Anda di halaman 1dari 17

BAB 

I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sebelum memperoleh kemedekaan, bangsa Indonesia terlebih dahulu
memproklamasikan kemerdekaannya yang dikenal dengan “Proklamasi
Kemerdekaan”. Proses ini berawal dari terdengarnya berita kekalahan Jepang
dari pihak sekutu, seketika juga kelompok pemuda mendesak Soekarno-Hatta
untuk segera memproklamasikan kemerdekaan Bangsa Indonesia. Akan tetapi
dengan alasan menunggu janji Jepang untuk memberikan kemerdekaan
Indonesia, Soekarno-Hatta tidak dengan segera memproklamasikan kemerdekaan
Indonesia. Hal inilah yang mendorong para pemuda melakukan aksi penculikan
terhadap Soekarno-Hatta ke Rengasdengklok yang akhirnya dikenal dengan
“Peristiwa Rengasdengklok”.Atas nama bangsa Indonesia Proklamasi
Kemerdekaan telah dikumandangkan oleh Bung Karno didampingi oleh Bung
Hatta pada tanggal 17 Agustus 1945.
Satu langkah maju sudah ada pada genggaman bangsa Indonesia melalui
Proklamasi kemerdekaan tersebut. Sebagai negara yang baru memproklamasikan
kemerdekaan, Indonesia mendapat simpati dari bangsa-bangsa di dunia. Hal ini
tampak dari adanya pengakuan negara lain terhadap Proklamasi 17 Agustus
1945. Sebagai sebuah negara merdeka, maka pada tanggal 18 Agustus 1945
ditetapkan Undang-Undang Dasar (UUD 1945) dan pemilihan Presiden yaitu
Bung Karno dan Bung Hatta sebagai Wakil Presiden. Kemerdekaan Indonesia
sudah diproklamasikan tanggal 17 Agustus 1945. Meskipun demikian, Belanda
tidak mengakui kemerdekaan itu dan terus berusaha untuk menjajah Indonesia
kembali.Setelah kedatangan sekutu ke Indonesia dalam rangka mengambil alih
kekuasaan dari tangan Jepang, ternyata diikuti oleh Belanda yang ingin menjajah
kembali Indonesia, maka rakyat Indonesia di berbagai daerah mengangkat
senjata untuk mempertahankan kemerdekaan. Bangsa Indonesia berjuang dengan
gigih untuk mempertahankan kemerdekaan. Ada dua bentuk perjuangan
mempertahakan kemerdekaan, yaitu perjuangan fisik dan perjuangan
diplomasi. Perjuangan fisik dilakukan dengan cara bertempur melawan musuh.
Perjuangan diplomasi dilakukan dengan cara menggalang dukungan dari negara-
negara lain dan lewat perundingan-perundingan. Tentu merupakan sebuah
bencana bagi negara yang telah menjajah Indonesia. Maka, Proklamasi
Kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945 bukanlah akhir
perjuangan bangsa Indonesia. Akan tetapi, ia adalah awal perjuangan baru
bangsa ini dalam membangun sebuah tatanan berbangsa dan bernegara. Sebuah
negara berdiri bukan hanya berdasarkan wilayah, namun juga membutuhkan

1
perangkat pemerintahan, dan yang terpenting adalah pengakuan kedaulatan dari
negara lain. Karena pada hakikatnya (seperti halnya manusia sebagai makhluk
sosial), dalam kehidupan bernegara juga membutuhkan negara lain agar bangsa
dan negara ini dapat bergaul dan tidak terkucilkan dalam hubungan internasional.

B. Identifikasi Masalah
Dari pokok permasalahan yang diangkat, maka penulis mengidentifikasi
beberapa pokok permasalahan sebagai berikut agar penulisan makalah ini
menjadi lebih jelas dan sistematis dalam penguraiannya.
1. Penyebab terjadinya konflik antara Indonesia dan Belanda pasca
Kemerdekaan Indonesia
2. Peran dunia internasional dalam penyelesaian konflik Indonesia-Belanda
3. Perjuangan perlawanan bangsa Indonesia di daerah-daerah dalam
mempertahankan kemerdekaan
4. Perjuangan diplomasi Indonesia dalam mempertahankan kemerdekaan?
5. Faktor yang memaksa Belanda keluar dari Indonesia?

C. Pembatasan Masalah
Mengingat keterbatasan waktu dan kemampuan maka penulis makalah ini,
penulis membatasi fokus permasalahan deskripsi yang berkaitan dengan
pokok pembahasan yaitu pada “MEMAKNAI SEMANGAT
PERJUANGAN PEMUDA DALAM PERJUANGAN
KEMERDEKAAN REPOBLIK INDONESIA’’

D. Rumusan Masalah
Dalam penulisan makalah, penulis memiliki rumusan masalah yang digunakan
dalam penyusunan makalah tersebut. Adapun rumusan masah dalam proses
penyusunan makalah ini antara lain:
1. Apa yang menyebabkan terjadinya konflik antara Indonesia dan Belanda
pasca kemerdekaan Indonesia?
2. Apa saja peran dunia internasional dalam penyelesaian konflik Indonesia-
Belanda?
3. Bagaimana perjuangan perlawanan Indonesia dalam mempertahankan
kemerdekaan?

Rumusan masalah yang telah tersebut pada bagian atas diharapkan dapat menjadi
patokan penulis dalam meyusun makalah ini tentang Usaha Mempertahankan
Kemerdekaan.

2
E. Tujuan Penulisan
Melalui makalah ini, mengenai Usaha Mempertahankan Kemerdekaan,
diharapkan pembaca memilki kemampuan sebagai berikut:
1. Menjelaskan konflik yang terjadi antara Indonesia dan Belanda pasca
Kemerdekaan Indonesia
2. Menjelaskan peran dunia internasional dalam penyelesaian konflik
Indonesia-Belanda
3. Menjelaskan perjuangan perlawanan Indnesia dalam mempertahankan
Indonesia

F. Manfaat Penulisan
Melalui makalah ini mengenai Usaha Mempertahankan Kemerdekaan,
diharapkan dapat memberikan kegunaan kepada pembaca maupun penulis.
Adapun manfaat yang terdapat dalam makalah ini adalah:
1. Pembaca dapat memahami penyebab terjadinya konflik antara Indonesia-
Belanda pasca kemerdekaan Indonesia
2. Pembaca dapat mengetahui peranan dunia internasional dalam
penyelesaian konflik Indonesia Belanda
3. Mengetahui pertempuran–pertempuran yang terjadi demi mempertahankan
kemerdekaan

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Penyebab Konflik Indonesia dan Belanda pasca kemerdekaan


Sebagaimana kita ketahui kemerdekaan bangsa Indonesia di kumandangkan pada
tanggal 17 Agustus 1845, sehari kemudian setelah itu tepatnya tanggal 18
agustus 1945 di tetapkan UUD ( UUD 1945 ) sebagai konstitusi negara RI dan di
pilihnya Soekarno sebagai  Presiden dan Moh. Hatta sebagai Wakil
Presiden.Perjuangan bangsa indonesia selanjutnya semakin berat karena harus
mempertahankan kemerdekaannya.
Adapun faktor penyebab konflik Indonesia dan Belanda antara lain :
1. Kedatangan Tentara Sekutu Yang Di Boncengi Oleh NICA.
Semenjak Jepang menyerah tanpa syarat kepada Sekutu pada tanggal 14
Agustus 1945 maka secara hukum jepang tidak lagi berkuasa di Indonesia.
Hal ini mengakibatkan Indonesia berada dalam keadaan Vacum Of Power
(tidak ada seorang pemerintah yang berkuasa) maka pada waktu itu
dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh bangsa Indonesia untuk
memproklamasikan kemerdekaannya. Pada tanggal 10 September 1945
Panglima Bala Tentara Kerajaan Jepang di Jawa mengumumkan bahwa
pemerintahan akan diserahkan pada Sekutu bukan pada pihak Indonesia.
Dan pada tanggal 14 September perwirwa Sekutu datang ke Jakarta untuk
mempelajari dan melaporkan keadaan di Indonesia menjelang pendaratan
rombongan Sekutu.
Pada tanggal 29 September 1945 akhirnya Sekutu mendarat di Indonesia
yang bertugas melucuti tentara Jepang. Semula rakyat Indonesia
menyambut dengan senang hati kedatangan Sekutu, karena mereka
mengumandangkan perdamaian. Akan tetapi, setelah diketahui bahwa
Netherlands Indies Civil Administration (NICA) di bawah pimpinan Van
der Plass dan Van Mook ikut di dalamnya, sikap rakyat Indonesia menjadi
curiga dan bermusuhan. NICA adalah organisasi yang didirkan orang-
orang Belanda yang melarikan diri ke Australia setelah Belanda menyerah
pada Jepang. Organisasi ini semula didirikan dan berpusat di Australia.
Keadaan bertambah buruk karena NICA mempersenjatai kembali KNIL
setelah dilepas oleh Sekutu dari tawanan Jepang. Adanya keinginan
Belanda berkuasa di Indonesia menimbulkan pertentangan, bahkan diman-
mana terjadi pertempuran melawan NICA dan Sekutu.
Tugas yang diemban oleh Sekutu yang dalam hal ini dilakukan oleh Allied
Forces Netherlands East Indies (AFNEI) di bawah Letnan Sir Philip
Christinson. Mereka memiliki keinginan untuk menghidupkan kembali

4
Hindia Belanda. Adapun tugas AFNEI di Indonesia adalah sebagai
berikut :
1. Menerima penyerahan dari tangan Jepang.
2. Membebaskan para tawanan perang dan interniran Sekutu.
3. Melucuti dan mengumpulkan orang Jepang untuk kemudian
dipulangkan.
4. Menegakkan dan mempertahankan keadaan damai untuk kemudian
diserahkan kepada pemerintahan sipil.
5. Menghimpun keterangan tentang penjahat perang dan menuntut
mereka di depan pengadilan.
Kedatangan pasukan Sekutu pada mulanya disambut dengan sikap netral
oleh pihak Indonesia. Namun, setelah diketahui bahwa Sekutu membawa
NICA(Netherland Indies Civil Administration) sikap masyarakat berubah
menjadi curiga karena NICA adalah pegawai sipil pemerintah Hindia
Belanda yang dipersiapkan untuk mengambil alih pemerintahan sipil di
Indonesia. Para pemuda memberikan sambutan tembakan selamat datang.
Situasi keamanan menjadi semakin buruk sejak NICA mempersenjatai
kembali tentara KNIL yang baru dilepaskan dari tawanan Jepang.
Melihat kondisi yang kurang menguntungkan, Panglima AFNEI
menyatakan pengakuan sedara de facto atas Republik Indonesia pada
tanggal 1 Oktober 1945. Sejak saat itu, pasukan AFNEI diterima dengan
tangan terbuka oleh pejabat-pejabat RI di daerah-daerah untuk membantu
memperlancar tugas-tugas AFNEI.
Namun dalam kenyataannya di daerah-daerah yang didatangi Sekutu
selalu terjadi insiden dan pertempuran dengan pihak RI. Hal itu
disebabkan pasukan Sekutu tidak bersungguh-sungguh menghormati
kedaulatan RI. Sebaliknya pihak Sekutu yang merasa kewalahan,
menuduh pemerintah RI tidak mampu menegakkan keamanan dan
ketertiban sehingga terorisme merajalela. Pihak Belanda yang bertujuan
menegakkan kembali kekuasaannya di Indonesia berupaya memanfaatkan
situasi ini dengan memberi dukungan kepada pihak Sekutu. Panglima
Angkatan Perang Belanda, Laksamana Helfrich, memerintahkan
pasukannya untuk membantu pasukan Sekutu.
Kedatangan tentara Sekutu yang diboncengi NICA menyebabkan
terjadinyakonflik dan pertempuran di berbagai daerah. Keinginan Belanda
untuk kembalimenjajah Indonesia berhadapan dengan rakyat Indonesia
yang mempertahankankemerdekaannya. Oleh karena itu, terjadi
pertempuran di berbagai daerah diIndonesia. Konflik antara Indonesia-

5
Belanda ini akhirnya melibatkan peran duniainternasional untuk
menyelesaikannya.

2. Kedatangan NICA ( Belanda ) Berupaya Untuk Menegakkan Kembali


Kekuasaannya Di Indonesia .
NICA berusaha mempersenjatai kembali KNIL (Koninklijk Nerderlands
Indisch Leger, yaitu Tentara Kerajaan Belanda yang ditempatkan di
Indonesia). Orang-orang NICA dan KNIL di Jakarta, Surabaya dan
Bandung mengadakan provokasi sehingga memancing kerusuhan. Sebagai
pimpinan AFNEI, Christison menyadari bahwa untuk kelancaran tugasnya
diperlukan bantuan dari Pemerintah Republik Indonesia. Oleh karena itu
diadakanlah perundingan dengan pemerintah RI. Christison mengakui
pemerintahan de facto Republik Indonesia pada tanggal 1 Oktober 1945. la
tidak akan mencampuri persoalan yang menyangkut status kenegaraaan
Indonesia. Dalam kenyataannya pasukan Sekutu sering membuat hura-hara
dan tidak menghormati kedaulatan bangsa Indonesia. Gerombolan NICA
sering melakukan teror terhadap pemimpin-pemimpin kita. Dengan
demikian bangsa Indonesia mengetahui bahwa kedatangan Belanda yang
membonceng AFNEI adalah untuk menegakkan kembali kekuasaannya di
Indonesia. Oleh karena itu bangsa kita berjuang dengan cara-cara diplomasi
maupun kekuatan senjata untuk melawan Belanda yang akan menjajah
kembali. Konflik antara Indonesia dengan Belanda ini akhirnya melibatkan
peran dunia intemasional untuk menyelesaikannya.

B. Perjuangan perlawanan bangsa Indonesia di daerah-daerah


Kehadiran pasukan Sekutu yang membawa orang-orang NICA pada tanggal 29
September 1945 sangat mencemaskan rakyat dan pemerintah RI. Keadaan ini
semakin memanas ketika NICA mempersenjatai kembali bekas KNIL yang baru
dilepaskan dari tahanan Jepang. Para pejabat Republik Indonesia yang menerima
kedatangan pasukan ini karena menghormati tugas. Mereka menjadi sasaran teror
dan percobaan pembunuhan. Oleh karena itu sikap pasukan Sekutu yang tidak
menghormati kedaulatan negara dan bangsa Indonesia ini dihadapi dengan
kekuatan senjata, oleh rakyat dan pemerintah. Di beberapa daerah muncul
perjuangan untuk mempertahankan kemerdekaan sebagai berikut.
1. Pertempuran 10 November di Surabaya
2. Bandung Lautan Api (23 Maret 1946)
3. Peristiwa Palagan Ambarawa (21 November – 15 Desember 1945)
4. Pertempuran Medan Area                                        
5. Peristiwa Merah Putih di Manado (14 Februari 1946)

6
6. Perang Puputan Margarana di Bali (18 November 1946)
7. Peristiwa Westerling di Makassar
8. Pertempuran Lima Hari di Semarang
C. Perjuangan Diplomasi Indonesia
Selaian berjuang mempertahankan Indonesia melalui perjuangan fisik, Indonesia
juga berusaha tetap mempertahankan kemerdekaanya melalui perjuangan
Diplomasi. Diplomasi artinya perjanjian yang dibuat untuk disepakati.
Berikut adalah berbagai perjuangan diplomasi kemerdekaan Indonesia:

1. Perundingan Linggajati
Dalam rangka kelanjutan dari perundingan-perundingan sebelumnya,
pada tanggal 10 November 1946 diselenggarakan perundingan yang
bertempat di Linggarjati (perbatasan Cirebon-Kuningan). Delegasi
Indonesia dipimpin oleh PM Sutan Syahrir, sedangkan delegasi Belanda
dipimpin oleh H.J. Van Mook. Meskipun perundingan berjalan sangat
alot, pada tanggal 15 November 1946 dicapailah suatu persetujuan yang
terdiri 17 pasal, isinya antara lain :
a. Belanda mengakui secara de facto wilayah RI yang meliputi Jawa,
Madura, dan Sumatera Belanda harus sudah meninggalkan wilayah
RI paling lambat tanggal 1 Januari 1947.
b. Indonesia dan Belanda akan membentuk Negara Indonesia Serikat
(RIS) yang salah satu negara bagiannya adalah Republik Indonesia.
c. PembentukanUni Indonesia – Belanda (Commonwealth).
Bila dianalisa, hasil Persetujuan Linggarjati jelas sangat merugikan bagi
bangsa Indonesia, sebab : Poin pertama, jelas merupakan kemunduran bagi
RI karena kemerdekaan yang telah diproklamasikan tanggal 17 Agustus
1945 adalah untuk seluruh wilayah dan rakyat Indonesia, akhirnya hanya
meliputi sebagian saja (Jawa, Madura, dan Sumatera). Poin kedua : apa
yang dulu diidam-idamkan sebagai negara kesatuan, ternyata hanya
merupakan negara federasi. Poin ketiga : status Indonesia tidak merdeka
penuh sebab masih terikat dari Kerajaan Belanda. Hasil perundingan
tersebut akhirnya mempunyai dampak yang sangat kuat dengan munculnya
pro dan kontra. Meskipun pemerintah menganggap bahwa perundingan itu
merupakan alat diplomasi untuk melepaskan diri secara berangsur-angsur
dari kekuasaan Belanda. Mereka yang pro kemudian tergabung dalam
golongan Sayap Kiri, sedangkan yang kontra tergabung dalam golongan
Banteng Republik. Golongan Banteng Republik tidak percaya lagi terhadap
kepemimpinan Kabinet Syahrir dan menganggap bertanggung jawab
terhadap hasil perundingan Linggarjati. Akhirnya Kabinet Syahrir jatuh

7
dan menyerahkan mandatnya kepada Presiden Soekarno tanggal 27 Juni
1947. Presiden Soekarno kemudian membentuk kabinet baru yang
dipimpin oleh Amir Syarifudin pada tanggal 3 Juli 1947. Kekacauan politik
di Indonesia tersebut dimanfaatkan oleh Belanda ketika jatuhnya Kabinet
Syahrir. Belanda membentuk Negara Pasundan dengan Soerja Kartalegawa
sebagai wali negara pada tanggal 4 Mei 1947. Kemudian Negara
Kalimantan Barat dengan Kepala Negaranya Sultan Hamid II, disusul
kemudian dengan negara-negara lainnya di wilayah Indonesia. Dengan
demikian, pecahlah negara kesatuan RI.

3. Agresi Militer Belanda I, Terbentuknya KTN, dan Perundingan Renville


Pada tanggal 21 Juli 1947, Belanda melancarkan serangan yang besar-
besaran  terhadap daerah-daerah RI. Agresi Belanda tersebut menyebebkan
jatuhnya beberapa kota penting RI. Bagi Belanda, tindakan agresinya itu
dianggap sebagai aksi polisional, yang menganggap perjuangan bangsa
Indonesia menghadapi Belanda sebagai tindakan kaum ekstrimis yang
memberontak terhadap pemerintah Belanda yang sah.
Agresi Militer Belanda I, mendapat reaksi dan kecaman yang keras dari
negara-negara di kawasan Asia dan negara-negara anggota PBB, termasuk
Amerika Serikat. Bagi Amerika Serikat, Belanda dianggap telah
menyelewengkan dana bantuan program Marshall Plan untuk menyerang
Indonesia. Pada tanggal 1 Agustus 1947, DK-PBB menyerukan kepada
Belanda dan Indonesia agar mengadakan gencatan senjata dan segera
mengadakan perundingan. Pada tanggal 4 Agustus 1947, DK-PBB
mengumumkan penghentian tembak-menembak, yang mengakhiri Agresi
Militer Belanda I.
Upaya selanjutnya dari DK-PBB adalah membentuk Komisi Jasa
Baik (Goodwill Commission)yang dikenal dengan Komisi Tiga Negara
(KTN) yang beranggotakan Australia (diwakili Richard Kirby), Belgia
(diwakili Paul van Zeeland) dan Amerika Serikat (diwakili oleh Dr.
Frank B. Graham). Setelah tiba di Jakarta, wakil-wakil KTN
mengadakan penelitian tentang keadaan di Indonesia dengan pendekatan
kepada kedua belah pihak yang bertikai. Kemudian KTN mengusulkan
agar perundingan diselenggarakan di atas kapal milik AS, yaitu kapal
AL USS Renville yang sedang berlabuh di Teluk Jakarta. Perundingan
dilaksanakan pada tanggal 8 Desember 1947.
Delegasi Indonesia dipimpin oleh PM Amir Syarifudin, sedangkan delegasi
Belanda dipimpin oleh R. Abdoel Kadir Widjojoatmodjo (seorang
Indonesia yang pro Belanda).

8
Meskipun perundingan berjalan alot, KTN berhasil mengusulkan usul
politik untuk dipilih kedua belah pihak yaitu :
a) kemerdekaan bagi bangsa Indonesia
b) kerja sama Indonesia-Belanda
c) dibentuknya suatu negara federasi
d) dibentuknya suatu Uni Indonesia-Serikat dan bagian lain
Akhirnya perundingan dikapal Renville berhasil ditandatangani oleh semua
pihak pada tanggal 17 Januari1948. Persetujuan tersebut antara lain berisi :
a) Persetujuan gencatan senjata
b) 5 pokok prinsip tambahan untuk perundingan guna memperlancar
penyelesaian politik, antara lain :
1) Belanda tetap memegang kedaulatan atas seluruh wilayah
Indonesia, sampai kedaulatan diserahkan kepada RIS yang segera
akan dibentuk.
2) Sebelum RIS dibentuk, Belanda dapat mengerahkan sebagian dari
kekuasaannya pada suatu pemerintahan federal sementara.
3) RIS sebagai negara merdeka dan berdaulat, sederajat dengan
Kerajaan Belanda dalam Uni Indonesia-Belanda. Namun Raja
Belanda bertindak sebagai Kepala Uni.
4) RI merupakan bagian dari RIS.
5) Akan diadakan plebisit di wilayah Jawa, Madura, dan Sumatera
untuk menentukan masuk RI atau RIS (di daerah-daerah RI yang
diduduki Belanda hasil Agresi I).
Hasil perundingan Renville jelas telah merugikan Indonesia. Hal
tersebut menimbulkan pro dan kontra di kalangan politisi nasional
maupun pejuang pergerakan. Dengan ditandatanganinya perjanjian
tersebut, wilayah Indonesia menjadi semakin sempit, dan kedudukannya
semakin terdesak karena RI harus mengakui daerah RI yang yang
diduduki Belanda hasil dari agresinya. Melaksanakan Perjanjian
Renville, berarti harus melaksanakan “garis demarkasi Van Mook”. Ini
berarti, daerah-daerah   di  JawaBarat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur
harus ada daerah-daerah yang “dikosongkan”.Dari Jawa Barat, pasukan
Divisi Siliwangi harus hijrah ke Jawa Tengah, demikian pula tentara
dari Divisi Damarwulan dari Jawa Timur harus ditarik ke wilayah RI.
Perintah ini jelas menimbulkan reaksi yang sangat keras dari kalangan
TNI dan para pejuang. Bahkan Letjen Oerip Soemohardjo
mengundurkan diri dari jabatannya karena tidak dapat menerima
keputusan pemerintah untuk meninggalkan kantong-kantong gerilya.

9
Akhirnya Kabinet Amir Syarifudin jatuh karena tidak mendapat dukungan
dari rakyat, apalagi setelah keluarnya Masyumi dan PNI dari kabinet. Pada
tanggal 29 Januari 1948, Presiden Soekarno membentuk kabinet baru
dengan perdana menterinya, Drs. Moh. Hatta. Kondisi politik di Indonesia
semakin rumit. Pemerintah harus menghadapi berbagai tantangan yang
berat. Di satu pihak harus menghadapi kelicikan Belanda, di pihak lain
harus menghadapi perpecahan di kalangan politisi dan pejuang sendiri. Dan
pada waktu bersamaan harus menghadapi pemberontakan yang dilakukan
PKI di Madiun. 

4. Agresi Militer Belanda II


Agresi militer II Belanda terjadi pada 19 Desember 1948. Agresi militer itu
diawali dengan serangan terhadap Yogyakarta, ibu kota Indonesia saat itu,
serta penangkapan Soekarno, Mohammad Hatta, Sjahrir, dan beberapa
tokoh lainnya. Jatuhnya ibu kota negara itu juga menyebabkan dibentuknya
Pemerintah Darurat Republik Indonesia di Sumatera, yang dipimpin oleh
Sjafruddin Prawiranega.Seiring dengan penyerangan terhadap bandar udara
Maguwo Yogyakarta hari itu, Belanda menyatakan tidak lagi terikat
dengan Perjanjian Renville.
Penyerangan terhadap Yogyakarta diawali dengan pemboman atas
lapangan terbang Maguwo. Pada pukul 05.45 pagi itu, lapangan terbang
Maguwo dihujani bom dan tembakan mitraliur oleh 5 pesawat Mustang dan
9 pesawat Kittyhawk. Pertahanan TNI di Maguwo hanya terdiri dari 150
orang pasukan, dengan persenjataan sangat minim. Akibatnya, dalam
waktu singkat bandara Maguwo jatuh ke tangan pasukan Belanda.
Sebanyak 128 tentara Indonesia tewas, sedangkan di pihak Belanda tidak
ada satupun korban yang jatuh.
Beriringan dengan agresi ke Yogyakarta, pasukan Belanda juga menyerang
daerah-daerah lain di Jawa. Segera setelah mendengar berita agresi militer
yang dilakukan Belanda tersebut, Panglima Besar Soedirman pun
mengeluarkan perintah yang dibacakan di radio tanggal 19 Desember 1948
pukul 08.00, dan perang gerilya melawan Belanda dimulai.
Akibat agresi militer Belanda tersebut, pihak internasional melakukan
tekanan terhadap Belanda, terutama dari pihak Amerika Serikat yang
mengancam akan menghentikan bantuannya kepada Belanda. Akhirnya,
dengan terpaksa, Belanda bersedia untuk kembali berunding dengan RI.
Pada tanggal 7 Mei 1949, Republik Indonesia dan Belanda menyepakati
Perjanjian Roem-Royen

10
5.  PDRI dan Serangan Umum 1 Maret 1949
Sebenarnya, sebelum para pemimpin RI ditangkap Belanda, para pemimpin
TNI dan Presiden RI sempat mengadakan sidang kilat yang menghasilkan
keputusan, di antaranya yaitu :
a) Memberi kuasa penuh kepada Mr. Syafruddin Prawiranegara untuk
membentuk Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI) di
Sumatera;
b) Kepada Mr. Maramis, L.N. Palar, dan Dr. Soedarsono yang sedang
berada di India diberi tugas untuk membentuk Pemerintah Pelarian RI
di India bila PDRI di Bukittinggi gagal.Selanjutnya Presiden Soekarno
melalui radiogram segera memberikan mandat kepada Menteri
Kemakmuran Rakyat, Mr. Syafruddin Prawiranegara yang pada waktu
itu sedang berada di Sumatera (Bukittinggi) agar membentuk PDRI.
Dengan demikian, walaupun para pemimpin RI serta ibukota berada di
tangan Belanda, pemerintahan RI terus tetap berjalan.
Terlepas dari polemik tentang siapa sebenarnya yang memiliki ide awal
untuk melakukan serangan umum tanggal 1 Maret 1949 ke Yogyakarta
apakah Sri Sultan Hamengkubuwono IX atau Letkol Soeharto, toh dalam
kenyataannya TNI berhasil menduduki kota Yogyakarta selama 6 jam.
Keberhasilan serangan ini kemudian disiarkan melalui radio di Wonogiri
ke seluruh penjuru dunia. Serangan Umum 1 Maret 1949 mempunyai arti
yang sangat penting bagi perjuangan bangsa Indonesia dalam menghadapi
Belanda, yaitu :
a. Ke dalam; secara psikologis dapat mendorong semangat perjuangan
TNI dan rakyat Indonesia yang sedang berjuang melakukan perang
gerilya.
b. Ke luar; secara politik untuk membuktikan kepada dunia internasional
bahwa TNI dan negara RI masih ada dan sekaligus membantah
kebohongan Belanda yang menyatakan negara RI dan TNI sudah tidak
ada lagi.

6. Perundingan Roem-Royen
Berbagai bangsa di Asia, Afrika, dan Australia mengecam tindakan
Belanda yang melakukan agresinya yang kedua ke Indonesia. Atas prakarsa
Birma dan India, pada tanggal 20-23 Januari 1949 diselenggarakan
Konferensi Asia di New Delhi, India. Dalam konferensi itu khusus
membahas acara tunggal, yaitu Agresi Militer Belanda II. Konferensi
tersebut menghasilkan suatu resolusi tentang masalah RI-Belanda, yaitu :
a) Belanda harus mengembalikan Pemerintahan RI ke Yogyakarta;

11
b) Pembentukan Pemerintahan ad-interim yang mempunyai kemerdekaan
politik luar negeri, sebelum tanggal 15 Maret 1949;
c) Tentara Belanda harus ditarik dari seluruh wilayah RI;
d) Penyerahan kedaulatan kepada Pemerintah Indonesia Serikat paling
lambat tanggal 1 Januari 1950.
Usaha perundingan kemudian ditempuh kembali dengan diadakannya
perundingan awal di Jakarta tanggal 14 April 1949. Delegasi Indonesia
dipimpin oleh Mr. Moh. Roem, sedangkan delegasi Belanda dipimpin oleh
Dr. J.H. van Roijen. Perundingan tersebut di bawah pengawasan UNCI
yang dipimpin oleh Merle Cochran. Melalui perdebatan yang sengit,
akhirnya dicapai persetujuan pada tanggal 7 Mei 1949 yang dikenal dengan
Persetujuan Roem-Roijen (Roem-Roijen Statement). Persetujuan tersebut
antara lain berisi :
a) Pemerintah RI bersedia menghentikan perang gerilyanya;
b) Pemerintah RI bersedia menjalin kerjasama untuk mengembalikan
keamanan dan ketertiban;
c) Pemerintah Belanda menyetujui kembalinya Pemerintah RI ke
Yogyakarta;
d) Pemerintah Belanda bersedia menghentikan operasi militernya,
membebaskan semua tahanan politik serta berusaha dengan
sungguh-sungguh agar KMB segera dilaksanakan setelah
pemerintah RI kembali ke Yogyakarta

7. Konfrensi Inter-Indonesia
Konferensi Inter Indonesia merupakan konferensi yang berlangsung
antara negara Republik Indonesia dengan negara-negara boneka atau
negara bagian bentukkan Belanda yang tergabung dalam BFO
(Bijenkomst Voor Federal Overslag) Konferensi Inter Indonesia
berlangsung di Yogyakarta pada tanggal 19-22 Juli 1949 yang dipimpin
oleh Wakil Presiden Drs. Mohammad Hatta. Karena simpati dari
negara-negara BFO ini maka pemimpin-pemimpin Republik Indonesia
dapat dibebaskan dan BFO jugalah yang turut berjasa dalam
terselenggaranya Konferensi Inter-Indonesia. Hal itulah yang
melatarbelakangi dilaksanaklannya Konferensi Inter-Indonesia.
Soekarno menyebut konferensi ini sebagai “trace baru” bagi arah
perjuangan Indonesia.
Konferensi ini banyak didominasi perbincangan mengenai konsep dan
teknis pembentukan RIS, terutama mengenai susunan kenegaraaan
berikut hak dan kewajiban antara pemerintah pusat dengan pemerintah

12
daerah. Hasil kesepakatan dari Konferensi Inter-Indonesia adalah:
1) Negara Indonesia Serikat disetujui dengan nama Republik
Indonesia Serikat (RIS) berdasarkan demokrasi dan federalisme
(serikat).
2) RIS akan dikepalai oleh seorang Presiden dibantu oleh menteri-
menteri yang bertanggung jawab kepada Presiden.
3) RIS akan menerima penyerahan kedaulatan, baik dari Republik
Indonesia maupun dari kerajaan Belanda.
4) Angkatan perang RIS adalah angkatan perang nasional, dan
Presiden RIS adalah Panglima Tertinggi Angkatan Perang RIS.
5) Pembentukkan angkatan Perang RIS adalah semata-mata soal
bangsa Indonesia sendiri. Angkatan Perang RIS akan dibentuk oleh
Pemerintah RIS dengan inti dari TNI dan KNIL serta kesatuan-
kesatuan Belanda lainnya.
Sidang kedua Konferensi Inter Indonesia di selenggrakan di Jakarta
pada tanggal 30 Juli dengan keputusan: 
1) Bendera RIS adalah Sang Merah Putih
2) Lagu kebangsaan Indonesia Raya
3) Bahasa resmi RIS adalah Bahsa Indonesia
4) Presiden RIS dipilih wakil RI dan BFO. Pengisian anggota MPRS
diserahkan kepada kebijakan negara-negara bagian yang jumlahnya
enam belas negara.
Kedua delegasi juga setuju untuk membentuk panitia persiapan nasional
yang bertugas mempersiapkan segala sesuatu yang berkaitan dengan
pelaksanaan Konferensi Meja Bundar.

8. Konferensi Meja Bundar (KMB)


Konferensi Meja Bundar diikuti oleh perwakilan dari Indonesia, Belanda,
danperwakilan badan yang mengurusi sengketa antara Indonesia-Belanda.
Berikut ini paradelegasi yang hadir dalam KMB:
a. Indonesia terdiri dari Drs. Moh. Hatta, Mr. Moh. Roem, Prof.Dr. Mr.
Soepomo.
b. BFO dipimpin Sultan Hamid II dari Pontianak.
c. Belanda diwakili Mr. van Maarseveen.
d. UNCI diwakili oleh Chritchley.
Setelah melakukan perundingan cukup lama,diperoleh hasil. Berikut
merupakan hasil KMB:
a) Belanda mengakui RIS sebagai negara yang merdeka dan berdaulat.

13
b) Pengakuan kedaulatan dilakukan selambat-lambatnya tanggal 30
Desember 1949.
c) Masalah Irian Barat akan diadakan perundingan lagi dalam waktu 1
tahun setelah pengakuan kedaulatan RIS.
d) Antara RIS dan Kerajaan Belanda akan diadakan hubungan Uni
Indonesia Belanda yang dikepalai Raja Belanda.
e) Kapal-kapal perang Belanda akan ditarik dari Indonesia dengan catatan
beberapa korvet akan diserahkan kepada RIS.
f) Tentara Kerajaan Belanda selekas mungkin ditarik mundur, sedang
TentaraKerajaan Hindia Belanda (KNIL) akan dibubarkan dengan
catatan bahwa paraanggotanya yang diperlukan akan dimasukkan
dalam kesatuan TNI.
Konferensi Meja Bundar memberikan dampak yang cukup
menggembirakan bagi bangsa Indonesia. Karena sebagian besar hasil dari
KMB berpihak pada bangsa Indonesia,sehingga dampak positif pun
diperoleh Indonesia. Berikut merupakan dampak dari Konferensi Meja
Bundar bagi Indonesia:
a. Belanda mengakui kemerdekaan Indonesia.
b. Konflik dengan Belanda dapat diakhiri dan pembangunan segera dapat
dimulai.
c. Irian Barat belum bisa diserahkan kepada Republik Indonesia Serikat.
d. Bentuk negara serikat tidak sesuai dengan cita-cita Proklamasi
Kemerdekaan 17 Agustus 1945.
Selain dampak positif, Indonesia juga memperoleh dampak negatif,
yaitubelum diakuinya Irian Barat sebagai bagian dari Indonesia. Sehingga
Indonesiamasih berusaha untuk memperoleh pengakuan bahwa Irian Barat
merupakan bagiandari NKRI.

D. Faktor yang memaksa Belanda Keluar dari Indonesia


Ketika Belanda melakukan agresi militemya yang kedua, tanggal 19
Desember1948, Dewan Keamanan PBB merasa tersinggung karena tindakan
Belanda tersebuttelah melanggar persetujuan gencatan senjata yang telah
diprakasai oleh KomisiTiga Negara (KTN). Di dalam negeri Indonesia pun
Belanda tidak memperolehdukungan politik bahkan para pejuang melakukan
gerilya maupun serangan umum.Menghadapi kondisi yang demikian ini maka
Belanda mengubah sikapnya yaknisepakat dilakukan gencatan senjata.
Penghentian tembak menembak akan mulaiberlaku di Jawa tanggal 11 Agustus
1949, dan di Sumatera pada tanggal 15Agustus 1949. Pada masa gencatan senjata
itulah berlangsung Konferensi MejaBundar di Den Haag pada tanggal 23

14
Agustus 1949. Dalam konferensi ini hasilutamanya antara lain bahwa Belanda
akan mengakui kedaulatan Republik IndonesiaSerikat pada akhir bulan
Desember 1949. Dengan demikian hal ini memaksa Belandaharus keluar dari
Bumi Indonesia. Sebenarnya faktor-faktor apa saja yangmemaksa Belanda harus
keluar dari Indonesia?
Faktor dari Dalam :
1. Dari dalam negeri Indonesia, Belanda menyadari bahwa kekuatan militernya
tidak cukup kuat untuk memaksa RI tunduk kepadanya.
2. Perang yang berkepanjangan mengakibatkan hancurnya perkebunan dan
pabrik-pabrik Belanda. Untuk menghindarkan hal itu Belanda harus
mengubah strateginya.
3. Belanda tidak mendapat dukungan politik dari dalam negeri Indonesia.
Ketika membujuk Sultan Hamengkubuwono IX untuk menjadi pemimpin
sebuah negara di Jawa maka ditolaknya.
4. Para pejuang Republik Indonesia terus melakukan perang gerilya dan
serangan umum.
Faktor dari Luar :
PBB dan Amerika Serikat mengambil sikap yang lebih tegas terhadap
Belanda.Amerika Serikat mengancam akan menghentikan bantuan
pembangunan yang menjaditumpuan perekonomian Belanda. Dengan adanya
faktor-faktor di atas makadiselenggarakanlah KMB yang bermuara diakuinya
kedaulatan Republik IndonesiaSerikat pada tanggal 27 Desember 1949
sehingga memaksa Belanda keluar dari bumi Indonesia.

15
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah kemerdekaan, Belanda hadir kembali di Indonesia dan berupaya
menanjapkan lagi kekuasaannya. Oleh karena itu, timbulah konflik
berkepanjangan antara Indonesia dengan Belanda yang mempengaruhi
keberadaan Bangsa Indonesia yang baru berdiri. Beberapa factor yang
menyebabkan terjadinya konflik antara Indonesia dan Belanda diantaranya :
1. Sekutu dan NICA melakukan provokasi dan terror terhadap bangsa
Indonesia.
2. Timbulnya semangat antikolonialisme di kalangan rakyat Indonesia
3. Belanda melancarkan agresi militer terhadap wilayah tutorial Republik
Indonesia
Dalam kondisi seperti itu, beruntung dunia internasional ikut berperan
menyelesaikan pertikaian di antara keduanya. Di samping itu, sifat nasionalisme
yang dimiliki Bangsa Indonesia dalam setiap perjuangan baik secara fisik
maupun diplomatic. Di beberapa daerah dengan gagah berani masyarakat
menghalau penjajah yang ingin berkuasa di bumi Indonesia. Rakyat Indonesia
dengan penuh semangat dan rasa nasionalisme tinggi menantang segala bentuk
penjajahan. Mereka mempertahankan kemerdekaan yang telah dicapai dengan
mengorbankan jiwa dan raga. Hal ini menjadi tonggak kekuatan Indonesia
hingga digelarnya Konferensi Meja Bundar. Dalam konferensi ini Belanda akan
mengakui kedaulatan Republik Indonesia Serikat (RIS) pada akhir Desember
1949.
Pada tanggal 27 Desember 1949, dilakukan upacara penandatanganan naskah
Pengakuan kedaulatan RIS di ruang tahta kerajaan Belanda. Upacara ini dihadiri
oleh wakil-wakil dari Belanda - Indonesia dan bersama-sama menandatangani
penyerahan kekuasaan. Peristiwa ini merupakan akhir dari perjuangan Republik
Indonesia untuk meningkatkan kemerdekaan dan menjadi kemerdekaan DE
JURE Negara RIS

B. Saran-Saran
Adapun dari penulisan makalah ini saya selaku penulis menyarankan kepada
generasi muda agar tetap mempertahankan kemerdekaan Indonesia dengan cara
ikut berpartisipasi dalam mengisi kemerdekaan Indonesia, dan mencontoh
semangat para pahlawan terdahulu, betapa sulitnya mereka meraih kemerdekaan
dan mempertahankannya hingga sekarang.

16
MAKALAH

MEMAKNAI SEMANGAT PERJUANGAN PEMUDA

DALAM PERJUANGAN KEMERDEKAAN REPOBLIK

INDONESIA

OLEH

FILDZAH RAIHANA SULTAN

KELAS VIII

MTS BABUSSALAM HKSN MANGOLO

17

Anda mungkin juga menyukai