Mix Baru Kelompok 5
Mix Baru Kelompok 5
CIVIL ENGINEERING’17
MIX - 01
PENGUJIAN CAMPURAN ASPAL DENGAN ALAT MARSHALL
(SNI – 06 – 2489 – 1991)
1. Tujuan
a. Tujuan Praktikum
Agar mahasiswa dapat membuat dengan baik dan benar benda uji campuran
aspal.
Agar mahasiswa dapat memahami dengan baik dan benar prosedur
pelaksanaan pengujian campuran aspal dengan agregat.
Agar mahasiswa dapat menggunakan dengan baik dan benar alat penumbuk
(manual) campuran aspal dengan agregat.
Agar mahasiswa dapat mengerti dengan baik dan benar cara menggunakan alat
uji Marshall.
Agar mahasiswa dapat membuat dengan baik dan benar Design Mix Formula
(DMF).
b. Tujuan Mix Design
Mendapatkan Design Mix Formula (DMF) atau Rumus Campuran Desain
aspal dengan agregat yang meliputi:
Proporsi agregat dalam campuran yang memenuhi spesifikasi gradasi
campuran,
Kadar Aspal Optimum (KAO) dalam campuran,
Persentase aspal terhadap agregat dan persentase aspal terhadap campuran.
2. Terminologi
a. Stabilitas
Kemampuan suatu campuran aspal untuk menerima beban sampai terjadi
kelelehan plastis yang dinyatakan dalam kilogram atau pound.
b. Flow / Kelelehan
Perubahan bentuk plastis suatu campuran aspal yang terjadi akibat beban
sampai batas runtuh yang dinyatakan dalam mm atau 0,01”.
c. VIM (Voids in Mixture / Rongga didalam Campuran)
Volume rongga yang berisi udara di dalam campuran aspal setelah dipadatkan,
yang dinyatakan dalam % volume.
d. VMA (Voids in Mineral Aggregate / Rongga didalam Agregat)
Volume rongga yang terdapat diantara butir-butir agregat dari suatu campuran
aspal yang telah dipadatkan, termasuk didalamnya adalah rongga udara dan
rongga yang terisi aspal efektif, dinyatakan dalam % volume.
e. VFB (Voids Filled with Bitumen / Rongga terisi Aspal)
Bagian dari volume rongga didalam agregat (VMA) yang terisi aspal efektif,
dinyatakan dalam % VMA.
f. Kadar Aspal Efektif
Total kandungan aspal dari suatu campuran dikurangi bagian aspal yang hilang
karena penyerapan oleh agregat, dinyatakan dalam %.
3. Teori Dasar
3.1 Umum
Terdapat bermacam-macam tipe campuran aspal dan agregat, yang
paling umum adalah campuran Aspal Beton (Asphaltic Concrete/AC) yang
lebih dikenal dengan AC atau LASTON dan campuran Hot Rolled Asphalt
(HRA). Perbedaan mendasar dari kedua tipe campuran ini adalah pada gradasi
agregat pembentuknya. Campuran tipe AC menggunakan agregat bergradasi
menerus (continuous graded) sedangkan campuran tipe HRA menggunakan
agregat bergradasi senjang (gap graded).
Sifat-sifat penting yang harus dimiliki oleh suatu campuran aspal dan
agregat di antaranya:
a. Stabilitas
Campuran harus memiliki ketahanan terhadap deformasi permanen yang
disebabkan oleh beban lalu lintas. Stabilitas suatu campuran dapat
b. Fleksibilitas
Campuran harus dapat menahan defleksi dan momen tanpa timbul retak
pada campuran tersebut yang diakibatkan oleh perubahan jangka panjang
pada daya dukung tanah atau lapis pondasi, lendutan yang berulang
akibat beban lalu lintas, perubahan volume campuran akibat perubahan
suhu. Fleksibilitas suatu campuran dapat diperoleh dengan cara
meninggikan kadar aspal dalam campuran, menggunakan aspal
berpenetrasi tinggi, dan juga dengan menggunakan agregat bergradasi
terbuka (open graded).
c. Durabilitas
Durabilitas berkaitan dengan keawetan suatu campuran terhadap beban
lalu lintas dan pengaruh cuaca. Campuran harus tahan terhadap air dan
perubahan sifat aspal karena penguapan dan oksidasi. Durabilitas dapat
ditingkatkan dengan cara membuat campuran yang padat dan kedap air,
yang dapat diperoleh dari penggunaan agregat bergradasi rapat (dense
graded) dan kadar aspal yang tinggi.
d. Workabilitas
Workabilitas berarti kemudahan suatu campuran untuk dihamparkan dan
dipadatkan untuk mencapai tingkat kepadatan yang diinginkan. Hal ini
dapat tercapai jika viskositas campuran pada suhu pencampuran dan
pemadatan cukup rendah.
e. Ekonomis
Campuran harus direncanakan dengan menggunakan jenis dan kombinasi
material yang menghasilkan biaya termurah tetapi memenuhi persyaratan
stabilitas, flexibilitas, durabilitas dan workabilitas.
Perencanaan suatu campuran agregat dan aspal terutama ditujukan agar
campuran tersebut dapat memiliki sifat-sifat seperti yang tersebut diatas.
Tujuan akhir dari perencanaan tersebut adalah menentukan suatu kadar aspal
optimum yang akan memberikan keseimbangan dari semua sifat campuran
tersebut, karena tidak ada satu kadar aspal pun yang akan dapat
memaksimalkan semua sifat campuran.
Modul perencanaan campuran aspal dan agregat ini akan terkait dengan
modul perhitungan berat jenis dan penyerapan untuk agregat serta modul
perhitungan berat jenis aspal.
4. Prosedur Praktikum
Secara umum, prosedur perencanaan dan pengujian campuran aspal dan
agregat dengan menggunakan Metode Marshall dapat dilihat pada bagan alir berikut
ini.
Mulai
Pengambilan Material
Aspal Agregat
Tidak
Memenuhi
Spesifikasi
Ya
Spesifikasi Tidak
Gradasi
Ya
Penentuan KAO
Selesai
b. Mengeluarkan benda uji dari bak perendam atau dari oven dan
letakkan ke dalam segmen bawah kepala penekan dengan catatan
bahwa waktu yang diperlukan dari saat diangkatnya benda uji dari
bak perendaman atau oven sampai tercapainya beban maksimum
tidak boleh melebihi 30 detik.
c. Memasang segmen atas di atas benda uji dan letakkan
keseluruhannya dalam mesin penguji.
d. Memasang arloji pengukur pelelehan (flow) pada kedudukannya di
atas salah satu batang penuntun dan atur kedudukan jarum penunjuk
pada angka nol, sementara selubung tangkai arloji (sleeve) dipegang
teguh terhadap segmen atas kepala penekan.
e. Menaikkan kepala penekan beserta benda ujinya dinaikkan hingga
menyentuh alas cincin penguji, sebelum pembebanan diberikan.
f. Mengatur jarum arloji tekan pada kedudukan angka nol.
g. Memberikan pembebanan pada benda uji dengan kecepatan tetap
sekitar 50 mm per menit sampai pembebanan maksimum tercapai,
atau pembebanan menurun seperti yang ditunjukkan oleh jarum
arloji tekan dan catat pembebanan maksimum atau stabilitas
(stability) yang dicapai, koreksilah bebannya dengan menggunakan
faktor perkalian yang bersangkutan dari Tabel 4 bila benda uji
tebalnya kurang atau lebih besar dari 63,5 mm.
h. Mencatat nilai pelelehan (flow) yang ditunjukkan oleh jarum arloji
pengukur pelelehan pada saat pembebanan maksimum tercapai.
Gambar 7. Timbangan
Sumber: Dokumentasi Praktikum Jalan Raya Tahun 2019
1. Fraksi Agregat ¾
= 19,17 %
3. Pasir
4. Abu Batu
Tabel 8. Analisa Saringan untuk Abu Batu
Berat Kumulatif
Sieve No. Bukaan (mm) % Tertahan % Lolos
Tertahan (gr) Tertahan (gr)
3/4 " 19,10 0,00 0,00 0,00 100,00
1/2 " 12,70 0,00 0,00 0,00 100,00
3/8 " 9,520 0,00 0,00 0,00 100,00
No. 4 4,760 17,20 17,20 0,62 99,38
No. 8 2,380 589,80 607,00 21,71 78,29
No. 16 1,160 743,30 1350,30 48,30 51,70
No. 30 0,590 600,00 1950,30 69,76 30,24
No. 50 0,279 182,30 2132,60 76,28 23,72
No. 100 0,150 260,20 2392,80 85,59 14,41
No. 200 0,074 153,00 2545,80 91,06 8,94
PAN 250,00 2795,80 100,00 0,00
Gradasi Gabungan
Tabel 9. Gradasi Gabungan
Bukaan Agg. 3/4 Agg. 3/8 Agg. Halus Abu Batu Gradasi
Sieve No. Specifikasi
(mm) % lolos 14% % lolos 27% % lolos 9% % lolos 50% Gabungan
3/4 " 19,10 100,00 14,00 100,00 27,00 100,00 9,00 100,00 50,00 100,00 100,00
1/2 " 12,70 40,48 5,67 99,12 26,76 89,47 8,05 100,00 50,00 90,48 90-100
3/8 " 9,520 19,17 2,68 97,61 26,36 81,25 7,31 100,00 50,00 86,35 77-90
No. 4 4,760 3,22 0,45 40,67 10,98 67,94 6,11 99,38 49,69 67,24 53-69
No. 8 2,380 0,84 0,12 7,79 2,10 55,51 5,00 78,29 39,14 46,36 33-53
No. 16 1,160 0,67 0,09 6,19 1,67 40,42 3,64 51,70 25,85 31,25 21-40
No. 30 0,590 0,58 0,08 4,62 1,25 23,97 2,16 30,24 15,12 18,61 14-30
No. 50 0,279 0,56 0,08 4,16 1,12 12,80 1,15 23,72 11,86 14,21 9-22
No. 100 0,150 0,42 0,06 1,84 0,50 3,72 0,34 14,41 7,21 8,10 6-15
No. 200 0,074 0,26 0,04 0,22 0,06 1,22 0,11 8,94 4,47 4,68 4-9
PAN 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
= 41,68%
- Filler = Tertahan saringan No.200
= 4,68%
- Total = Course Aggregate + Fine aggregate + Filler
= 53,64% + 41,68% + 4,68%
= 100 %
5.2 Hasil Uji Volumetrik Campuran
Berat jenis aspal = 1,047
PKAO = 0,035CA+0,045FA+0,18FF+K
=0,035(53,64%)+0,045(41,68%)+0,18(4,68%)+0,5
= 5,095 % ≈ 5,0 %
Isi (f)
Sampel 5 f =d–e
= 1275,9 gr – 721,0 gr
= 81,92 %
= 1048,84 kg / 3,00 mm
= 349,61 kg/mm
Untuk nilai hasil uji volumetrik dan uji Marshall campuran lainnya pada berbagai
macam kadar aspal dapat dilihat pada Tabel 10.
Berdasarkan persamaan kurva di atas, dicari kadar aspal Minimum pada nilai
MQ minimum = 250 kg/mm
= 5,25 %
Berdasarkan persamaan kurva di atas, dicari kadar aspal Maximum pada nilai
MQ Minimum = 250 kg/mm
= 7,48 %
y = 0,4219x2 - 6,1966x + 26
5 = 0,4219x2 – 6,1966x + 26
0 = 0,4219x2 – 6,1966x + 21
= 5,3 %
Kelompok 5 gelombang i
Praktikumjalan
CIVIL ENGINEERING’17
Berdasarkan nilai Kadar Aspal Optimum yang telah ditentukan, maka dapat
ditentukan proporsi fraksi agregat terhadap campuran sebagai berikut :
- Proporsi aggregat dalam campuran = 100 % - KAO =100 % - 6,39 % = 93,61 %
- Proporsi fraksi agregat dalam campuran :
Agregat 3/4" = 14 % x 93,61 % = 13,11 %
Agregat 3/8" = 27 % x 93,61 % = 25,27 %
Pasir = 9 % x 93,61 % = 8,42 %
Abu batu = 50 % x 93,61 % = 46,80 %
Aspal = 6,39 % +
Total = 100 %
Kelompok 5 gelombang i
Praktikumjalan
CIVIL ENGINEERING’17
6. Diskusi
Pada kurva hubungan kadar aspal dengan Kepadatan campuran diketahui bahwa nilai
kepadatan meningkat seiring bertambahnya kadar aspal dari 5% sampai mencapai
kepadatan maksimum 2,32 gr/cm3 pada kadar aspal 6,11%, kemudian kepadatan akan
menurun kembali bila terus bertambah (>6,11%) sampai kadar aspal 7,5%
Pada kurva hubungan kadar aspal dengan VIM diketahui bahwa nilai VIM menurun
dengan bertambahnya kadar aspal mulai dari kadar aspal 5% sampai dengan 7,5%.
Pada kurva hubungan kadar aspal dengan VMA diketahui bahwa nilai VMA menurun
seiring bertambahnya kadar aspal mulai dari kadar aspal 5% sampai mencapai VMA
minimum 16,7 % pada kadar aspal 5,71%, kemudian VMA akan meningkat kembali
bila kadar aspal terus bertambah (>5,71%) sampai kadar aspal 7,5%
Pada kurva hubungan kadar aspal dengan VFB diketahui bahwa dimulai dari kadar
aspal 5% nilai VFB% akan terus meningkat seiring dengan bertambahnya kadar aspal
sampai dengan kadar aspal 7,5%.
Pada kurva hubungan kadar aspal dengan Stabilitas diketahui bahwa nilai stabilitas
meningkat seiring bertambahnya kadar aspal dari 5% sampai mencapai stabilitas
maksimum 1079,3 kg, pada kadar aspal 6,23%, kemudian stabilitas akan menurun
kembali bila kadar aspal terus bertambah (>6,23%) sampai kadar aspal 7,5%
Pada kurva hubungan kadar aspal dengan Flow diketahui bahwa nilai flow meningkat
seiring dengan bertambahnya kadar aspal mulai dari kadar aspal 5% sampai dengan
7,5%.
Pada kurva hubungan kadar aspal dengan MQ diketahui bahwa nilai MQ meningkat
seiring bertambahnya kadar aspal dari 5% sampai mencapai MQ maksimum 325,67
kg/mm pada kadar aspal 6,37%, kemudian MQ akan menurun kembali bila terus
bertambah (>6,37%) sampai kadar aspal 7,5%.
Bar Chart untuk penentuan kadar aspal optimum (KAO) campuran menunjukkan
bahwa kadar aspal yang memenuhi spesifikasi keseluruhan dimulai dari kadar aspal
5,3% hingga 7,48 %. Dengan mencari nilai rata-ratanya, diperoleh KAO 6,39 %.
Kelompok 5 gelombang i
Praktikumjalan
CIVIL ENGINEERING’17
Keterangan :
= VMA Optimum
KA(VMA) = 5,71%
= Batas Atas VMA
= Batas Bawah VMA
5,5% 5,9%
Dengan menggunakan rumus turunan dapat dicari nilai VMA optimum yaitu:
f(x) = 1,0487x2 – 11,967x + 50,843
f’(x) = 2,0974x – 11,967 = 0
2,0974x = 11,967
x = 11,967 / 2,0974
x = 5,71 %
ymin = 1,0487(5,71)2 – 11,967 (5,71) + 50,843= 16,70%
Batas Bawah KA terhadap kurva VMA = 5,71% - ( 5,71% x 0,03%) = 5,54% = 5,5%
Batas Atas KA terhadap kurva VMA = 5,71% + (5,71% x 0,03%) = 5,88% = 5,9%
Dari grafik hubungan antara VMA dan kadar aspal diatas, diperoleh nilai VMA
optimum pada kadar aspal 5,71%. Sedangkan hasil dari Bar Chart (Gambar 19) diperoleh
nilai menurut kurva VMA, rentang kadar aspal dimana campuran tidak basah dan kering
berada pada kadar aspal 5,5% - 5,9%. KAO campuran adalah sebesar 6,39% berada di
daerah basah sehingga campuran kadar aspal 6,39% akan cenderung basah.
Kelompok 5 gelombang i
Praktikumjalan
CIVIL ENGINEERING’17
8.2 Saran
Penggunaan nilai KAO sebesar 6,39% tidak disarankan karena akan membuat
campuran menjadi terlalu basah sehingga disarankan menggunakan nilai kadar aspal
sesuai kurva VMA yaitu 5,71%. dikarenakan apabila Campuran yang terlalu kering
akan membuat jalan mudah mengalami retak sedangkan campuran yang terlalu basah
akan membuat jalan mudah mengalami bleeding dan deformasi plastis.
Kelompok 5 gelombang i
Praktikumjalan
CIVIL ENGINEERING’17
Kelompok 5 gelombang i