Anda di halaman 1dari 5

NAMA : YULIS SAPUTRA

KELAS : C2
MK :TEORI SOSIAL KLASIK

Karl Marx; Materialisme Sejarah

Pemikiran Karl Marx tentang Pandangan Materialisme Sejarah (Die Materialistische


Geschichtsauffassung, The Materialistic Conception of History), dirangkum sebagai berikut.
1. Sosialisme Ilmiah
Perbedaan sosialisme Marx dari sosialisme yang lain adalah, dalam pandangan Marx,
bahwa ia berdasarkan pada penelitian syarat-syarat objektif perkembangan masyarakat. Marx
mengklaim bahwa sosialismenya adalah "sosialisme ilmiah". Klaim ini tentunya sangat
penting untuk memahami teori Marx. Marx pun menolak pendasaran sosialisme pada
pertimbangan-pertimbangan moral. Sosialisme tidak akan datang karena dinilai baik atau
karena kapitalisme dinilai jahat, melainkan karena, dan kalau, syarat-syarat objektif
penghapusan hak milik pribadi atas alat-alat produksi terpenuhi. Dalam German Ideology,
Marx menulis: "Komunisme bagi kami bukan keadaan yang harus diciptakan, cita-cita yang
akan wajib diikuti oleh kenyataan. Kami menyebut komunisme gerakan nyata yang
meniadakan keadaan sekarang. Syarat-syarat gerakan itu dapat disimpulkan dari pengandaian
yang terdapat sekarang".
Dasar klaim Marx bahwa sosialisme ilmiah adalah bahwa ia yakin sudah menemukan
hukum objektif perkembangan sejarah. Dengan hukum objektif itu, Marx dapat menjelaskan
mengapa sampai terjadi hak milik atas alat-alat produksi, bagaimana struktur-struktur
kekuasaan dalam masyarakat dan faktor-faktor apa yang menentukan perubahannya. Hukum
dasar perkembangan masyarakat adalah bahwa produksi kebutuhan-kebutuhan material
manusia menentukan bentuk masyarakat dan perkembangannya. Engels menulis: "(Marx
menemukan) fakta sederhana yang sampai sekarang tertutup oleh tetumbuhan ideologis,
bahwa manusia pertama-tama harus makan, minum, bertempat tinggal, dan berpakaian,
sebelum mereka melakukan kegiatan politik, ilmu pengetahuan, seni, agama, dan seterusnya;
jadi bahwa produksi nafkah hidup material bersifat lansung dan dengan demikian tingkat
perkembangan ekonomis sebuah masyarakat atau zaman masing-masing menjadi dasar dari
bentuk-bentuk kenegaraan, pandangan-pandangan hukum, seni, dan bahkan pandangan-
pandangan religius orang-orang yang bersangkutan berkembang.."

1
Marx mengklaim bahwa sosialismenya bersifat ilmiah karena sosialisme tersebut
berdasarkan pengetahuan tentang hukum-hukum objektif perkembangan masyarakat.
Pengetahuan itulah disebut "pandangan materialis sejarah".
2. Prinsip Dasar: Keadaan dan Kesadaran
Prinsip dasar pandangan materialis sejarah dapat dirumuskan sebagai berikut: "Bukan
kesadaran manusia yang menentukan keadaan mereka, tetapi sebaliknya keadaan sosial
merekalah yang menentukan kesadaran mereka". Menurut Marx, yang menentukan
perkembangan masyarakat bukan kesadaran, jadi bukan apa yang dipikirkan masyarakat
tentang dirinya sendiri, melainkan keadaan masyarakat yang nyata: "Berlawanan dengan
filsafat Jerman yang turun dari surga ke bumi, disini kami naik dari bumi ke surga. Artinya,
kami tidak bertolak dari apa yang dikatakan orang, dari bayangan dan cita-cita orang, juga
tidak dari orang yang diperkatakan, dipikirkan, dibayangkan, dicita-citakan untuk sampai
kepada manusia nyata; (melainkan) kami bertolak dari manusia yang nyata dan aktif, dan dari
proses hidup nyata merekalah perkembangan refleks-refleks serta gema-gema ideologis
proses hidup itu dijelaskan". Anggapan ini Marx membuat dua pernyataan: pertama, sebuah
pernyataan tentang keadaan masyarakat; kedua, pernyataan bahwa keadaan itulah yang
menentukan kesadaran manusia dan bukan sebaliknya.
Keadaan sosial manusia adalah produksinya, pekerjaannya. "Manusia ditentukan oleh
produksi mereka, baik apa yang mereka produksikan, maupun cara mereka berproduksi. Jadi,
individu-individu tergantung pada syarat-syarat material produksi mereka". Di lain tempat
Marx menjelaskan: "Penggilingan dengan tangan menghasilkan masyarakat tuan-tuan feodal,
penggilingan dengan uap menghasilkan masyarakat kaum kapitalis industrial". Pandangan itu
disebut materialis karena sejarah dianggap ditentukan oleh syarat-syarat produksi material.
Jadi, Marx memakai kata materialisme bukan dalam arti filosofis, sebagai kepercayaan
bahwa hakikat seluruh realitas adalah materi, melainkan ia ingin menunjuk pada faktor yang
menentukan sejarah. Itu bukan pikiran, melainkan "keadaan material" manusia, dan keadaan
material itu bukan, sebagaimana yang mungkin akan kita duga, unsur seperti ras, iklim, cara
makan, dan sebagainya, melainkan produksi kebutuhan material manusia.
Menurut Marx, cara manusia berpikir ditentukan oleh cara ia bekerja. "Kesadaran
(BewuBstein) tidak mungkin lain dari keadaan yang disadari (das bewuBte Sein), dan keadaan
manusia adalah proses manusia yang sungguh-sungguh". Jadi untuk memahami sejarah dan
arah perubahannya, diperlukan memperhatikan apa yang dipikirkan oleh manusia, melainkan
bagaimana ia bekerja, bagaimana ia berproduksi. Marx bertolak dari pengandaian bahwa
setiap orang berpikir sesuai dengan kepentingannya. Marx menganggap baik apa yang

2
menjamin eksistensi serta kepentingannya dan buruk apa yang mengancamnya. Yang dinilai
baik adalah yang dirasakan sebagai peningkatan kualitas hidup, sedangkan yang
merendahkannya dianggap buruk. Tetapi, kualitas hidup ditentukan oleh kedudukan dalam
masyarakat, terutama oleh apakah kita termasuk kelas yang beruntung atau tidak.
3. Basis dan Bangunan Atas
Kerangka Klasik pengertian Marx tentang masyarakat yang merupakan inti
pandangan materialis sejarah. Kerangka itu dirumuskan oleh Marx dalam teks yang paling
termasyhur dari segala tulisannya, yang ditemukan dalam prakat bukunya Contribution to the
Critique of Political Economics dari tahun 1859. Marx Menulis:
"Dalam produksi sosial kehidupan mereka, manusia memasuki hubungan-hubungan
tertentu yang mutlak dan tidak tergantung pada kemauan mereka; hubungan-hubungan ini
sesuai dengan tingkat perkembangan tertentu tenaga-tenaga produktif materialnya. Jumlah
seluruh hubungan-hubungan produksi ini merupakan struktur ekonomis masyarakat, dasar
nyata dimana di atasnya timbul suatu bangunan atas yuridis dan politis dan dengannya
bentuk-bentuk kesadaran sosial tertentu bersesuain. Cara produksi kehidupan material
mengondisikan proses kehidupan sosial, politik, dan spritual pada umumnya. Bukan
kesadaran manusia yang menentukan keadaan mereka, tetapi, sebaliknya, keadaan sosial
merekalah yang menentukan kesadaran mereka".
Dalam teks di atas, Marx membagikan lingkup kehidupan manusia dua bagian besar,
yang satu adalah "dasar nyata" atay "basis" dan yang lain adalah "bangunan atas". Dasar atau
basis itu adalah bidang "produksi kehidupan material", sedangkan bangunan atas adalah
"proses kehidupan sosial, politik, dan spritual". Kehidupan bangunan atas ditentukan oleh
kehidupan dalam basis.
Basis ditentukan oleh dua faktor; tenaga-tenaga produktif dan hubungan-hubungan
produksi. Tenaga-tenaga produktif adalah kekuatan-kekuatan yang dipakai oleh masyarakat
untuk mengerjakan dan mengubah alam. Ada tiga unsur yang termasuk tenaga-tenaga
produktif: alat-alat kerja, manusia dengan kecakapan masing-masing, dan pengalaman-
pengalaman dalam produksi (teknologi). Bangunan Atas terdiri dari dua unsur: tatanan
institusional dan tatanan kesadaran kolektif atau, dalam bahasa Marxisme, "bangunan atas
ideologis". Tatanan institusional adalah segala macam lembaga yang mengatur kehidupan
bersama masyarakat di luar bidang produksi, yaitu organisasi sebuah pasar, dan termasuk
sistem hukum dan negara. Tatanan kesadaran kolektif memuat segala sistem kepercayaan,
norma-norma dan nilai yang memberikan kerangka pengertian, makna, dan orientasi spiritual
kepada usaha manusia.

3
4. Mekanisme Perubahan Masyarakat
Marx menjelaskan perubahan atau perkembangan masyarakat. Kata Marx: "Pada
tahap tertentu perkembangannya, tenaga-tenaga produksi material masyarakat menjadi
bertentangan dengan hubungan-hubungan produksi yang ada atau-itu hanya sebuah istilah
yuridis untuknya-dengan hubungan-hubungan hak milik di dalamnya mereka sampai saat itu
bergerak. Dari bentuk-bentuk pengembangan tenaga-tenaga produktif, hubungan-hubungan
ini sekarang berubah menjadi belenggu-belenggunya. Mulailah suatu tahap revolusi sosial.
Dengan perubahan dasar ekonomis, seluruh bangunan atas raksasa itu dijunkirbalikkan
dengan lebih lambat ataupun lebih cepat".
Gambaran penjungkibalikan yang hampir visual ini menjadikan jelas pokok teori
Marx: bahwa perubahan masyarakat akibat dinamika dalam basis dan bukan dalam bangunan
atas. Oleh sebab itu, negara jangan diharapkan menjadi agent of change. Negara hanyalah
pendukung kekuasaan para pemilik. Tidak mungkin negara mengadakan perubahan yang
sungguh-sungguh "menggigit". Tidak mungkin kelas-kelas atas memotong dahan dimana
mereka duduk. Begitu pula, adalah percuma mengharapkan perubahan masyarakat dari
perkembangan-perkembangan baru dalam filsafat atau teologi atau kesadaran politis.
Bangunan atas baru berubah apabila struktur hak milik berubah. Kemudian akan
terjadi dan sebuah revolusi memang politis. Namun, revolusi politis selalu berakar dalam
revolusi terhadap struktur hak milik ekonomis yang ada. Marx menekankan: "Melihat
revolusi-revolusi seperti itu selalu harus dibedakan antara revolusi material yang secara ilmu
alam dapat dipastikan dengan tepat dalam syarat-syarat produksi ekonomis dan bentuk-
bentuk hukum, politis, agama, seni atau falsafi, singkatnya, bentuk-bentuk ideologis dimana
orang menjadi sadar akan adanya konflik itu serta memperjuangkannya. Namun apabila
struktur kekuasaan ekonomi pernah dihancurkan, bentuk kenegaraan dan lama-kelamaan,
kepercayaan-kepercayaan serta sistem nilai masyarakat, mesti menjadi baru.
Marx berpendapat bahwa setiap perubahan sosial mesti bersifat revolusioner. Tidak
ada perubahan perlahan-lahan. Sejarah dimengerti sebagai pergantian terus-menerus antara
keadaan-keadaan yang stabil dan tidak berubah yang dapat berlansung lama dan keadaan-
keadaan kegoncangan dan revolusi yang berlansung dalam waktu singkat dan menghasilkan
struktur-struktur kekuasaan yang baru. Perubahan harus melalui revolusi karena kelas-kelas
atas, berdasarkan kepentingan untuk tetap mempertahankan posisi mereka, menentang setiap
perubahan. Jadi, perubahan baru dapat terjadi apabila kelas-kelas bawah sudah cukup kuat
untuk dapat memaksakannya ke kelas-kelas atas, dan itulah revolusi. Kekuatan untuk
mengjungkirbalikan sistem kekuasaan yang ada diperoleh kelas-kelas bawah melalui

4
perjuangan kelas yang membutuhkan jangka waktu panjang sampai mereka dapat
mematahkan kekuasaan kelas-kelas atas. Semula mereka tentu ditindas dan gagal. Tetapi
lama-kelamaan, daya juang kelas-kelas bawah semakin besar, sehingga akhirnya mereka
dapat mengalahkan kelas-kelas atas. Kemenangan itulah yang melahirkan struktur
masyarakat yang formasinya lebih tinggi. Marx berpendapat bahwa perjuangan kelas adalah
motor kemajuan sejarah.
5. Tanggapan
Pandangan materialis sejarah merupakan dasar klaim Karl Marx bahwa sosialismenya
adalah ilmiah. Namun, kerangka pengertian Marx, konsepsi basis dan bangunan atas tersebut,
sudah lama dipertanyakan keabsahannya.
Pertama, pendapat tradisional sebagaimana tercermin dalam buku-buku pelajaran
sejarah di sekolah biasanya memberikan kesan bahwa nasib bangsa-bangsa ditentukan oleh
keputusan-keputusan para penguasa. Kedua, Pembagian lingkup kehidupan ke dalam bidang
kesibukan lansung masing-masing orang (basis), susunan-susunan institusional (bangunan
atas politis) serta kepercayaan-kepercayaan dan nilai-nilai (bangunan atas ideologis) tampak
cukup masuk akal. Ketiga, dengan demikian, pembagian lingkup hidup manusia ke dalam
"basis" dan "bangunan atas" yang menjadi dasar seluruh teori sosial dan filsafat sejarah Marx
tidak dapat dipertahankan lagi. Keempat, anggapan Marx bahwa bidang politik tidak perlu
diberi banyak perhatian karena perkembangan-perkembangan yang menentukan terjadi dalam
bidang ekonomi sekarang tidak dapat dipertahankan lagi, bahkan oleh Marxis sekalipun.
Hampir di semua masyarakat, pusat politik memainkan peranan yang penting. Pada abad ke-
20 ini pun, peran negara modern amat kuat. Negara jelas merupakan pusat kekuatan yang
mandiri. Bukan negara dan pemerintah seakan-akan dapat bertindak lepas dari basis ekonomi,
tetapi tidak benar bahwa mereka ditentukan oleh bidang ekonomi.
Kelima, Marx juga tidak cukup menyadari peranan ideologi, kepercayaan, dan sistem
nilai. Bahwa di dalam sistem-sistem itu ada unsur-unsur ideologis, tidak perlu disangkal.
Tetapi, hakikatnya tidak mesti ideologis. Dalam sejarah, ide-ide memang tampak memainkan
peranan, terutama agama-agama. Keenam, kenyataannya bahwa perbaikan kedudukan kelas
buruh dalam negara-negara kapitalis Barat terjadi dengan cara reformasi, bukan revolusi.
Marx tidak memperhatikan bahwa kepentingan kelas-kelas untuk mempertahankan
kedudukan mereka juga dapat mendesak mereka untuk berkompromi dengan kelas-kelas
bawah. Justru dengan meningkatkan perasaan puas kelas-kelas pekerja, para pemilik dapat
mempertahankan kedudukan mereka.

Anda mungkin juga menyukai