secara aktif menjelajah dunia mereka untuk
menentukan hal baru tentang objek, kejadian,
atau situasi. Mereka mencoba berbagai
aktivitas baru dan menerapkan trial-and-error
untuk memecahkan masalah

Kombinasi mental (18 – 24 bulan) Karena anak dapat merepresentasikan secara


mental berbagai kejadian, mereka tidak lagi

7
menerapkan trial-and-error untuk
memecahkan masalah. Pikiran simbois
memungkinkan anak untuk mulai berpikir
tentan terhadap berbagai kejadian dan
mengantisipasi konsekuensinya tanpa selalu
menghasilkan tindakan. Anak mulai
mendemonstrasikan insight. Mereka dapat
menggunakan simbol, seperti isyarat dan kata,
dan dapat berpura-pura

2. Tahap Praoperasional
Tahapan selanjutnya menurut piaget adalah praoperasional yaitu tahapan
dari pembahasan ini yaitu perkembangan kognitif pada anak usia dini,yang dimana
deskripsi kemampuannya yaitu sebagai berikut:
1) Mampu berpikir dengan menggunakan symbol (symbolic function),kemampuan
ini merupakan subtahap pertama pada tahap praoperasional, yang terjadi antara
usia 2-4 tahun. Dimana pada tahap ini anak dapat mengembangkan kemampuan
untuk membayangkan secara mental suatu objek yang tidak ada.
2) Pemahaman identitas, anak menyadari bahwa perubahan artifisial tidak akan
mengubah sifat suatu hal.
3) Pemahaman sebab-akibat,anak menyadari bahwa kejadian memiliki penyebab.
4) Kemampuan mengklasifikasikan,anak dapat mengorganisasikan benda dan
sebagainya.
5) Pemahaman terhadap angka, anak dapat menghitung dan menangani kuantitas.
6) Empati, anak mulai lebih bisa untuk membayangkan apa yang orang lain
rasakan.
7) Teori tentang pikiran, anak menjadi lebih sadar mengenai aktivitas mental dan
fungsi dari fikiran

8
8) Berpikirnya masih dibatasi oleh presepsinya, mereka meyakini apa yang
dilihatnya, dan hanya terfokus pada satu atribut/dimensi terhadap suatu objek
dalam waktu yang sama. Cara berfikir mereka bersifat memusat centering),
yaitu hanya terpusat pada satu karakteristik saja.
9) Berpikirnya masih kaku belum fleksibel. Cara berfikirnya terfokus pada keadaan
awal atau akhir dari transformasi (perubahan), bukan kepada transformasinya itu
sendiri yang mengantari keadaan tersebut.
10) Dapat mengelompokan sesuatu berdasarkan satu dimensi, seperti kesamaan
warna, bentuk dan ukuran.
11) Cara berfikirnya masih egosentris, yaitu ketidakmampuan untuk membedakan
antara prespektif sendiri dengan prespektif orang lain.
12) Ketidakmampuan membedakan tampilan luar dengan realitas, yaitu anak masih
bingung mengenai apa yang nyata dengan tampilan luar.
C. UPAYA MEMFASILITASI PERKEMBANGAN ANAK USIA DINI
Ada beberapa upaya yang seyogyanya diperhatikan atau dilakukan oleh
orang tua atau guru dalam rangka membimbing atau memfasilitasi perkembangan
potensi anak secara optimal. Upaya-upaya itu adalah sebagai berikut:
1. Potensi fisik meliputi kesehatan,motoric kasar dan halus,dan pemahaman
tentang bagian dan fungsi tubuh.Bentuk upaya pengembangan dan fungsi tubuh
meliputi:
a) Mengembangkan pemahaman dan sikap positif terhadap fisiknya.
b) Menyediakan sarana untuk bermain atau berolahraga.
c) Melatih olahraga
d) Menjelaskan bagian dan fungsi tubuh
e) Menjelaskan keterbatasan tubuh
f) Mengembangakn kebiasaan untuk memelihara kebiasaan tubuh

2. Potensi Intelektual (kecerdasan) meliputi keberbakatan/kreativitas/daya


fikir/daya cipta. Bentuk upaya pengembangan meliputi:
a. Memberi contoh atau mendorong anak untuk gemar membaca

9
b. Mengenalkan lingkungan atau menstimulasi anak dengan berbagai informasi
yang berbeda dalam lingkungannya
c. Mengenalkan angka huruf dan bangunan
d. Melatih untuk belajar berfikir sebab akibat
e. Membiasakan anak untuk mengungkapkan ide atau pertanyaan
f. Melatih problem solving dengan anak tentang cara memecahkan masalah
kehidupan sehari hari.

3. Potensi Emosi meliputi kecerdasan emosional atau kematangan emosi.Bentuk


upaya pengembangan meliputi:
a. Menciptakan suasana emosional yang kondusif sikap ramah dan kasih
sayang,tidak bersikap kasar
b. Membicarakan perasaan baik orang lain maupun diri sendiri
c. Membicarakan tentang menyalurkan perasaan atau keinginan tanpa
mengganggu perasaan orang lain
d. Mengembangkan sikap dan kebiasaan saling menyayangi dengan teman
e. Mengembangkan sikap positif atau respek terhadap diri sendiri dan orang lain
f. Menghormati pribadi anak
g. Memberikan penghargaan seperti pujian dan sebagainya.

4. Potensi sosial meliputi kedisiplinan, sikap toleransi, sikap tolong menolong,


sikap kooperatif. Upaya untuk pengembangan meliputi:
a. Menyusun tata tertib
b. Mengembnangkan sikap dan kebiasaan untuk mentaati tata tertib
c. Mengembangkan sikap dan kebiasaan untuk saling meghormati, tolong
menolong dll
d. Memberikan informasi melalui gambar atau pengamatan tentang adanya
budaya, agama dan suku dalam masyarakat
e. Menyusun program yang melibatkan siswa dalam kegiatan kelompok
f. Mengenalkan tata krama dan adat istiadat.

10
5. Potensi Kesadaran Beragama, meliputi akidah, ibadah dan akhlak. Bentuk upaya
pengembangan meliputi:
a. Memberikan contoh teladan dalam mengamalkan agama
b. Mengenalkan rukun iman dan islam
c. Mengenalkan kekuasaan Allah melalui alam ciptaannya baik dirinya
sendiri,tumbuhan ,hewan,maupun alam lainnya
d. Mengajarkan cara berwudhu
e. Mengajarkan cara bacaan dan gerakan sholat
f. Membiasakan anak untuk melaksanakan sholat
g. Memberikan contoh,latihan,dorongan kepada anak untuk menghafal doa dan
surat surat pendek, dll.

Selain itu digunakan pula metode metode untuk mengembangkan lebih


mengembangkan lagi kemampuan kognitif pada anak,beberapa macam metode
pengembangan kognitif bagi anak usia dini, antara lain:

1) Metode bermain
2) Metode karya wisata
3) Metode bermain
4) Metode demontrasi
5) Metode bercerita
6) Metode eksperimen
7) Metode pemberian tugas
8) Metode mengucapkan syair/bernyanyi
9) Metode sosio drama
Beberapa contoh media yang dapat digunakan dalam kegiatan bermain
dalam rangka mengembangkan kognitif anak usia dini, antara lain:
 Balok/kotak bangunan.Balok atau kotak bangunan fungsinya yaitu
memperkenalkan kepada anak berbagai bentuk kotak bangunan yang bisa
mereka lihat sehari-hari.

11
 Papan pengenal warna (papan planel), berfungsi memperkenalkan konsep
bilangan, dan bercerita dengan papan planel.
 Papan geometris, berfungsi mengenalkan bentuk-bentuk geometris. Kotak pos
Kotak pos, berfungsi membandingkan bentuk-bentuk geometris
 Boneka, berfungsi untuk alat peraga dalam bermain sandiwara yang berkaitan
dengan perkembangan kognitif
 Gelas ukur, berfungsi untuk percobaan mencampur warna mengenalkan konsep
bilangan.
 Ukuran panjang/pendek, berfungsi untuk mengukur tinggi/lebar/panjang
 Kotak kubus, berfungsi untuk membentuk suatu benda dari kubus secara
mendatar.
 Buku-buku (story reading), berfungsi untuk merangsang minat baca.

12

Anda mungkin juga menyukai