Revisi Sempro 1
Revisi Sempro 1
PROPOSAL SKRIPSI
Diajukan oleh :
BAGAS PRADANA
G1C119054
JURUSAN PSIKOLOGI
UNIVERSITAS JAMBI
2023
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur peneliti panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat dan rahmat-Nya Penulis bisa menyelesaikan skripsi ini dengan lancer yang
berjudul ‘Hubungan Self-Efficacy dengan Kecenderungan Relapse Klien Rawat
Jalan di Badan Narkotika Nasional Provinsi Jambi.
Bagas Pradana
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................iii
DAFTAR ISI............................................................................................................v
DAFTAR TABEL................................................................................................viii
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................ix
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................................x
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
1.3Tujuan Penelitian.............................................................................................7
2.1 Napza............................................................................................................11
2.4 Self-Efficacy..................................................................................................20
3.7.2 Realibilitas............................................................................................31
3.7.3 Norma....................................................................................................32
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................37
LAMPIRAN...........................................................................................................40
DAFTAR TABEL
300
290
280
270
260
250
2020 2021 2022
DATA RELAPSE
BNN PROVINSI JAMBI
60
50 2021; 48 2022; 47
40 2020; 36
30
20
10
0
2020 2021 2022
“… Iya, dan udah banyak yang seperti itu pada akhirnya balik lagi,
kalo dari statistk mungkin dari 5 ya 3 seperti itu, jadi dia balik lagi ke
lido. Misalnya dia udah ke lido dan pulang,terus kemudian balik lagi
ke lingkungan yang tidak terkontrol yang akhirnya dalam beberapa
bulan dia relapse dan balik lagi ke lido…” (Psikolog L A S, 20 tahun,
05 Desember 2022).
“…Biasanya faktor faktor nya ada banyak, yang pertama dia ada di
lingkungan yang, kalo di rehabilitasi rawat inap kan terkendali
banget ya, terkontrol dalam lingkungan yang ideal yang mana tidak
bisa ada napza yang masuk ya, sedangkan dia ketika dirumah dia
balik lagi teman teman user nya dia tidak keluar dari lingkungan
yang selama ini mempengaruhi dia untuk pakai, itu lingkungan yang
beresiko itu, kemudian mungkin dia kurang memilki problem solving
yang baik dan tidak memilki self-efficacy atau keyakinan diri bahwa
dia bisa untuk mengatasi masalah yang ditemukan…” (Psikolog L A
S, 20 tahun, 05 Desember 2022).
1. Manfaat Teoritis
2. Manfaat Praktis
c. Bagi Peneliti
Waktu yang akan digunakan adalah dari bulan april sampai dengan
bulan Mei 2023. Responden penlitian ini yaitu klien yang sedang dalam
rehabilitasi rawat jalan di BNNP Jambi selama bulan Mei. Penelitian ini
mendapatkan data dari data sekunder dan primer lewat wawancara
bersama psikolog klinis, kemudian skala akan disebar dan kuisioner.
Tryout alat ukur akan dilakukan diinstansi yang bekerja sama dengan
BNNP Jambi. Penelitian ini akan menggunakan purposive sampling yang
mana akan menggunakan beberapa populasi pada bulan Mei.
1. Golongan I
Merupakan narkotika bertujuan meningkatkan dan
mengembangkan ilmu pengetahuan, tidak dipakai dalam proses
penyembuhan medis, kecanduan berat adalah efek yang
ditimbulkan dari penggunaanya.
2. Golongan II
Merupakan narkotika bertujuan dalam pengobatan medis, dipakai
sebagai opsi terakhir ketika terapi. Golongan ini bertujuan
meningkatkan dan mengembangka ilmu pengetahuan, kecanduan
berat adalah efek yang ditimbulkan dari penggunaannya.
3. Golongan III
Merupakan narkotika digunakan dalam penyembuhan, dipakai
untuk terapi. Golongan III bertujuan untuk meningkatkan dan
mengembangkan ilmu pengetahuan, kecanduan ringan adalah efek
yang ditimbulkan dari penggunaanya.
1. Fisik
Terdapat dampak secara fisik terkait pengunaan napza, yaitu :
a. Menimbulkan gejala dan gangguan di syaraf tubuh, contohnya
adalah berhalusinasi dan lainnya.
b. Menimbulkan gejala gangguan di jantung dan pembuluh darah,
contohnya adalah infeksi otot jantung dan lainnya.
c. Menimbulkan gejala kulit, contohnya penanahan, gatal gatal dan
lainnya.
d. Menimbulkan gejala paru-paru, contohnya susah bernafas,
terjadinya pengerasan paru-paru.
e. Menimbulkan gejala pusing, mual, insomnia, demam tinggi dan
lainya.
f. Menimbulkan gejala pada reproduksi, contohnya horom reproduksi
yang menurun, dan gejala seksual lainnya.
g. Menimbulkan gejala pada reproduksi perempuan pafa fase subur,
contohnya, haid akan menjadi tidak teratur, siklus haid berubah.
h. Menimbulkan gejala hepatitis B, C dan HIV/AIDS jika
menggunakan napza lewat jarum suntik.
i. Menyebabkan kematian, karena mengkonsumsi napza secara
overdosis.
j. Menimbulkan gejala gizi buruk, kulit akan terpapar berbagai
penyakit, gigi, bahkan sampai ke penyakit kelamin.
2. Psikologis
Selain dampak fisik, Penggunaan napza juga menimbulkan dampak
terhadap psikologis yaitu :
a. Terjadi gejala melakukan tindakan yang tidak seharusnya
dilakukan karena ada perubahan emosional seseorang
b. Menimbulkan efek negative yaitu sindrom amoy fasional, jika
berhenti mengkonsumsi napza akan mengakibatkan depresi bahkan
bunuh diri.
c. Menimbulkan gejala fungsi mental, yaitu dari segi kognitifnya,
bahkan sampai ke emosional individu tersebut.
d. Menimbulkan gejala gegabah, lamban dalam melaksanakan
pekerjaan, dan mengalami perasaan tidak nyaman secara berlebih.
e. Menyebabkan hilangnya percaya diri, beriskap egois, suka
berkahayal, sulit percaya pada seseorang.
f. Menyebabkan konsentrasi menurun, mudah marah, dan bersikap
tidak tenang diluar kendali.
g. Menyebabkan gejala menyakiti diri sendiri dan lainya..
3. Sosial
Penggunaan napza menimbulkan dampak terhadap beberapa aspek,
seperti fisik, psikologis, dan juga sosial. Berikut dampak yang
diakibatkan penggunaan napza terhadap sosial :
a. Saat terkena gejala mental emosional, pastinya akan berpengaruh
dengan keberadaan sekitar, baik dari antar tetangga, sekolah, dan di
lingkungan pekerjaan.
b. Berperilaku bingung, potensi kognitif menurun, bahkan terkena
PHK oleh tempat kerja.
c. Relasi bersama keluarga, sahabat, menjadi tidak baik.
d. Orang-orang sekitar akan mencaci dan mengucilkan individu
pecandu napza.
1. Individu
Faktor individu adalah tentang padangan seseorang itu sendiri
bagaimana menyikapi keadaan, walau dihadapkan dengan lingkungan
rawan penyalahguna napza. Ketika ditawarkan napza oleh seseorang.
Disini lah peran individu untuk menyikapi hal tersebut.
2. Keluarga
Faktor keluarga adalah tentang sosial demografi, bagaimana hubungan
dengan anggota keluarga, hubungan pada angota keluarga, dan juga
keadaan ekonomi keluarga.
3. Lingkungan sosial
Faktor Lingkungan, terutama dalam bergaul dengan sekitar, tempat
tinggal rawan penyalahguna napza, berteman dengan bandar napza, hal
ini yang menyebabkan seseorang akhirnya menggunakan napza.
Setiap faktor penyalahgunaan napza, kembali kepada individu itu
sendiri, bagaimana cara menyikapi untuk tidak mengguanakn napza.
1. Transisi
2. Intensif
3. Rekonsilasi (Penyesuaian)
4. Pemeliharaan Lanjut
1. Emotional Relapse
Aspek ini menjelaskan bahwa seseorang mantan pengguna napza
belum timbul perasaan untuk mengkonsumsi napza kembali, namun
tindakan dan perilaku yang ditinjukan mengarah kepada relapse.
2. Mental Relapse
3. Physical Relapse
c. Tekanan sosial
2. Coping
3. Outcome expectancies
1. Kognitif
Merupakan kemampuan berpikir, kemampuan untuk
mengungkapkan ide atau gagasan, kemampuan untuk berkonsentrasi, dan
kemampuan untuk menemukan pemecahan masalah.
2. Motivasi
Ditandai dengan adanya dorongan yang kuat, sifat tidak mudah
menyerah atau putus asa, bersemangat, tidak malas, optimis, dan merasa
mampu atau yakin dalam melakukan sesuatu.
3. Afeksi
Pada aspek ini melihat bagaiman potensi seseorang dalam
mengontrol kecemasan dan membasmi emosi negative ketika muncul pada
individu tersebut. Menghadapi setiap masalah yang dj hadapinya, bersikap
tenang dalam kondisi yang tak menentu.
4. Seleksi
Pada aspek ini melihat potensi individu dalam memilih mana hal
yang harus dipriosritaskan terlebih dahulu. Tanpa kebingungan dalam
menjalankan setiap tanggung jawabnya
1. Tingkat
Dalam menjalankan tugas ada beberapa tingkatan dan beberapa
keyakinan individu yang mampu menyelesaikan. Tingkatan self-
efficacy missal, jika ada pekerjaan berat maka akan dibutuhkan potensi
individu tertentu untuk bisa diselesaikan
2. Kekuatan
Pada aspek ini dilihat lemah dan kuatnya kepercayaan dan keyakinan
individu terhadap self-efficacy nya.
3. Keumuman
Pada aspek ini dilihat kepercayaan dan keyakinan individu
bahwasanya self-efficacy saat kondisi tertentu akan sama dengan saat
berada dikondisi lainya.
1. Pengalaman
Keberhasilan membangun keyakinan yang kuat pada self-efficacy
seseorang. Kegagalan akan melemahkannya, terutama jika kegagalan
terjadi sebelum self-efficacy terbentuk dengan kuat. Jika orang hanya
mengalami kesuksesan dengan mudah, mereka akan mengharapkan
hasil yang cepat dan mudah patah semangat karena kegagalan. Rasa
keberhasilan yang tangguh membutuhkan pengalaman dalam
mengatasi rintangan melalui usaha yang gigih.
2. Keberhasilan melalui Role Model
Pengaruh seseorang lebih dari sekadar memberikan standar sosial
untuk menilai kemampuan diri sendiri. Orang-orang mencari role
model yang mahir dan memiliki kompetensi yang mereka cita-citakan.
Melalui perilaku dan cara berpikir mereka, seseorang yang kompeten
menularkan pengetahuan dan mengajarkan keterampilan dan strategi
yang efektif kepada diri sendiri untuk mengelola tuntutan lingkungan.
Perolehan cara yang lebih baik meningkatkan self-efficacy yang
dirasakan.
3. Persuasi sosial
Ketiga, untuk memperkuat self-efficacy adalah dengan persuasi
sosial. Orang-orang yang memiliki kemampuan untuk menguasai
kegiatan yang diberikan cenderung berupaya lebih besar dan
mempertahankannya daripada mereka yang memendam potensi diri
dan memikirkan kekurangan pribadinya. Pada saat masalah muncul,
dorongan persuasif dalam self-efficacy yang dirasakan membuat orang
berusaha cukup keras untuk berhasil, hal tersebut mendorong
pengembangan keterampilan Self-Efficacy.
4. Mengontrol emosi negatif
Poin terpenting bukanlah intensitas reaksi emosional dan fisik,
melainkan bagaimana reaksi tersebut dirasakan dan diinterpretasikan.
Orang yang memiliki self-efficacy yang tinggi cenderung melihat
keadaan afektif mereka sebagai pedoman yang memberi energi pada
kinerja seseorang, sedangkan mereka yang diliputi oleh keraguan diri
menganggap kemampuan mereka sebagai kelemahan. Indikator
fisiologis dari efikasi memiliki peran yang sangat berpengaruh dalam
fungsi kesehatan dan dalam aktivitas fisik lainnya.
2.4.4 Skala Self-Efficacy Penelitian Terdahulu
Penelitian ini menggunakan skala Self-Efficacy yang disusun oleh
peneliti sendiri menggunakan teori (Corsini, 1984). Beberapa penelitian
terdahulu menggunakan skala yang sama, namun disusun Noviza (2008)
dan penelitian yang terbaru telah dimodifikasi oleh Putri (2018) melalui
skala yang digunakan Noviza (2018).
2.5 Kerangka Teori
Self-Efficacy
Faktor Self-Efficacy
-Pengalaman Penguasaan
-Keberhasilan melalui pengalaman yang diberikan oleh
model sosial
-Persuasu Sosial
-Mengurangi reaksi stres orang dan mengubah
kecenderungan emosi negatif
Kecenderungan Relapse
-Emotional Relapse
-Mental Relapse
-Physical Relapse
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan dan menggunakan penelitian
kuantitatif. Berdasakan dari tujuan nya penelitian ini termasuk kedalam
penelitian korelasional. Menurut Periantalo (2020) suatu penelitian
bertujuan melihat hubungan dari variabel satu ke variabel lain adalah
pengertian dari penelitian korelasional. Dalam korelasional penelitian
dibatasi hanya untuk melihat suatu hubungan variabel. Setelah
mendapatkan data akan langsung dianalisis melalui kuantitatif atau angka.
Penelitian ini dapat dikatakan kedalam penelitian survei.
X Y
Self-Efficacy Kecenderungan Relapse
Hipotesis Penelitian
Favorable Unfavorable
Kognitif Mengungkapkan pendapat 1,9 5,20 4
Pemahaman 10,31 21 3
Memecahkan Masalah 11,32 22 3
Motivasi Percara diri Melakukan 2,12 6,23 4
Sesuatu
Self- Bersemangat melakukan 13 24 2
Efficacy aktivitas
Bersifat Optimis 14,33 25 3
Afeksi Mengontrol Emosi 3,15 7,26 4
Respon terhadap masalah 16,34 27 3
Seleksi Menentukan Prioritas 4,17 8,28 4
Pengambilan Keputusan 18,35 29 3
Kebingungan 19,36 30 3
TOTAL 36
3.6.2 Skala Kecenderungan Relapse
Skala kecenderungan relapse pada penelitian ini dari teori Gorski
& Miller yang menjelaskan terdapat tiga aspek, yang terdiri dari emotional
relapse, mental relapse, dan physical relapse. Dari teori yang telah di
jabarkan peneliti mendapatkan sebanyak 27 item yang telah didapatkan
melalui indikator dari tiap variabel. Skala kecenderungan relapse ini
dibuat dalam bentuk skala likert dengan mengunakan aitem favourable dan
unfavourable. Berikut adalah blueprint skala kecenderungan relapse yang
telah disusun adalah sebagai berikut:
Favorable Unfavorable
Emotiona Perasaan Gelisah 1,7,25 4,16 5
l Relapse Merasa tidak 8,26 17 3
membutuhkan orang lain
Suasana hati berubah ubah 9,27 18 3
Mental Memikirikan 2,10 5,19 4
Relapse Menggunakan Napza
Kecenderungan
Kembali
Relapse
Menghubungi teman 11 20 2
penyalahguna napza
Memikirkan dampak 12 21 2
menggunakan napza
Physical Bergaul dengan Pengguna 3,13 6,22 4
Relapse Napza
Bertemu Bandar Napza 14 23 1
Mengkonsumsi Napza 15 24 1
TOTAL 27
3.6.3 Kriteria Sampel Penelitian
Periantalo (2020) menyebutkan ada dua kriteria subjek penelitian.
Pertama inklusi, merupakan hal yang harus dimiliki subjek penelitian. Jika
seseorang sesuai dengan kriteria yang telah dibuat peneliti makan ia akan
termasuk kedalam subjek penelitian. Kedua eksklusi, merupakan
karakteristik atau syarat yang tidak dipenuhi oleh subjek, bertujuan untuk
memudahkan peneliti menentukan subjek penelitianya.
Berikut adalah kriteria inklusi yang wajib dimiliki subjek pada penelitian
ini yaitu:
1. Klien Rawat Jalan BNNP Jambi
2. Keterampilan membaca yang baik
3. Bersedia untuk mengisi formulir dan skala
Berikut adalah kriteria eksklusi yang wajib dimiliki subjek pada penelitian
ini yaitu:
3.7.1 Validitas
Validitas adalah sejauh mana sebuah alat ukur mampu
mengungkap apa yang ingin di ungkap. Apakah aitem yang digunakan
dalam pengambilan data bisa mengungkap dan mencerminkan variabel
yang ingin diungkap dan tidak keluar dari tujuan pengukurannya. Validitas
merupakan syarat utama yang harus dimiliki dalam sebuah alat ukur. Jika
alat ukur yang digunakan memiliki validitas yang baik maka betul lah apa
yang peneliti ingin ungkap sehingga kekuatan kebenaran penelitian
tersebut kuat (Periantalo, 2020).
3.7.2 Realibilitas
Realibilitas diartikan sebagai konsistensi dari hasil sebuah
pengukuran, dengan kata lain, seberapa konsisten skor yang dihasilkan
dari pengukuran jika diukur dalam waktu yang berbeda. Berbeda dengan
validitas yang bersifat kuantitatif dan kualitatif, realibilitas hanya bersifat
kuantitati. Realibilitas memiliki skor dengan rentang skor 0 sampai dengan
1. Skor 0 menunjukkan 0% konsistensi alat ukur, sedangkan skor 1
menunjukkan 100% konsistensi hasil alat ukur. Secara umum realibilitas
yang dianggap memuaskan adalah alat ukur dengan realibilitas sebesar 0,8
angka ini menunjukkan bahwa 33 80% hasil pengukuran merupakan skor
murni, sedangkan 20% sisanya merupakan kesalahan dalam pengukuran,
atau sering dikenal dengan istilah error. Dalam penelitian skor realibilitas
0,7 sudah dianggap memuaskan (Periantalo, 2020).
Pada penelitian ini akan menguji realibilitas dengan teknis
konsistensi internal. Konsistensi internal merupakan realibilitas dengan
melihat konsistensi aitem – aitem yang ada di dalam alat ukur. Pendekatan
ini dipilih karena dengan menggunakan pendekatan ini mempunyai nilai
praktis dan dinilai lebih efisien karena bisa dilakukan dengan hanya satu
kali pengukuran (single trial administration). Konsep pokok dari
realibilitas adalah sejauh mana suatu proses pengukuran dapat dipercaya.
Peneliti menggunakan teknik pengukuran Cronbach’s Alpha. Reliabel
bergerak dari 0-1, dimana reabilitas yang disarankan ≥ 0,9”; realibilitas ≥
0,8 memuaskan; realibilitas ≥ 0,7 diperbolehkan untuk instrumen
penelitian (Periantalo, 2016). Uji realibilitas ini dilakukan dengan
menggunakan bantuan perangkat lunak komputer yaitu JASP versi 0.8
untuk windows 10.
3.7.3 Norma
Prosedur penskalan akan menghasilkan angka – angka pada level
pengukuran interval yang akan menentukan skor dalam skala psikologi.
Akan tetapi dalam intrepretasinya hanya dapat dihasilkan kategori –
kategori maupun kelompok – kelompok skor yang berada pada level
ordinal. Tujuan dari dilakukannya kategorisasi adalah untuk menempatkan
individu ke dalam kelompok – kelompok yang posisinya berjenjang
berdasarkan suatu kontinum dari atribut yang diukur.
1. Data Primer
2. Data Sekunder
a. Etik Penelitian
Pada bagian ini, peneliti mengurus berbagai surat izin penelitian yang
diberikan kepada instansi yang dituju untuk
b. Lembar Persetujuan
c. Kerahasiaan
Bandura, A. (1997). Self-efficacy: the exercise of control 1st edition (1st Edition).
W.H. Freeman and Company.
BNN. (2022). Survei nasional penyalahgunaan narkoba 2021. Pusat Penelitian, Data,
dan Informasi Badan Narkotika Nasional Republik Indonesia.
https://puslitdatin.bnn.go.id/konten/unggahan/2022/07/SURVEI-NASIONAL-
PENYALAHGUNAAN-NARKOBA-TAHUN-2021-1.pdf
Gorski, T., dan Miller, M. 1986. Staying Sober: A Guide for Relapse Prevention.
Independence Press
Hendershot, C. S., Witkiewitz, K., George, W. H., & Marlatt, G. A. (2011). Relapse
prevention for addictive behaviors. Substance Abuse: Treatment, Prevention, and
Policy (Vol. 6, Nomor 1). https://doi.org/10.1186/1747-597X-6-17
Kholik, S., Mariana, E. R., & Zainab, Z. (2014). Faktor-faktor yang mempengaruhi
penyalahgunaan narkoba pada klien rehabilitasi narkoba di poli napza rsj
Sambang Lihum. Jurnal Skala Kesehatan, 5(1).
https://doi.org/10.31964/JSK.V5I1.13
Mei Wulandari, C., Ajeng Retnowati, D., Judi Handojo, K., Farmasi Jember, A., Jl
Pangandaran No, I., & Indonesia, J. (2015). Faktor-faktor yang mempengaruhi
penyalahgunaan napza pada masyarakat di kabupaten Jember. Jurnal Farmasi
Komunitas, 2(1), 1–4.
Melemis, S. M. (2015). Relapse prevention and the five rules of recovery. Yale Journal
of Biology and Medicine, 88, 325–332.
Musdalifah. (2015). Peran balai rehabilitasi badan narkotika nasional (BNN) Tanah
Merah dalam merehabilitasi pecandu narkoba di kota Samarinda. eJournal Ilmu
Pemerintahan, 3(2), 718–730.
Yang, C., Zhou, Y., Cao, Q., Xia, M., & An, J. (2019). The relationship between self-
control and self-efficacy among patients with substance use disorders: resilience
and self-esteem as mediators. Frontiers in Psychiatry, 10(JUN), 1–10.
https://doi.org/10.3389/fpsyt.2019.00388
LAMPIRAN
Lampiran 1 Informed Consent
Nama :
Jenis Kelamin :
Alamat :
Usia :
Pekerjaan :
Menyatakan bersedia menjadi partisipan dengan sukarela dan tanpa paksaan untuk
menjadi partisipan penelitian yang berjudul “Hubungan Self-efficacy dengan
Kecenderungan Relapse Klien Rawat Jalan di Badan Narkotika Nasional
Provinsi Jambi” dengan ketentuan apabila ada hal yang tidak berkenan pada
saya, maka saya berhak mengajukan pengunduran diri dari kegiatan penelitian ini.
Jambi ..................2023
Peneliti Partisipan
Verbatim Wawancara