LP Askeb Persalinan Dan BBL Raudah
LP Askeb Persalinan Dan BBL Raudah
Disusun oleh:
Nama : Raudah
NIM : PO.62.24.2.20.181
i
LEMBAR PENGESAHAN
Mengesahkan,
Pembimbing Institusi ,
Mengetahui,
ii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala rahmat dan hidayah-
Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan tugas penulisan laporan mata kuliah Asuhan Kebidanan
Persalinan dan BBL yang berjudul “ Persalinan dan Bayi Baru Lahir” ini tepat waktu. Penulisan
laporan ini dibuat berdasarkan literatur-literatur dari berbagai sumber baik media cetak maupun
di dunia maya yang diambil secara langsung dan tidak langsung.
Laporan yang bertema Persalinan dan Bayi Baru Lahir ini masih memerlukan
penyempurnaan, terutama pada bagian isi dan tak lupa saya menyampaikan terimakasih kepada
semua pihak yang telah memberi bimbingan dan motivasi dalam pembuatan laporan ini yaitu
kepada
1. Bapak Mars Khendra Kusfriyadi, STP., MPH selaku Direktur Poltekkes Kemenkes
Palangkaraya
2. Ibu Noordiati, SsiT.MPH selaku ketua Jurusan Kebidanan
3. Ibu Erina Eka Hatini, SST., MPH selaku Ketua Program Studi Sarjana Terapan
Kebidanan Dan Pendidikan Profesi Bidan
4. Ibu Ketut Resmaniasih, SST.M.Keb selaku Koordinator Mata Kuliah Asuhan
Kebidanan persalinan dan BBL
5. Ibu Linda Puji Astutik, M.Keb selaku Pembimbing Institusi
6. Hj. Siti Saudah, SKM, M.Kes selaku pembimbing lahan di PMB Hj. Siti Saudah, SKM,
M.Kes
7. Siti Komalaningsih, STr.Keb.Bdn selaku pembimbing lahan di PMB Siti
Komalaningsih, STr.Keb.Bdn
Saya sangat berharap laporan ini akan bermanfaat dalam rangka menambah pengetahuan
dan juga wawasan kita. Saya menerima segala bentuk kritik dan saran demi penyempurnaan
laporan ini. Apabila terdapat banyak kesalahan pada laporan ini, saya sangat memohon maaf.
Palangkaraya, 2022
Penyusun
iii
Raudah
DAFTAR ISI
COVER…………………………………………………………………………………………...I
LEMBAR PENGESAHAN……………………………………………………………………..II
KATA PENGANTAR………………………………………………………………………….III
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………………IV
BAB I
PENDAHULUAN………………………………………………………………………..............1
A. LATAR BELAKANG………………………………………………………………….1
B. TUJUAN………………………………………………………………………………..2
C. MANFAAT……………………………………………………………………………..2
BAB II
TINJAUN PUSTAKA……......................……………………………………………………….3
A. KONSEP DASAR PERSALINAN FISIOLOGI.....................………………………3
B. KONSEP DASAR BAYI BARU LAHIR FISIOLOGI..............................................25
C. EVIDENCE BASED IN MIDWIFERY ....................................................................35
BAB III
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………………..41
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Angka Kematian Ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB) merupakan salah satu
indicator derajat kesehatan. Masalah kematian dan kesakitan ibu di Indonesia masih
merupakan masalah besar, sehingga pelayanan kesehatan ibu dan anak menjadi prioritas
utama dalam pembangunan kesehatan di Indonesia. Untuk itu dibutuhkan tenaga bidan
yang trampil melakukan prosedur klinis dengan kemampuan analisis, kritis, dan tepat
dalam penatalaksanaan asuhan pada perempuan. Keterlibatan bidan dalam asuhan normal
dan fisiologis sangat menentukan demi penyelamatan jiwa ibu dan bayi oleh karena
wewenang dan tanggung jawab profesionalnya (PP IBI, 2016). Menurut ketua komite
Ilmiah International Conference on Indonesia Family Planning and Reproductive Health
(ICIFPRH), Meiwita Budhiharsanam hingga tahun 2019 AKI Indonesia masih tetap
tinggi, yaitu 305 per 100.000 kelahiran hidup. Hal ini tidak sesuai dengan target yang
ingin di capai dalam Sustainable Develoment Goals in numbers (SDGs) 2015 - 2030
adalah mengurangi AKI hingga dibawah 70 per 100.000 KH.
Di Indonesia sendiri Jumlah kematian ibu yang dihimpun dari pencatatan program
kesehatan keluarga di Kementerian Kesehatan pada tahun 2020 menunjukkan 4.627
kematian. Jumlah ini menunjukkan peningkatan dibandingkan tahun 2019 sebesar 4.221
kematian. Berdasarkan penyebab, sebagian besar kematian ibu pada tahun 2020
disebabkan oleh perdarahan sebanyak 1.330 kasus, hipertensi dalam kehamilan sebanyak
1.110 kasus, dan gangguan sistem peredaran darah sebanyak 230 kasus. Pada tahun 2020,
dari 28.158 kematian balita, 72,0% (20.266 kematian) diantaranya terjadi pada masa
neonates. Dari seluruh kematian neonatus yang dilaporkan, 72,0% (20.266 kematian)
terjadi pada usia 0-28 hari. Sementara, 19,1% (5.386 kematian) terjadi pada usia 29 hari –
11 bulan dan 9,9% (2.506 kematian) terjadi pada usia 12 – 59 bulan (Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia, 2021).
1
B. TUJUAN
1. Mahasiswa menjelaskan definisi persalinan.
2. Mahasiswa menjelaskan tentang tanda dan gejala persalinan.
3. Mahasiswa mengetahui mekanisme persalinan normal.
4. Mahasiswa mengetahui tahapan dalam persalinan.
5. Mahasiswa mengisi partograf.
6. Mahasiswa mengetahui lima benang merah dalam asuhan persalinan dan
neonates.
7. Mahasiswa mengetahui 60 langkah asuhan persalinan normal (APN).
8. Mahasiswa menjelaskan tujuan asuhan bayi baru lahir (BBL).
9. Mahasiswa melakukan pencegahan infeksi pada BBL.
10. Mahasiswa nengetahui alur manajement neonates normal.
11. Mahasiswa melakukan pencegahan kehilangan panas pada BBL.
12. Mahasiswa memotong dan merawat tali pusat BBL.
13. Mahasiswa menjelaskan tentang pemberian ASI.
14. Mahasiswa melakukan pencegahan perdarahan pada BBL
15. Mahasiswa melakukan pencegahan infeksi pada mata BBL
16. Mahasiswa melakukan pemeriksaan fisik pada BBL.
17. Mahasiswa memberikan imunisasi hepatitis B0.
18. Mahasiswa melakukan kunjungan neonates.
C. MANFAAT
Mahasiwa Dapat Memahami Tentang Konsep Dasar Asuhan Persalinan Fisiologi,
Konsep Dasar Asuhan Bayi Baru Lahir Fisiologi, Evidence Based In Midwifery Dan
Mampu Menerapkannya Pada Asuhan Persalinan Dan BBL.
2
BAB II
LANDASAN TEORI
A. KONSEP DASAR PERSALINAN FISIOLOGI
1. Definis Persalinan
Dalam sehari-hari pengertian persalinan sering diartikan dengan serangkaian kejadian
pengeluaran bayi yang sudah cukup bulan, disusul dengan pengeluaran plasenta dan
selaput janin dari tubuh ibu melalui jalan lahir atau melalui jalan lain, berlangsung
dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan ibu sendiri).
Ada beberapa pengertian persalinan, yaitu sebagai berikut :
1. Persalinan adalah suatu proses fisiologis yang memungkinkan serangkaian
perubahan yang besar pada ibu untuk dapat melahirkan janinnya melaui jalan
lahir (Moore, 2001).
2. Persalinan adalah suatu proses dimana seorang wanita melahirkan bayi yang
diawali dengan kontraksi uterus yang teratur dan memuncak pada saat
pengeluaran bayi sampai dengan pengeluaran plasenta dan selaputnya dimana
proses persalinan ini akan berlangsung selama 12 sampai 14 jam (Mayles,
1996).
3. Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup
dari dalam uterus ke dunia luar (Prawirohardjo, 2002).
4. Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi
pada kehamilan cukup bulan (37–42 minggu), lahir spontan dengan presentasi
belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada
ibu maupun pada janin (Prawirohardjo, 2002).
5. Persalinan normal adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri)
yang telah cukup bulan dan dapat hidup di luar uterus melalui vagina secara
spontan (Manuaba, 1998; Wiknjosastro dkk, 2005). Pada akhir kehamilan,
uterus secara progresif lebih peka sampai akhirnya timbul kontraksi kuat
secara ritmis sehingga bayi dilahirkan (Guyton & Hall, 2002).
2. Tanda dan Gejala Persalinan
1. Tanda-tanda bahwa persalinan yaitu:
a. Lightening yaitu beberapa minggu sebelum persalinan, calon ibu merasa
bahwa keadaannya menjadi lebih enteng. Ia merasa kurang sesak, tetapi
sebaliknya ia merasa bahwa berjalan sedikit lebih sukar, dan sering
diganggu oleh perasaan nyeri pada anggota bawah.
b. Pollikasuria yaitu pada akhir bulan ke-9 hasil pemeriksaan didapatkan
epigastrium kendor, fundus uteri lebih rendah dari pada kedudukannya dan
kepala janin sudah mulai masuk ke dalam pintu atas panggul. Keadaan ini
3
menyebabkan kandung kencing tertekan sehingga merangsang ibu untuk
sering kencing yang disebut Pollakisuria.
c. False labor yaitu tiga (3) atau empat (4) minggu sebelum persalinan, calon
ibu diganggu oleh his pendahuluan yang sebetulnya hanya merupakan
peningkatan dari kontraksi Braxton Hicks.
His pendahuluan ini bersifat:
1) Nyeri yang hanya terasa di perut bagian bawah
2) Tidak teratur
3) Lamanya his pendek, tidak bertambah kuat dengan majunya waktu dan
bila dibawa jalan malah sering berkurang
4) Tidak ada pengaruh pada pendataran atau pembukaan cervix
d. Perubahan cervix yaitu pada akhir bulan ke-9 hasil pemeriksaan cervix
menunjukkan bahwa cervix yang tadinya tertutup, panjang dan kurang
lunak, kemudian menjadi lebih lembut, dan beberapa menunjukkan telah
terjadi pembukaan dan penipisan. Perubahan ini berbeda untuk
masingmasing ibu, misalnya pada multipara sudah terjadi pembukaan 2
cm namun pada primipara sebagian besar masih dalam keadaan tertutup.
e. Energy Sport yaitu beberapa ibu akan mengalami peningkatan energi kira-
kira 24-28 jam sebelum persalinan mulai. Setelah beberapa hari
sebelumnya merasa kelelahan fisik karena tuanya kehamilan maka ibu
mendapati satu hari sebelum persalinan dengan energi yang penuh.
Peningkatan energi ibu ini tampak dari aktifitas yang dilakukannya seperti
membersihkan rumah, mengepel, mencuci perabot rumah, dan pekerjaan
rumah lainnya sehingga ibu akan kehabisan tenaga menjelang kelahiran
bayi, sehingga persalinan menjadi panjang dan sulit.
f. astrointestinal Upsets yaitu beberapa ibu mungkin akan mengalami tanda-
tanda seperti diare, obstipasi, mual dan muntah karena efek penurunan
hormon terhadap sistem pencernaan.
2. Tanda-tanda persalinan Yang merupakan tanda pasti dari persalinan adalah :
a. Timbulnya kontraksi uterus Biasa juga disebut dengan his persalinan yaitu
his pembukaan yang mempunyai sifat sebagai berikut :
1. Nyeri melingkar dari punggung memancar ke perut bagian depan.
2. Pinggang terasa sakit dan menjalar kedepan
3. Sifatnya teratur, inerval makin lama makin pendek dan kekuatannya
makin besar
4. Mempunyai pengaruh pada pendataran dan atau pembukaan cervix.
5. Makin beraktifitas ibu akan menambah kekuatan kontraksi. Kontraksi
uterus yang mengakibatkan perubahan pada servix (frekuensi minimal
2 kali dalam 10 menit). Kontraksi yang terjadi dapat menyebabkan
pendataran, penipisan dan pembukaan serviks.
4
b. Penipisan dan pembukaan servix ditandai dengan adanya pengeluaran
lendir dan darah sebagai tanda pemula.
c. Bloody Show (lendir disertai darah dari jalan lahir) Dengan pendataran
dan pembukaan, lendir dari canalis cervicalis keluar disertai dengan
sedikit darah. Perdarahan yang sedikit ini disebabkan karena lepasnya
selaput janin pada bagian bawah segmen bawah rahim hingga beberapa
capillair darah terputus.
d. Premature Rupture of Membrane Adalah keluarnya cairan banyak dengan
sekonyong-konyong dari jalan lahir. Hal ini terjadi akibat ketuban pecah
atau selaput janin robek. Ketuban biasanya pecah kalau pembukaan
lengkap atau hampir lengkap dan dalam hal ini keluarnya cairan
merupakan tanda yang lambat sekali. Tetapi kadang-kadang ketuban
pecah pada pembukaan kecil, malahan kadang-kadang selaput janin robek
sebelum persalinan. Walaupun demikian persalinan diharapkan akan mulai
dalam 24 jam setelah air ketuban keluar
3. Mekanisme Persalinan Normal
Turunnya kepala dibagi dalam beberapa fase sebagai berikut.
1. Masuknya kepala janin dalam PAP
a. Masuknya kepala ke dalam PAP terutama pada primigravida terjadi pada
bulan terakhir kehamilan tetapi pada multipara biasanya terjadi pada
permulaan persalinan.
b. Masuknya kepala ke dalam PAP biasanya dengan sutura sagitalis melintang
menyesuaikan dengan letak punggung (Contoh: apabila dalam palpasi
didapatkan punggung kiri maka sutura sagitalis akan teraba melintang kekiri/
posisi jam 3 atau sebaliknya apabila punggung kanan maka sutura sagitalis
melintang ke kanan/posisi jam 9) dan pada saat itu kepala dalam posisi fleksi
ringan
c. Jika sutura sagitalis dalam diameter anteroposterior dari PAP maka masuknya
kepala akan menjadi sulit karena menempati ukuran yang terkecil dari PAP
d. Jika sutura sagitalis pada posisi di tengah-tengah jalan lahir yaitu tepat di
antara symphysis dan promontorium, maka dikatakan dalam posisi
”synclitismus” pada posisi synclitismus os parietale depan dan belakang sama
tingginya.
e. Jika sutura sagitalis agak ke depan mendekati symphisis atau agak ke
belakang mendekati promontorium, maka yang kita hadapi adalah posisi
”asynclitismus”
f. Acynclitismus posterior adalah posisi sutura sagitalis mendekati symphisis
dan os parietale belakang lebih rendah dari os parietale depan.
g. Acynclitismus anterior adalah posisi sutura sagitalis mendekati promontorium
sehingga os parietale depan lebih rendah dari os parietale belakang
5
h. Pada saat kepala masuk PAP biasanya dalam posisi asynclitismus posterior
ringan. Pada saat kepala janin masuk PAP akan terfiksasi yang disebut dengan
engagement.
Kepala Fleksi
4. Putaran paksi dalam
a. Putaran paksi dalam adalah pemutaran dari bagian depan sedemikian rupa
sehingga bagian terendah dari bagian depan memutar ke depan ke bawah
symphisis
b. Pada presentasi belakang kepala bagian terendah adalah daerah ubun-ubun
kecil dan bagian ini akan memutar ke depan ke bawah symphisis
c. Putaran paksi dalam mutlak diperlukan untuk kelahiran kepala, karena putaran
paksi merupakan suatu usaha untuk menyesuaikan posisi kepala dengan
bentuk jalan lahir khususnya bentuk bidang tengah dan pintu bawah panggul
d. Putaran paksi dalam terjadi bersamaan dengan majunya kepala dan tidak
terjadi sebelum kepala sampai di Hodge III, kadang-kadang baru terjadi
setelah kepala sampai di dasar panggul
e. Sebab-sebab terjadinya putaran paksi dalam:
1) Pada letak fleksi, bagian kepala merupakan bagian terendah dari kepala
7
2) Bagian terendah dari kepala mencari tahanan yang paling sedikit terdapat
sebelah depan atas dimana terdapat hiatus genitalis antara muskulus
levator ani kiri dan kanan
3) Ukuran terbesar dari bidang tengah panggul ialah diameter anteroposterior
5. Ekstensi
a. Setelah putaran paksi dalam selesai dan kepala sampai di dasar panggul,
terjadilah ekstensi atau defleksi dari kepala. Hal ini disebabkan karena sumbu
jalan lahir pada pintu bawah panggul mengarah ke depan di atas, sehingga
kepala harus mengadakan ekstensi untuk dapat melewati pintu bawah
panggul.
b. Dalam rotasi UUK akan berputar ke arah depan, sehingga di dasar panggul
UUK berada di bawah simfisis, dengan suboksiput sebagai hipomoklion
kepala mengadakan gerakan defleksi untuk dapat dilahirkan.
c. Pada saat ada his vulva akan lebih membuka dan kepala janin makin tampak.
Perineum menjadi makin lebar dan tipis, anus membuka dinding rektum.
d. Dengan kekuatan his dan kekuatan mengejan, maka berturut-turut tampak
bregmatikus, dahi, muka, dan akhirnya dagu dengan gerakan ekstensi.
e. Sesudah kepala lahir, kepala segera mengadakan rotasi, yang disebut putaran
paksi luar
f. Jika tidak terjadi ekstensi maka kepala akan tertekan pada perineum dan
menembusnya
g. Kepala bekerja dengan
h. kekuatan yaitu satu mendesak ke bawah dan satunya lagi menolak ke atas
karena adanya tahanan dasar panggul
i. Setelah subocciput tertahan di pinggir bawah symphysis, maka yang dapat
maju adalah bagian yang berhadapan dengan subocciput
6. Putaran paksi luar
a. Putaran paksi luar adalah gerakan kembali sebelum putaran paksi dalam
terjadi, untuk menyesuaikan kedudukan kepala dengan punggung janin.
b. Bahu melintasi PAP dalam posisi miring.
8
c. Di dalam rongga panggul bahu akan menyesuaikan diri dengan bentuk
panggul yang dilaluinya hingga di dasar panggul, apabila kepala telah
dilahirkan bahu akan berada dalam posisi depan belakang.
d. Selanjutnya dilahirkan bahu depan terlebih dulu baru kemudian bahu
belakang, kemudian bayi lahir seluruhnya.
Gambar gerakan kepala janin pada defleksi dan putaran paksi luar
9
Yaitu Persalinan kala II dimulai dengan pembukaan lengkap dari serviks dan
berakhir dengan lahirnya bayi. Proses ini berlangsung 2 jam pada primigravida
dan 1 jam pada multipara
Tanda-tanda bahwa kala II persalinan sudah dekat adalah:
1. Ibu ingin meneran
2. Perineum menonjol
3. Vulva vagina dan sphincter anus membuka
4. Jumlah pengeluaran air ketuban meningkat
5. His lebih kuat dan lebih cepat 2-3 menit sekali.
6. Pembukaan lengkap (10 cm )
7. Pada Primigravida berlangsung rata-rata 1.5 jam dan multipara rata-rata 0.5
jam
c) Kala III
Yaitu yang dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir dengan lahirnya plasenta
dan selaput ketuban.
Berlangsung tidak lebih dari 30 menit
disebut dengan kala uri atau kala pengeluaran plasenta
Peregangan Tali pusat Terkendali (PTT) dilanjutkan pemberian oksitosin
untuk kontraksi uterus dan mengurangi perdarahan
Tanda-tanda pelepasan plasenta yaitu perubahan ukuran dan bentuk
uterus. uterus menjadi bundar dan uterus terdorong ke atas karena plasenta
sudah terlepas dari Segmen Bawah Rahim, tali pusat memanjang, serta
semburan darah tiba tiba
d) Kala IV
Dimulai setelah lahirnya plasenta dan berakhir dua jam setelah itu
Paling kritis karena proses perdarahan yang berlangsung
Masa 1 jam setelah plasenta lahir
Pemantauan 15 menit pada jam pertama setelah kelahiran plasenta, 30
menit pada jam kedua setelah persalinan, jika kondisi ibu tidak stabil,
perlu dipantau lebih sering
Observasi intensif karena perdarahan yang terjadi pada masa ini
Observasi yang dilakukan :
1. Tingkat kesadaran penderita.
2. Pemeriksaan tanda vital.
3. Kontraksi uterus.
4. Perdarahan, dianggap masih normal bila jumlahnya tidak melebihi
400- 500cc.
5. Partograf
10
Partograf adalah alat bantu yang digunakan selama fase aktif persalinan. Tujuan
utama penggunanan partograf:
1. Mencatat hasil observasi dan menilai kemajuan persalinan
2. Mendeteksi apakah persalinan berjalan normal atau terdapat penyimpangan,
dengan demikian dapat melakukan deteksi dini setiap kemungkinan terjadinya
partus lama
Kala Persalinan
1. Kala I adalah saat mulainya persalinan sesungguhnya sampai pembukaan lengkap
2. Kala II adalah saat dari pembukaan lengkap sampai lahirnya bayi
11
3. Kala III adalah saat lahirnya bayi sampai keluarnya plasenta
4. Kala IV adalah saat keluarnya plasenta sampai keadaan ibu post partum menjadi
stabil
Selama fase laten persalinan, semua asuhan, pengamatan dan pemeriksaan harus
dicatat. Hal ini dapat direkam atau dicatat secara terpisah dalam catatan kemajuan
persalinan atau pada Kartu Menuju Sehat (KMS) ibu hamil. Tanggal dan waktu harus
dituliskan setiap kali membuat catatan selama fase laten persalinan. Kondisi ibu dan
janin juga harus dinilai dan dicatat secara seksama, yaitu :
1. Denyut jantung janin: setiap ½ jam
2. Frekuensi dan lamanya kontraksi uterus: setiap ½ jam
3. Nadi: setiap ½ jam
4. Pembukaan serviks: setiap 4 jam
5. Penurunan: setiap 4 jam
6. Tekanan darah dan temperatur tubuh: setiap 4 jam
7. Produksi urin, aseton dan protein: setiap 2-4 jam
12
menunjukkan DJJ. Kemudian hubungkan titik yang satu dengan titik lainnya
dengan garis tidak terputus. Kisaran normal DJJ 110-160 x/menit.
b. Warna dan adanya air ketuban Menilai air ketuban dilakukan bersamaan
dengan periksa dalam. Warna air ketuban hanya bisa dinilai jika selaput
ketuban telah pecah. Lambang untuk menggambarkan ketuban atau airnya:
U : selaput ketuban utuh (belum pecah) J : selaput ketuban telah pecah dan air
ketuban jernih M : selaput ketuban telah pecah dan air ketuban bercampur
mekonium D : selaput ketuban telah pecah dan air ketuban bercampur darah K
: selaput ketuban telah pecah dan air ketuban kering (tidak mengalir lagi)
Mekonium dalam air ketuban tidak selalu berarti gawat janin. Merupakan
indikasi gawat janin jika juga disertai DJJ di luar rentang nilai normal.
c. Penyusupan (molase) tulang kepala Penyusupan tulang kepala merupakan
indikasi penting seberapa jauh janin dapat menyesuaikan dengan tulang
panggul ibu. Semakin besar penyusupan semakin besar kemungkinan
disporposi kepal panggul. Lambang yang digunakan: 0: tulang –tulang kepala
janin terpisah, sutura mudah dipalpasi
1) tulang-tulang kepa janin sudah saling bersentuhan
2) tulang-tulang kepala janin saling tumpang tindih tapi masih bisa
dipisahkan
3) tulang-tulang kepala janin saling tumpang tindih dan tidak dapat
dipisahkan
3. Kemajuan persalinan
Kolom kedua untuk mengawasi kemajuan persalinan yang meliputi:
pembukaan serviks, penurunan bagian terbawah janin, garis waspada dan garis
bertindak dan waktu. Pembukaan serviks Angka pada kolom kiri 0-10
menggambarkan pembukaan serviks.Menggunakan tanda X pada titik silang
antara angka yang sesuai dengan temuan pertama pembukaan serviks pada fase
aktif dengan garis waspada. Hubungan tanda X dengan garis lurus tidak terputus.
Penurunan bagian terbawah Janin Tulisan “turunnya kepala” dan garis tidak
terputus dari 0-5 pada sisi yang sama dengan angka pembukaan serviks. Berikan
tanda “●” pada waktu yang sesuai dan hubungkan dengan garis lurus.
Contoh: Jam 17.00 penurunan kepala 3/5
Jam 21.00 penurunan kepala 1/5
Kemudian hubungkan kedua tanda “●” dengan garis tidak terputus Garis waspada
Jika pembukaan serviks mengarah ke sebelah kanan garis waspada, maka
waspadai kemungkinan adanya penyulit persalianan. Jika persalinan telah berada
di sebelah kanan garis bertindak yang sejajar dengan garis waspada maka perlu
segera dilakukan tindakan penyelesaian persalianan. Siapkan untuk dirujuk.
Jam dan Waktu
Waktu berada dibagian bawah kolom terdiri atas waktu mulainya fase aktif
persalinan dan waktu aktuall saat pemeriksaan. Waktu mulainya fase aktif
13
persalinan diberi angka 1-16, setiap kotak: 1 jam yang digunakan untuk
menentukan lamanya proses persalinan telah berlangsung. Waktu aktual saat
pemeriksaan merupakan kotak kosong di bawahnya yang harus diisi dengan
waktu yang sebenarnya saat kita melakukan pemeriksaan.
4. Kontraksi Uterus
Terdapat lima kotak mendatar untuk kontraksi. Pemeriksaan dilakukan setiap 30
menit, raba dan catat jumlah dan durasi kontaksi dalam 10 menit. Misal jika
dalam 10 menit ada 3 kontraksi yang lamanya 20 setik maka arsirlah angka tiga
kebawah dengan warna arsiran yang sesuai untuk menggambarkan kontraksi 20
detik (arsiran paling muda warnanya).
6. Kondisi Ibu
Catat nadi ibu setiap 30 menit dan beri tanda titik pada kolom yang sesuai. Ukur
tekanan darah ibu tiap 10 menit dan beri tanda ↕ pada kolom yang sesuai.
Temperatur dinilai setiap dua jam dan catat di tempat yang sesuai.
7. Volume urine, protein dan aseton Lakukan tiap 2 jam jika memungkinkan.
14
15
16
6. Lima Benang Merah Dalam Asuhan Persalianan Dan Neonatal
Lima benang merah dalam assuhan persalinan dan neonates (Utami and Fitriahadi,
2019) yaitu:
a. Membuat Keputusan
Klinik Membuat keputusan merupakan proses yang menentukan untuk
menyelesaikan masalah dan menentukan asuhan yang diperlukan oleh pasien.
Keputusan ini harus akurat, komprehensif dan aman baik pasien dan keluarganya
maupun petusa yang memberi pertolongan. Pengetahuan dan ketrampilan saja
ternyata tidak dapat menjamin asuhan atau pertolongan yang di berikan dapat
memberikan hasil maksimal atau memenuhi standar kualitas pelayanan dan
harapan pasien apabila tidak di sertai dengan perilaku terpuji. Tujuh langkah
dalam membuat keputusan klinik:
1. Pengumpulan data utama dan relevan untuk membuat keputusan Semua
pihak yang terlibat mempunyai peranan penting dalam setiap langkah
pembuatan keputusan klinik.
2. Menginterpresetasikan data dan mengidentifikasi masalah Setelah data
di kumpulkan penolong persalinan melakukan analisis untuk membuat
alur algoritma suatu dignosa.
3. Menetapkan diagnosa kerja atau merumuskan masalah Proses membuat
pilihan definitif setelah pertimbangkan berbagai pilihan lain dengan
kondisi yang hampir sama. Membuat satu diagnosis kerja diantara
berbagai dignosis banding.
4. Menilai adanya kebutuhan dan kesiapan intervensi untuk mengatasi
masalah Bidan tidak hanya terampil membuat diagnosa bagi pasien yang
di layani tetapi juga harus mampu mendeteksi setiap situasi yang dapat
mengancam keselamatan jiwa ibu dan bayinya.
5. Menyusun rencana pemberian asuhan atau intervensi untuk solusi
masalah 23 Upaya ini di kenal sebagi kesiapan menghadapi persalinan
dan tanggap terhadap komplikasi yang mungkin terjadi (birth
preparations and complacation readines), sehingga bidan mampu
melakukan deteksi dini jika ada gangguan atau penyulit dalam
persalinan.
6. Melaksanakan asuhan / intervensi terpilih Rencana asuhan atau
intervensi bagi ibu bersalin di buat kajian data obyektif dan subyektif,
17
identifikasi kebutuhan dan kesiapan asuhan atau intervensi efekstif dan
mengukur sumber daya atau kemampuan yang di miliki.
7. Memantau dan mengevaluasi efektivitas asuhan atau intrevensi Rencana
kerja yang telah di kerjakan, akan di evaluasi untuk menilai tingkat
efektivitasnya. Proses pengumpulan data, membuat diagnosis, memilih
intervensi, menilai kemampuan diri, melaksanakan asuhan dan evaluasi.
b. Praktek Pencegahan infeksi
Tindakan pencegahan infeski tidak terpisahkan dari komponen komponen lain
dalam asuhan selama persalinan dan kelahiran bayi, tindakan ini harus di siapkan
di semua aspek asuhan untuk melindungi ibu dan bayi, keluarga dan petugas.
Sehingga dalam tatalaksana asuhan persalinan salah satunya mengacu pada tata
laksana pencegahan infeksi yang baik. Definisi prosedur yang digunakan dalam
pencegahn infeksi:
1) Asepsis atau tindakan aseptik Semua usaha yang dilakukan dalam mencegah
masuknya mikroorganisme kedalam tubuh dan berpotensi untuk
menimbulkan infeksi. Tehnik aseptik membuat prosedur lebih aman untuk
ibu, bayi baru lahir dan petugas dengan cara menurunkan jumlah atau
menghilangkan seluruh mikroorganisme pada kulit, jaringan hingga tingkat
aman.
2) Antisepsis Mengacu pada pencegahan infeksi dengan cara membunuh atau
menghambat pertumbuhan mikroorganisme pada kulit atau jaringan tubuh
lainnya.
3) Dekontaminasi Tindakan yang di lakukan untuk memastikan petugas
kesehatan dapat secara aman menangani berbagai benda yang
terkontaminasi darah/ cairan tubuh. Peralatan medis, jaringan dan instrumen
harus segara di dekontaminasi setelah terpapar darah atau cairan tubuh.
4) Mencuci dan membilas Tindakan yang di lakukan untuk menghilangkan
semua noda darah, caiaran tubuh atau benda asing.
5) Desinfeksi Tindakan yang di lakukan untuk menghilangkan hampir semua
mikroorganisme penyebab yang mencermari benda mati atau instrument.
18
6) Desinfeksi Tingkat Tinggi Tindakan yang di lakukan untuk menghilangkan
hampir semua dan atau instrumen.
7) Sterilisasi, Tindakan yang dilkukan untuk menghilangkan semua
mikroorganisme termasuk endospora bakteri dari benda mati.
c. Manfaat dan cara pencacatan medik asuhan persalinan
Pencatatan adalah bagian penting dari proses membuat keputusan klinik karena
memungkinkan penolong persalinan untuk terus menerus memperhatikan asuhan
yang di berikan selama proses persalinan. Mengkaji ulang catatan memungkinkan
untuk menganlisa data yang telah di kumpulkan dan dapat lebih efektif dalam
merumuskan suatu diagnosis dan membuat rencana asuhan.
d. Melakukan rujukan
Rujukan dalam kondisi optimal dan tepat waktu ke fasilitas rujukan atau
fasilitas yang memiliki sarana lebih lengkap diharapkan dapat memberikan
asuhan yang lebih tepat.
3. Pakai celemek plastik atau dari bahan yang tidak tembus cairan
4. Melepaskan dan menyimpan semua perhiasan yang pakai, cuci tangan dengan sabun
dan air bersih mengalir kemudian keringkan tangan dengan tissue atau handuk pribadi
19
yang bersih dan kering
5. Pakai sarung tangan DTT pada tangan yang akan digunakan untuk periksa dalam
6. Masukkan oksitosin ke dalam tabung suntik (gunakan tangan yang memakai sarung
tangan DTT atau Steril dan pastikan tidak terjadi kontaminasi pada alat suntik).
III. MEMASTIKAN PEMBUKAAN LENGKAP DAN KEADAAN JANIN
7. Membersihkan vulva dan perineum menyekanya dengan hati-hati dari anterios
(depan) ke posterior (belakang) menggunakan kapas atau kasa yang dibasahi air DTT
Jika introitus vagina, perineum atau anus terkontaminasi tinja, bersihkan dengan
seksama dari arah depan ke belakang
Buang kapas atau kasa pembersih (terkontaminasi) dalam wadah yang tersedia
Jika terkontaminasi, lakukan dekontaminasi, lepaskan dan rendam sarung tangan
tersebut dalam larutan klorin 0,5%, langkah # 9. Pakai sarung tangan DTT / Steril
untuk melaksanakan langkah lanjutan
8. Lakukan periksa dalam membuka lengkap.
Bila selaput ketuban masih utuh saat pembukaan sudah lengkap maka lakukan
amniotomi
9. Dekontaminasi sarung tangan (celupkan tangan yang masih memakai sarung tangan
ke dalam larutan klorin 0,5%, lepaskan sarung tangan dalam keadaan terbalik, dan
rendam dalam klorin 0,5% selama 10 menit). Cuci tangan setelah sarung tangan
dilepas dan setelah itu tutup kembali partus set.
10. Periksa denyut jantung janin (DJI) setelah kontraksi uterus mereda (relaksasi) untuk
memastikan DI] masih dalam batas normal (120 - 160x / menit)
Mengambil tindakan yang sesuai jika DIJ tidak normal
Mendokumentasikan hasil-hasil periksa dalam, DJJ, semua temuan pemeriksaan
dan asuhan yang diberikan ke dalam partograf.
IV. MENYIAPKAN IBU DAN KELUARGA UNTUK MEMBANTU PROSES MENERAN
11. Beritahukan pada ibu bahwa pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin cukup
baik, kemudian bantu ibu menemukan posisi yang nyaman dan sesuai dengan
keinginannya.
Tunggu hingga timbul kontraksi atau rasa ingin meneran, lanjutkan pemantauan
kondisi dan kenyamanan dan kenyamanan ibu (ikuti pedoman penatalaksanaan
fase aktif) dan dokumantasikan semua temuan yang ada
Jelaskan pada anggota keluarga tentang peran mereka untuk mendukung dan
memberi semangat pada ibu dan meneran secara benar.
12. Minta keluarga membantu menyiapkan posisi meneran jika ada rasa ingin meneran
atau kontraksi yang kuat. Pada kondisi itu, ibu diposisikan setengah duduk atau
posisi lain yang diinginkan dan pastikan ibu merasa nyaman
13. Laksanakan bimbingan meneran pada saat ibu merasa ingin meneran atau timbul
kontraksi yang kuat:
Mendampingi ibu agar dapat meneran secara benar dan efektif
Dukung dan beri semangat pada saat meneran dan perbaiki cara meneran cara
yang tidak sesuai
Bantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai pilihannya (kecuali posisi
20
berbaring terlentang dalam waktu yang lama)
Anjurkan ibu untuk beristirahat di antara kontraksi
Anjurkan keluarga memberi dukungan dan semangat untuk ibu
Berikan cukup asupan calran per-oral (minum)
Menilai DJI setiap kontraksi uterus selesai
Segera rujuk jika bayi belum atau tidak akan segera lahir setelah pembukaan
lengkap dan dipimpin meneran > 120 menit (2 jam) pada primigravida atau > 60
menit (1 jam) pada multigravida
14. Anjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi yang nyaman, jika
ibu belum merasa ada dorongan untuk meneran dalam selang waktu 60 menit
V. PERSIAPAN UNTUK MELAHIRKAN BAYI
15. Letakkan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di perut bawah ibu, jika kepala
bayi telah membuka vulva dengan dilameter 5-6 cm
16. Letakkan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian sebagai alas bokong ibu
17. Buka tutup partus set dan periksa kembali kelengkapan peralatan dan bahan
18. Pakai sarung tangan DTT / Steril pada kedua tangan
VI. PERTOLONGAN UNTUK MELAHIRKAN BAYI
19. Setelah tampak kepala bayi dengan diameter 5-6 cm membuka vulva maka lindungi
perineum dengan satu tangan yang dilapisi dengan kain bersih dan kering, tangan
yang lain menahan belakang kepala untuk mempertahankan posisi fleksi dan
membantu lahirnya kepala. Anjurkan ibu meneran secara efektif atau bernapas cepat
dan dangkal
20. Periksa kemungkinan adanya lilitan tali pusat (ambil tindakan yang sesual jika hal itu
terjadi), segera lanjutkan proses kelahiran bayi.
Perhatikan!
Jika tali pusat melilit leher secara longgar, lepaskan lilitan lewat bagian atas
kepala bayi
Jika tali pusat melilit leher secara kuat, klem tali pusat di dua tempot dan potong
pusot tinggi di antera dua klem tersebut
21. Setelah kepala lahir, tunggu putaran paksi luar yang berlangsung Secara spontan
Lahirnya Bahu
22. Setelah putaran paksi luar selesal, pegang kepala bayi secara biparental. Anjurkan
ibu untuk meneran saat kontraksi. Dengan lembut gerakkan kepala ke arah bawah
dan distal hingga bahu depan muncul di bawah arkus pobis dan kemudian gerakkan
ke arah atas dan distal untuk melahirkan bahu belakang
Lahirnya Badan dan Tungkai
23. Setelah kedua bahu lahir, satu tangan menyangga kepala dan bahu belakang, tangan
yang lain menelusuri lengan dan siku anterior bayi, serta menjaga bayi terpegang
dengan baik
24. Setelah tubuh dan lengan lahir, penelusuran tangan atas berlanjut ke punggung
bokong, tungkai dan kaki. Pegang kedua mata kaki (masukkan telunjuk diantara
kedua kaki dan pegang kedua kaki dengan melingkarkan ibu jari pada satu sisi dan
jari-jari lainnya pada sisi yang lain agar bertemu dengan jari telunjuk)
VII. ASUHAN BAYI BARU LAHIR
21
25. Lakukan penilalan (selintas):
Apakah bayi cukup bulan?
Apakah bayi menangis kuat dan / atau bernapas tanpa kesulitan?
Apakah bayi bergerak dengan aktif?
Bila salah satu jawaban adalah TIDAK "lanjut ke langkah resusitasi pada bayi baru
lahir dengan asfiksia (lihat Penuntun Belajar Resusitasi Bayi Astiksia) Bila semua
jawaban adalah" YA. Ilanjut ke-26
26. Keringkan tubuh bayi Keringkan tubuh bayi mulai dari muka, kepala dan bagian
tubuh lainnya (kecuali kedua tangan) tanpa membersihkan verniks. Ganti handuk
basah dengan handuk / kain yang kering. Pastikan bayi dalam posisi dan kondisi
aman di perut bagian bawah ibu.
27. Periksa kembali uterus untuk memastikan hanya satu bayi yang lahir (hamil
tunggal)dan bukan kehamilan ganda (gemelli)
28. Beritahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitosin agar uterus berkontraksi dengan baik.
29. Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikkan oksitosin 10 unit (Intramuskuler)
di 1/3 distal lateral paha (lakukan aspirasi sebelum menyuntikkan oksitosin).
30. Setelah dua menit sejak bayi lahir (cukup bulan), jepit tali pusat dengan klem kira-
kira 2- 3 cm dari pusar bayi. Gunakan Jari telunjuk dan jari tengah tangan yang lain
untuk mendorong isi tali pusat ke arah ibu, dan klem tinggi pusat pada sekitar 2 cm
distal dari kelm pertama.
31. Pemotongan dan pengikatan tali pusat
Dengan satu tangan, pegang tali pusat yang telah dijepit (lindungi perut bayi), dan
lakukan pengguntingan tali pusat di antara 2 klem tersebut.
Ikat tali pusat dengan benang DTT / Steril pada satu sisi kemudian lingkarkan lagi
benang tersebut dan ikat tali pusat dengan simpul kunci pada sisi lainnya
Lepaskan klem dan negara dalam wadah yang telah disediakan
32. Letakkan bayi tengkurap di dada ibu untuk kontak kulit ibu- bayi. Luruskan bahu bayi
sehingga bayi menempel di dada ibunya. Usahakan kepala bayi berada di antara
payudara ibu dengan posisi yang lebih rendah dari puting susu atau areola mamae ibu
Selimuti ibu-bayi dengan kain kering dan hangat, pasang topi di kepala bayi
bayi melakukan kontak kulit ke dada ibu paling sedikit 1 jam.
Sebagian besar bayi akan berhasil melakukan Inisiasi menyusu dini dalam waktu
30- 60 menit. Menyusu untuk pertama kali akan berlangsung sekitar 10-15 menit.
Bayi cukup menyusu dari satu payudara
Biarkan bayi berada di dada ibu selama 1 jam walaupun bayi sudah berhasil
menyusu
VIII. MANAJEMEN AKTIF KALA TIGA PERSALINAN (MAK III)
33. Pindahkan klem tali pusat hingga jarak 5-10 cm dari vulva
34. Letakkan satu tangan di atas kain pada perut bawah ibu (di atas simfisis), untuk
melakukan kontraksi. Tangan lain memegang klem untuk menegangkan tali pusat
35. Pada saat rahim berkontraksi, tegangkan tinggi pusat ke arah bawah sambil tangan
yang lain mendorong uterus ke arah belakang-atas (dorso-kranial) secara hati-hati
22
(untuk mencegah inversio uteri). Jika plasenta tidak lepas setelah 30-40 detik,
hentikan penegangan tinggi pusat dan tunggu hingga timbul kontraksi berikutnya
kemudian ulangi kembali prosedur di atas.
Jika uterus tidak segera berkontraksi, minta ibu / suami untuk melakukan
stimulasi puting susu.
Mengeluarkan plasenta
36. Bila pada penekanan bagian bawah dinding depan uterus ke arah dorsal ternyata
diikuti dengan pergeseran tinggi pusat ke arah distal maka lanjutkan dorongan ke arah
kranial hingga plasenta dapat dinaikkan.
Ibu boleh meneran tetapi tali pusat hanya ditegangkan (jangan ditarik secara kuat
terutama jika rahim tidak berkontraksi) sesuai dengan sumbu jalan lahir (ke arah
bawah-sejajar lantai-atas)
Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga jarak sekitar 5-10 cm
dari vulva dan lahirkan plasenta
Jika plasenta tidak lepas setelah 15 menit menegangkan tali pusat:
a. Ulangi mempersembahkan oksitosin 10 unit IM
b. Lakukan kateterisasi (gunakan teknik aseptik) jika kandung kemih penuh
c. Minta keluarga untuk menyiapkan rujukan
d. Ulangi tekanan dorso-kranial dan penegangan tali pusat 15 menit berikutnya
e. Jika plasenta lahir dalam 30 menit sejak bayi lahir atau terjadi perdarahan
maka segera lakukan tindakan plasenta manual
37. Saat plasenta muncul di Introitus vagina, lahirkan plasenta dengan kedua tangan.
Pegang dan putar Plasenta hingga selaput ketuban terpilin kemudian lahirkan dan
tempatkan plasenta pada wadah yang telah disediakan.
Jika selaput ketuban robek, gunakan sarung tangan DTT atau steril untuk
melakukan ekaplorasi sisa selaput kemudian gunakan jari-jari tangan atau klem
ovum DTT / Steril untuk mengeluarkan selaput yang tertinggal
Rangsangan Taktil (Masase) Uterus
38. Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan masase uterus, letakkan
telapak tangan di fundus dan lakukan masase dengan gerakan melingkar dengan
lembut hingga uterus berkontraksi (fundus teraba keras)
Lakukan tindakan yang diperlukan (Kompresi Bimanual Internal, Kompresi Aorta
Abdominalis, Tampon Kondom-Kateter) jika uterus tidak berkontraksi dalam 15
detik setelah rangsangan taktil / masase. (lihat penatalaksanaan atonia uteri)
MENILAI PERDARAHAN
39. Evaluasi kemungkinan perdarahan dan laserasi pada vagina dan perineum. Lakukan
penjahitan bila terjadi laserasi derajat 1 atau derajat 2 dan atau menimbulkan
perdarahan. Bila ada robekan yang menimbulkan perdarahan aktif, segera lakukan
penjahitan
40. Periksa kedua sisi plasenta (maternal-fetal) plasenta telah melakukan lengap.
Masukkan plasenta ke dalam kantung plastik atau tempat khusus.
ASUHAN PASCA PERSALINAN
41. Pastikan rahim berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan pervaginam
23
42. Pastikan kandung kemih kosong. Jika penuh, lakukan kateterisasi Evaluasi
Evaluasi
43. Celupkan tangan yang masih memakal sarung tangan larutan klorin 0,5%.
bersihkankan noda darah dan cairan tubuh, dan bilas diair DTT tanpa melepas sarung
tangan kemudian keringkan dengan tissue atau handuk pribadi yang bersih dan kering
44. Ajarkan ibu / keluarga cara melakukan masase uterus dan menilal kontraksi.
45. Memeriksa nadi ibu dan memeriksa keadaan umum ibu baik.
46. Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah
47. Pantau keadaan bayi dan ingat bahwa bayi bernafas dengan baik (40-60 x / menit).
Jika bayi sulit bernapas, merintih atau retraksi, diresusitasi dan segera merujuk
kerumah sakit
Jika bayi napas terlalu cepat atau sesak napas, segera rujuk ke RS Rujukan.
Jika kaki teraba dingin, khusus ruangan hangat. Lakukan kembali kontak kulit
ibu- bayi dan hangatkan ibu-bayi dalam satu selimut.
Kebersihan dan Keamanan
48. Bersihkan ibu dari paparan darah dan tubuh dengan menggunakan air DDT.
Bersihkan cairan ketuban, lendir dan darah di ranjang atau disekitar ibu berbaring.
Menggunakan larutan klorin 0,5%. lalu bilas dengan air DTT. Bantu ibu memakal
pakalan yang bersih dan kering.
49. Pastikan ibu merasa nyaman. Bantu ibu memberikan ASI. Anjurkan keluarga untuk
memberi ibu minuman dan makanan yang diinginkan
50. Tempatkan semua peralatan bekas pakal dalam larutan klorin 0,5% untuk
dekontaminasi (10 menit). Cuci dan bilas peralatan setelah didekontaminasi.
51. Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah sesuai.
24
58. Lepaskan sarung tangan dalam keadaan terbalik dan rendam di dalam larutan klorin
0,5% selama 10 menit.
59. Cuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir kemudian keringkan dengan tisu
atau handuk pribadi yang bersih dan kering.
Dokumentasi
60. Lengkapi partograf (halaman depan) dan belakang).
25
3) Pegang tali pusat diantara kedua klem tersebut, satu tangan menjadi
landasan tali pusat sambil melindungi bayi, tangan yang lain
memotong tali pusat diantara kedua klem tersebut dengan
menggunakan gunting DTT (steril)
4) Mengikat tali pusat dengan benang DTT pada satu sisi, kemudian
lingkarkan kembali benang tersebut dan ikat dengan simpul kunci pada
sisi lainnya.
5) Melepaskan klem penjepit tali pusat dan masukkan ke dalam larutan
klorin 0,5% f. Meletakkan bayi tengkurap di dada ibu untuk upaya
inisisasi menyusui dini.
e. Melakukan IMD, dimulai sedini mungkin, eksklusif selama 6 bulan
dilanjutkan sampai 2 tahun dengan makanan pendamping ASI sejak usia 6
bulan. Pemberian ASI pertama kali dapat dilakukan setelah mengikat tali
pusat.
f. Memberikan identitas diri segera setelah IMD, berupa gelang pengenal
tersebut berisi identitas nama ibu dan ayah, tanggal, jam lahir, dan jenis
kelamin.
g. Memberikan suntikan Vitamin K1. Karena sistem pembekuan darah pada bayi
baru lahir belum sempurna, semua bayi baru lahir beresiko mengalami
perdarahan. Untuk mencegah terjadinya perdarahan pada semua bayi baru
lahir, terutama bayi BBLR diberikan suntikan vitamin K1 (phytomenadione)
sebanyak 1 mg dosis tunggal, intra muscular pada anterolateral paha kiri.
Suntikan vit K1 dilakukan setelah proses IMD dan sebelum pemberian
imunisasi Hepatitis B.
h. Memberi salep mata antibiotik pada kedua mata untuk mencegah terjadinya
infeksi pada mata.Salep ini sebaiknya diberikan 1 jam setelah lahir.
i. Menberikan imunisasi Hepatitis B pertama (HB-O) diberikan 1-2 jam setelah
pemberian vitamin K1 secara intramuscular. Imunisasi Hepatitis B bermanfaat
untuk mencegah infeksi Hepatitis B terhadap bayi, terutama jalur penularan
ibu-bayi. Imunisasi Hepatitis B harus diberikan pada bayi usia 0-7 hari.
j. Melakukan pemeriksaan fisik bayi baru lahir untuk mengetahui apakah
terdapat kelainan yang perlu mendapat tindakan segera. Memeriksa secara
sistematis head to toe (dari kepala hingga jari kaki). Diantaranya:
1) Kepala: pemeriksaan terhadap ukuran, bentuk, sutura
menutup/melebar adanya caput succedaneum, cepal hepatoma.
2) Mata: pemeriksaan terhadap perdarahan, subkonjungtiva, dan tanda-
tanda infeksi.
3) Hidung dan mulut: pemeriksaan terhadap labioskisis, labiopalatoskisis
dan reflex isap.
4) Telinga: pemeriksaan terhadap kelainan daun telinga dan bentuk
telinga.
26
5) Leher: perumahan terhadap serumen atau simetris.
6) Dada: pemeriksaan terhadap bentuk, pernapasan dan ada tidaknya
retraksi
7) Abdomen: pemeriksaan terhadap membuncit (pembesaran hati, limpa,
tumor).
8) Tali pusat: pemeriksaan terhadap perdarahan jumlah darah pada tali
pusat, warna dan besar tali pusat, hernia di tali pusat atau
selangkangan.
9) Alat kelamin: untuk laki-laki, apakah testis berada dalam skrotum,
penis berlubang pada ujung, pada wanita vagina berlubang dan apakah
labia mayora menutupi labio minora.
10) Anus: tidak terdapat atresia ani.
11) Ekstremitas: tidak terdapat polidaktili dan syndaktili
2. Pencegahan Infeksi
Pencegahan infeksi merupakan penatalaksanaan awal yang harus pada bayi
karena bayi baru lahir sangat rentan terhadap infeksi. Pada saat penanganan bayi baru
lahir, pastikan penolong untuk melakukan tindakan untuk pencegahan infeksi.
Tindakan pencegahan infeksi pada bayi baru lahir adalah sebagai berikut:
1) Mencuci tangan secara seksama sebelum dan setelah melakukan kontak
dengan bayi.
2) Memakai sarung tangan bersih pada saat menangani bayi.
3) Memastikan semua peralatan, termasuk klem, gunting, dan benang tali pusat
telah disinfeksi tingkat tinggi atau steril. Jika menggunakan bola karet
penghisap, pakai yang bersih dan baru. Jangan pernah menggunakan bola
karet penghisap untuk lebih dari satu bayi.
4) Memastikan timbangan, thermometer, stetoskop yang akan bersentuhan
dengan bayi dalam keadaan bersih (dekontaminasi dan cuci setelah
digunakan).
5) Mengajurkan ibu menjaga kebersihan, terutama payudaranya, dengan mandi
setiap hari (puting susu tidak boleh disabun).
6) Membersihkan bagian wajah maupun badan bayi dengan air bersih, hangat,
dan sabun setiap hari.
27
7) Menjaga bayi dari orang-orang yang menderita infeksi dan memastikan orang
yang memegang bayi sudah mencuci tangan sebelumnya (Setiyani dkk,
2016).
Penatalaksanaan infeksi
Apabila suhu bayi tinggi lakukan kompres hangat, berikan Air Susu Ibu
(ASI) perlahan-lahan, perawatan sumber infeksi seperti memberikan salep yang
mengandung neomicin dan bacitracin pada tali pusar yang mengalami infeksi.
Pemberian salep mata gentamicin pada bayi baru lahir. Jika terjadi infeksi
lanjutan segera berikan antibiotik sesuai indikasi (Sembiring, 2019).
3. Penilaian Awal
Segera setelah lahir, lakukan penilaian awal pada bayi baru lahir (Murdiana, 2017):
a) Apakah bayi bernapas atau menangis kuat tanpa kesulitan?
b) Apakah bayi bergerak aktif?
c) Bagaimana warna kulit, apakah berwarna kemerahan ataukah ada sianosis?
PPERSIAPAN
PENILAIAN:
29
1) Suhu minimal janin satu derajad lebih tinggi dibandingkan suhu ibu
karena pertukaran panas melalui plasenta
2) Penurunan suhu lingkungan saat kelahiran bayi terlahir dengan kondisi
basah dilahirkan ke lingkungan yang dingin
3) Bayi cukup bulan yang sehat akan berespon dengan meningkatkan
produksi panas.
4) Mengeringkan dan membedong bayi dengan handuk hangat akan
mempertahankan suhu tubuh bayi.
5) Perawatan Kanguru membantu mempertahankan bayi tetap hangat.
Menempatkan bayi kontak langsung ke dada ibu menstimuasi ibu untuk
mengubah suhu tubuhnya untuk memenuhi kebutuhan bayi.
b. Bayi Premature
Perawatan pada bayi prematur:
1) Ruang kelahiran dapat dingin dan berangin yang meningkatkan kehilangan
panas Konvektif.
2) Suhu tubuh bayi dengan berat badan 1 kg dapat berkurang sebesar 1
derajat Celcius setiap 5 menit.
3) Atur penghangat radian ke nilai maksimum dan sediakan handuk hangat
4) Ingat kepala merupakan permukaan yang besar untuk kehilangan panas,
jadi pakaikan topi ke kepala bayi jika ia memerlukan resusitasi ekstensif
dan dipindahkan ke NICU.
5) Selama resusitasi dan transportasi ke NICU gunakan kantong plastik untuk
membungkus tubuh bayi. Plastik di dekat kulit membantu mengurangi
kehilangan cairan transepidermal melalui kulit bayi prematur yang belum
matang.
6) Setelah bayi berada di lingkungan inkubator dengan 7% kelembaban juga
akan membantu tetap hangat. Perlengkapan yang digunakan untuk
mempertahankan suhu badan bayi baru lahir adalah sebagai berikut:
a) Pemanas Radian
memberikan panas kering secara langsung ke kulit
digunakan terutama saat pelahiran atau selama intervensi
meningkatkan kehilangan panas yang tidak dirasakan,
kehilangan panas evaporatif dan konvektif Bayi akan
meningkatkan laju metaboliknya saat pemanas berupaya
memproduksi kondisi suhu yang netral. Pemanas radian tidak
digunakan pada bayi prematur atau bayi sakit.
b) Inkubator
memberikan ruang tertutup yang terlindung
30
Sebagai hasil dari rancangan lapisan kaca ganda, inkubator
mengurangi kehilangan panas radiasi, mengelilingi bayi
dengan gorgen panas bahkan ketika pintu jendela terbuka
memungkinkan pemberian kelembapan untuk memutuskan
kehilangan panas melalui evaporasi (tidak dirasakan) dan
kehilangan cairan.
memungkinkan pemberian oksigen
mengurangi suara bising karena lubang kecil dan pintu
diberikan bantalan.
6. Memotong Dan Merawat Tali Pusat
Setelah plasenta lahir dan kondisi ibu dinilai sudah stabil maka lakukan pengikatan
tali pusat atau jepit dengan klem plastik tali pusat (bila tersedia) (Murdiana, 2017).
a. Celupkan tangan yang masih menggunakan sarung tangan ke dalam larutan klorin
0,5% untuk membersihkan darah dan sekresi lainnya.
b. Bilas tangan dengan air DTT.
c. Keringkan dengan handuk atau kain yang bersih dan kering.
d. Ikat tali pusat dengan jarak sekitar 1 cm dari pusat bayi. Gunakan benang atau
klem plastik penjepit tali pusat DTT atau steril. Ikat kuat dengan simpul mati atau
kuncikan penjepit plastik tali pusat.
e. Lepaskan semua klem penjepit tali pusat dan rendam dalam larutan klorin 0,5% 6.
Bungkus tali pusat yang sudah di ikat dengan kasa steril.
7. Pemberian ASI
Rangsangan hisapan bayi pada puting susu ibu akan diteruskan oleh serabut
syaraf ke hipofise anterior untuk mengeluarkan hormon 25 prolaktin. Prolaktin akan
mempengaruhi kelenjar ASI untuk memproduksi ASI di alveoli. Semakin sering bayi
menghisap puting susu maka akan semakin banyak prolaktin dan ASI yang di
produksi. Penerapan inisiasi menyusui dini (IMD) akan memberikan dampak positif
bagi bayi, antara lain menjalin / memperkuat ikatan emosional antara ibu dan bayi
melalui kolostrum, merangsang kontraksi uterus, dan lain sebagainya. Melihat begitu
unggulnya ASI, maka sangat disayangkan bahwa di Indonesia pada kenyataannya
penggunaan ASI belum seperti yang dianjurkan. Pemberian ASI yang dianjurkan
pada bayi adalah sebagai berikut (Murdiana, 2017):
a. ASI eksklusif selama 6 bulan karena ASI saja dapat memenuhi 100% kebutuhan
bayi.
b. Dari 6-12 bulan ASI masih merupakan makanan utama bayi karena dapat
memenuhi 60-79% kebutuhan bayi dan perlu ditambahkan makanan pendamping
ASI berupa makanan lumat sampai lunak sesuai dengan usia bayi.
31
c. Diatas 12 bulan ASI saja hanya memenuhi sekitar 30% kebutuhan bayi dan
makanan padat sudah menjadi makanan utama. Namun, ASI tetap dianjurkan
pemberiannya sampai paling kurang 2 tahun untuk manfaat lainnya.
8. Pencegahan Pendarahan
Semua bayi baru lahir harus segera diberikan vitamin K1 injeksi 1 mg
intramuskuler di paha kiri sesegera mungkin untuk mencegah perdarahan pada bayi
baru lahir akibatdefesiensi vitamin K yang dapat dialami oleh sebagian bayi baru lahir
(Murdiana, 2017).
1 Memeriksa kepala:
a. Bentuk kepala simetris/asimetris.
b. Adanya caput succedaneum.
c. Adanya cephal haematoom.
d. Tanda Moulding
2 Memeriksa mata:
a. Bentuk mata
b. Katarak congenital
32
c. Strabismus
d. Perdarahan konjungtiva
e. Pus (tanda gonoblenorrhoe)
3 Mememeriksa hidung:
a. Pemeriksaan cuping hidung
b. Epikantus
c. Septumnasi
4 Memeriksa mulut:
a. Inspeksi simetris atau tidak
b. Inspeksi adanya labiopalatoskizis
5 Memeriksa telinga:
a. Inspeksi bentuk telinga
b. Posisi telinga dengan menarik garis khayal dari bagian luar
sudut mata secara horizontal ke arah ujung atas daun telinga
6 Memeriksa leher: Melakukan palpasi pada leher dengan menggerakkan
jari ke sekeliling leher
8 Memeriksa tangan:
a. Memeriksa kedua tangan dan membandingkan
b. Memeriksa adanya sindaktili dan polidaktili
9 Memeriksa dada:
a. Memeriksa kesimetrisan gerakan dada saat bernapas
b. Melihat adanya retraksi intercostal
c. Melakukan Inspeksi putting susu dan areola, transparan atau
tidak
10 Memeriksa abdomen:
a. Hernia umbilicalis
b. Perdarahan tali pusat
33
11 Memeriksa genetalia:
a. Bayi Laki-laki:
1) Mengukur panjang penis (± 3 cm)
2) Memastikan adanya lubang uretra
3) Memeriksa adanya tanda fimosis
4) Melakukan palpasi skrotum, apakah testis sudah masuk
dalam skrotum
b. Bayi perempuan: Memeriksa vulva dengan cara membuka labia
secara perlahan untuk memastikan adanya orifisium uretra dan
lubang vagina.
12 Memeriksa tungkai:
a. Memeriksa kesimetrisan
b. Memeriksa panjang kedua tungkai dengan cara meluruskan
kemudian membandingkan. Memeriksa adanya fraktur dengan
melakukan tes ortolani:
1) Membuka pakaian bayi
2) Memeriksa panggul dengan cara memegang masingmasing
kaki, letakkan ibu jari pada bagian dalam femur, sedang jari
tangan dan telunjuk diatas trokanter mayor.
3) Menekuk lutut 90 derajat dan abduksikan kedua tungkai
secara perlahan.
13 Memeriksa spinal:
a. Menelungkupkan bayi, cari tanda abnormalitas, seperti spina
bifida
b. Memastikan adanya sfingter ani
14 Memeriksa kulit: Warna kulit, adanya ruam dan bercak lahir dan memar
34
e. Refleks palmar
f. Refleks plantar Graff
35
Hasil: Penelitian menunjukkan intensitas nyeri sesudah terapi essential oil mawar
pada ibu Inpartu Kala I Fase aktif dengan probabilitas yang dihasilkan sebesar
0.623, sehingga lebih tinggi dibandingkan intensitas nyeri sesudah terapi musik
pada ibu Inpartu Kala I Fase aktif. Kesimpulan: Pemberian terapi musik lebih
efektif menurunkan intensitas nyeri pada ibu Inpartu Kala I Fase aktif
dibandingkan pemberian terapi essential oil mawar.
c. Terapi Musik Klasik Mengurangi Nyeri Pada Kala I Persalinan Di BPS
Zubaedahsyah, S.ST Palapa Bandar Lampung (Sunarsih, 2017).
Hasil: Penelitian didapatkan frekuensi skala nyeri sebelum diberikan terapi musik
klasik diperoleh nilai rata-rata 7,55 dan frekuensi skala nyeri setelah diberikan
terapi musik klasik diperoleh nilai rata-rata 5,55. Ada pengaruh pemberian musik
klasik terhadap nyeri persalinan kala I pada ibu bersalin (p=<0,001). Disarakan
klinik/pelayanan persalinan memanfaatkan metode ini.
d. Penerapan Aroma Terapi Lavender Terhadap Penurunan Tingkat Nyeri Pada Ibu
Bersalin Kala I (Yuandira, Dewi and Dewi, 2021)
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Tarsikah, dkk (2012) dan
Hetia, dkk (2017) bahwa terdapat pengaruh aromaterapi lavender terhadap
penurunan intensitas nyeri pada ibu bersalin kala 1 fase aktif. Aromaterapi
lavender ini merupakan salah satu cara metode non- farmakologis yang mudah
dan praktis dalam mengurangi nyeri persalinan. Hal ini disebabkan pada lavender
wangi yang dihasilkan bunga lavender akan menstimulus thalamus untuk
mengeluarkan enkefalin sama halnya dengan endorphin yang dihasilkan secara
alami oleh tubuh dan memiliki kemampuan untuk menghambat nyeri, sehingga
nyeri berkurang.
36
aromaterapi lavender terhadap pengurangan rasa nyeri persalinan kala I fase aktif.
Diharapkan bidan dapat menerapkan aromaterapi lavender sebagai metode non-
farmakologis yang mudah dan praktis sebagai salah satu alternatif dalam
mengurangi nyeri persalinan.
37
kompres alkohol di wilayah kerja Puskesmas Lubuk Tapi Kabupaten
Bengkulu Selatan.
c. Perbedaan Perawatan Tali Pusat Menggunakan ASI Dan Kassa Steril
Terhadap Lama Pelepasan Tali Pusat (Medhyna, 2020).
Hasil: Rata-rata waktu pelepasan tali pusat menggunakan ASI 4 hari
sedangkan rata-rata waktu pelepasan tali pusat dengan kasa kering 7 hari.
Terdapat perbedaan signifikan lama pelepasan tali pusat menggunakan ASI
dengan kasa kering dengan p-value = 0,05. Simpulan: Menunjukkan lama
pelepasan tali pusat menggunakan ASI lebih cepat dibandingkan dengan
perawatan kasa kering. Diharapkan perawatan tali pusat dengan ASI dapat
direkomendasikan menjadi standar perawatan bayi baru lahir, sebagai upaya
pencegahan infeksi tali pusat.
d. Perbandingan Metode Kolostrum dan Metode Terbuka Terhadap Lama
Pelepasan Tali Pusat pada Bayi Baru Lahir (Astari and Nurazizah, 2019).
Hasil: penelitian menunjukkan bahwa lama pelepasan tali pusat dengan
metode kolostrum adalah <5 hari (kategori cepat) dan tidak ada yang >7 hari
(kategori lambat). Lama pelepasan tali pusat dengan metode terbuka
menunjukkan tali pusat lepas <5 hari (kategori cepat) dan tali pusat lepas >7
hari (kategori lambat). Hasil uji statistik menunjukkan bahwa lama pelepasan
tali pusat bayi baru lahir dengan metode kolostrum sekitar 4 hari 9 jam lebih
cepat dibandingkan metode terbuka (= 0,022). Saran dalam penelitian ini
adalah petugas kesehatan perlu mendapatkan informasi tentang perawatan tali
pusat dengan metode kolostrum sehingga dapat diterapkan pada bayi baru
lahir.
3. AUSAHAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR (BBL)
1. persalinan persalinan Normal
persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi
pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi
belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu
maupun pada janin (Saifuddin,10)
Sedangkan persalinan normal menurut WHO adalah persalinan yang dimulai
secara spontan, beresiko rendah pada awal persalinan dan tetap demikian selama
proses persalinan. Bayi dilahirkan secara spontan dalam presentasi belakang kepala
pada usia kehamilan antara 37 hingga 42 minggu lengkap. Setelah persalinan ibu
maupun bayi berada dalam kondisi sehat. Di dalam asuhan Persalinan terdapat 5
(lima) aspek disebut juga sebagai 5 (lima) benang merah yang perlu mendapatkan
perhatian, ke 5 aspek tersebut yaitu
38
1. Aspek Pemecahan Masalah yang diperlukan untuk menentukan Pengambilan
Keputusan Klinik (Clinical Decision Making).
2. Aspek Sayang Ibu yang Berarti sayang Bayi
3. Aspek Pencegahan Infeksi
4. Aspek Pencatatan (Dokumentasi)
5. Aspek Rujukan
39
12. Menganjurkan ibu untuk minum cairan dan makan makanan ringan bila
menginginkannya.
13. Menghargai dan membolehkan praktek-praktek tradisional yang tidak
memberi pengaruh yang merugikan.
14. Menghindari tindakan berlebihan dan mungkin membahayakan
(episiotomi, pencukuran, dan klisma).
15. Menganjurkan ibu untuk memeluk bayinya segera setelah lahir.
16. Membantu memulai pemberian ASI dalam 1 jam pertama setelah
kelahiran bayi.
17. Menyiapkan rencana rujukan (bila perlu).
18. Mempersiapkan persalinan dan kelahiran bayi dengan baik, bahan-bahan,
perlengkapan dan obat-obatan yang diperlukan. Siap melakukan resusitasi
bayi baru lahir pada setiap kelahiran bayi.
2. Asuhan BBL
Peristiwa kelahiran merupakan waktu dinamik yang berpusat di sekitar
kebutuhan segera bayi baru lahir. Walaupun sebagian proses persalinan terfokus
pada ibu tetapi proses tersebut merupakan proses pengeluaran hasil kehamilan
(bayi), maka penatalaksanaan suatu persalinan dikatakan berhasil apabila selain
ibunya, bayi yang dilahirkan juga berada dalam kondisi yang optimal.
Memberikan pertolongan dengan segera, aman dan bersih adalah bagian
essensial dari asuhan bayi baru lahir. Sebagian besar (85% - 90 %) persalinan
adalah normal, tetapi gangguan dalam kehamilan dan proses persalinan dapat
mempengaruhi kesehatan bayi-bayi yang baru dilahirkan. Sebagian besar
kesakitan dan kematian bayi baru lahir disebabkan karena asfiksia, hipotermia
dan atau infeksi. Kesakitan dan kematian bayi baru lahir dapat dicegah bila
asfiksia segera dikenali dan ditatalaksana secara adekuat, dibarengi pula dengan
pencegahan hipotermia dan infeksi. Bidan bertanggung jawab untuk melakukan
perawatan segera. Bidan harus mewaspadai kebutuhan emosional dan
40
pertanyaan orang tua. Keinginan orang tua untuk melihat dan menyentuh bayi
mereka untuk pertama kali. Bidan harus berusaha mengintegrasikan kedua aspek
dalam pengalaman sesaat setelah melahirkan. Gambaran kelahiran yang khas
dan perawatan segera bayi baru lahir cukup bulan yang beresiko rendah di
Rumah Sakit.
Hal yang harus diperhatikan :
1. Perubahan Sistem Pernapasan
2. Fungsi sistem pernapasan dan kaitannya dengan fungsi kardiovaskuler
3. Sistem Pengaturan suhu
4. Metabolisme Glukose
5. Perubahan sistem gastrointestinal
6. Sistem kekebalan tubuh.
DAFTAR PUSTAKA
Alexander, Utin Cindy Firdianty, E. putri, I. H. U. (2021) ‘Hubungan Perawatan Tali Pusat Menggunakan
Kassa Steril Sesuai Standar Dengan Lama Pelepasan Tali Pusat Pada Bayi Baru Lahir Di
Puskesmas Siantan Hilir Pontianak Utara Tahun 2019’, Jurnal_Kebidanan, 10(2), pp. 490–
499. doi: 10.33486/jurnal_kebidanan. v10i2.93.
Andriyani, R. and Theresia, V. (2021) ‘Pemberian Aromatherapy Lavender Pada Ibu Bersalin Kala I Fase
Aktif Untuk Mengurangi Kecemasan Di Rb Putri Asih Pekanbaru Tahun 2019’, Prosiding
Hang Tuah Pekanbaru, pp. 1–7. doi: 10.25311/prosiding.vol1.iss2.20.
Angraini, A. D. et al. (2021) ‘Efektivitas Terapi Musik dalam Mengurangi Nyeri Persalinan pada Wanita
Primipara: Literaturn Review’, Buletin Kesehatan, 5(1), pp. 1–11.
Astari, R. Y. and Nurazizah, D. (2019) ‘Perbandingan Metode Kolostrum dan Metode Terbuka Terhadap
Lama Pelepasan Tali Pusat pada Bayi Baru Lahir’, Faletehan Health Journal, 6(3), pp. 91–98.
doi: 10.33746/fhj. v6i3.64.
41
Evi Yunitasari, Riska Hediya Putri, A. D. L. (2020) ‘Wellness and Healthy Magazine’, Journal Wellnes,
2(February), pp. 309–313. doi: 10.30604/well.165322021.
Hetia, E. N., M.Ridwan and Herlina (2017) ‘Pengaruh Aromaterapi Lavender Terhadap Pengurangan
Nyeri Persalinan Kala I Aktif’, Jurnal Kesehatan Metro Sai Wawa, X(1), pp. 5–10.
Kalbar, D. (2019) ‘Jurnal Kebidanan-ISSN 2252-8121 302’, 9, pp. 302–310.
Kalteng, D. K. P. (2019) ‘Dinas kesehatan provinsi kalimantan tengah 2019’, Profil Kesehatan Provinsi
Kalimantan Tengah, (09), pp. 1–251. Available at: http://www.dinkes.kalteng.go.id/.
Keluarga, D. and Di, B. (2017) LAPORAN TUGAS AKHIR Madya Kebidanan pada Program Studi D. III
Kebidanan Medan.
Kesehatan, K. and Indonesia, R. (2021) Profil Kesehatan Indonesia 2020, Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia. Available at:
https://pusdatin.kemkes.go.id/resources/download/pusdatin/profil-kesehatan-indonesia/Profil-
Kesehatan-Indonesia-Tahun-2020.pdfMurdiana, E. (2017) ‘Manajemen Asuhan Kebidanan
Bayi Baru Lahir Pada Bayi Ny. S Dengan Hipotermia’, Karya Tulis Ilmiah, pp. 1–111.
Available at: http://repositori.uin-alauddin.ac.id/7709/1/EKA MURDIANA.pdf.
Lugita, L. and Vevi, S. (2018) ‘PERBEDAAN LAMA PELEPASAN TALI PUSAT BAYI BARU
LAHIR ANTARA KASSA KERING DAN KOMPRES ALKOHOL The Difference Of
Length Of Time Of New Born Umbilical Cord Release Between Dry Gauze And Alcohol
Compress Puskesmas Lubuk Tapi (Dinas Kesehatan Kematian Neonatal’, jurnal Kebidanan
Besurek, 4(1), pp. 22–29.
Mardiah, A. and Mardiah, A. (2021) ‘Analisis Pelaksanaan Perawatan Tali Pusat Terbuka Pada Bayi Baru
Lahir Di Puskesmas Silaping Kabupaten Pasaman Barat Tahun 2020’, Human Care Journal,
6(2), pp. 464–470. Available at: https://ojs.fdk.ac.id/index.php/humancare/article/view/1267.
Mastiningsih, P. (2019) ‘INTENSITAS NYERI PADA PROSES PERSALINAN FISIOLOGIS Effects of
Endorphin Masage on Pain Intensity in Physiological Labor Process’, Caring Stikes Bina
Husada Bali, 3, pp. 1–4.
Medhyna, V. (2020) ‘Perawatan Tali Pusat Dengan Kasa Kering Terhadap Lama Pelepasan’, Universitas
Fort De Kock Bukittinggi, 10(2), pp. 955–960.
Mawaddah, S. (2020) ‘Pengaruh Terapi Musi K Terhadap Penurunan Intensitas Nyeri Pada Ibu Inpartu
Kala I Fase Aktif’, JPP (Jurnal Kesehatan Poltekkes Palembang), 15(1), pp. 30–38. doi:
10.36086/jpp. v15i1.456.
Sunarsih, D. (2017) ‘Terapi Musik Klasik Mengurangi Nyeri pada Kala I Persalinan di BPS Zubaedahyah
S.ST Palapa Bandar Lampung 2016’, Jurnal Dunia Kesmas, 6(1), pp. 51–56.
Puskesmas, K. et al. (2019) ‘(1), (2), (2), (2)’, 2019(1), pp. 1–4.
42
Yuandira, M. T., Dewi, R. and Dewi, A. R. (2021) ‘Penerapan Aroma Terapi Lavender Terhadap
Penurunan Tingkat Nyeri Ibu Bersalin Kala I’, Bunda Edu-Midwifery Journal (BEMJ), 4(1
43
2