Anda di halaman 1dari 4

NAMA : YULIS SAPUTRA

KELAS : C2
MK :TEORI SOSIAL KLASIK

KERJA DAN KETERASINGAN

1. Mengulas tentang pekerjaan sebagai sarana untuk menciptakan kreativitas diri.


Menurut Marx pekerjaan merupakan tindakan manusia yang paling dasar. Hal yang
paling mendasar inilah yang mengarahkan manusia sebagai makhluk sosial karena
membutuhkan orang lain untuk memenuhi kebutuhannya. Dalam hal ini ini Marx
membedakan secara tegas antara manusia dengan binatang, dimana binatang dapat
memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri. Bagi Marx manusia harus bekerja untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya. Disini manusia harus menggunakan akal dan
pikirannya untuk mengolah alam untuk memenuhi kebutuhannya. Hal tersebut tentu
berbeda dengan apa yang dilakukan oleh binatang yang menggunakan instingnya
untuk dapat bertahan hidup. Dengan kata lain pekerjaan disini dapat dikatakan lebih
dari sekedar alat untuk memenuhi kebutuhan karena manusia menggunakan
kreativitas berpikirnya untuk menambah nilai terhadap alam yang diolahnya.
Pekerjaan juga dapat dikatakan sebagai penunjang keberlangsungan hidup dan
eksistensinya dilingkungan tempat ia hidup. Misalnya manusia menggunakan nalar
dan logikanya untuk mengubah pohon-pohon didalam hutan menjadi barang-barang
meubel rumah tangga untuk menunjang kehidupannya sehari-hari. Hal inilah yang
tidak dimiliki oleh hewan, dimana hewan hanya menggunakan insting liarnya untuk
berburu makanan. Manusia disini diberikan akal-sehat dan kreativitas untuk
memenuhi kebutuhannya, dimana dengan cara bekerjalah manusia dapat meneruskan
hidupnya. Dengan kreativitas dan nalar manusia bisa menciptakan meja, kursi, lemari,
dan sebagainya hanya dengan mengolah pohon dari hutan. Kreativitas inilah yang
mampu mendorong pertambahan nilai dari hasil keringat manusia itu sendiri. Dalam
hal ini makna pekerjaan itu sendiri mengarah pada sebuah kebanggaan yang melekat
dari hasil keringat sendiri.
2. Tentang keterasingan dalam pekerjaan.
Disini keterasingan terhadap diri pekerja itu sendiri diartikan sebagai ketiadaan rasa
bangga atas produk yang dihasilkan oleh pekerja. Hal ini terjadi manakala manusia
sebagai pekerja merasa terbelenggu karena harus melakukan pekerjaan tersebut secara
paksa (bukan karena kehendak dasar). Hal tersebut tentu menunjukan bahwa ada
keterasingan antara buruh dengan para pemilik modal. Persaingan kerja sesama buruh
pekerja dalam lingkungan kerjanya untuk memperebutkan upah secara maksimal pada
dasarnya mampu menyebabkan kerugian bagi buruh pekerja lainnya yang kalah dalam
persaingan tersebut. Hal ini disebabkan karena manusia semata-mata menggunakan
pekerjaan sebagai alat untuk mencari nafkah bagi kehidupannya yang utamanya
ditujukan pada uang, tanpa terlalu memperhatikan kerugianya.
3. Hak milik pribadi.
Yang diulas oleh Franz Magniz Suseno dalam Bab 5 alienasi yaitu ditengah
pembahasanya, bahwa sistem hak milik pribadi memisahkan antara pemilik dan
pekerja, antara yang menguasai alat kerja dan yang menguasai tenaga kerja. Misalnya
melihat keberadaan uang sebagai tanda keterasingan manusia, karena uang sebagai
perantara antara manusia dan kebutuhannya. Manusia yang bekerja tidak butuh hasil
kerjanya berupa barang, tetapi ia butuh nilai tukarnya, yaitu uang. Kerja untuk
memenuhi kebutuhan orang lain tidak menjadi penting lagi, yang diinginkan ialah
uangnya. Dengan demikian karena manusia dipengaruhi oleh uang, ia tidak saling
menghargai terhadap sesamanya tetapi saling mempergunakannya. Maka manusia
hanya sebagai alat untuk memenuhi kebutuhan manusia lainnya. Paksaan sebagai
tanda keterasingan manusia, karena manusia itu bekerja terpaksa, yaitu untuk
menjamin nafkah hidupnya. Maka, ia terpaksa bekerja untuk kepentingan orang lain,
hasilnya dimiliki oleh orang lain, maka ia menjadi terasing dari hasil kerja nya.
Disamping itu ia juga terasing dari tindakannya, karena ia bekerja atas periintah orang
lain, bukan oleh kemauan sendiri, dan juga terasing dari dirinya sendiri, karena ia
bekerja untuk mencari nafkah, maka ia diperalat dirinya sendiri. Hal itu sangat jelas
terlihat dalam sistem ekonomi kapitalisme. Keterasingan dari orang lain karena
kepentingan. Dalam pekerjaan pada sistem ekonomi kapitalisme, manusia yang
bekerja itu terdiri dari dua kelas, yaitu kelas pemilik alat-alat produksi atau kaum
kapitalis dan kelas buruh. Kedua kelas itu memiliki kepentingan yang saling berbeda,
kaum kapitalis ingin mendapat laba yang banyak dan kaum buruh ingin upah yang
layak.

Karl Marx juga menjelaskan bahwa ada 3 tahap yang dilalui manusia. Pertama adalah
masyarakat purba, tahap kedua adalah tahap pembagian kerja dan kepemilikan pribadi serta
keterasingan yang sedang kita rasakan saat ini, ketiga adalah tahap kebebasan. Tahap ketiga
inilah yang menjadi tujuan akhir dari dialektika sejarah yang di istilahkan oleh Marx sebagai
tahap kepemilikan bersama (Komunisme). Marx menegaskan bahwa ketiga tahap diatas
merupakan tahap yang harus dihadapi oleh seluruh umat manusia. Dalam ulasanya mengenai
tiga pandangan pokok tentang dasar dasar dari teori alienasi yang di jelaskan oleh Marx,
Franz Magniz Suseno memberikan catatan dan pertanyaan kritis terkait dengan tesis Marx
tersebut. Franz Magniz Suseno memberikan perbandingan lain, yaitu hubungan antar manusia
tidak hanya dilihat dari faktor pekerjaan. Namun yang lebih penting ialah komunikasi.
Dengan komunikasi manusia bisa membangun hubungan dengan manusia lainya. Kritik
lainya dari Franz Magniz Suseno bahwa keterasingan tidak langsung dilihat dengan kategori
hitam dan putih, karena pertanyaan dasarnya adalah keterasingan tidak hanya dilihat dari
masalah pekerjaan. Keterasingan bisa masuk ke konteks diluar pekerjaan yang berkaitan
hubungan manusia, karena pekerjaan bukan sifat esensial yang bisa menghubungkan
manusia. Jadi keterasingan menurut Franz Magniz Suseno memang mutlak tidak bisa
dihilangkan sepenuhnya, tetapi bisa dikurangi. Disinilah letak perbedaan pendapat antara
Marx yang menghendaki bahwa karena faktor keterasingan inilah yang nantinya akan
menghancurkan pemilik modal, sehingga akan memunculkan perlawanan kelas pekerja.

Selanjutnya alienasi atau keterasingan yang dijelaskan oleh John Elster. Hampir sama
dengan pembahasan dalam buku yang ditulis Franz Magniz Suseno, keterasingan oleh John
Elster dibagi dalam beberapa pembahasan.

1. Alienasi; Kurangnya Realisasi diri.


Marx percaya bahwa dalam setiap orang, kesadaran diri menjadi syarat mutlak untuk
aktualisasi diri dan kemampuan individu. Namun ini yang dikritik oleh John Elster,
realisasi diri tidak menjamin menyiratkan bahwa masyarakat yang baik akan
menjamin hak orang untuk mengembangkan bakat yang mereka sukai. Jika banyak
orang menggunakan hak ini untuk memilih bentuk realisasi diri itu sangat menuntut
sumber daya material, tanpa jumlah yang sesuai memilih untuk mewujudkan diri
mereka dengan cara yang berkontribusi untuk penciptaan sumber daya, sistem sosial
tidak akan seimbang. Apalagi dalam konteks masyarakat industry, realisasi diri tidak
selalu menjadi pilihan, karena tidak mudah dalam sebuah masyarakat industri
menggabungkan antara efisensi dengan realisasi individu.
2. Alienasi: Kurangnya Kemandirian
Marx tidak menyangkal bahwa kapitalisme adalah bagian dari kebebasan memilih.
dalam The German Ideology, yang dapat dianggap sebagai titik awal untuk refleksi.
Dia menyarankan bahwa dalam kapitalisme keinginan individu cacat dalam dua cara:
Mereka cenderung sepihak dan memaksa. Keluhan tentang keberpihakan berasal dari
cita-cita realisasi diri sepenuhnya. Kapitalisme menciptakan insentif bagi produsen
untuk merayu konsumen, dengan mendorong mereka keinginan baru yang mereka
kemudian menjadi budak. Analisis ini, meskipun berharga dan berpengaruh, memiliki
keterbatasan. John elster menjelaskan tidak benar bahwa semua atau bahkan sebagian
besar konsumsi dalam kapitalis masyarakat bersifat memaksa. Pada kenyataannya,
beberapa dari mereka karena sifat pekerjaan industri, yang lain karena fakta biologis
tentang manusia, masih yang lain untuk masalah yang melekat dalam
mengkoordinasikan kegiatan yang kompleks.
3. Alienasi: Aturan Modal Terhadap Tenaga Kerja
Marx membedakan antara dua tahap dalam dominasi modal atas tenaga kerja. Pada
tahap pertama hanya ada tenaga kerja di bawah modal. Kapitalis mengeksploitasi
pekerja melalui kepemilikannya atas alat-alat produksi tetapi tidak memperluas
dominasinya pada proses produksi. Tahapan ini dapat diamati pada sistem
Kapitalisme awal. Pada tahap kedua, yaitu "subsumsi riil" kerja di bawah kapital, si
kapitalis bergerak ke dalam proses produksi itu sendiri. Perkembangan ini memuncak
dalam produksi pabrik, di mana pekerja direduksi menjadi embel-embel mesin.
Meskipun pada tahap pertama dia memiliki kebebasan bergerak yang cukup besar, dia
sekarang harus bekerja sejalan dengan itu mesin, di bawah pengawasan ketat dan
koersif.

Ada kesamaan kritik antara yang di ulas oleh Franz Magniz Suseno dengan John
Elster, Marx terpaku pada aspek ekonomi dan memutlakan tentang keterasingan hanya dilihat
faktor pekerjaan. Padahal kalau di konteks kan dengan realitas yang ada, meminjam
istilahnya John Elster terlalu utopis walaupun menurut Marx sendiri tesisnya merupakan
karya ilmiah mengenai konsep keterasingan.

Anda mungkin juga menyukai