Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Di era Globalisasi saat ini dimana perkembangan kehidupan manusia

selalu menekankan pada pola digital economy, artificial intelligience, big

data, robotic, dan lain sebagainya. Fenomena ini lebih dikenal dengan istilah

disruptive innovation. Menghadapi fenomena tersebut, dunia hukum juga

dituntut untuk melakukan perubahan-perubahan yang signifikan dalam

melakukan tindakan hukum.

Beracara di Pengadilan Negeri, sebelum seseorang atau kuasa

hukumnya mengajukan permohonan atau gugatan maka terlebih dahulu

melakukan registrasi atau pendaftaran perkara atau juga dikenal dengan

istilah penerimaan berkas-berkas. Penerimaan berkas-berkas tersebut

dilakukan dengan sistem meja yakni meja I sampai dengan meja III.

Dengan mengetahui tugas dari setiap meja, maka dalam mengajukan

perkara di pengadilan negeri dapat langsung menuju meja-meja yang telah

disediakan, sehingga tidak terkendala dalam pendaftaran perkara.

Berdasarkan ketentuan Pasal 2 Ayat 4 Undang-Undang Nomor 48 Tahun

2009 tentang kekuasaan kehakiman menyebutkan peradilan dilakukan dengan

sederhana, cepat, dan biaya ringan. Untuk mewujudkan hal tersebut perlu

dilakukan pembaruan guna mengatasi kendala dan hambatan dalam proses

penyelenggaraan peradilan yang dipadukan dengan Teknologi Informasi.

1
2

Munculnya pandemi Virus Corona (COVID-19) pada tahun 2019,

membawa perubahan pola kerja diseluruh entitas baik swasta maupun

pemerintahan, dimana interaksi dalam bekerja maupun bersosial ditekankan

agar meminimalisir adanya kontak fisik, sehingga salah satu alternatif yang

paling efektif yaitu berinteraksi secara online dengan memanfaatkan

kemajuan Teknologi Informasi (TI). Begitupun dalam proses penegakan

hukum khusunya dunia peradilan tidak luput dari dampak adanya pandemi

Virus Corona (COVID 19) tersebut, dimana proses penyelesaian perkara di

Pengadilan Negeri melibatkan berbagai pihak baik masyarakat umum,

kepolisian, kejaksaan maupun Advokat. Banyaknya stake holder yang terlibat

dalam penyelesaian perkara di Pengadilan membuat Instansi Peradilan

khususnya Pengadilan Tingkat Pertama rentan terhadap penyebaran Virus

Corona (COVID 19), sehingga perlu adanya upaya untuk meminimalisir

terjadinya kontak fisik dari para pihak yang berkepentingan tersebut dalam

proses penyelesaian perkara. Untuk menjawab permasalahan diatas, sistem

peradilan online merupakan alternatif yang paling efektif dan efisien dalam

proses penyelesaian perkara dimasa pandemi.

Kehadiran pandemi Virus Corona (COVID 19) membuat penggunaan

media elektronik dalam penyelesaian perkara secara e-court mulai

diperhatikan dan dirasa sangat urgent, sehingga memaksa dunia peradilan

khusunya peradilan tingkat pertama perlu menyesuaikan tentang bagaimana

proses maupun teknik beracara dengan menggunakan e-court.


3

Pengadilan secara elektronik merupakan bagian dari pengindahan asas

hukum sederhana, cepat, dan biaya ringan seperti yang tertulis pada pasal (2)

Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 Tentang Kekuasaan Kehakiman.

Sejak awal Tahun 2016 Mahkamah Agung telah berupaya mewujudkan

sistem administrasi peradilan secara elektronik dengan hadirnya Sistem

Informasi Penelusuran Perkara (SIPP). Sistem ini telah mengganti berbagai

sistem yang pernah ada pada 4 (empat) lembaga peradilan sehingga terwujud

kesatuan administrasi pada Mahkamah Agung RI.

Tidak berhenti disitu, Mahkamah Agung Republik Indonesia terus

berinovasi dengan memanfaatkan Teknologi Informasi yang ditandai dengan

diluncurkannya aplikasi e-court pada 29 Maret 2018. Pengeimplementasian

e-court merupakan bentuk tindak lanjut dari diterbitkannya Peraturan

Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2018 tentang

Administrasi Perkara di Pengadilan Secara Elektronik.

Setelah setahun berjalan, Mahkamah Agung Republik Indonesia

Peraturan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2019

tentang Administrasi Perkara dan Persidangan di Pengadilan secara

Elektronik, dimana PERMA ini memperluas ruang lingkup e-court dengan

menambahkan komponen persidangan secara elektronik (e-litigasi).

Layanan sistem e-court merupakan perangkat yang disediakan untuk

membantu masyarakat dalam rangka mempermudah proses pendaftaran

perkara di pengadilan, dimana masyarakat pencari keadilan tidak perlu

datang langsung ke Pengadilan Negeri untuk mendaftarkan perkara perdata.


4

Sistem e-court pada awalnya hanya mencakup pengguna pendaftar yaitu

Advokat atau penasihat hukum yang telah mendapatkan validasi dari

Mahkamah Agung Republik Indonesia namun dengan terbitnya Peraturan

Mahkamah Agung RI Nomor 1 Tahun 2019, pengguna e-court tidak hanya

bagi Advokat terdaftar tetapi terdapat pengguna lain yang terdiri dari

perseorangan, instansi, badan hukum dan kuasa insidentil.

Asas sederhana, cepat, dan biaya ringan mendasari pelaksanaan


perkara baik di tingkat pertama, peradilan tingkat banding, dan Mahkamah
Agung, dimana pelaksanaan dalam proses peradilan mulai dilaksanakan sejak
para pihak mendaftarkan perkaranya di pengadilan sampai dengan eksekusi
putusan.1
Lahirnya aplikasi e-court merupakan perwujudan dari implementasi

dari. Peraturan Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun 2019 sebagai bentuk

inovasi sekaligus komitmen Mahkamah Agung Republik Indonesia dalam

mewujudkan reformasi di dunia peradilan Indonesia (Justice reform) yang

mensinergikan peran Teknologi Informasi (TI) dengan hukum acara (IT for

Judiciary).

Peraturan Mahkamah Agung RI Nomor 1 Tahun 2019 tersebut sangat

relevan dengan kondisi geografis Indonesia sebagai negara maritim yang

memiliki issue utama dalam access to justice.. Secara substansial, peraturan

Mahkamah Agung tersebut tidak menghapus ataupun menganulir norma yang

berlaku, melainkan menambah ataupun menyempurnakannya. Selain

mengatur dalam beracara secara elektronik, eksistensi Peraturan Mahkamah

Agung Nomor 1 Tahun 2019 memberikan kewenangan kepada juru sita/juru

1
Ni Putu Riyani Kartika Sari, 2019, “Eksistensi e-court Untuk Mewujudkan Asas Sederhana,
Cepat, dan Biaya Ringan dalam Sistem Peradilan Perdata di Indonesia”, Yustitia, Volume 13, No
1, hal 1
5

sita pengganti melakukan relaas panggilan atau pemberitahuan secara online

(e-summon) maupun persidangan secara elektronik (e-litigasi).

Aplikasi e-court terdiri dari empat bagian yaitu e-filling, e-Payment,

e- Summon dan e-litigasi. Adapun bahwa perkara yang didaftarkan melalui

aplikasi e-court tidak semuanya proses persidangannya secara e-litigasi,

karena persidangan secara e-litigasi dapat dilakukan jika pihak Tergugat

bersedia melaksanakan persidangan secara Elektronik (e-litigasi) dengan

mengisi formulir persidangan secara e-litigasi yang dilakukan pada saat

persidangan pertama dilangsungkan.

Acara persidangan secara e-litigasi oleh para pihak dimulai dari acara

jawaban, replik, duplik, kesimpulan dan putusan. Untuk jadwal persidangan

sudah terintegrasi dengan tundaan sidang di Sistem Informasi Penelusuran

Perkara (SIPP). Dokumen dikirim setelah terdapat tundaan sidang dan ditutup

sesuai jadwal sidang. Sedangkan untuk mekanisme kontrol (menerima,

memeriksa, meneruskan) dari semua dokumen yang di upload para pihak

dilakukan oleh majelis hakim yang berarti ketika kedua belah pihak

mengirimkan dokumen dan selama belum diverifikasi oleh majelis hakim,

kedua belah pihak tidak dapat melihat atau mengunduh (download) dokumen

yang dikirim oleh pihak lawan.

Pendaftaran Perkara Online dalam aplikasi e-court di Pengadilan

Negeri hanya terbatas terhadap pendaftaran untuk perkara perdata biasa baik

Gugatan, Gugatan Sederhana, Bantahan maupun Permohonan, belum

mencakup untuk perkara Perdata Hubungan Industrial, yang dimana jika


6

dalam proses pendaftaran secara konvensional memerlukan waktu yang lebih

lama karena proses administrasi yang panjang dan melibatkan banyak pihak

sehingga rentan terhadap praktek percaloan maupun pungli.

Proses berperkara secara e-court di Pengadilan Negeri Mataram mulai

diterapkan sejak bulan juni tahun 2019 yaitu berdasarkan Keputusan Ketua

Pengadilan Negeri Mataram tanggal 12 Juni 2019 dimana setiap Advokat

yang mendaftarkan perkaranya wajib menggunakan e-court. Dari kurun

waktu tersebut sampai saat sekarang ini tentunya terdapat beberapa kendala

dalam penerapannya, namun karena terdapat beberapa batasan terutama siapa

saja yang bisa berperkara secara e-court sehingga disamping proses

penyelesaian perkara secara e-court juga masih dilakukan proses berperkara

secara konvensional, untuk itu akan sangat menarik untuk membandingkan

sejauh mana dampak dari implementasi e-court terhadap efisiensi proses

penyelesaian perkara perdata jika dibandingkan dengan berperkara secara

konvensional. Berdasarkan uraian diatas, peneliti merasa tertarik untuk

mengkaji lebih dalam tentang sejauh mana dampak implementasi e-court

terhadap efisiensi penyelesaian perkara perdata jika dibandingkan dengan

proses penyelesaian perkara secara konvensional khususnya dalam lingkup

Pengadilan Negeri Mataram. Untuk itu penulis mengangkat skripsi dengan

judul “EFISIENSI PENYELESAIAN PERKARA PERDATA DENGAN

IMPLEMENTASI E-COURT ( STUDI DI PENGADILAN NEGERI

MATARAM)”.
7

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas,

maka permasalahan dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimanakah implementasi e-court di Pengadilan Negeri Mataram dalam

penyelesaian perkara pedata dan kendala yang dihadapi ?

2. Bagaimana efisiensi implementasi e-court dalam penyelesaian perkara

perdata?

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui bagaimana implementasi e-court di Pengadilan

Negeri Mataram, dan apakah sudah mampu memenuhi asas asas berperkara

yang sederhana, cepat dan berbiaya ringan.

1.3.2. Tujuan Khusus.

Selain terdapat tujuan umum juga terdapat tujuan khusus dari

penelitian ini diantaranya :

1. Untuk mengetahui bagaimana implementasi e-court di Pengadilan

Negeri Mataram dalam penyelesaian perkara perdata dan kendala yang

dihadapi.

2. Untuk mengetahui bagaimana efisiensi e-court dalam penyelesaian

perkara perdata.
8

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis penelitian hukum ini bermanfaat bagi perkembangan

ilmu hukum khususnya Hukum Acara Perdata dalam kaitannya dengan

Lembaga Peradilan yaitu Mahkamah Agung Republik Indonesia dan

Lembaga Peradilan dibawahnya khususnya Peradilan Umum, serta

Pemerintah dalam mengambil kebijakan berupa program pemerintah yang

mampu menunjang pemenuhan infrastruktur penegakan hukum maupun

Dewan Perwakilan Rakyat dalam fungsi legislasi dan budgetingnya.

1.4.2. Manfaat Praktis

Secara praktis hasil penelitian hukum ini diharapkan dapat

memberikan informasi dan masukan bagi :

1. Pemerintah dan Dewan Perwakilan Rakyat selaku pemegang fungsi

Legislasi dan budgeting agar mengalokasikan anggaran yang

diperuntukkan untuk sarana dan prasarana penunjang e-court serta

menerbitkan Undang-Undang khusus Hukum Acara Perdata yang

mengakomodir tentang bagaimana berperkara secara elektronik, dalam

rangka proses berperkara di Pengadilan yang lebih efektif dan efisien

sehingga dapat dijadikan sebagai pedoman bagi Lembaga Peradilan

selaku pemegang Kekuasaan Kehakiman dalam menangani proses

berperkara secara e-court maupun bagi Advokat selaku praktisi hukum.

2. Mahkamah Agung RI dan Lembaga Peradilan dibawahnya, sehingga

hasil penelitian ini bisa dijadikan sebagai referensi dalam rangka untuk
9

mencari alternatif solusi terhadap kendala-kendala yang ditemukan

dalam pengimplementasian e-court.

3. Masyarakat pencari keadilan dalam rangka untuk memberikan

pengetahuan tentang bagaimana berperkara secara e-court serta

keuntungan-keuntungan yang diperoleh jika dibandingkan dengen

berperkara secara konvensional.

4. Bagi Fakultas Hukum Universitas Islam Al Azhar, agar hasil penelitian

ini dapat digunakan sebagai bahan referensi dan pembendaharaan

perpustakaan yang diharapkan berguna bagi mahasiswa/i dan mereka

yang ingin mengetahui dan meneliti lebih lanjut tentang bagaiman

berperkara secara e-court.

5. Bagi Peneliti, sebagai syarat memperoleh gelar kesarjanaan Strata 1

program studi ilmu hukum pada Fakultas Hukum Universitas Islam Al

Azhar.

Anda mungkin juga menyukai