Anda di halaman 1dari 40

Praktikumjalan

CIVIL ENGINEERING’17

MIX - 01
PENGUJIAN CAMPURAN ASPAL DENGAN ALAT MARSHALL
(SNI – 06 – 2489 – 1991)

1. Tujuan
a. Tujuan Praktikum
 Agar mahasiswa dapat membuat dengan baik dan benar benda uji campuran
aspal.
 Agar mahasiswa dapat memahami dengan baik dan benar prosedur
pelaksanaan pengujian campuran aspal dengan agregat.
 Agar mahasiswa dapat menggunakan dengan baik dan benar alat penumbuk
(manual) campuran aspal dengan agregat.
 Agar mahasiswa dapat mengerti dengan baik dan benar cara menggunakan alat
uji Marshall.
 Agar mahasiswa dapat membuat dengan baik dan benar Design Mix Formula
(DMF).
b. Tujuan Mix Design
 Mendapatkan Design Mix Formula (DMF) atau Rumus Campuran Desain
aspal dengan agregat yang meliputi:
 Proporsi agregat dalam campuran yang memenuhi spesifikasi gradasi
campuran,
 Kadar Aspal Optimum (KAO) dalam campuran,
 Persentase aspal terhadap agregat dan persentase aspal terhadap campuran.

2. Terminologi
a. Stabilitas
Kemampuan suatu campuran aspal untuk menerima beban sampai terjadi
kelelehan plastis yang dinyatakan dalam kilogram atau pound.
b. Flow / Kelelehan

Anugrah / f111 17 183


Praktikumjalan
CIVIL ENGINEERING’17

Perubahan bentuk plastis suatu campuran aspal yang terjadi akibat beban
sampai batas runtuh yang dinyatakan dalam mm atau 0,01”.
c. VIM (Voids in Mixture / Rongga didalam Campuran)
Volume rongga yang berisi udara di dalam campuran aspal setelah dipadatkan,
yang dinyatakan dalam % volume.
d. VMA (Voids in Mineral Aggregate / Rongga didalam Agregat)
Volume rongga yang terdapat diantara butir-butir agregat dari suatu campuran
aspal yang telah dipadatkan, termasuk didalamnya adalah rongga udara dan
rongga yang terisi aspal efektif, dinyatakan dalam % volume.
e. VFB (Voids Filled with Bitumen / Rongga terisi Aspal)
Bagian dari volume rongga didalam agregat (VMA) yang terisi aspal efektif,
dinyatakan dalam % VMA.
f. Kadar Aspal Efektif
Total kandungan aspal dari suatu campuran dikurangi bagian aspal yang hilang
karena penyerapan oleh agregat, dinyatakan dalam %.

3. Teori Dasar
3.1 Umum
Terdapat bermacam-macam tipe campuran aspal dan agregat, yang
paling umum adalah campuran Aspal Beton (Asphaltic Concrete/AC) yang
lebih dikenal dengan AC atau LASTON dan campuran Hot Rolled Asphalt
(HRA). Perbedaan mendasar dari kedua tipe campuran ini adalah pada gradasi
agregat pembentuknya. Campuran tipe AC menggunakan agregat bergradasi
menerus (continuous graded) sedangkan campuran tipe HRA menggunakan
agregat bergradasi senjang (gap graded).
Sifat-sifat penting yang harus dimiliki oleh suatu campuran aspal dan
agregat di antaranya:
a. Stabilitas
Campuran harus memiliki ketahanan terhadap deformasi permanen yang
disebabkan oleh beban lalu lintas. Stabilitas suatu campuran dapat

Anugrah / f111 17 183


Praktikumjalan
CIVIL ENGINEERING’17

diperoleh dari adanya sifat interlocking agregat dalam campuran ataupun


dengan menggunakan aspal berpenetrasi rendah.

b. Fleksibilitas
Campuran harus dapat menahan defleksi dan momen tanpa timbul retak
pada campuran tersebut yang diakibatkan oleh perubahan jangka panjang
pada daya dukung tanah atau lapis pondasi, lendutan yang berulang
akibat beban lalu lintas, perubahan volume campuran akibat perubahan
suhu. Fleksibilitas suatu campuran dapat diperoleh dengan cara
meninggikan kadar aspal dalam campuran, menggunakan aspal
berpenetrasi tinggi, dan juga dengan menggunakan agregat bergradasi
terbuka (open graded).
c. Durabilitas
Durabilitas berkaitan dengan keawetan suatu campuran terhadap beban
lalu lintas dan pengaruh cuaca. Campuran harus tahan terhadap air dan
perubahan sifat aspal karena penguapan dan oksidasi. Durabilitas dapat
ditingkatkan dengan cara membuat campuran yang padat dan kedap air,
yang dapat diperoleh dari penggunaan agregat bergradasi rapat (dense
graded) dan kadar aspal yang tinggi.
d. Workabilitas
Workabilitas berarti kemudahan suatu campuran untuk dihamparkan dan
dipadatkan untuk mencapai tingkat kepadatan yang diinginkan. Hal ini
dapat tercapai jika viskositas campuran pada suhu pencampuran dan
pemadatan cukup rendah.
e. Ekonomis
Campuran harus direncanakan dengan menggunakan jenis dan kombinasi
material yang menghasilkan biaya termurah tetapi memenuhi persyaratan
stabilitas, flexibilitas, durabilitas dan workabilitas.
Perencanaan suatu campuran agregat dan aspal terutama ditujukan agar
campuran tersebut dapat memiliki sifat-sifat seperti yang tersebut diatas.

Anugrah / f111 17 183


Praktikumjalan
CIVIL ENGINEERING’17

Tujuan akhir dari perencanaan tersebut adalah menentukan suatu kadar aspal
optimum yang akan memberikan keseimbangan dari semua sifat campuran
tersebut, karena tidak ada satu kadar aspal pun yang akan dapat
memaksimalkan semua sifat campuran.

Anugrah / f111 17 183


Praktikumjalan
CIVIL ENGINEERING’17

3.2 Perencanaan Campuran Aspal dan Agregat


Ada bermacam-macam metode perencanaan campuran, yang paling
dikenal adalah metode Marshall dan metode Hveem. Secara umum semua
metode itu terdiri dari proses-proses:
1) persiapan benda uji
2) pemadatan
3) perhitungan rongga dan tes stabilitas dan kadar rongga
4) analisis
Persiapan benda uji terdiri dari penyiapan agregat dan aspal serta
pembuatan benda uji sesuai spek yang direncanakan.
Pemadatan benda uji dilakukan untuk mensimulasikan kepadatan
campuran tersebut di lapangan setelah beban lalu lintas tertentu. Metode
pemadatan yang umum adalah:
a) Impact Compaction, yang digunakan pada metode Marshall
b) Kneading Compation, yang digunakan pada metode Hveem
c) Gyratory Compaction
Setelah pemadatan selesai, proses selanjutnya adalah pengujian berat
jenis benda uji untuk menghitung kandungan rongga didalam campuran dan
kemudian diikuti dengan pengujian stabilitas.
Jumlah benda uji yang harus dibuat untuk suatu kadar aspal tertentu
adalah tiga buah, agar hasil pengujian terjamin secara statistik. Umumnya
kadar aspal divariasikan dengan kenaikan 0,5% atau 1%. Banyaknya kadar
aspal yang divariasikan tergantung dari jenis campurannya, umumnya pada
setiap pengujian cukup dibuat lima kadar aspal.

Anugrah / f111 17 183


Praktikumjalan
CIVIL ENGINEERING’17

3.3 Teori Rongga


Jenis-jenis rongga di dalam suatu campuran aspal dan agregat dibedakan
menjadi VIM (rongga didalam campuran), VMA (rongga di dalam agregat),
dan VFA (rongga terisi aspal). Perbedaan dari ketiga jenis rongga tersebut
tampak pada Gambar 1.

Gambar 1. Representasi Volume dalam Campuran Padat


Keterangan:
Vma : Volume rongga di dalam agregat (VMA)
Vmb : Volume bulk dari campuran padat
Vmm : Volume campuran yang tidak berongga
Vfa : Volume rongga yang terisi aspal (VFB)
Va : Volume rongga di dalam campuran (VIM)
Vb : Volume aspal di dalam campuran
Vba : Volume aspal yang terserap ke dalam agregat
Vsb : Volume agregat (untuk menghitung berat jenis bulk)
Vse : Volume agregat (untuk menghitung berat jenis efektif)

Modul perencanaan campuran aspal dan agregat ini akan terkait dengan
modul perhitungan berat jenis dan penyerapan untuk agregat serta modul
perhitungan berat jenis aspal.

Anugrah / f111 17 183


Praktikumjalan
CIVIL ENGINEERING’17

4. Prosedur Praktikum
Secara umum, prosedur perencanaan dan pengujian campuran aspal dan
agregat dengan menggunakan Metode Marshall dapat dilihat pada bagan alir berikut
ini.

Mulai

Pengambilan Material

Aspal Agregat

Pemerikasaan material Spesifikasi


Aspal dan Agregat

Tidak
Memenuhi
Spesifikasi

Ya

Desain Gradasi Campuran


Beraspal

Spesifikasi Tidak

Gradasi

Ya

Anugrah / f111 17 183


Praktikumjalan
CIVIL ENGINEERING’17

Gambar 2. Bagan Alir Perencanaan dan Pengujian Campuran

Penentuan Perkiraan Kadar Aspal


Optimum (PKAO)

Pembuatan Benda Uji (PKAO)

Uji Marshall & Volmetrik Campuran


Kondisi PKAO

Penentuan KAO

Pembuatan Benda Uji Kondisi KAO

Pengujian Marshall & Volmetrik Pengujian Marshall Sisa Benda Uji


Benda Uji Kondisi KAO Kondisi KAO

Design Mix Formula / Rumus


Campuran Kerja

Selesai

Anugrah / f111 17 183


Praktikumjalan
CIVIL ENGINEERING’17

Gambar 3. Bagan Alir Perencanaan dan Pengujian Campuran (Lanjutan)

Prosedur perencanaan yang diterangkan disini adalah perencanaan campuran


dengan menggunakan Uji Marshall. Proses perencanaan dimulai dengan memilih
spesifikasi (spek) campuran tertentu. Dari spek ini akan diperoleh keterangan
mengenai komposisi campuran, yaitu gradasi agregat yang harus digunakan serta
jenis aspal yang boleh digunakan.
Proses selanjutnya adalah pembuatan benda uji campuran yang diikuti oleh
pemadatan. Disarankan paling sedikit dibuat 5 variasi kadar aspal, dan untuk setiap
kadar aspal tersebut dibuat 3 benda uji. Pemadatan benda uji, dalam hal ini
menggunakan Metode Marshall, dinyatakan dalam jumlah tumbukan yang
dikenakanpada benda uji tersebut. Jumlah tumbukan ini didasarkan pada jenis lalu
lintas rencana (dapat dilihat pada Kriteria Perencanaan).
Sebelum melakukan uji Marshall terlebih dahulu dilakukan pengujian berat isi
dan berat jenis untuk dapat menghitung kandungan rongga di dalam campuran.
Setelah semua perhitungan selesai dilakukan, dapat ditentukan kadar aspal optimum
berdasarkan kriteria perencanaan yang diambil.
4.1 Peralatan
Peralatan yang digunakan terdiri dari:
1. Tiga buah cetakan benda uji dari logam yang berdiameter 10,16 cm dan
tinggi 7,62 cm, lengkap dengan pelat alas dan leher sambung.
2. Mesin penumbuk manual atau otomatis lengkap dengan:
a. Penumbuk yang mempunyai permukaan tumbuk rata yang berbentuk
silinder, dengan berat 4,536 kg dan tinggi jatuh bebas 45,7 cm.
b. Landasan pemadat terdiri dari balok kayu (jati atau yang sejenis)
berukuran 20,32  20,32  45,72 cm dilapisi dengan pelat baja
berukuran 30,48  30,48  2,54 cm dan dijangkarkan pada lantai
beton di keempat bagian sudutnya.
c. Pemegang cetakan benda uji

Anugrah / f111 17 183


Praktikumjalan
CIVIL ENGINEERING’17

3. Alat pengeluar benda uji.


Untuk mengeluarkan benda uji yang sudah dipadatkan dari dalam
cetakan benda uji dipakai sebuah alat ekstruder yang berdiameter 10 cm.

4. Alat Marshall lengkap dengan:


a. Kepala penekan (breaking head) berbentuk lengkung.
b. Cincin penguji (proving ring) kapasitas 2500 kg dan atau 5000 kg,
dilengkapi arloji (dial) tekan dengan ketelitian 0,0025 mm.
c. Arloji pengukur pelelehan (flow) dengan ketelitian 0,25 mm beserta
perlengkapannya
5. Oven, yang dilengkapi dengan pengatur suhu yang mampu memanasi
sampai 200oC ( 3oC).
6. Bak perendam (water bath) dilengkapi dengan pengatur suhu 20 – 60o C
(1oC).
7. Timbangan yang dilengkapi dengan penggantung benda uji berkapasitas 2
kg dengan ketelitian 0,1 gram dan timbangan berkapasitas 5 kg dengan
ketelitian 1 gram.
8. Pengukur suhu dari logam (metal thermometer) berkapasitas 250oC dan
100oC dengan ketelitian 1% dari kapasitas.
9. Perlengkapan lain:
a. Panci-panci untuk memanaskan agregat, aspal dan campuran aspal.
b. Sendok pengaduk dan spatula.
c. Kompor dan pemanas (hot plate).
d. Sarung tangan dari asbes, sarung tangan dari karet dan pelindung
pernapasan atau masker.
e. Kantong plastik kapasitas 2 kg
f. Kompor gas elpiji atau minyak tanah
4.2 Pembuatan Benda Uji
1. Mengeringkan agregat pada suhu 105 - 110oC minimum selama 4 jam,
dikeluarkan dari alat pengering (oven) dan tunggu sampai beratnya tetap.

Anugrah / f111 17 183


Praktikumjalan
CIVIL ENGINEERING’17

2. Memisah-misahkan agregat ke dalam fraksi-fraksi yang dikehendaki


(sesuai spek) dengan cara penyaringan.
3. Memanaskan aspal sampai mencapai tingkat kekentalan (viskositas) yang
disyaratkan baik untuk pekerjaan pencampuran maupun pemadatan seperti
Tabel 1. Suhu pencampuran dan pemadatan tersebut dapat dilihat pada
Gambar 4.
TABEL 1. TINGKAT VISKOSITAS ASPAL UNTUK ASPAL PADAT DAN ASPAL CAIR
Pencampuran Pemadatan
Alat Aspal Aspal Aspal Aspal
Satuan Satuan
Padat Cair Padat Cair
Kinematik
170 ± 20 170 ± 20 C.ST 280 ± 30 280 ± 30 C.ST
Viscometer
Saybolt
Furol 85 ± 10 85 ± 10 DEF.S.F 140 ± 15 140 ± 15 DEF.S.F
Viscometer
Sumber : SNI 06-2489-1991

4.3 Proses Pencampuran


a. Menyiapkan bahan untuk setiap benda uji yang diperlukan yaitu agregat
sebanyak  1200 gram sehingga menghasilkan tinggi benda uji kira-kira
63,5 mm  1,27 mm. Pencampuran agregat agar sesuai dengan gradasi
yang diinginkan dilakukan dengan cara mengambil nilai tengah dari
batas spek. Untuk memperoleh berat agregat yang diperlukan dari
masing-masing fraksi untuk membuat satu benda uji adalah dengan
mengalikan nilai tengah tersebut terhadap total berat agregat.
b. Memanaskan panci pencampur beserta agregat kira-kira 28oC di atas
suhu pencampuran untuk aspal padat, bila menggunakan aspal cair
pemanasan sampai 14oC di atas suhu pencampuran.
c. Menuangkan aspal yang sudah mencapai tingkat kekentalan seperti
Tabel 1 di atas sebanyak yang dibutuhkan ke dalam agregat yang sudah
dipanaskan tersebut, kemudian aduklah dengan cepat sampai agregat
terselimuti aspal secara merata

Anugrah / f111 17 183


Praktikumjalan
CIVIL ENGINEERING’17

Gambar 4. Grafik untuk Penentuan Suhu Pemadatan dan Suhu Pencampuran


4.4 Proses Pemadatan
a. Membersihkan perlengkapan cetakan benda uji serta bagian muka
penumbuk dengan seksama dan panaskan sampai suhu antara 93,3 - 148,9
o
C.
b. Meletakkan cetakan di atas landasan pemadat dan tahan dengan pemegang
cetakan.
c. Meletakkan selembar kertas saring atau kertas penghisap yang sudah
digunting menurut ukuran cetakan ke dalam dasar cetakan.
d. Memasukkan seluruh campuran ke dalam cetakan dan tusuk-tusuk
campuran keras-keras dengan spatula yang dipanaskan sebanyak 15 kali
keliling pinggirannya dan 10 kali di bagian tengahnya.
e. Melakukan pemadatan dengan alat penumbuk sebanyak:
- 75 kali tumbukan untuk lalu lintas berat
- 50 kali tumbukan untuk lalu lintas sedang
- 35 kali tumbukan untuk lalu lintas ringan

Anugrah / f111 17 183


Praktikumjalan
CIVIL ENGINEERING’17

dengan tinggi jatuh 457,2 mm. Selama pemadatan harus diperhatikan


agar kedudukan sumbu palu pemadat selalu tegak lurus pada alas
cetakan.
f. Melepaskan pelat alas berikut leher sambung dari cetakan benda uji,
kemudian cetakan yang berisi benda uji dibalikkan dan pasang kembali
pelat alas berikut leher sambung pada cetakan yang dibalikkan tadi.
g. Menumbuk dengan jumlah tumbukan yang sama sesuai butir 4.4.e
terhadap permukaan benda uji yang sudah dibalikkan ini.
h. Melepaskan keping alas dan pasanglah alat pengeluar benda uji pada
permukaan ujung ini.
i. Mengeluarkan dengan hati-hati dan letakkan benda uji di atas permukaan
yang rata dan biarkan selama kira-kira 24 jam pada suhu ruang.
j. Mendinginkan dengan kipas angin meja bila diperlukan pendinginan yang
lebih cepat.
4.5 Prosedur Pengujian
4.5.1 Pengujian Berat Jenis Campuran (ASTM D 2726-73)
a. Menimbang benda uji kering sehingga didapat berat benda uji
kering.
b. Merendam benda uji di dalam bak perendam pada 25 oC selama 3
sampai 5 menit dan timbang di dalam air, akan didapat berat benda
uji di dalam air.
c. Mengeringkan permukaan benda uji dengan lap kering kemudian
ditimbang, akan didapat berat kering permukaan jenuh (ssd).
d. Mencatat hasil pengujian pada formulir yang telah disediakan dan
hitung berat jenis campuran sesuai dengan rumus yang disediakan.

4.5.2 Pengujian Campuran Aspal MetodeMarshall (SNI 06-2489)


a. Merendam benda uji dalam bak perendam selama 30-40 menit
dengan suhu tetap 60oC (1oC) untuk benda uji yang menggunakan
aspal padat, untuk benda uji yang menggunakan aspal cair masukkan
benda uji ke dalam oven selama minimum 2 jam dengan suhu tetap
250 C ( 10C).

Anugrah / f111 17 183


Praktikumjalan
CIVIL ENGINEERING’17

b. Mengeluarkan benda uji dari bak perendam atau dari oven dan
letakkan ke dalam segmen bawah kepala penekan dengan catatan
bahwa waktu yang diperlukan dari saat diangkatnya benda uji dari
bak perendaman atau oven sampai tercapainya beban maksimum
tidak boleh melebihi 30 detik.
c. Memasang segmen atas di atas benda uji dan letakkan
keseluruhannya dalam mesin penguji.
d. Memasang arloji pengukur pelelehan (flow) pada kedudukannya di
atas salah satu batang penuntun dan atur kedudukan jarum penunjuk
pada angka nol, sementara selubung tangkai arloji (sleeve) dipegang
teguh terhadap segmen atas kepala penekan.
e. Menaikkan kepala penekan beserta benda ujinya dinaikkan hingga
menyentuh alas cincin penguji, sebelum pembebanan diberikan.
f. Mengatur jarum arloji tekan pada kedudukan angka nol.
g. Memberikan pembebanan pada benda uji dengan kecepatan tetap
sekitar 50 mm per menit sampai pembebanan maksimum tercapai,
atau pembebanan menurun seperti yang ditunjukkan oleh jarum
arloji tekan dan catat pembebanan maksimum atau stabilitas
(stability) yang dicapai, koreksilah bebannya dengan menggunakan
faktor perkalian yang bersangkutan dari Tabel 4 bila benda uji
tebalnya kurang atau lebih besar dari 63,5 mm.
h. Mencatat nilai pelelehan (flow) yang ditunjukkan oleh jarum arloji
pengukur pelelehan pada saat pembebanan maksimum tercapai.

Anugrah / f111 17 183


Praktikumjalan
CIVIL ENGINEERING’17

Gambar 5. Alat Uji Marshall


Sumber: Dokumentasi Praktikum Jalan Raya Tahun 2019

Gambar 6. Alat Penumbuk (Manual)


Sumber: Dokumentasi Praktikum Jalan Raya Tahun 2019

Gambar 7. Timbangan
Sumber: Dokumentasi Praktikum Jalan Raya Tahun 2019

Anugrah / f111 17 183


Praktikumjalan
CIVIL ENGINEERING’17

Gambar 8. Bak Perendam


Sumber: Dokumentasi Praktikum Jalan Raya Tahun 2019

Gambar 9. Cetakan dan Hot Plate


Sumber: Dokumentasi Praktikum Jalan Raya Tahun 2019

Anugrah / f111 17 183


Praktikumjalan
CIVIL ENGINEERING’17

Gambar 10. Cawan dan Kompor


Sumber: Dokumentasi Praktikum Jalan Raya Tahun 2019

Anugrah / f111 17 183


Praktikumjalan
CIVIL ENGINEERING’17

Tabel 2. Ketentuan Sifat-Sifat Campuran Laston (AC)


Laston
Sifat-Sifat Campuran
Lapis Aus Lapis Antara Pondasi
Jumlah tumbukan per bidang   75 112
Rasio partikel lolos ayakan 0,075 Min. 1,0
mm dengan kadar aspal efektif Maks. 1,4
Rongga dalam campuran (VIM) Min. 3,0
(%) Maks. 5,0
Rongga dalam agregat (VMA) (%) Min. 15 14 13
Rongga terisi aspal (VFB) (%) Min. 65 65 65
Stabilitas Marshall (kg) Min. 800 1800
Min. 2 3
Pelelehan (flow) (mm)
Maks. 4 6
Marshall Quotient (MQ) (kg/mm) Min. 250 300
Stabilitas Marshall Sisa (%)
setelah perendaman selama 24 Min. 90
jam, 60oC
Rongga dalam campuran (VIM)
(%) pada kepadatan membal Min. 2
(refusal)
Sumber: Spesifikasi Umum Bina Marga 2010 (Revisi 3)
Tabel 3. Ketentuan Viskositas & Temperatur Aspal untuk Pencampuran &
Pemadatan
Viskositas Perkiraan Temperatur

No. Prosedur Pelaksanaan Aspal Aspal (°C)


(PAS) Tipe I Tipe IIB
1 Pencampuran Benda Uji Marshall 0,2 155 ± 1 165 ± 1
2 Pemadatan benda Uji Marshall 0,4 145 ± 1 155 ± 1
Pencampuran, rentang Temperaturan
3 0,2 – 0,5 145 - 155 155 - 165
Sasaran
Menuangkan Campuran Aspal dari alat
4 ± 0,5 135 - 150 145 - 160
Pencampuran ke dalam Truk
5 Pemasokan Ke Alat Penghampar 0,5 – 1,0 130 - 150 140 - 160
6 Pemadata Awal (Roda Baja) 1 - 20 125 – 145 135 - 155

Anugrah / f111 17 183


Praktikumjalan
CIVIL ENGINEERING’17

7 Pemadatan Antara (Roda karet) 2 - 20 100 - 125 110 - 135


8 Pemadatan Akhir ( Roda Baja) >20 >95 >105
Sumber: Spesifikasi Umum Bina Marga 2010 (Revisi 3)

Tabel 4. Faktor Koreksi Stabilitas


Volume Tinggi Volume Tinggi
Faktor Faktor
Benda Uji, Benda Uji, Benda Uji, Benda Uji,
Koreksi Koreksi
cm3 mm cm3 mm
200 - 213 25,4 5,56 421 - 431 52,4 1,39
214 - 225 27,0 5,00 432 - 443 54,0 1,32
226 - 237 28,6 4,55 444 - 456 55,6 1,25
238 - 250 30,2 4,17 457 - 470 57,2 1,19
251 - 264 31,8 3,85 471 - 482 58,7 1,14
265 - 276 33,3 3,57 483 - 495 60,3 1,09
277 - 289 34,9 3,33 496 - 508 61,9 1,04
290 - 301 36,5 3,03 509 - 522 63,5 1,00
302 - 316 38,1 2,78 523 - 535 65,1 0,96
317 - 328 39,7 2,50 536 - 546 66,7 0,93
329 - 340 41,3 2,27 547 - 559 68,3 0,89
341 - 353 42,9 2,08 560 - 573 69,8 0,86
354 - 367 44,4 1,92 574 - 585 71,4 0,83
368 - 379 46,0 1,79 586 - 598 73,0 0,81
380 - 392 47,6 1,67 599 - 610 74,6 0,78
393 - 405 49,2 1,56 611 - 625 76,2 0,76
406 - 420 50,8 1,47

Anugrah / f111 17 183


Praktikumjalan
CIVIL ENGINEERING’17

5. Hasil Perhitungan dan Pelaporan


5.1 Rancangan Gradasi Campuran yang dihasilkan
 Analisa Saringan

1. Fraksi Agregat ¾

Tabel 5. Analisa Saringan untuk Agregat ¾


Berat Kumulatif
Sieve No. Bukaan (mm) % Tertahan % Lolos
Tertahan (gr) Tertahan (gr)
3/4 " 19,10 0,00 0,00 0,00 100,00
1/2 " 12,70 2182,50 2182,50 59,52 40,48
3/8 " 9,520 781,70 2964,20 80,83 19,17
No. 4 4,760 585,00 3549,20 96,78 3,22
No. 8 2,380 87,20 3636,40 99,16 0,84
No. 16 1,160 6,10 3642,50 99,33 0,67
No. 30 0,590 3,30 3645,80 99,42 0,58
No. 50 0,279 0,90 3646,70 99,44 0,56
No. 100 0,150 5,00 3651,70 99,58 0,42
No. 200 0,074 5,80 3657,50 99,74 0,26
PAN 9,60 3667,10 100,00 0,00

Contoh Perhitungan untuk saringan no.3/8 :

 Pada saringan No. 3/8” Berat tertahan = 781,70 gr


 Kumulatif Tertahan
= berat tertahan + kumulatif tertahan sebelumnya
= 781,70 gr + 2182,50 gr
= 2964,20 gr
 % Tertahan
= Komulatif tertahan / Berat agregat × 100%
= 2964,20 gr / 3667,10 gr × 100%
= 80,83 %
 % Lolos
= 100 % - % Tertahan
= 100 % - 80,83 %

Anugrah / f111 17 183


Praktikumjalan
CIVIL ENGINEERING’17

= 19,17 %

2. Fraksi Agregat 3/8”

Tabel 6. Analisa Saringan untuk Agregat 3/8”


Berat Kumulatif
Sieve No. Bukaan (mm) % Tertahan % Lolos
Tertahan (gr) Tertahan (gr)
3/4 " 19,10 0,00 0,00 0,00 100,00
1/2 " 12,70 30,80 30,80 0,88 99,12
3/8 " 9,520 52,60 83,40 2,39 97,61
No. 4 4,760 1990,10 2073,50 59,33 40,67
No. 8 2,380 1149,50 3223,00 92,21 7,79
No. 16 1,160 55,80 3278,80 93,81 6,19
No. 30 0,590 54,80 3333,60 95,38 4,62
No. 50 0,279 16,00 3349,60 95,84 4,16
No. 100 0,150 81,20 3430,80 98,16 1,84
No. 200 0,074 56,60 3487,40 99,78 0,22
PAN 7,70 3495,10 100,00 0,00

Contoh Perhitungan untuk saringan no. 4 :

 Pada saringan No. 4 Berat tertahan = 1990,10 gr


 Kumulatif Tertahan
= berat tertahan + kumulatif tertahan sebelumnya
= 1990,10 gr + 83,40 gr
= 2073,50 gr
 % Tertahan
= Komulatif tertahan / Berat agregat × 100%
= 2073,50 gr / 3495,10 gr × 100%
= 59,33 %
 % Lolos
= 100 % - % Tertahan
= 100 % - 59,33 %
= 40,67 %

Anugrah / f111 17 183


Praktikumjalan
CIVIL ENGINEERING’17

3. Pasir

Tabel 7. Analisa Saringan untuk Pasir


Berat Kumulatif
Sieve No. Bukaan (mm) % Tertahan % Lolos
Tertahan (gr) Tertahan (gr)
3/4 " 19,10 0,00 0,00 0,00 100,00
1/2 " 12,70 205,80 205,80 10,53 89,47
3/8 " 9,520 160,70 366,50 18,75 81,25
No. 4 4,760 260,20 626,70 32,06 67,94
No. 8 2,380 243,00 869,70 44,49 55,51
No. 16 1,160 295,00 1164,70 59,58 40,42
No. 30 0,590 321,70 1486,40 76,03 23,97
No. 50 0,279 218,40 1704,80 87,20 12,80
No. 100 0,150 177,40 1882,20 96,28 3,72
No. 200 0,074 48,90 1931,10 98,78 1,22
PAN 23,90 1955,00 100,00 0,00

Contoh Perhitungan untuk saringan no. 8 :

 Pada saringan No. 8, Berat tertahan = 243,00 gr


 Kumulatif Tertahan
= berat tertahan + kumulatif tertahan sebelumnya
= 243,00 gr + 626,70 gr
= 869,70 gr
 % Tertahan
= Komulatif tertahan / Berat agregat × 100%
= 869,70 gr / 1955,00 gr × 100%
= 44,49 %
 % Lolos
= 100 % - % Tertahan
= 100 % - 44,49 %
= 55,51 %

Anugrah / f111 17 183


Praktikumjalan
CIVIL ENGINEERING’17

4. Abu Batu
Tabel 8. Analisa Saringan untuk Abu Batu
Berat Kumulatif
Sieve No. Bukaan (mm) % Tertahan % Lolos
Tertahan (gr) Tertahan (gr)
3/4 " 19,10 0,00 0,00 0,00 100,00
1/2 " 12,70 0,00 0,00 0,00 100,00
3/8 " 9,520 0,00 0,00 0,00 100,00
No. 4 4,760 17,20 17,20 0,62 99,38
No. 8 2,380 589,80 607,00 21,71 78,29
No. 16 1,160 743,30 1350,30 48,30 51,70
No. 30 0,590 600,00 1950,30 69,76 30,24
No. 50 0,279 182,30 2132,60 76,28 23,72
No. 100 0,150 260,20 2392,80 85,59 14,41
No. 200 0,074 153,00 2545,80 91,06 8,94
PAN 250,00 2795,80 100,00 0,00

Contoh Perhitungan untuk saringan no. 200

 Pada saringan No. 200 Berat tertahan = 153,00 gr


 Kumulatif Tertahan
= berat tertahan + kumulatif tertahan sebelumnya
= 153 gr + 2392,80 gr
= 2545,80 gr
 % Tertahan
= Komulatif tertahan / Berat agregat × 100%
= 2545,80 gr / 2685,70 gr × 100%
= 94,79 %
 % Lolos
= 100 % - % Tertahan
= 100 % - 94,79 %
= 5,21 %

Anugrah / f111 17 183


Praktikumjalan
CIVIL ENGINEERING’17

 Gradasi Gabungan
Tabel 9. Gradasi Gabungan
Bukaan Agg. 3/4 Agg. 3/8 Agg. Halus Abu Batu Gradasi
Sieve No. Specifikasi
(mm) % lolos 14% % lolos 27% % lolos 9% % lolos 50% Gabungan
3/4 " 19,10 100,00 14,00 100,00 27,00 100,00 9,00 100,00 50,00 100,00 100,00
1/2 " 12,70 40,48 5,67 99,12 26,76 89,47 8,05 100,00 50,00 90,48 90-100
3/8 " 9,520 19,17 2,68 97,61 26,36 81,25 7,31 100,00 50,00 86,35 77-90
No. 4 4,760 3,22 0,45 40,67 10,98 67,94 6,11 99,38 49,69 67,24 53-69
No. 8 2,380 0,84 0,12 7,79 2,10 55,51 5,00 78,29 39,14 46,36 33-53
No. 16 1,160 0,67 0,09 6,19 1,67 40,42 3,64 51,70 25,85 31,25 21-40
No. 30 0,590 0,58 0,08 4,62 1,25 23,97 2,16 30,24 15,12 18,61 14-30
No. 50 0,279 0,56 0,08 4,16 1,12 12,80 1,15 23,72 11,86 14,21 9-22
No. 100 0,150 0,42 0,06 1,84 0,50 3,72 0,34 14,41 7,21 8,10 6-15
No. 200 0,074 0,26 0,04 0,22 0,06 1,22 0,11 8,94 4,47 4,68 4-9
PAN 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

Berdasarkan persentase proporsi tiap agregat seperti di atas diperoleh gradasi


campuran seperti tergambar pada grafik berikut:

Gambar 11. Grafik Gradasi Agregat Gabungan Campuran AC-WC


Contoh Perhitungan untuk saringan no. 4 :
 Fraksi 3/4” Dengan Komposisi campuran 14 %

Anugrah / f111 17 183


Praktikumjalan
CIVIL ENGINEERING’17

= ( % lolos saringan no. 4 × 14 % ) / 100 %


= ( 3,22 % × 14 % ) / 100 %
= 0,45 %
 Fraksi 3/8” Dengan Komposisi campuran 27 %
= ( % lolos saringan no. 4 × 27 % ) / 100 %
= ( 40,67 % × 27 % ) / 100 %
= 10,98 %
 Pasir Dengan Komposisi campuran 9 %
= ( % lolos saringan no. 4 × 9 % ) / 100 %
= ( 67,94 % × 9 % ) / 100 %
= 6,11 %
 Abu Batu Dengan Komposisi campuran 50 %
= ( % lolos saringan no. 4 × 50% ) / 100%
= ( 99,38 % × 50 % ) / 100%
= 49,69 %
 Gradasi gabungan untuk saringan no. 4
= 0,45 % + 10,98 %+ 6,11 % + 49,69 %
= 67,24 %
Kontrol
53 % ≤ 67,24 % ≤ 69 % ( Memenuhi Spesifikasi )
Persentase proporsi yang digunakan untuk tiap fraksi agregat, yaitu:
- Agregat 3/4" = 14 %
- Agregat 3/8" = 27 %
- Pasir =9%
- Abu Batu = 50 %
Jenis material yang digunakan :

- Course Aggregate (CA) = 100% - (Lolos saringan No.8)


= 100% - 46,36%
= 53,64%
- Fine Aggregate (FA) = Lolos saringan No.8 – Tertahan saringan No.200
= 46,36% - 4,68%

Anugrah / f111 17 183


Praktikumjalan
CIVIL ENGINEERING’17

= 41,68%
- Filler = Tertahan saringan No.200
= 4,68%
- Total = Course Aggregate + Fine aggregate + Filler
= 53,64% + 41,68% + 4,68%
= 100 %
5.2 Hasil Uji Volumetrik Campuran
 Berat jenis aspal = 1,047

 Berat jenis agregat = 2,623

 PKAO = 0,035CA+0,045FA+0,18FF+K
=0,035(53,64%)+0,045(41,68%)+0,18(4,68%)+0,5
= 5,095 % ≈ 5,0 %

 % aspal terhadap campuran (b)= 7,0 %

 % aspal terhadap agregat (a) = (b / (100 % - b)) . 100 %


= (7,0 % / (100 % -7,0 %)) . 100 %
= 7,53 %
 Berat (c)
Sampel 5 c = 1272,2 gr

 Berat jenuh (d)


Sampel 5 d = 1275,9 gr

 Berat dalam air (e)


Sampel 5 e = 721,0 gr

 Isi (f)
Sampel 5 f =d–e
= 1275,9 gr – 721,0 gr

Anugrah / f111 17 183


Praktikumjalan
CIVIL ENGINEERING’17

= 554,9 gr ≈ 554,9 cm3

 Berat isi benda uji (g)


Sampel 5 g =c/f
= 1272,2 gr/ 554,9 cm3
= 2,29 gr/cm3
 Berat jenis maksimum teoritis (h)
= 100 % / ((100 % – b) / bj agg + b / bj aspal)
= 100 % / ((100 % – 7,0 %) / 2,623 + 7,0 % / 1,047) = 2,37
 % volume aspal terhadap volume benda uji (i)
Sampel 5 i = (b.g) / bj Aspal
= (7,0 % . 2,29) / 1,047
= 15,33 %

 % volume agregat terhadap volume benda uji (j)


Sampel 5 j = (100 % – b) x g / bj agregat
= (100 % – 7,0 %) x 2,29 / 2,623
= 81,29 %

 % kandungan rongga dalam campuran (k)


Sampel 5 k = 100 % – i – j
= 100 % – 15,33 % – 81,29 %
= 3,38 %

 % rongga dalam agregat, VMA (l)


Sampel 5 l = 100 % – j
= 100 % – 81,29 %
= 18,71 %

 % rongga terisi aspal, VFB (m)


Sampel 5 m = 100 % x i / l
= 100 % x 15,33 % / 18,71 %

Anugrah / f111 17 183


Praktikumjalan
CIVIL ENGINEERING’17

= 81,92 %

 % rongga dalam campuran, VIM (n)


Sampel 5 n = 100 % – ((100 % x g) / h
= 100 % – ((100 % x 2,29) / 2,37)
= 3,38 %
5.3 Hasil Uji Marshall Campuran
 Volume benda Uji
= ¼ x π x d2 x t
= 1/4 x 3,14 x (10,299 cm)2 x 7,129 cm
= 593,592 cm3
Faktor koreksi untuk volume benda uji (V) = 547,476 cm3 dan tinggi benda uji
(t) = 7,129 cm, dari Tabel 4 diperoleh 0,89.

 Pembacaan arloji (o)


Sampel 5 o = 11,96 kN

 Konversi satuan (1 kN = 1000/9,81m/s²) (p)


Sampel 5 p = (o x 1000) / 9,81 m/s2
= (11,96 kN x 1000) / 9,81 m/s2
= 1219,58 kg

 Pembacaan arloji terkoreksi (q)


Sampel 5 q = 1219,58 x 0,81
= 1048,84 kg

 Kelelehan, FLOW (r)


Sampel 5 r = 3,00 mm

 Marshall Quotient, MQ (s)


Sampel 5 s = q/r

Anugrah / f111 17 183


Praktikumjalan
CIVIL ENGINEERING’17

= 1048,84 kg / 3,00 mm
= 349,61 kg/mm

Untuk nilai hasil uji volumetrik dan uji Marshall campuran lainnya pada berbagai
macam kadar aspal dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10. Hasil Uji Volumetrik & Uji Marshall AC-WC


Kadar
(%) 5,0 5,5 6,0 6,5 7,0 7,5 Spesifikasi
aspal
Kepadatan (gr/cm3) 2,28 2,31 2,33 2,31 2,29 2,27  
VIM (%) 6,44 4,56 3,01 3,28 3,38 3,61 3-5%
VMA (%) 17,34 16,71 16,39 17,62 18,71 19,88 Min 15
VFB (%) 62,85 72,70 81,60 81,40 81,92 81,84 Min 65
Stabilitas (Kg) 925,09 957,57 1086,73 1065,60 1048,84 854,88 Min 800 kg
Flow (mm) 3,84 3,90 3,92 3,00 3,00 4,00 2-4
MQ (Kg/mm) 240,91 245,53 277,23 355,20 349,61 213,72 Min 250
*Berdasarkan Spesifikasi Umum Bina Marga 2010 (Revisi 3)

Anugrah / f111 17 183


Praktikumjalan
CIVIL ENGINEERING’17

5.4 Penentuan Kadar Aspal Optimum (KAO)


Berdasarkan nilai-nilai pada Tabel 10. diatas digambarkan grafik hasil Kadar
Aspal dengan karakteristik-karakteristik campuran, seperti pada Gambar berikut:

Gambar 12. Grafik Hubungan Kadar Aspal vs Kepadatan

Berdasarkan persamaan kurva di atas, dapat dicari Kepadatan Maksimum yaitu:

Diketahui persamaan garis adalah y = -0,0294x2 + 0,3595x + 1,2221

Dengan menggunakan rumus turunan

f(x) = -0,0294x2 + 0,3595x + 1,2221


f’(x) = -0,0588x + 0,3595 = 0
-0,0588x = -0,3595
x = -0,3595 / -0,0588
x = 6,114 %
ymax = -0,0294(6,114)2 + 0,3595(6,114) + 1,2221 = 2,321 gr/cm3

Anugrah / f111 17 183


Praktikumjalan
CIVIL ENGINEERING’17

Gambar 13. Grafik Hubungan Kadar Aspal vs VFB

Gambar 14. Grafik Hubungan Kadar Aspal vs Flow

Gambar 15. Grafik Hubungan Kadar Aspal vs VMA

Diketahui persamaan garis adalah y = 1,0487x2 – 11,967x + 50,843

Dengan menggunakan rumus turunan

f(x) = 1,0487x2 – 11,967x + 50,843

Anugrah / f111 17 183


Praktikumjalan
CIVIL ENGINEERING’17

f’(x) = 2,0974x – 11,967 = 0


2,0974x = 11,967
x = 11,967 / 2,0974
x = 5,706 ≈ 5,71 %
ymin = 1,0487(5,71)2 – 11,967(5,71) + 50,843 = 16,703%

Gambar 16. Grafik Hubungan Kadar Aspal vs MQ

Berdasarkan persamaan kurva di atas, dicari kadar aspal Minimum pada nilai
MQ minimum = 250 kg/mm

y = -60,837x2 + 775x - 2142,5

250 = -60,837x2 + 775x - 2142,5

0 = -60,837x2 + 775x - 2392,5

= 5,25 %

Anugrah / f111 17 183


Praktikumjalan
CIVIL ENGINEERING’17

Berdasarkan persamaan kurva di atas, dicari kadar aspal Maximum pada nilai
MQ Minimum = 250 kg/mm

y = -60,837x2 + 775x - 2142,5

250 = -60,837x2 + 775x - 2142,5

0 = -60,837x2 + 775x - 2392,5

= 7,48 %

Berdasarkan persamaan kurva di atas, dapat dicari MQ Maksimum yaitu:


Diketahui persamaan garis adalah y = -60,837x2 + 775x – 2142,5

Dengan menggunakan rumus turunan

f(x) = -60,837x2 + 775x – 2142,5


f’(x) = -121,674x2 + 775x
x = -121,674 / -775
x = 6,37 %
ymax = -60,837(6,37)2 + 775(6,37) – 2142,5 = 325,67 kg

Gambar 17. Grafik Hubungan Kadar Aspal vs Stabilitas

Anugrah / f111 17 183


Praktikumjalan
CIVIL ENGINEERING’17

Diketahui persamaan garis adalah y = -122,57x2 + 1526,5x – 3673,5

Dengan menggunakan rumus turunan

f(x) = -122,57x2 + 1526,5x – 3673,5


f’(x)= -245,14x + 1526,5
x = -1526,5 / -245,14
x = 6,23 %
ymax = -122,57(6,23)2 + 1526,5(6,23) – 3673,5 = 1079,298 kg

Anugrah / f111 17 183


Praktikumjalan
CIVIL ENGINEERING’17

Gambar 18. Grafik Hubungan Kadar Aspal vs VIM


Berdasarkan persamaan kurva di atas, dicari kadar aspal Minimum saat nilai batas
atas VIM = 5 %

y = 0,4219x2 - 6,1966x + 26

5 = 0,4219x2 – 6,1966x + 26

0 = 0,4219x2 – 6,1966x + 21

= 5,3 %

Kelompok 5 gelombang i
Praktikumjalan
CIVIL ENGINEERING’17

Berdasarkan grafik karakteristik-karakteristik campuran di spesifikasi yang


berlaku, maka di gunakan Bar Chart untuk menentukan rentang kadar aspal yang
memenuhi spesifikasi seperti pada Gambar 19 berikut:

Gambar 19. Bar Chart Penentuan Kadar Aspal Optimum

Berdasarkan nilai Kadar Aspal Optimum yang telah ditentukan, maka dapat
ditentukan proporsi fraksi agregat terhadap campuran sebagai berikut :
- Proporsi aggregat dalam campuran = 100 % - KAO =100 % - 6,39 % = 93,61 %
- Proporsi fraksi agregat dalam campuran :
Agregat 3/4" = 14 % x 93,61 % = 13,11 %
Agregat 3/8" = 27 % x 93,61 % = 25,27 %
Pasir = 9 % x 93,61 % = 8,42 %
Abu batu = 50 % x 93,61 % = 46,80 %
Aspal = 6,39 % +
Total = 100 %

Kelompok 5 gelombang i
Praktikumjalan
CIVIL ENGINEERING’17

6. Diskusi
 Pada kurva hubungan kadar aspal dengan Kepadatan campuran diketahui bahwa nilai
kepadatan meningkat seiring bertambahnya kadar aspal dari 5% sampai mencapai
kepadatan maksimum 2,32 gr/cm3 pada kadar aspal 6,11%, kemudian kepadatan akan
menurun kembali bila terus bertambah (>6,11%) sampai kadar aspal 7,5%
 Pada kurva hubungan kadar aspal dengan VIM diketahui bahwa nilai VIM menurun
dengan bertambahnya kadar aspal mulai dari kadar aspal 5% sampai dengan 7,5%.
 Pada kurva hubungan kadar aspal dengan VMA diketahui bahwa nilai VMA menurun
seiring bertambahnya kadar aspal mulai dari kadar aspal 5% sampai mencapai VMA
minimum 16,7 % pada kadar aspal 5,71%, kemudian VMA akan meningkat kembali
bila kadar aspal terus bertambah (>5,71%) sampai kadar aspal 7,5%
 Pada kurva hubungan kadar aspal dengan VFB diketahui bahwa dimulai dari kadar
aspal 5% nilai VFB% akan terus meningkat seiring dengan bertambahnya kadar aspal
sampai dengan kadar aspal 7,5%.
 Pada kurva hubungan kadar aspal dengan Stabilitas diketahui bahwa nilai stabilitas
meningkat seiring bertambahnya kadar aspal dari 5% sampai mencapai stabilitas
maksimum 1079,3 kg, pada kadar aspal 6,23%, kemudian stabilitas akan menurun
kembali bila kadar aspal terus bertambah (>6,23%) sampai kadar aspal 7,5%
 Pada kurva hubungan kadar aspal dengan Flow diketahui bahwa nilai flow meningkat
seiring dengan bertambahnya kadar aspal mulai dari kadar aspal 5% sampai dengan
7,5%.
 Pada kurva hubungan kadar aspal dengan MQ diketahui bahwa nilai MQ meningkat
seiring bertambahnya kadar aspal dari 5% sampai mencapai MQ maksimum 325,67
kg/mm pada kadar aspal 6,37%, kemudian MQ akan menurun kembali bila terus
bertambah (>6,37%) sampai kadar aspal 7,5%.
 Bar Chart untuk penentuan kadar aspal optimum (KAO) campuran menunjukkan
bahwa kadar aspal yang memenuhi spesifikasi keseluruhan dimulai dari kadar aspal
5,3% hingga 7,48 %. Dengan mencari nilai rata-ratanya, diperoleh KAO 6,39 %.

Kelompok 5 gelombang i
Praktikumjalan
CIVIL ENGINEERING’17

7. Evaluasi KAO Terhadap Kurva VMA


Berdasarkan Gambar 15, grafik hubungan antara VMA dan Kadar Aspal adalah sebagai
berikut :

Keterangan :
= VMA Optimum
KA(VMA) = 5,71%
= Batas Atas VMA
= Batas Bawah VMA
5,5% 5,9%

Dengan menggunakan rumus turunan dapat dicari nilai VMA optimum yaitu:
f(x) = 1,0487x2 – 11,967x + 50,843
f’(x) = 2,0974x – 11,967 = 0
2,0974x = 11,967
x = 11,967 / 2,0974
x = 5,71 %
ymin = 1,0487(5,71)2 – 11,967 (5,71) + 50,843= 16,70%

Batas Bawah KA terhadap kurva VMA = 5,71% - ( 5,71% x 0,03%) = 5,54% = 5,5%
Batas Atas KA terhadap kurva VMA = 5,71% + (5,71% x 0,03%) = 5,88% = 5,9%

Dari grafik hubungan antara VMA dan kadar aspal diatas, diperoleh nilai VMA
optimum pada kadar aspal 5,71%. Sedangkan hasil dari Bar Chart (Gambar 19) diperoleh
nilai menurut kurva VMA, rentang kadar aspal dimana campuran tidak basah dan kering
berada pada kadar aspal 5,5% - 5,9%. KAO campuran adalah sebesar 6,39% berada di
daerah basah sehingga campuran kadar aspal 6,39% akan cenderung basah.

Kelompok 5 gelombang i
Praktikumjalan
CIVIL ENGINEERING’17

8. Kesimpulan dan Saran


8.1 Kesimpulan
Dari hasil percobaan, diperoleh:
 Proporsi fraksi terhadap agregat:
Agregat 3/4” = 14%
Agregat 3/8” = 27%
Pasir = 9%
Abu batu = 50% +
Total = 100%
 Proporsi fraksi agregat terhadap campuran:
Agregat 3/4” = 13,10%
Agregat 3/8” = 25,27%
Pasir = 8,42%
Abu batu = 46,79%
Aspal = 6,42% +
Total = 100%
 Rentang Kadar Aspal yang memenuhi spesifikasi = 5,3 % - 7,48%
 Nilai kadar aspal optimum sebesar 6,39%

8.2 Saran
Penggunaan nilai KAO sebesar 6,39% tidak disarankan karena akan membuat
campuran menjadi terlalu basah sehingga disarankan menggunakan nilai kadar aspal
sesuai kurva VMA yaitu 5,71%. dikarenakan apabila Campuran yang terlalu kering
akan membuat jalan mudah mengalami retak sedangkan campuran yang terlalu basah
akan membuat jalan mudah mengalami bleeding dan deformasi plastis.

Kelompok 5 gelombang i
Praktikumjalan
CIVIL ENGINEERING’17

Kelompok 5 gelombang i

Anda mungkin juga menyukai