Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

METODOLOGI KUANTITATIF

“Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel“

Dosen Pengampu:

Ajeng Intan Nur Rahmawati, S.Pd., M.Pd.

OLEH:

Kelompok 7

Adelia Oktaviani (210401010033)

Fatimah Azzahra (210401010047)

Cindy Ramadhani (210401010040)

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING


FAKULTAS PENDIDIKAN
UNIVERSITAS KANJURUHAN MALANG
2023

1
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan
rahmat dan karunia Nya yang telah memberikan kemudahan serta kelancaran kepada kami
untuk penyusunan makalah ini yang membahas tentang “Populasi dan teknik pengambilan
sampel”.

Terimakasih juga kami ucapkan kepada Ibu Ajeng Intan Nur Rahmawati, S.Pd.,
M.Pd.
selaku dosen pengampu mata kuliah Bimbingan Kelompok yang telah memberikan
kami arahan untuk pembuatan serta penyusunan makalah ini, kami ucapkan terimakasih juga
kepada teman-teman yang telah membantu penyusunan makalah ini hingga selesai.

Sebagai manusia biasa kami menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan


makalah ini masih jauh dari kata sempurna, karena keterbatasan kemampuan, pengalaman,
dan pengetahuan yang kami miliki. Karena itu kami mengharapkan segala bentuk saran dan
kritikan yang membangun untuk kami.

Malang, 27 Mei 2023

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................ 2

DAFTAR ISI ....................................................................................................................... 3

BAB I ....................................................................................................................................4

PENDAHULUAN ............................................................................................................... 4

1.1 Latar Belakang .............................................................................................................4

1.2 Rumusan Masalah .......................................................................................................5

1.3 Tujuan ..........................................................................................................................5

BAB II ...................................................................................................................................6

PEMBAHASAN ...................................................................................................................6

2.1 Definisi Populasi dan Sampel ....................................................................................6

2.2 Prinsip-prinsip Pengambilan Sampel ...........................................................................6

2.3 Tujuan Menyeleksi Sampel ..........................................................................................8

2.4 Teknik Dalam Pengambilan Sampel ............................................................................9

BAB III ..................................................................................................................................13

PENUTUP .............................................................................................................................13

3.1 Kesimpulan ..................................................................................................................13

DAFTAR ISI .........................................................................................................................14

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam menentukan teknik pengambilan sampel yang akan diterapkan dalam suatu penelitian,
seorang peneliti harus memperhatikan hubungan antara biaya, tenaga, dan waktu di satu
pihak, serta tingkat presisi di pihak lain. Jika jumlah biaya, tenaga, dan waktu sudah dibatasi
sejak semula, seorang peneliti harus berusaha mendapatkan teknik pengambilan sampel yang
menghasilkan presisi tertinggi. Perlu disadari bahwa tingkat presisi yang tinggi tidak
mungkin dapat dicapai dengan biaya, tenaga, dan waktu yang terbatas. Di samping itu, perlu
diperhatikan pula masalah “efisiensi” dalam memilih teknik pengambilan sampel. Menurut
Teken (1965: 39), metode A dikatakan lebih efisien daripada metode B, jika untuk sejumlah
biaya, tenaga, dan waktu yang sama, metode A dapat memberikan tingkat presisi yang lebih
tinggi; atau untuk tingkat presisi yang sama diperlukan biaya, tenaga, dan waktu yang lebih
rendah.

Mengenai ukuran sampel minimum yang harus diambil dari suatu populasi, berikut ini
diketengahkan beberapa sumber. Barbara dan Fidell (1983: 91) mengatakan jika rencana
analisis yang digunakan berupa teknik korelasi dan regresi ganda, ukuran sampel yang ideal
haruslah 20 kali banyaknya variabel bebas. Tetapi Comrey (1973: 76) menyatakan bahwa
untuk berbagai tujuan penelitian, jika subjeknya homogen dan banyaknya variabel yang
diteliti tidak banyak, ukuran sampel antara 100-200 sudah baik. Untuk menentukan ukuran
sampel yang dibutuhkan, maka digunakan rumus Cochran (Sugiyono,2017). Rumus Cochran
adalah dimana :

N= Jumlah sampel yang diperlukan

Z = Tingkat keyakinan yang dibutuhkan dalam sampel, yakni 95%

p= Peluang Benar 50%

q = Peluang Salah 50%

Moe : Margin of Error atau tingkat kesalahn maksimum yang dapat di tolerir.

Tingkat keyakinan yang digunakan adalah 95% diaman nilai Z sebesar 1,96 dan tingkak error
maksimum sebesar 10%.

Jumlah ukuran sampel dalam penelitian ini sebagai berikut :

4
Berdasarkan perhitungan tersebut, maka jumlah sampel minimal yang harus digunakan dalam
penelitian adalah 97 responden.

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Apa Definisi Populasi dan Sampel ?

1.2.2 Apa Prinsip-Prinsip Pengambilan Sampel ?

1.2.3 Apa Tujuan Menyeleksi Sampel ?

1.2.4 Apa Teknik Dalam Pengambilan Sampel ?

1.3 Tujuan

1.3.1 Mengetahui Definisi Populasi dan Sampel

1.3.2 Mengetahui Prinsip-Prinsip Pengambilan Sampel

1.3.3 Mengetahui Tujuan Menyeleksi Sampel

1.3.4 Mengetahui Teknik Dalam Pengambilan Sampel

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Populasi dan Sampel

1. Pengertian Populasi dan Sampel


Menurut Sugiyono 2010 populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri
dari objek atau subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu
yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulan. Populasi tidak hanya terdiri dari orang objek atau subjek yang
dipelajari tetapi dapat meliputi alam karakteristik atau sifat yang dimiliki
objek atau subjek tersebut.

Selain itu Sugiono 2010 juga menjelaskan sampel dalam sebuah penelitian
sampel merupakan sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut. Sehingga dapat disimpulkan bahwa sampel merupakan
bagian dari populasi yang akan dijadikan sasaran objek atau subjek dan hanya
memerlukan X prosentasi dalam mewakili suatu populasi.

Jadi Jika populasi besar dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang
ada dalam populasi sehingga peneliti dapat menggunakan sampel yang
diambil dari populasi itu. Dan harus betul-betul representative (mewakili).
Suatu sampel dikatakan representatif apabila ciri-ciri sampel berkaitan dengan
tujuan penelitian sama atau hampir sama dengan ciri-ciri populasinya.
Kerangka sampel merupakan daftar dari masing-masing sampel dalam sebuah
populasi sampel dapat berwujud jumlah penduduk jumlah bangunan dan lain
sebagainya. Sebuah kerangka sampel harus meliputi kriteria sebagai berikut :
a) Meliputi seluruh unsur sampel
b) Tidak ada unsur sampel yang dihitung dua kali
c) Harus up to date
d) Batas-batasnya harus jelas
e) Harus dapat dilacak di lapangan

2.2 Prinsip-Prinsip Pengambilan Sampel

Menentukan Ukuran Sampel Sebelum mengambil sampel, terlebih dahulu


harus ditentukan berapa ukuran sampel yang akan digunakan, yakni
banyaknya siswa, sekolah, dan lain-lain yang akan digunakan dalam suatu
studi. Terkait dengan hal ini, terdapat beberapa hal yang harus
dipertimbangkan dalam penentuan ukuran sampel, yaitu: a. Tingkat
keseragaman, semakin beragam data yang akan diambil sampelnya, maka
semakin banyak pula sampel yang harus diambil; b. Rencana analisis, semakin
detail rencana analisisnya maka semakin banyak pula sampel yang harus
diambil; c. Biaya, waktu, dan tenaga yang tersedia.

6
Menentukan Kriteria Sampel Suatu studi dengan menggunakan sampel yang
mewakili populasi (disebut representatif) akan memberikan hasil yang
mempunyai kemampuan untuk digeneralisasikan atau diberlakukan secara
umum kepada populasinya. Kriteria sampel yang representative bergantung
pada dua aspek yang saling berkaitan, yaitu akurasi dan ketelitian sampel.

Pengambilan sampel yang valid ditentukan dengan pertimbangan sebagai


berikut :
a) Akurasi
Dalam KBBI akurasi adalah kecermatan ketelitian dan ketepatan dapat
diartikan pula dengan keadaan benar semakin sedikit tingkat kesalahan
dalam sampel maka sampel semakin akurat sampel harus lengkap
mungkin sesuai dengan kriteria populasi.
b) Presisi
Presisi menunjukkan seberapa dekat perbedaan nilai saat melakukan
pengulangan saat pengukuran presisi diartikan sebagai kondisi keadaan
pasti seberapa dekat estimasi sampel dengan karakteristik populasi
semakin kecil perbedaan antara rata-rata populasi dengan rata-rata
sampel maka semakin tinggi.

Terdapat faktor yang harus diperhatikan dalam pemilihan sampling yaitu:


a. Waktu Sampling
Perbedaan waktu sampling bisa disebabkan karena faktor musim umur
pasang surut dan faktor lainnya.
b. Skala Wilayah Sampling
Skala sampling menjadi isu yang penting dalam bidang ekologi pada
bidang ini biasa dikategorikan mulai dari skala individu komunitas dan
ekosistem.
c. Ukuran sampel
Jumlah sampel yang dibutuhkan dalam suatu penelitian bergantung
pada teknis analisis yang akan digunakan, umpamanya menggunakan
tabulasi silang antara dua variable.untuk mengetahui dan memenuhi
keakuratan pengambilan sampel di sampig mengetahui teknik
pengambilan sampel yang sesuia dengan keadaan populasi, maka
disediakan sebuh tabel yang bisa digunakan sebagai acuan.
Cara lain yang banyak digunakan dalam memperkirakan jumlah
sampel adalah metode Harry King yang mendasarkan pada tingkat
kesalahan berkisar antara 5% - 15%, atau derajat kepercayaan antara
85% - 95%.
Terdapat salah satu metode yang digunakan untuk menentukan jumlah
sampel adalah menggunakan rumus slovin sebagai berikut:

7
.

Untuk menggunakan rumus ini, pertama ditentukan berapa batas


toleransi kesalahan. Batas toleransi kesalahan ini dinyatakan dengan
presentase. Semakin kecil toleransi, semakin akurat sampel
menggambarkan populasi. Misalnya, penelitian dengan batas kesalahan
5% berarti memiliki tingat akurasi 95%. Penelitian dengan batas 2%
memiliki tingkat akurasi 98%. Dengan jumlah populasi yang sama,
semakin kecil toleransi kesalahan, semakin besar jumah sampel yang
dibutuhkan

Contoh Soal:

Ada 1000 karyawan dan akan diadakan survey dengan mengambil


sampel. Batas toleransi kesalahan 5 %, berapa sampel yang bisa
diambil?

n= N/1+Ne2

= 1000/ 1+1000.0,052

= 285,71 > 286

Jadi jumlah karyawan yang bisa dijadikan sampel sebanyak 286 orang

2.3 Tujuan Menyeleksi Sampel

Menurut Creswell, untuk penelitian kuantitatif, pemilihan sampel secara “acak” yang
memberi kesempatan yang sama kepada sampel untuk terpilih merupakan prosedur
yang paling tepat dan memungkinkan kita untuk mengeneralisasi temuan-temuan
suatu penelitian ke seluruh populasi.
Teknik sampling yang memberikan kesempatan yang sama kepada subjek penelitian
untuk terpilih menjadi sampel disebut probability sampling. Corbetta (2003: 218)
menjelaskan, bahwa sebuah
teknik pengambilan sampel dinamakan probability sampling apabila memenuhi
kriteria:
1) semua unit yang dianalisis mempunyai kesempatan yang sama untuk terpilih dalam
seleksi;
2) semua unit yang akan diseleksi diketahui secara pasti;
3) semua proses seleksi menggunakan teknik acak (random).

Kemudian Creswell mengutarakan aspek-aspek penting yang diperhatikan dalam


penentuan populasi dan sampel penelitian :

8
1. Jelaskan dahulu populasi penelitian. Penjelasan ini berisi identifikasi objek yang
menjadi populasi penelitian beserta jumlah atau ukurannya.
2. Tentukan apakah desain pengambilan sampel untuk populasi tersebut merupakan
tahap tunggal atau banyak tahap (berkelompok).
3. Identifikasi teknik yang digunakan untuk menjadi sampel penelitian.
4. Bahas apakah populasi yang dipilih secara acak akan dibagi menjadi tingkatan-
tingkatan sehingga karakteristik-karakteristik tertentu terwakili dalam sampel dan
sampel mencerminkan karakteristik populasi yang sesungguhnya.
5. Identifikasi karakteristik-karakteristik yang dipakai dalam membagi populasi yang
dipilih secara acak menjadi tingkatan-tingkatan.

2.4 Teknik Dalam Pengambilan Sampel

Tujuan teknik pengambilan sampel adalah agar sampel bersifat respresentatif terhadap
populasi, agar sampling menjadi terstandar maka informasi yang ada pada sampel harus sama
dengan informasi yang terdapat pada populasi atau sampel harus menggambarkan
karakteristik populasi.

Teknik sampling secara umum dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok besar yaitu :

a. Pengambilan sampel Probability


Di mana pengambilan ini mensyaratkan konsep acak atau randomisasi dalam
penarikan sampel. Acak dapat diartikan bahwa setiap anggota populasi memiliki
peluang yang sama sehingga sampel tidak boleh dipilih (subjektif) tetapi harus terpilih
(objektif) sehingga semua anggota populasi memiliki peluang tidak nol untuk terpilih.

b. Pengambilan sampel Non-Probability


Setiap anggota populasi memiliki peluang 0 untuk terpilih akibatnya pengambilan
sampel didasari kriteria tertentu seperti judgement, status, kuantitas ataupun
berdasarkan prinsip sukarela.

1. Teknik Probability Sampling


Menurut Sofian Effendi (2012) Sampel propabilitas mengandung pengertian
bahwa setiap unsur dari populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk
dipilih sebagai sampel. Berdasarkan suatu sampel probabilitas, maka peneliti
dalam batas-batas tertentu dapat menarik kesimpulan yang berlaku bagi
seluruh populasi. Secara umum bagian dari probability sampling terbagi atas
enam kategori:
a) Sampel Acak Sederhana (Random Sampling).
Arikunto (2009) menjelaskan bahwa sampling acak (random
sampling), digunakan oleh peneliti apabila populasi dari mana sampel
diambil adalah populasi yang homogeny yang hanya mengandung satu
ciri. Random Sampling dapat dilakukan dengan beberapa cara:

9
1) Pengambilan dengan pengundian acak. Peneliti mengambil
sampel dengan melakukan lotre terhadap semua populasi;
2) Menggunakan Tabel Bilangan Acak. Dipilih dengan mengikuti
kolom yang sama, ke samping mengikuti baris, ke bawah
mengikuti kolom, atau cara apa saja yang dianggap mudah.
b) Sampel Acak Sistematis.
Pengambilan sampel sistematis ialah suatu metode pengambilan
sampel ketika hanya unsur pertama saja yang dipilih secara acak,
sedangkan unsur-unsur selanjutnya dipilih secara sistematis menurut
suatu pola tertentu. Dalam pengambilan sampel secara sistematis
dikenal dua istilah yaitu :
1) Interval pengambilan sampel (Sampling Interval) yaitu
perbandingan antara populasi dengan sampel yang diinginkan
2) Proporsi pengambilan sampel (Sampling Fraction/ Sampling
Ratio) yaitu perbandingan antara ukuran sampel dengan
populasi.
c) Pengambilan Sampel Acak Distratifikasi (Stratified Random
Sampling).
Sampling terstrata dipakai apabila populasinyaa bersifat heterogen.
Penetapan strata ditentukan berdasarkan karakteristik tertentu yang
telah diketahui. Untuk dapat menggambarkan secara tepat mengenai
sifat sifat populasi yang heterogen, maka populasi yang bersangkutan
harus dibagi-bagi dalam lapisan-lapisan (strata) yang seragam dan dari
setiap lapisan dapat diambil sampel secara acak.
d) Pengambilan Sampel Gugus Sederhana.
Dalam praktik kita sering dihadapkan dengan kenyataan ketika
kerangka sampel (sampling frame) yang digunakan untuk dasar
pemilihan sampel tidak ada atau tidak lengkap dan biaya untuk
membuat kerangka sampel tersebut terlalu tinggi. Untuk mengatasi hal
itu, maka unit-unit analisis dalam populasi digologkan ke dalam gugus-
gugus yang disebut kluster dan ini akan merupakan satuan-satuan
tempat pengambilan sampel. Jumlah gugus yang diambil sebagai
sampel haruus dipilih secara acak. Kemudian unsur-unsur penelitian
dalam gugus tersebut diteliti semua.
e) Pengambilan Sampel Gugus Bertahap.
Dalam praktik sering dijumpai populasi yang letaknya sangat tersebar
secara geografis sehingga sangat sulit untuk mendapatkan kerangka
sampel dari semua unsur yang terdapat dalam populasi tersebut. Untuk
mengatasi hal ini, maka unit-unit analisis dikeompokkan dalam gugus-
gugus yang merupakan satuansatuan tempat pengambilan sampel.
Pengambilan sampel dilakukan melalui tahap-tahap tertentu. Jadi satu
populasi dapat dibagi-bagi dalam gugus tingkat pertama, kemudian
gugus-gugus tingkat pertama ini dapat dibagi pula dalam gugus-gugus
tingkat kedua, dan seterusnya.
f) Pengambilan Sampel Wilayah

10
Cara lain dalam pengambilan sampel bagi populasi yang tidak dapat
dibuat kerangka sampelnya adalah dengan pengambilan sampel
wilayah (area sampling). Untuk ini, dibutuhkan peta atau potret udara
yang cukup jelas dan terinci dari wilayah yang akan diteliti. Seluruh
wilayah penelitian yang terdapat dalam peta atau potret udara dibagi
dalam segmen-segmen wilayah yang mengandung jumla unit
penelitian. Jika jumlah unit penelitian dalam setiap segmen wiilayah
tidak dapat diketahui atau diduga, maka boleh juga misalnya
menggunakan satuan-satuan blok perumahan, pertokoan, atau blok-
blok sensus. Batas dari masing masing blok, pertokoan ataupun
perumahan haruslah yang tegas dan jelas.

2. Teknik Non-Probability Sampling


Non-Probability Sampling ialah teknik sampling ialah teknik sampling yang
tidak memberikan kesempatan (peluang) pada setiap anggota populasi untuk
dijadikan anggota sampel. Cara pengambilan sampel non probabilitas antara
lain adalah sebagai berikut:
a) Sampel Bertujuan (Purposive Sampling).
Menurut Sofian Effendi & Tukiran (2009:172) purposive sampel
adalah metode pengambilan sampel dengan pertimbangan tertentu
yang dianggap relevan atau dapat mewakili obyek yang akan diteliti.
Purposive Sample juga dikenal sebagai sampling pertimbangan yang
berarti bahwa teknik sampling yang digunakan peneliti jika peneliti
mempunyai pertimbangan-pertimbangan tertentu dalam pengambilan
sampelnya atau penentuan sampel untuk tujuan tertentu.
b) Sampel Kuota (Quota Sampling).
Sofian Effendi & Tukiran (2009:172) menjelaskan bahwa peneliti bisa
menggunakan sampling kuota apabila jumlah populasi dapat diketahui
sebelumnya, misalnya penduduk yang bertempat tinggal di
banaran/pinggiran kali berjumlah sekitar sepertiganya dan sisanya
yang dua pertiga ada di dataran. Sampel untuk kedua daerah tersebut
dapat diambil secara purposive, sedangkan jumlah sampel diambil
secara proporsional.
c) Sampel Jenuh.
Sampel jenuh adalah metode pengambilan sampel bilamana semua
anggota populasi diambil sebagai anggota sampel (Sofian Effendi &
Tukiran, 2009: 172) Sampling jenuh dilakukan jika jumlah populasinya
kurang dari 30 orang. Contoh: akan diadakan penelitan di laboratorium
bahasa inggris UPI Bandung mengenai tingkat keterampilan
percakapan para pegawai yang akan dikirim ke Australia. Dalam hal
ini populasi yang akan diteliti kurang dari 30 orang, maka seluruh
populasi bisa dijadikan sampel.
d) Sampel Aksidental.

11
Sampel aksidental adalah metode penentuan sampel yang didasarkan
secara kebetulan, tanpa ada pertimbangan apapun. Yang dimaksud
dengan unsur kebetulan adalah siapa saja yang secara kebetulan
ditemui dengan pewawancara/peneliti. Aspek kebetulan di sini adalah
yang bersangkutan memnuhi persyaratan atau sesuai sebagai sumber
data yang diperlukan dalam penelitian.
e) Sampel Bola Salju (Snowball Sampling).
Sampel bola salju merupakan metode penentuan sampel yang pada
awalnya sangat kecil jumlahnya karena keterbatasan informasi. Seiring
berjalannya waktu seorang responden bisa diminta menyebutkan
rekan-rekannya sehingga responden terus bertambah. Begitu
seterusnya, ibaratnya bola salju yang menggelinding semakin lama
menggelinding semakin jauh jaraknya atau semakin besar jumlah
respondennya.

12
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Sampel merupakan bagian dari populasi yang akan dijadikan sasaran objek atau
subjek dan hanya memerlukan X prosentasi dalam mewakili suatu populasi. Populasi
merupakan wilayah generalisasi yang terdiri dari objek atau subjek yang mempunyai
kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan
kemudian ditarik kesimpulan.Tujuan teknik pengambilan sampel adalah agar sampel bersifat
respresentatif terhadap populasi, agar sampling menjadi terstandar maka informasi yang ada
pada sampel harus sama dengan informasi yang terdapat pada populasi.

13
Daftar Pustaka

Arikunto, Suharsimi. 2009. Manajemen Penelitian. Jakarta. Rineka Cipta.

Effendi, Sofian dan Tukiran. 2012. Metode Penelitian Survey. Jakarta.


LP3ES.

Sugiyono. 2010. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.


Teknik Pengambilan Sampel, Heri Retnawati FMIPA Pend. Matematika UNY

TEKNIK SAMPLING DALAM PENELITIAN , Triyono1

Metode penelitian sosial,Repository Univeristy of Riau

14

Anda mungkin juga menyukai