Anda di halaman 1dari 128

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Proyek

1.1.1 Gagasan awal

Terminal Terboyo terletak di Jalan Terminal Terboyo, Kecamatan Genuk,

Semarang. Terminal Terboyo Semarang yang dioperasikan sejak tahun 1985

dengan jenis terminal Tipe A. Fungsi terminal adalah terminal transit dan terminal

lintas. Luas terminal adalah 75.125 m2 dengan luas areal pelayanan kendaraan

28.295,83 m2 . Luas lahan untuk lokasi kendaaran pribadi/taksi adalah 3.600 m2 ,

dengan panjang jalan akses masuk/keluar terminal 300 m. Luas fasilitas utama

pendukung dalam terminal adalah : 26.075 m2 , sedangkan luas jalan lingkungan

adalah 15.890 m2 dengan lebar jalan akses masuk 15 m. Di Terminal Terboyo

terdapat travel biro, pintu masuk terminal, kantor terminal, kios-kios, mushola,

taman, pos 1, pos 2, pos 3, pos masuk terminal, lapangan parkir terminal, halte BRT

dan menara terminal.

Tata guna lahan di sekitar Terminal Terboyo dapat dijelaskan sebagai

berikut: Di sisi utara Jalan Kaligawe terdapat Terminal Terboyo dengan jalan akses

sepanjang 300 meter dan lebar 14 meter. Selain itu juga terdapat rumah sakit dan

pusat pendidikan perguruan tinggi swasta. Tata guna lahan di sekitar Terminal

Terboyo sebagian besar merupakan kawasan industri. Terminal Terboyo dikelilingi

oleh Kawasan Industri Terboyo, sedangkan di sisi selatan terdapat Rumah Sakit

Islam Sultan Agung Semarang. Adanya kawasan perindustrian di sekitar Terminal

Terboyo membuat banyak truk yang keluar masuk melalui jalan Terminal Terboyo

bahkan sering memarkirkan kendaraannya di jalan sekitar Terminal Terboyo.

1
1.2 Tujuan dan Sasaran Pembahasan

Tujuan yang ingin dicapai adalah membuat sebuah programming dari

sebuah proyek dengan judul “Pabrik Sayuran” sebagai dasar dalam perancangan

dan pembuatan desain proyek.

 Tujuan dirancangnya Pabrik sayuran untuk pengingkatan

ekonomi pada permukiman di kawasan Terminal Terboyo.

 Sasaran yang ingin dicapai dari proyek ini yaitu produk

sayuran akan di ekspor luas menuju negara lain.

1.3 Perumusan Masalah

Perencanaan dan perancangan bangunan tidak lepas dari berbagai macam

permasalahan. Permasalahan-permasalahan dapat berupa pelaku dalam

bangunan, aktivitas, dan permasalahan pada bangunan. Pada proyek bangunan

baru tentang “Pabrik Sayuran” permasalahan-permasalahan yang timbul dapat

dirumuskan sebagai berikut:

a. Apa yang dimaksud dengan Pabrik Sayuran?

b. Apa tema desain yang akan diangkat untuk proyek bangunan baru ini?

c. Bagaimana cara merawat serta mengawetkan bahan mentahan (raw

material) yang ada di dalam Pabrik?

d. Kegiatan apa sajakah yang berada di dalam pabrik?

e. Bagaimana cara meningkatkan keamanan dalam pabrik?

f. Apa saja kebutuhan perabot untuk berjalannya kinerja bangunan secara

maksimal?

g. Bagaimana cara mengatasi hal-hal terkait dengan keselamatan terhadap

bencana seperti kebakaran?

2
1.4 Lingkup Pembahasan

Lingkup pembahasan dalam proyek “Pabrik Sayuran” dapat dijabarkan

sebagai berikut:

1.4.1 Lingkup Substansial

Lingkup substansial adalah pembahasan yang mengarah pada hal-hal berkaitan

dengan aspek arsitektural seperti:

• Tinjauan proyek baik secara umum ataupun secara khusus mengenai Pabrik

sayuran yaitu dapat mengekspor produk hingga ke Negara lain. Tinjauan proyek ini

didukung adanya studi proyek sejenis sebagai acuan data untuk menganalisa aspek

arsitektural.

• Spesifikasi dan uraian proyek yang berisi analisa arsitektural mengenai studi

pelaku, aktivitas, fasilitas, kebutuhan ruang, serta kajian teori berkaitan dengan

tema desain dan permasalahan dominan.

3
1.4.2 Lingkup Spasial

Lingkup spasial adalah aspek konstektual tapak terpilih dengan

memperhatikan :

• Lingkup pembahasan pada proyek Pabrik Sayuran dimana dibangun di

kawasan Terminal Terboyo yang padat akan penduduk.

1.5 Metoda Pembahasan

1.5.1 Metoda Pengumpulan Data

Metoda pengumpulan data dengan menggunakan data primer dan sekunder.

Pengambilan data primer dilakukan dengan cara survey, wawancara, dan

observasi. Survey dan wawancara dilakukan dengan cara:

Wawancara dengan pengurus PT.Indofood CBP Sukses Makmur, yang

berlokasi di Jl.Raya Tugurejo KM 10,2 No.199,Kota Semarang. tentang aktivitas

dan kegiatan pengunjung, kebutuhan ruang yang disediakan untuk menunjang

kegiatan pelaku, cara mengawetkan bahan mentahan, bentuk desain interior yang

aman dan menarik.

Kegiatan observasi dilakukan dengan cara studi kasus pada bangunan terkait.

Contohnya observasi pada:

a. Bentuk ruang lobby yang digunakan untuk menerima tamu.

b. Desain interior dengan ruang produksi yang aman.

c. Fasilitas umum yang tersedia untuk pengunjung.

d. Ruang produksi yang difungsikan untuk memproduksi produk olahan.

e. Dsb.

4
Selain studi kasus ruang dan perabot, kenyamanan serta keamanan pada

bangunan juga sangat penting bagi pengunjung untuk memaksimalkan kebutuhan

aktivitas.

Data sekunder yang digunakan adalah literatur dari internet, literatur buku

dan artikel yang terkait dengan perilaku dan karakteristik pelaku pada pabrik, cara

mengawetkan bahan mentahan, bangunan yang aman dan nyaman untuk

pengunjung, dan sebagainya. Pengambilan data sekunder harus dikembangkan

lagi, agar tidak terjadi plagiat.

1.5.2 Metoda Penyusunan dan Analisis

Metoda penyusunan data adalah dengan cara mengelompokkan data terkait.

Kelompok data yang akan digunakan adalah:

1. Metoda Induktif: Penyusunan data dengan mengobservasi projek sejenis

untuk dilakukan studi komparasi sehingga hasilnya dapat digunakan

sebagai bahan acuan dan referensi.

2. Metode Deduktif: Penyusunan data dengan melakukan studi literatur

yang berasal dari buku dan internet mengenai standar-standar bangunan

sejenis, peraturan yang mengatur dan informai tentang bangunan

sejenis.

Setelah melalui tahap metode penyusunan berdasarkan kelompok dan

fungsinya, tahap selanjutnya adalah proses analisis. Kegiatan analisis yang

dilakukan terkait dengan tingkat kenyamanan dan keamanan para pengunjung serta

sifat-sifat pengunjung.

5
1.5.3 Metoda Pemrograman

Dalam penyusunan laporan pemrograman dibutuhkan langkah penyusunan

yang baik dan benar, karena pemrograman berfungsi sebagai data untuk membuat

sebuah desain.

Proses awal dalam membuat program adalah mengetahui judul dan topik yang akan

dibahas. Fungsi dari topik yang sudah tersedia adalah untuk mengetahui fungsi dari

bangunan yang akan di bangun. Pelaku dan aktivitas yang terjadi di dalam

bangunan dapat diketahui dari fungsi bangunan tersebut.

Perlu adanya studi perilaku untuk mendapatkan jenis-jenis ruang, luasan

ruang, sirkulasi serta aktivitas pelaku yang berbeda-beda di dalam bangunan.

Luasan ruang yang didapatkan akan digunakan sebagai besaran ruang yang

direncanakan disertai detail perabot di dalamnya.

Jenis-jenis ruang memiliki fungsi yang berbeda-beda. Perbedaan fungsi ini

dapat dikelompokkan menurut sifat dan jenis ruang untuk memenuhi kinerja

bangunan. Setelah mengelompokkan ruang berdasarkan sifat dan jenisnya,

kelompok ruang tersebut disusun berdasarkan hubungan ruang satu dengan yang

lainnya dengan mengatur letak dekat atau jauhnya hubungan satu ruang dengan

ruang yang lain.

1.5.4 Metoda Perancangan Arsitektur

Tahap perancangan desain dimulai dari konsep rancangan skematik pada

konsep spasial atau keruangan. Bentuk rancangan skematik dapat berupa analisis

tapak. Dalam analisis tapak dapat ditemukan beberapa permasalahan di lokasi

seperti akses menuju lokasi, arah angin, kebisingan, pencahayaan, vegetasi, view

to site, view from site, dan sebagainya. Permasalahan yang terdapat pada tapak

tersebut disertakan dengan penyelesaian masalah tapak. Solusi tapak dari masing-

masing masalah kemudian digabungkan dan menghasilkan zoning makro.

6
Setelah menyelesaikan zoning makro, diperlukan zoning mikro untuk

menggabungkan tapak dengan bentuk desain yang akan dirancang, rancangan

tersebut adalah rancangan skematik. Rancangan skematik pada bangunan ini

terkait dengan sifat, hubungan ruang, hubungan kegiatan, sirkulasi dan pencapaian

secara indoor dan outdoor. Hasil dari proses rancangan skematik dalam lingkup

bangunan ini menghasilkan zoning mikro.

Hasil dari penggabungan zoning makro dan zoning makro adalah konsep

tatanan massa pada tapak atau block plan. Proses tatanan massa ini berfungsi

untuk menyatukan antara bentuk bangunan yang akan dirancang dengan lokasinya.

Dalam proses tatanan massa membutuhkan konsep sistem bangunan tentang

utilitas dan penerapan teknologi didalamnya.

Setelah menentukan letak massa yang tepat didalam tapak, massa tersebut

dikembangkan menjadi bentuk bangunan. Konsep bentuk bangunan yang akan

dirancang dapat berupa analogi, transformasi bentuk, maupun mimesis. Setelah

merencanakan konsep bentuk yang akan dibuat, tahap selanjutnya adalah

pengembangan desain yang menghasilkan gambar kerja.

7
1.6 Sistematika Pembahasan

BAB I : PENDAHULUAN

Pada bab ini berisi tentang pembahasan awal mengenai materi Landasan

Perancangan Arsitektur yang berisi atas latar belakang, tujuan dan sasaran,

perumusan masalah, lingkup pembahasan, metoda pembahasan, kerangka

berpikir dari “Pabrik Sayuran”

BAB II : TINJAUAN PROYEK

Pada bab ini membahas mengenai gambaran umum tentang judul proyek.

Gambaran umum terpilih adalah tentang kegiatan yang ada terhadap pabrik

serta penelitian. Dalam bab ini juga membahas pelaku, aktivitas pelaku, fasilitas

yang disediakan, hasil survey di PT.Indofood Tugurejo Semarang, dan

permasalahan khusus dalam bangunan.

BAB III : Analisis Pendekatan Program Arsitektur

Berisi data secara kualitatif dan kuantitatif dalam bentuk analisis dengan

pendekatan terhadap program arsitektur. Pembahasan yang ada meliputi:

 Analisis pendekatan arsitektur

Meliputi studi pelaku, studi aktifitas, studi fasilitas, studi kebutuhan ruang, studi

luasan dan tapak, studi citra arsitektural.

 Analisis pendekatan sistem bangunan

Meliputi studi sistem struktur, sistem utilitas, dan teknologi yang digunakan.

 Analisis pendekatan konteks lingkungan Meliputi analisis pemilihan lokasi dan

analisis pemilihan tapak.

8
BAB IV : Program Arsitektur

Meliputi program akhir yang akan digunakan sebagai dasar perancangan

baik dari segi konsep arsitektural, struktur, sistem kinerja bangunan dan aspek

penunjang.

BAB V : Kajian Teori

Berisi tentang penekanan kajian teori dalam desain dan teori permasalahan

dominan. Dengan tujuan mencari pemecahan permasalahan yang ditemui

selama proses perancangan dan dapat di implementasikan terhadap

penekanan desain projek terkait.

Daftar Pustaka

Berisi tentang data sumber dan referensi yang digunakan baik berupa

literatur maupun internet yang digunakan dalam menunjang pembuatan

Landasan Perancangan Arsitektur.

Lampiran

Berisikan data pelengkap pada Landasan Perancangan Arsitektur untuk

dapat menunjang dan memperjelas projek Pabrik Sayuran

9
BAB II

TINJAUAN PROYEK

2.1. Tinjauan Umum Pabrik

2.1.1. Gambaran Umum Pabrik

Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) pabrik yaitu bangunan

dengan perlengkapan mesin tempat membuat atau memproduksi barang tertentu

dalam jumlah besar untuk diperdagangkan.

Menurut wikipedia adalah tempat industri, biasanya terdiri dari bangunan

dan mesin, atau lebih umumnya yang memiliki beberapa bangunan, di mana

pekerja memproduksi barang atau mengoperasikan mesin untuk memproses satu

produk ke produk lainnya.

2.1.2. Fungsi Pabrik Secara umum

Perusahaan adalah organisasi yang didirikan oleh seseorang atau

sekelompok orang untuk kegiatan melakukan produksi dan distribusi guna

memenuhi kebutuhan manusia. Kegiatan produksi dan distribusi umumnya

dilakukan untuk memperoleh keuntungan atau laba. Namun, tidak juga kegiatan

produksi yang tujuannya mencari laba, seperti yayasan sosial, keagamaan dll.

    Hasil dari kegiatan produksi adalah barang dan jasa, barang atau jasa inilah yang

akan dijual untuk memperoleh kembali biaya yang dikeluarkan. Jika hasil penjualan

barang atau jasa lebih besar dari biaya yang dikeluarkan maka perusahaan tersebut

memperoleh keuntungan dan sebaliknya jika hasil jumlah penjualan barang atau

jasa lebih kecil dari jumlah biaya yang dikeluarkan maka perusahaan tersebut akan

mengalami kerugian. Dengan demikian dalam menghasilkan barang perusahaan

menggabungkan beberapa faktor produksi untuk mencari tujuan yaitu keuntungan.

10
    Untuk menghasilkan barang siap konsumsi, perusahaan memerlukan bahan-

bahan dan faktor pendukung lainnya, seperti bahan baku, bahan pembantu,

peralatan dan tenaga kerja. Untuk memperoleh bahan baku dan bahan pembantu

serta tenaga kerja dikeluarkan sejumlah biaya yang disebut biaya produksi.

    Jadi, Pabrik adalah kesatuan teknis yang bertujuan menghasilkan barang atau

jasa. Pabrik juga tempat berlangsungnya proses produksi yang menggabungkan

faktor-faktor produksi untuk menghasilkan barang dan jasa. Perusahaan adalah alat

dari badan usaha untuk mencapai tujuan yaitu mencari keuntungan.

2.1.3. Jenis Jenis Pabrik/Industri

Jenis-jenis industri di Indonesia digolongkan menjadi 12 kelompok, yaitu

sebagai berikut :

a. Industri pengolahan pangan

Yang termasuk industri pengolahan bahan pangan adalah penggilingan padi,

pembuatan minyak kelapa sawit dan minyak nabati lainnya, pembuatan tapioka,

pabrik teh, pabrik kopi dan coklat, pabrik-pabrik es, pengolahan gading, ikan,

dan pembuatan mie (termasuk pabrik mie instan), roti, pengawetan ikan, buah-

buahan dan jamur, pembuatan susu bubuk, tepung, permen, biskuit,

pembuatan kecap, terasi, dan pabrik gula.

b. Industri tekstil

Industri tekstil besar dan kecil banyak terdapat di Jawa Barat, daerah khusus

Ibu Kota Jakarta, dan sebagian terdapat di Jawa Tengah. Dalam industri ini

termasuk industri batik yang banyak terdapat di Jawa Tengah, terutama di

Yogyakarta, Solo, dan Pekalongan.

Kemajuan industri tekstil sangat pesat setelah ditemukan mesin-mesin

modern. Penemuan mesin-mesin ini mengakibatkan industri kecil tenun gulun

tikar.

11
c. Industri barang kulit

Industri barang dari kulit menghasilkan tas, koper, sepatu, sepatu, kipas,

wayang, sandal; ikat pinggang, dan barang-barang kerajinan kulit lainnya.

Industri ini banyak terdapat di dalam sentra-sentra industri di Jawa. Adapun

industri pengolahan kulit tidak termasuk ke dalam kelompok ini. Namun dewasa

ini industri barang dari kulit perkembangannya tidak pesat, karena disaingi kulit

sintetis.

d. Industri pengolahan kayu

Industri pengolahan kayu mengahasilkan bahan bangunan dan perbot

rumah tangga, seperti meja, kursi, dan pigura. Industri besar pengolahan kayu

menghasilkan kayu lapis. Industri pengolahan kayu banyak diekspor ke Eropa,

Timur Tengah, Jepang, dan Amerika.

e. Industri pengolahan kertas

Perkembangan industri pengolahan kertas berbentuk industri besar yang

menghasilkan barang-barnag dari kertas tulis biasa, kertas bungkus dan karton,

kertas hias dan tisu. Industri ini terdapat antara lain di Pematang Siantar

(Sumatera), Padalarang, Blabak, Bayuwangi (Jawa), dan Martapura

(kalimantan).

f. Industri kimia farmasi

Industri kimia dan farmasi menghasilkan zat asam, garam kimia, pupuk,

pembasmi serangga, plastik, serat buatan, bahan-bahan kecantikan, cat,

pernis, dan obat-obatan. Perkembangan industri kimia dan farmasi sangat

pesat, khususnya di kota-kota besar.

g. Industri pengolahan karet

Industri pengolahan karet terutama menghasilkan ban luar dan ban dalam

untuk kendaraaan bermotor maupun tidak bermotor. Kecualiitu, industri ini juga

12
menghasilkan barang-barang lain seperti bola, mainan anak, keperluan rumah

tangga, keperluan kelengkapan mobil, pesawat motor dan kapal.

h. Industri barang galian bukan logam

Industri-industri besar barang galian bukan logam menghasilkan semen,

gelas, dan kaca. Industri ini juga manghasilkan keramik dan asbes. Pabrik

semen yang besar terdapat di Padang (Sumatera Barat), Tonasa, (Sulawesi

Selatan), Gresik (Jawa Timur), Cibinong (Jawa Barat), Cilacap (Jawa Tengah),

dan beberapa tempat lainnya. Pabrik pupuk terdapat di Palembang dan

Kalimantan Timur. Industri semen berkembang pesat karena semakin banyak

bangunan yang terbuat dari beton.

i. Industri baja / pengolahan logam

Industri baja yang besar terdapat di Cilegon, Jawa Barat yang menghasilkan

antara lain plat baja, pipa baja, dan kabel-kabel baja. Industri yang tidak begitu

besar menghasilkan atap seng, besi, beton, pipa-pipa besi dan lainnya, dan

bahkan pisau silet.

Industri baja sangat pesat perkembangannya, banyak dibutuhkan untuk

industri karoseri mobil dan perusahaan angkutan lainnya.

j. Industri peralatan

Industri peralatan menghasilkan terutama alat-alat transtasi dan alat berat

serta kendaraan lainnya, dalam bentuk:

- Pesawat terbang yang dihasilkan PT. Dirgantara Indonesia (dahulu

IPTN) di Bandung

- Kapal laut yang dihasilkan PT PAL di Surabaya

- Perakitan mobil dan sepeda motor di Jakarta dan Karawang

- Alat-alat elektronik dan perakitannya di Jabotabek

- Alat-alat pertanian dan alat-alat pertukangan di Karawang dan Depok.

13
k. Industri pertambangan

Industri pertambangan umumnya berupa industri besar dengan seluruh atau

sebagian menggunakan modal asing. Misalnya tambang minyak oleh beberapa

perusahaan asing di samping Pertamina milik Indonesia sendiri, tambang

timah, tambang nikel, dan tambang tembaga. Tambang tembaga dikelola PT

Freepost di Irian Jaya ternyata juga menghasilkan emas dalam jumlah yang

cukup banyak.

l. Industri pariwisata

Indonesia mempunyai potensi untuk mengembangkan industri pariwisata.

Orang asing mengenal Indonesia sebagai negara yang indah panoramanya,

beragam budayanya, dan ramah tamah orangnya. Indonesia berbenah diri

untuk mengembangkan potensi pariwisata baik potensi alam budaya, maupun

historis, guna meraih devisa yang besar. Pencanangan pariwisata Indonesia

dimulai tahun 1991. tahun ini dinyatakan sebagai tahun kunjungan ke Indonesia

atau visit “Indonesia Year 1991”. Dengan pencanangan ini diharapkan

diharapakan diharapkan jumlah wisatawan mancanegara yang datang ke

Indonesia meningkat.

2.1.4. Pelaku Kegiatan

Pelaku kegiatan dalam museum antara lain :

 Pengunjung

Masyarakat umum yang tidak membatasi golongan / tingkat serta sosialnya ,

kelompok dari usia pra sekolah (3-6 th) , usia sekolah (7-24 th) , usia

produktif (25-49 th),tetapi tida menutup kemungkinan digunakan oleh usia

lanjut diatas 50 tahun.

14
 Pengelola

Pelaku yang melakukan aktifitas administrasi dan pelayanan terhadap

pengunjung.

 Tamu

Tamu yang bersangkutan akan berkunjung ke pabrik dalam tamu instansi /

lembaga yang berkaitan dengan gedung pabrik tersebut.

 Pegawai

Pelaku yang melakukan aktivitas pekerjaan dalam pabrik seperti mengolah

bahan mentahan menjadi bahan jadi.

15
2.1.5 Struktur Organisasi Pengelolaan Pabrik

Gambar 2.1. Struktur organisasi pabrik sayuran

16
2.2. Tinjauan Khusus

2.2.1 Gambaran Standar Bangunan

Standar bangunan industri secara umum adalah 3 m dengan ketinggian

optimum sebesar 5,6 m untuk penanganan suhu ruang. Namun, ketinggian

maksimum bangunan disesuaikan dengan tinggi mesin atau truk barang. Panjang

dan lebar bangunan mengacu pada kelipatan rentang kolom dengan penyesuaian

proporsi bentang baja >200 m setiap 15-20 m atau 30 m untuk keadaan maksimal.

Dalam peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan RI (BPOM)

Tahun 2012 dinyatakan bahwa bangunan dan fasilitas industri seharusnya

menjamin bahwa pangan tidak tercemar oleh bahaya fisik, biologis, dan kimia

selama dalam proses produksi serta mudah dibersihkan dan disanitasi. Higienis

ruang produksi berkaitan dengan persyaratan ruang yang meliputi desain dan tata

letak, lantai, dinding dan pemisah ruang, langit-langit, bukaan, ventilasi, dan

permukaan tempat kerja.

Material yang aman, tidak mengkontaminasi produk dan mudah dibersihkan

sangat dibutuhkan untuk menunjang kualitas produk yang dihasilkan. Jenis material

yang sering digunakan dalam industri makanan adalah stainless steel dan epoxy.

Stainless steel tahan terhadap air dan udara, bahan ini dapat diaplikasikan pada

bidang-bidang yang langsung bersentuhan dengan produk. Sedangkan penggunaan

epoxy ini bertujuan untuk melindungi lantai agar kuat dan tahan lama, mengurangi

resiko kerusakan akibat gesekan dan mudah dibersihkan.

17
2.2.2 Kriteria Perancangan Bangunan Industri Makanan Olahan

GMP (Good Manufacturing Pratices)

GMP atau Good Manufacturing Pratices merupakan sebuah aturan yang

dibuat sebagai panduan tentang cara memproduksi suatu produk agar produk

tersebut dapat mencapai kualitas yang baik dan secara konsisten. Kualitas yang

dimaksudkan adalah mutu suatu produk dapat memenuhi harapan konsumen,

produk yang diproduksi harus sama dengan yang ada pada label kemasan atau

promosi. Produk yang dibeli konsumen juga harus tepat guna dan tidak

terkontaminasi bahan berbahaya (gmp center, 2011).

Aspek GMP meliputi bangunan, utilitas, peralatan, perawatan, kualitas,

kebersihan, pergudangan dan manajemen. Pada perancangan industri makanan

olahan buah belimbing ini, peraturan yang diperhatikan adalah peraturan desain dan

konstruksi bangunan industri yang higienis yang mencangkup bangunan, gudang

dan utilitas.

K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja)

Kondisi kerja dapat dikontrol untuk mengurangi bahkan menghilangkan

potensi bahaya kecelakaan kerja. Faktor fisik bangunan juga tidak terlepas dari

persyaratan kesehatan kerja, antara lain: kebisingan, getaran, penghawaan, suhu,

penanggulangan bahaya kebakaran, dan pengendalian hama. Faktor-faktor ini

penting diperhatikan dalam tempat kerja, karena pengaruhnya terhadap pekerja

dapat berlangsung dalam waktu tertentu (Keputusan Menteri Kesehatan Republik

Indonesia, 2011).

18
Alur Sirkulasi Bangunan Industri Makanan

Menurut Hadiguna & Setiawan (2008), pola sirkulasi dan tata letak ruang
produksi pada bangunan industri dibagi menjadi dua yaitu: tata letak produk dan
tata letak proses. Tata letak produk didasarkan pada aliran produksi, mesin dan
fasilitas lainya. Ruang diatur berdasarkan urutan proses yang ditentukan pada
urutan produksi.

Tujuan tata letak produk untuk mengurangi pemindahan bahan dan


memudahkan pengawasan dalam aktivitas produksi. Keuntungan tata letak produk
adalah:

a. Memperlancar aliran bahan.

b. Waktu total produksi relatif singkat.

c. Tidak memerlukan pekerja skil tinggi.

d. Tidak membutuhkan ruang penyimpanan sementara.

Konstruksi dan Material Bangunan

Standar bangunan industri secara umum adalah 3 m dengan ketinggian

optimum sebesar 5,6 m untuk penanganan suhu ruang. Namun, ketinggian

maksimum bangunan disesuaikan dengan tinggi mesin atau truk barang. Panjang

dan lebar bangunan mengacu pada kelipatan rentang kolom dengan penyesuaian

proporsi bentang baja >200 m setiap 15-20 m atau 30 m untuk keadaan maksimal.

Dalam peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan RI (BPOM)

Tahun 2012 dinyatakan bahwa bangunan dan fasilitas industri seharusnya

menjamin bahwa pangan tidak tercemar oleh bahaya fisik, biologis, dan kimia

selama dalam proses produksi serta mudah dibersihkan dan disanitasi. Higienis

ruang produksi berkaitan dengan persyaratan ruang yang meliputi desain dan tata

19
letak, lantai, dinding dan pemisah ruang, langit-langit, bukaan, ventilasi, dan

permukaan tempat kerja.

Material yang aman, tidak mengkontaminasi produk dan mudah dibersihkan sangat

dibutuhkan untuk menunjang kualitas produk yang dihasilkan.

Jenis material yang sering digunakan dalam industri makanan adalah

stainless steel dan epoxy. Stainless steel tahan terhadap air dan udara, bahan ini

dapat diaplikasikan pada bidang-bidang yang langsung bersentuhan dengan

produk. Sedangkan penggunaan epoxy ini bertujuan untuk melindungi lantai agar

kuat dan tahan lama, mengurangi resiko kerusakan akibat gesekan dan mudah

dibersihkan.

Sistem Penghawaan dan Pencahayaan

Usulan sistem pencahayaan bangunan menggunakan solatube, jenis

perangkat tubular pencahayaan yang digunakan untuk mengoptimalkan

pengambilan cahaya siang hari melalui kubah di atap dan disalurkan ke tabung

reflektif melalui diffuser di langit-langit. Penggunaan solatube sangat efisien untuk

pengoptimalan sistem pencahayaan bangunan pada siang hari.

Sistem penghawaan dapat dioptimalkan dengan jalan memberikan banyak

bukaan pada bangunan. Sistem bukaan pada bangunan industri diletakan pada

bagian atap bangunan. Untuk mengalirkan udara panas dari dalam ruangan keluar,

maka lubang angin diletakkan di bagian tertinggi dan menggunakan exhaust fan.

Pengelolaan Limbah Industri

Pemerintah Republik Indonesia telah menegaskan bahwa setiap

pembuangan limbah industri tidak boleh dibuang secara langsung ke lingkungan.

Menurut Departemen Perindustrian (2007) pengelolaan limbah mencangkup

20
reduksi, pengumpulan, penyimpanan, pengangkutan, pemanfaatan, pengolahan,

dan/ atau penimbunan. Pemanfaatan limbah yang telah diolah menjadi kompos

mampu memberikan dampak positif bagi lingkungan.

Kompos yang berasal dari limbah makanan olahan buah belimbing dapat

memberikan manfaat yang diantaranya:

a. Menyediakan pupuk organik bagi tanaman belimbing itu sendiri

b. Menghemat biaya pengangkutan limbah

c. Mengurangi kebutuhan lahan tempat penimbunan limbah

d. Menyelamatkan lingkungan dari kerusakan dan gangguan bau, banjir, dan


penularan penyakit oleh serangga atau binatang pengerat.

Metode Perancangan

Proses perancangan dimulai dari membaca isu yang terjadi di lapangan

maupun isu mengenai objek desain. Dari isu yang didapatkan muncul

permasalahan yang akan dipecahkan. Langkah selanjutnya adalah analisis data

dengan metode pragmatik pada analisis tapak, metode deskriptif dan pragmatik

pada analisis ruang produksi, metode programatik pada analisis tata massa dan

ruang luar serta metode pragmatik pada analisis bangunan. Tahap selanjutnya

adalah sintesis data hingga mengahasilkan konsep desain. Kosep desain

dikembangkan menjadi desain akhir.

21
2.2.3. Persyaratan Umum Pabrik Makanan

Lantai, saluran air, dan perangkap limbah

Lantai harus dibuat halus, padat, dapat dikeringkan, tahan terhadap cairan

dan mudah dibersihkan. Lantai harus mempunyai kemiringan yang sesuai ke

saluran pembuangan untuk memungkinkan pergerakan yang efektif dari aliran air

atau limbah air dalam kondisi kerja normal. Saluran air harus dibuat dan

ditempatkan sedemikian agar dapat dibersihkan dengan mudah dan tidak

menimbulkan bahaya. Sistem perangkap limbah harus terletak jauh dari area

penanganan makanan atau pintu masuk ke lokasi pengolahan.

Dinding, Partisi, Pintu, dan Langit-langit

Konstruksi dinding, partisi, langit-langit dan pintu harus tahan lama.

Permukaan dalam harus halus dan tahan terhadap cahaya dan harus dijaga tetap

bersih. Pertemuan dinding dengan dinding dan dinding dengan lantai harus

dirancang agar mudah dibersihkan dan tertutup untuk mencegah terjadinya

akumulasi dari sisa-sisa produk makanan.

Konstruksi pintu, jendela dan kusen (frame) harus terbuat dari bahan yang

memenuhi persyaratan fungsional yang sama untuk dinding internal dan partisi.

Konstruksi pintu harus padat. Jendela harus terbuat dari kaca tahan pecah atau

materi yang serupa. Makanan harus diproses dan ditangani di area yang dilengkapi

dengan langit-langit atau struktur lainnya yang dibangun dan dijaga untuk

mencegah kontaminasi produk.  Konstruksi langit-langit harus dapat dipantau terkait

aktivitas hama, memudahkan pembersihan dan menyediakan akses ke utilitas.

22
Tangga, Titian dan Platform

Tangga, titian dan platform di area pengolahan dan penanganan makanan

harus dirancang dan dibangun agar tidak menimbulkan risiko kontaminasi ke produk

dan harus dalam keadaan selalu bersih.

Pencahayaan dan Perlengkapannya

Pencahayaan di area pengolahan dan penanganan makanan dan di tempat

inspeksi harus sesuai intensitasnya agar memungkinkan staf untuk melaksanakan

tugas-tugas mereka secara efisien dan efektif. Perlengkapan pencahayaan di area

pengolahan, tempat inspeksi, gudang bahan baku dan kemasan, dan semua area

dimana produk ter-expose langsung harus tahan pecah, dibuat dengan penutup

tahan pecah atau dilengkapi dengan penutup (pelindung) yang tersembunyi ke

dalam bagian langit-langit atau dipasang sejajar dengan langit-langit.  Jika

perlengkapan tidak dapat tersembunyi, struktur harus dilindungi dari kerusakan

yang disengaja, dan terbuat dari bahan-bahan yang mudah dibersihkan dan

dimasukkan dalam program pembersihan dan sanitasi. Perlengkapan pencahayaan

di gudang dan area lain dimana produk sudah dikemas harus dirancang agar

mencegah kerusakan dan kontaminasi produk.

Area inspeksi

Area inspeksi harus disediakan dengan fasilitas yang sesuai untuk

pemeriksaan produk. Area inspeksi harus memiliki akses yang mudah ke fasilitas

cuci tangan dan intensitas pencahayaan cukup untuk dapat melakukan

pemeriksaan menyeluruh terhadap produk sebagaimana yang diperlukan.

23
Pencegahan debu, lalat dan hama

Semua jendela luar, celah ventilasi, pintu dan bukaan lainnya harus secara

efektif tertutup ketika ditutup dan kedap terhadap debu, hama dan lalat. Pintu akses

personil harus disediakan. Pintu tersebut harus efektif mencegah lalat dan

dilengkapi dengan perangkat menutup dengan sendirinya (self-closing). Pintu luar,

termasuk overhead door di area penanganan makanan, yang digunakan untuk

produk, pejalan kaki atau akses truk harus kedap lalat dengan menggunakan

setidaknya satu atau kombinasi dari metode berikut:

 Perangkat self-closing

 Air curtain

 Screen kedap lalat

 Ruang tambahan kedap lalat

 Penutup tambahan di sekitar area dock

Perangkat listrik untuk pengendalian serangga, feromon atau perangkap lain

dan umpan harus ditempatkan agar tidak menimbulkan risiko kontaminasi untuk

produk, kemasan, wadah atau peralatan pengolahan. Umpan tidak boleh digunakan

di dalam area penyimpanan bahan atau makanan dan area pengolahan.

Ventilasi

Ventilasi yang memadai harus disediakan di area pengolahan dan

penanganan yang tertutup. Kipas extractor dan kanopi harus disediakan di area

dimana kegiatan memasak dilakukan, menghasilkan jumlah besar uap dan harus

memiliki beberapa fitur berikut:

24
Kipas dan ventilasi keluaran harus kedap lalat dan ditempatkan agar tidak

menimbulkan risiko kontaminasi dan sistem tekanan udara positif harus diinstal

untuk mencegah kontaminasi udara.

2.2.4 Studi Preseden

Gedung Kementrian PUPR, Indonesia

Gambar 2.2. Gedung Kementrian PUPR

(Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Bangunan ini terletak di Jakarta Indonesia dan telah mendapatkan

Certificate Platinum Green Building. Konsep dari bangunan ini adalah green

site & green building sehingga menjadi low energy consumption building

serta berperan mengurangi dampak global warming.

25
Konsep Gedung Kementrian PU:

1. Zero Run Off: - Meminimalkan buangan air hujan ke luar kawasan

- Pembuatan detention pond / swale

- Pembuatan resapan setempat

- Optimalisasi jaringan saluran drainase keliling

2. Thermal Control : - Membentuk mikro klimat

- Dari tatanan pola & pemilihan vegetas

- Membentuk sirkulasi udara ruang luar yang

mengalir

- Pengelolaan O2 & CO2 dengan penanaman

tanaman bertajuk padat & lebar

3. Eco Friendly: - Pemilihan material secara tepat

- Meminimalkan material alami

- Memilih produk finishing yg. Poreus

- Menyediakan & melengkapi sarana bagi pejalan kaki

(termasuk penyandang cacat)

4. Recycle Reduce Reuse : - Penerapan sistem pengelolaan sampah

tanaman

- Penerapan pengelolaan air tanah dengan

baik

- Mengurangi penggunaan air siram dgn

meminimalkan tanaman perdu

26
- Efisiensi penggunaan daya listrik dengan

penggunaan pencahayaan ruang luar dan

pemilihan jenis lampu & sensor

Pada bangunan Kementrian PUPR ini memiliki luas ruang hijau yang

tinggi sebesar 33,54% dari lahan dengan pengolahan RTH untuk

penanaman pohon penyerap polusi udara. 0.5 Ha RTH dapat menahan

aliran permukaan akibat hujan dan meresapkan air ke dalam tanah

sebanyak 10,219 m3/tahunnya. Selain itu juga vegetasi pada RTH dapat

menyerap 80% radiasi matahari sehingga tapak menjadi teduh. Dilakukan

juga pemilihan material secara tepat, terutama dari jenis yang memiliki

poroeusitas tinggi serta memberikan kemudahan dan kenyamanan bagi

pejalan kaki & penyandang cacat. Pada bangunan ini orientasi dan bentuk

bangunan dilakukan pengurangan luasan dinding yang terkena paparan

panas sinar matahari (dinding timur dan barat), tanpa mengurangi intensitas

cahaya yang akan masuk ke dalam gedung.

Gambar 2.3 Ilustrasi Panas Matahari Gedung

Sumber: data pribadi

27
Gambar 2.4

Grey Water System

Sumber: data pribadi

Pada bangunan ini juga digunakan sistem Grey Water System pada

air kotor sehingga dapat digunakan kembali.

PT. Indofood CBP Sukses Makmur Seasoning Division

PT. Indofood CBP Sukses Makmur Seasoning Division

berlokasi di Jl. Raya Tugurejo KM 10.2 , Tugu ,Kota Semarang. Luas

area pabrik (kantor dan pabrik) ini ada pada kisaran ±1,7 Ha.

28
Gambar 2.5. Suasana dalam area PT. Indofood

Gambar 2.6. Layout PT. Indofood CBP Sukses Makmur

29
Gambar 2.7. Jembatan timbang pada area PT. Indofood

2.3. Gambaran Umum Lokasi

Pengertian pantai menurut Rajiman dalam Seminar Nasional Suboptimal

2014 di Palembang menyatakan pantai adalah kenampakan alam yang menjadi

batas wilayah daratan dan lautan. Wilayah pantai dimulai dari titik terendah air laut

pada saat surut hingga arah terjauh yang dapat digapai gelombang laut ke daratan.

Bentuk pantai bermacam-macam ada yang landai, terjal, berpasir, maupun pantai

yang berlumpur. (Rajiman, 2014)

Karakteristik tanah pada area pantai utara Jawa memiliki pola sebaran

sedimen permukaan dasar laut berukuran lempung-pasir. Jenis sedimen

berdasarkan ukuran butirnya yaitu pasir, pasir lanauan, lanauan pasiran dan lanau.

(Wisnu Arya Gemilang, Guntur Adhi Rahmawan, Ruzana Dhiauddin, Ulung Jantama

Wisha, 2018)

Berdasarkan pengamatan foto udara, kawasan pantai utara dikota

Semarang memiliki beberapa zona lahan. Area lahan yang digunakan sebagai

tambak tampak memiliki ukuran yang cukup luas. Bentuk pantai pada kawasan

terminal terboyo memiliki bentuk bibir pantai yang tersusun rapi. Radius 1 kilometer

dari bibir pantai terdapat kawasan yang sudah dipadati bangunan terutama pabrik-

pabrik mengingat letaknya berada pada kawasan industri. Lokasi tapak merupakan

lingkungan alami yang belum diolah dan tidak terdapat bangunan dalam tapak,

untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar.

listrik, PDAM, telepon, dan drainase sudah tersedia di sekitar tapak ini dan berfungsi

dengan baik.

30
LAUT JAWA
PANTAI

LOKASI TAPAK

Gambar 2.8

Lokasi Tapak Pabrik Sayuran

Sumber: Google Maps

2.4 Gambaran Umum Tapak

Lahan basah atau wetland adalah wilayah dimana kondisi tanah lahan jenuh

dengan air secara permanen maupun musiman. Air yang menggenangi dapat

berupa air tawar, air payau atau asin. Lahan basah biasanya berupa rawa, rawa

bakau, paya, dan gambut. Lahan basah biasanya memiliki ekosistem tersendiri

berupa hutan rawa air tawar, hutan rawa gambut, hutan bakau, paya rumput,

dengan beragam penghuni margasatwa. (Mitsch, W.J., J.G. Gosselink, C.J.

Anderson, and L. Zhang, 2009) 

Berdasarkan dari penjelasan diatas dapat diketahui jika lokasi lahan berada

pada area rawa bakau yang berada disekitar pantai utara Semarang. Lokasi tapak

juga berada dekat dengan lahan kosong berpasir kering seperti yang ditunjukan

dalam gambar.

31
Gambar 2.9 Lokasi Tapak Pabrik Sayuran
Sumber: Google Maps

Luas Tapak : 23.514 m²

Potensi dan Kendala pada tapak

No Potensi Kendala
Terdapat banyak
Suasana sekitar tapak
1. angkutan umum melintasi
terlalu padat dan ramai
jalan tersebut
View to site lebih luas
Kondisi tapak sekitar
2. visualnya karena terletak
tergenang air (rob)
di daerah persimpangan
Belum adanya banyak
3. Tapak cenderung landai vegetasi pada area
tapak tersebut

Tabel 2.1 Penilaian


Tapak
Sumber : data pribadi

32
2.4.1 Batas-Batas Tapak

Batas Utara Tapak Batas Timur Tapak


Pada batas tapak sebelah Utara, Pada batas tapak sebelah Timur,
berbatasan dengan Jalan Raya Tuban berbatasan langsung dengan pabrik
yang merupakan akses menuju tapak Antika Sanjaya PT dengan batas dinding
yang lebar jalannya ±15meter. setinggi 4 meter.

Gambar 2.10
Foto Eksisting Tapak
Sumber: Dokumen Pribadi

Batas Selatan Tapak


Batas Barat Tapak
Pada batas tapak sebelah
Pada batas tapak sebelah Barat, Selatan, berbatasan langsung
berbatasan langsung dengan dengan Pabrik Immanuel
Pabrik. Dunamis PT.

33
2.4.2 Kondisi Lingkungan Tapak

Jalan yang digunakan untuk menuju tapak adalah Jalan Raya Tuban yang

termasuk dalam Jalan Arteri Sekunder. Kondisi jalan Raya Tuban dalam keadaan

baik dan merupakan jalan beraspal. Lebar jalan pada Jalan Raya Tuban ± 10meter

dan dilengkapi dengan pedestrian yang lebarnya ± 2meter. Kondisi lalu lintas pada

Jalan Raya Tuban ini ramai pada jam tertentu. Kondisi yang ramai ini biasanya

terjadi pada saat masyarakat berangkat ataupun pulang dari bekerja atau

beraktivitas. Banyak transportasi umum maupun kendaraan pribadi yang melewati

jalan ini yang merupakan akses utama masyarakat dalam beraktivitas. Terdapat

fasilitas di sekitar tapak yang masih berfungsi dengan baik dan beberapa jenis

vegetasi pada tepi pedestrian jalan Raya Tuban.

Gambar 2.11 Gambar 2.12


Kondisi Jalan Raya Tuban Kondisi Jalan Raya Tuban
Pada Pukul 16.00 Pada Pukul 09.00
Sumber: Dokumen Pribadi Sumber: Dokumen Pribadi

Terdapat beberapa jenis vegetasi di sekitar tapak diantaranya adalah pohon petai
cina, pohon palm, serta pohon yang bertajuk lebar. Terdapat juga pohon perdu di
sekitar tapak jalan Raya Tuban dengan jumlah yang cukup banyak yang tingginya
±7meter.

34
Gambar 2.13
Pohon Perdu
Sumber: Dokumen Pribadi

Gambar 2.14
Terdapat beberapa fasilitas penunjang di sekitar
Pohon Palem
tapak antar lain: Sumber: Dokumen Pribadi

- Jaringan Listrik (trafo) terletak di

sebelah TImur tapak tepatnya dekat dengan jalan Raya Tubanyang dapat

berfungsi dengan baik.

- Saluran PDAM yang dapat berfungsi dengan baik terletak di sebelah

Tenggara tapak.

- Saluran Telepon terletak di sebelah barat tapak tepatnya dekat dengan

pos polisi. Fasilitas ini dapat berfungsi dengan baik.

- Saluran drainase yang lancar di sekitar Jalan Raya Tuban dengan lebar

±1meter dan kedalaman 1,5meter.

Gambar 2.15 Gambar 2.16


Jaringan Listrik di Sekitar Tapak Saluran PDAM di Sekitar Tapak
Sumber: Dokumen Pribadi Sumber: Dokumen Pribadi

35
Gambar 2.17 Gambar 2.18
2. Saluran Telepon di Sekitar 4.3 Saluran Drainase di Sekitar
Tapak Tapak
Fakta Klimatologi

Gambar 2.19

Titik Pengukuran Pada

Lokasi Tapak

Sumber: Google Maps


A

Pengukuran di Titik A

Pengukuran intensitas cahaya pada pagi hari pukul 09.00 sebesar 5820 lux

sedangkan pada siang hari matahari sangat terik mencapai 6888 lux. Hal ini

dapat berubah karena adanya beberapa vegetasi yang menutupi intensitas

cahaya matahari.

MINIMAL MAKSIMAL RATA-RATA

36
PAGI 5820 lux 11476 lux 7839 lux

SIANG 6888 lux 13149 lux 8795 lux

SORE 5683 lux 9476 lux 6839 lux

MALAM 0 lux 0 lux 0 lux

Tabel 2.2

Pengukuran Intensitas Cahaya Pada Titik A

Sumber: Analisis Pribadi

Kebisingan yang berasal dari jalan Raya Tuban relatif tinggi karena

banyaknya kendaraan yang melintas. Perhitungan tingkat kebisingan pada

pagi hari mencapai 83 dB karena kondisi lalu lintas yang ramai pada jam

berangkat kerja. Sedangkan sore hari mencapai 81dB pada jam pulang kerja.

MINIMAL MAKSIMAL RATA-RATA

PAGI 80 dB 83 dB 81 dB

SIANG 80 dB 84 dB 82 dB

SORE 78 dB 81 dB 81 dB

MALAM 76 dB 80 dB 78 dB

Tabel 2.3

Pengukuran Kebisingan Pada Titik A

Sumber: Analisis Pribadi

Pengukuran suhu pada pagi hari yaitu 330 disebabkan banyaknya

kendaraan yang melintas menghasilkan asap kendaraan yang membawa

37
hawa panas. Sedangkan pada siang hari sangat terik mencapai 340 dan sore

hari 300

Data Pengukuran Suhu di Titik A

Sumber: Analisis Pribadi

 PAGI : 330

 SIANG : 340

 SORE : 300

 MALAM : 250

Pengukuran Tingkat kelembaban disekitar tapak pada pagi hari

adalah 46%. Kelembaban ini diakibatkan adanya asap kendaraan yang

melintas serta hawa panas dari jalan Raya Tuban. Tingkat kelembaban pada

siang hari mencapai 52%, sedangkan sore hari mencapai 69% dikarenakan

hawa panas dari jalan Raya Tuban karena jam pulang kerja.

Data Tingkat Kelembaban di Titik A

Sumber: Analisis Pribadi

 PAGI : 46%

 SIANG : 52%

 SORE : 69%

 MALAM : 57%

Kecepatan angin yang diukur di titik A pada pagi hari adalah 13km/h

dari arah Timur menuju Barat Daya. Hal ini disebabkan oleh angin yang

terbawa oleh kendaraan yang melintas di jalan Raya Tubanpada jam kerja.

38
Pengukuran pada siang hari adalah 11km/h, serta pada sore harinya 9km/h

dari arah Tenggara.

Data kecepatan angin pada titik A

Sumber: Analisis Pribadi

 PAGI : 13 Km/H (Dari Timur)

 SIANG : 11 Km/H (Dari Timur Laut)

 SORE : 9 Km/H (Dari Tenggara)

 MALAM : 9 Km/H (Dari Tenggara)

39
Pengukuran di Titik B

MINIMAL MAKSIMAL RATA-RATA

PAGI 5220 lux 10876 lux 7839 lux

SIANG 6248 lux 12419 lux 8795 lux

SORE 5017 lux 8392 lux 6839 lux

MALAM 0 lux 0 lux 0 lux

Tabel 2.4

Data Pengukuran Intensitas Cahaya (Lux) di Titik B

Sumber: Analisis Pribadi

MINIMAL MAKSIMAL RATA-RATA

PAGI 74 dB 76 dB 78 dB

SIANG 72 dB 78 dB 82 dB

SORE 72 dB 74 dB 73 dB

MALAM 70 dB 72 dB 71 dB

Tabel 2.5

Data Pengukuran Kebisingan (dB) di Titik B

Sumber: Analisis Pribadi

40
Data Pengukuran Suhu di Titik B

Sumber: Analisis Pribadi

 PAGI : 330

 SIANG : 340

 SORE : 280

 MALAM : 250

Data Pengukuran Kelembaban di Titik B

Sumber: Analisis Pribadi

 PAGI : 46%

 SIANG : 52%

 SORE : 71%

 MALAM : 57%

Data Pengukuran Kecepatan Angin di Titik B

Sumber: Analisis Pribadi

 PAGI : 8 Km/H (Dari Timur)

 SIANG : 6Km/H (Dari Timur Laut)

 SORE : 4 Km/H (Dari Tenggara)

 MALAM : 4 Km/H (Dari Tenggara)

41
2.4.4 Gambaran Lingkungan Ekonomi, Sosial, dan Budaya di Sekitar Tapak

Gambaran Lingkungan Ekonomi

Rob yang melanda Kawasan Industri Terboyo, menyebabkan aktivitas

perekonomian terganggu. Dalam sehari, kerugian sebuah perusahaan ditafsir

mencapai ratusan juta rupiah, karena tidak bisa beraktivitas dengan baik. Terdapat

beberapa pengusaha ekspedisi dan memiliki dugang di kawasan tersebut mengaku,

kerugian mencapai ratusan rupiah. Saat terjadi rob tinggi, pihaknya tidak bisa

melakukan bongkar muat barang. Bila biasanya bisa dua sampai tiga kali, kini

hanya sekali, menunggu rob surut. 

Saat rob tinggi mencapai 1 meter, banyak yang tidak bisa melakukan

bongkar muat, karena dikhawatirkan merusak barang. Satu kontainer hanya bisa

bongkar muat satu kali, biasanya bisa dua sampai tiga kali. Hal itu juga dapat

menyebabkan Kerugian mencapai ratusan juta rupiah, belum ditambah akses

masuk yang juga terendam rob, yang mengakibatkan kemacetan dan menyebabkan

banyak truk yang telat datang. Padahal harus tetap membayar tenaga sopir dan

uang solar. Kerugian lainnya adalah banyaknya kiriman angkutan yang tidak bisa

tertangani karena kendaraan tidak bisa keluar atau masuk ke kawasan ini. Sehingga

terdapat banyak komplain dari pelanggan maupun pengguna jasa.

Gambar 2.20
Lingkungan Sekitar Tapak 42
Gambaran Lingkungan Sosial

Sebagian besar masyarakat menerima kondisi rumah dan kondisi

lingkungan permukiman yang ditunjukkan oleh persepsi mereka (Sariffuddin, 2006).

Kondisi man diduga memiliki pengaruh lebih rendah karena masyarakat lebih

berorientasi pada kehidupan bersama keluarga yang dapat dicerminkan pada

banyaknya warga yang mengajak anggota keluarganya untuk bekerja di tempat

yang sama. Nature diduga akan berada pada urutan terakhir karena masyarakat

sudah tidak memiliki kemampuan untuk memperbaiki lingkungannya.

Di samping itu, peneliti juga ingin menggali secara mendalam

informasi/makna-makna yang ’tersembunyi’ di objek penelitian. Penilaian manusia

(man) lebih menitikberatkan pada penilaian kapasitas ekonomi rumah tangga yaitu

kemampuan keluarga memenuhi kebutuhan anggota keluarganya (Yuliantoro &

Damayanti, 2008). Penilaian lingkungan hidup (nature) yaitu penilaian kondisi

lingkungan permukiman sebagai tempat hidup masyarakat. Penilaian kondisi rumah

(shells) dilakukan untuk mengetahui kondisi rumah warga. Penilaian kondisi

kehidupan sosial masyarakat (society) dimaksudkan untuk mengetahui tingkat

’kekentalan komunitas’ masyarakat.

Terakhir, penilaian network (jaringan), yaitu penilaian hubungan antara

warga dengan swasta dan pemerintah dalam pengelolaan lingkungan permukiman

dan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Preferensi masyarakat diarahkan

berdasarkan aspekaspek human settlement, yaitu man, nature, shells, society, dan

network. Dalam wawancara terstruktur, masyarakat distimulasi untuk

mendefinisikan kapasitas ekonomi yang ideal kondisi lingkungan yang baik, kualitas

rumah yang nyaman dan aman, kehidupan sosial yang baik, dan hubungan

masyarakat dengan swasta dan pemerintah yang baik.

43
Gambaran Lingkungan Budaya

Hakikat pembangunan berkelanjutan merupakan peningkatan kualitas hidup

manusia dan menjamin keberlanjutannya. Dewasa ini, pembangunan kota hanya

menitikberatkan perubahan lingkungan dan tidak membangun manusia yang

menempatinya. Bahkan, perkembangan kota-kota Indonesia cenderung mengikuti

mekanisme pasar, seperti permukiman di Kelurahan Terboyo Wetan Kecamatan

Genuk, Semarang. Permukiman ini berkembang sejak beroperasinya zona industri

Genuk pada tahun 1980-an. Awalnya, permukiman ini merupakan perkampungan

nelayan yang masyarakatnya menggantungkan hidupnya pada laut. Industrialisasi

besar-besaran telah mengubah kondisi kehidupan masyarakat. Untuk menelusuri

lebih mendalam. Temuan studi menunjukkan permukiman Terboyo Wetan rawan

tidak berlanjut.

Menurut penilaian objektif, dari 5 aspek kualitas hidup menurut pemahaman

human settlement hanya satu aspek yang mendukung, yaitu society. Keempat

aspek lainnya (man, nature, shells, dan network) tidak mendukungnya. Begitupula

cara pandang warga yang bersifat antroposentris berdampak pada perilaku kurang

ramah lingkungan. Ini tercermin dari makna kesejahteraan menurut warga, yaitu

pemenuhan kebutuhan dasar dalam lingkup ekonomi dan belum memikirkan aspek

lingkungan hidup. Bahkan, beberapa warga menganggap kondisi lingkungan yang

terpuruk merupakan konsekuensi permukiman pesisir.

Kondisi sosial dan perekonomian masyarakat terbantu oleh keberadaan

kawasan industri. Masyarakat dapat memperoleh pekerjaan atau membuka usaha

untuk mendukung aktivitas industri. Kerukunan antar warga yang harmonis telah

tercipta sejak lama dan turun temurun (Damayanti, 2005).

44
BAB III

PEMROGRAMAN ARSITEKTUR

3.1. ANALISA PENDEKATAN ARSITEKTUR

3.1.1. Studi Aktivitas

PENGELOLA

No PELAKU AKTIVITAS RUANG SIFAT

1 Direktur Datang Drop-off Publik

Parkir Tempat Parkir Publik

Mengawasi R.Direktur Privat

Karyawan

Bertemu dengan R. Tamu Publik

tamu

Menerima laporan R.direktur Privat

Rapat R.Rapat Privat

Istirahat - -

BAK/BAB Toilet Servis

Ibadah Musholla Servis

Pulang Drop-off Publik

2 General Datang Drop-off Publik

Manager

Absen R. Absen Publik

Parkir Tempat Parkir Publik

Mengawasi R. GM dan Privat

Karyawan R. Produksi

45
Bertemu dengan R. Tamu Publik

Tamu

Membuat dan R. GM Privat

menerima laporan

Rapat R.Rapat Privat

Istirahat - -

BAK/BAB Toilet Servis

Ibadah Musholla Servis

Pulang Drop-off Publik

3 Manager Mill Datang Drop-off Publik

Absen R. Absen Publik

Parkir Tempat Parkir Publik

Mengawasi kinerja R. Manager Privat

produksi mill dan

R. Produksi

Bertemu dengan R. Tamu Publik

Tamu

Membuat dan R. Manager Privat

menerima laporan Mill

Rapat R.Rapat Privat

Istirahat - -

BAK/BAB Toilet Servis

Ibadah Musholla Servis

Pulang Drop-off Publik

4 Manager Bina Datang Drop-off Publik

Lingkngan Absen R. Absen Publik

Parkir Tempat Parkir Publik

46
Memantau R. Manager Privat

hubungan pabrik Binling

dengan lingkungan

Bertemu dengan R. Tamu Publik

Tamu

Membuat dan R. Manager Privat

menerima laporan Binling

Rapat R.Rapat Privat

Istirahat - -

BAK/BAB Toilet Servis

Ibadah Musholla Servis

Pulang Drop-off Publik

5 Manager Datang Drop-off Publik

Infrastruktur Absen R. Absen Publik

Parkir Tempat Parkir Publik

Memantau R. Manager Privat

Infrastruktur pabrik Infrastruktur

dan seluruh

ruang pabrik

Bertemu dengan R. Tamu Publik

Tamu

Membuat dan R. Manager Privat

menerima laporan Infrastruktur

Rapat R.Rapat Privat

Istirahat - -

BAK/BAB Toilet Servis

47
Ibadah Musholla Servis

Pulang Drop-off Publik

6 Ast. Manager Datang Drop-off Publik

Mill Absen R. Absen Publik

Parkir Tempat Parkir Publik

Mengawasi kinerja R. Ast. Privat

produksi Manager Mill

Bertemu dengan R. Tamu Publik

Tamu

Membuat dan R. Ast. Privat

menerima laporan Manager Mill

Rapat R.Rapat Privat

Istirahat - -

BAK/BAB Toilet Servis

Ibadah Musholla Servis

Pulang Drop-off Publik

7 Ast.Manager Datang Drop-off Publik

Infrastruktur Absen R. Absen Publik

Parkir Tempat Parkir Publik

Memantau R.Ast. Privat

Infrastruktur pabrik Manager

Infrastruktur

dan seluruh

ruang pabrik

48
Bertemu dengan R. Tamu Publik

Tamu

Membuat dan R.Ast. Privat

menerima laporan Manager

Infrastruktur

Rapat R.Rapat Privat

Istirahat - -

BAK/BAB Toilet Servis

Ibadah Musholla Servis

Pulang Drop-off Publik

8 Ast. Manager Datang Drop-off Publik

Kepala Tata Absen R. Absen Publik

Usaha Parkir Tempat Parkir Publik

Memantau R. Ast. Privat

Administrasi Manager

Kepala Tata

Usaha

Bertemu dengan R. Tamu Publik

Tamu

Membuat dan R. Ast. Privat

menerima laporan Manager

Kepala Tata

Usaha

Rapat R.Rapat Privat

Istirahat - -

BAK/BAB Toilet Servis

Ibadah Musholla Servis

49
Pulang Drop-off Publik

9 Ast. Manager Datang Drop-off Publik

HRD Absen R. Absen Publik

Parkir Tempat Parkir Publik

Bertemu dengan R. Tamu Publik

Tamu

Membuat dan R. Ast. Privat

menerima laporan Manager HRD

Rapat R.Rapat Privat

Istirahat - -

BAK/BAB Toilet Servis

Ibadah Musholla Servis

Pulang Drop-off Publik

10 Receptionist Datang Drop-off Publik

Absen R. Absen Publik

Parkir Tempat Parkir Publik

Menerima Tamu R. Tamu Publik

Istirahat - -

BAK/BAB Toilet Servis

Ibadah Musholla Servis

Pulang Drop-off Publik

Tabel 3.1. Studi Aktivitas Pengelola

50
Gambra 3.1. Pola aktivitas penge

51
PENDUKUNG

NO PELAKU AKTIVITAS RUANG SIFAT

1 Ast. Limbah Datang Drop-off Publik

Absen R. Absen Publik

Parkir Tempat Parkir Publik

Memantau Stasiun Privat

limbah limbah

Bertemu dengan R. Tamu Publik

Tamu

Membuat dan R. Ast. Privat

menerima Limbah

laporan

Rapat R.Rapat Privat

Istirahat - -

BAK/BAB Toilet Servis

Ibadah Musholla Servis

Pulang Drop-off Publik

2 Ast. Sortasi Datang Drop-off Publik

Absen R. Absen Publik

Parkir Tempat Parkir Publik

Mensortir raw Stasiun Privat

material (kentang sortasi

mentah)

Bertemu dengan R. Tamu Publik

Tamu

Membuat dan R. Ast Sortasi Privat

menerima

52
laporan

Rapat R.Rapat Privat

Istirahat - -

BAK/BAB Toilet Servis

Ibadah Musholla Servis

Pulang Drop-off Publik

3 Ast. Maintenance Datang Drop-off Publik

Absen R. Absen Publik

Parkir Tempat Parkir Publik

Mengontrol R. Produksi Privat

mesin produksi

Bertemu dengan R. Tamu Publik

Tamu

Membuat dan R. Ast. Privat

menerima Maintenance

laporan

Rapat R.Rapat Privat

Istirahat - -

BAK/BAB Toilet Servis

Ibadah Musholla Servis

Pulang Drop-off Publik

4 Ast. Pengolahan Datang Drop-off Publik

Absen R. Absen Publik

Parkir Tempat Parkir Publik

Mengawasi R. Produksi Privat

langsung seluruh

proses

53
pengolahan

Bertemu dengan R. Tamu Publik

Tamu

Membuat dan R. Ast. Privat

menerima Pengolahan

laporan

Rapat R.Rapat Privat

Istirahat - -

BAK/BAB Toilet Servis

Ibadah Musholla Servis

Pulang Drop-off Publik

5 Mandor M&E Datang Drop-off Publik

Absen R. Absen Publik

Parkir Tempat Parkir Publik

Mengontrol M&E R. Produksi & Privat

R. Kontrol

Bertemu dengan R. Tamu Publik

Tamu

Membuat dan R. Mandor Privat

menerima

laporan

Rapat R.Rapat Privat

Istirahat - -

BAK/BAB Toilet Servis

Ibadah Musholla Servis

Pulang Drop-off Publik

6 Mandor Datang Drop-off Publik

54
Maintenance

Absen R. Absen Publik

Parkir Tempat Parkir Publik

Mengontrol R. Produksi Privat

mesin produksi

Bertemu dengan R. Tamu Publik

Tamu

Membuat dan R. Mandor Privat

menerima

laporan

Rapat R.Rapat Privat

Istirahat - -

BAK/BAB Toilet Servis

Ibadah Musholla Servis

Pulang Drop-off Publik

7 Mandor Datang Drop-off Publik

Pengolahan Absen R. Absen Publik

Parkir Tempat Parkir Publik

Mengawasi R. Produksi Privat

pengolahan

Bertemu dengan R. Tamu Publik

Tamu

Membuat dan R. Mandor Privat

menerima

laporan

Rapat R.Rapat Privat

Istirahat - -

55
BAK/BAB Toilet Servis

Ibadah Musholla Servis

Pulang Drop-off Publik

8 Mandor Limbah Datang Drop-off Publik

Absen R. Absen Publik

Parkir Tempat Parkir Publik

Mengawasi Stasiun Privat

pembuangan limbah

limbah

Bertemu dengan R. Tamu Publik

Tamu

Membuat dan R. Mandor Privat

menerima

laporan

Rapat R.Rapat Privat

Istirahat - -

BAK/BAB Toilet Servis

Ibadah Musholla Servis

Pulang Drop-off Publik

9 Mandor Sortasi Datang Drop-off Publik

Absen R. Absen Publik

Parkir Tempat Parkir Publik

Mensortir raw Stasiun Privat

material (kentang sortasi

mentah)

Bertemu dengan R. Tamu Publik

Tamu
56
Membuat dan R. Mandor Privat

menerima

laporan

Rapat R.Rapat Privat

Istirahat - -

BAK/BAB Toilet Servis

Ibadah Musholla Servis

Pulang Drop-off Publik

10 Kerani Datang Drop-off Publik

Absen R. Absen Publik

Parkir Tempat Parkir Publik

Bertemu dengan R. Tamu Publik

Tamu

Membuat dan R. Kerani Privat

menerima

laporan

Rapat R.Rapat Privat

Istirahat - -

BAK/BAB Toilet Servis

Ibadah Musholla Servis

Pulang Drop-off Publik

11 Staff Gudang Datang Drop-off Publik

Absen R. Absen Publik

Parkir Tempat Parkir Publik

Mengontrol stok Gudang Privat

sparepart

Bertemu dengan R. Tamu Publik

57
Tamu

Membuat dan R. Staff Privat

menerima gudang

laporan

Rapat R.Rapat Privat

Istirahat - -

BAK/BAB Toilet Servis

Ibadah Musholla Servis

Pulang Drop-off Publik

12 Staff Administrasi Datang Drop-off Publik

Absen R. Absen Publik

Parkir Tempat Parkir Publik

Mengelola arsip / R.arsip & Privat

administrasi brankas

Bertemu dengan R. Tamu Publik

Tamu

Membuat dan R. Staff Privat

menerima Administrasi

laporan

Rapat R.Rapat Privat

Istirahat - -

BAK/BAB Toilet Servis

Ibadah Musholla Servis

Pulang Drop-off Publik

13 Staff Keuangan Datang Drop-off Publik

Absen R. Absen Publik

Parkir Tempat Parkir Publik

58
Bertemu dengan R. Tamu Publik

Tamu

Membuat dan R. Staff Privat

menerima Keuangan

laporan

Rapat R.Rapat Privat

Istirahat - -

BAK/BAB Toilet Servis

Ibadah Musholla Servis

Pulang Drop-off Publik

14 Staff GIS & IT Datang Drop-off Publik

Absen R. Absen Publik

Parkir Tempat Parkir Publik

Bertemu dengan R. Tamu Publik

Tamu

Membuat dan R. Staff GIS & Privat

menerima IT

laporan

Rapat R.Rapat Privat

Istirahat - -

BAK/BAB Toilet Servis

Ibadah Musholla Servis

Pulang Drop-off Publik

15 Staff Bengkel Datang Drop-off Publik

Absen R. Absen Publik

Parkir Tempat Parkir Publik

59
Mereparasi Bengkel Privat

mesin

Bertemu dengan R. Tamu Publik

Tamu

Membuat dan R. Staff Privat

menerima bengkel

laporan

Rapat R.Rapat Privat

Istirahat - -

BAK/BAB Toilet Servis

Ibadah Musholla Servis

Pulang Drop-off Publik

16 Staff Laboratory Datang Drop-off Publik

Absen R. Absen Publik

Parkir Tempat Parkir Publik

Pengambilan R. produksi Privat

sample

Pengujian R. Laboratory Privat

sample

Bertemu dengan R. Tamu Publik

Tamu

Membuat dan R. Staff Privat

menerima Laboratory

laporan

Rapat R.Rapat Privat

Istirahat - -

60
BAK/BAB Toilet Servis

Ibadah Musholla Servis

Pulang Drop-off Publik

17 Staff Perijinan & Datang Drop-off Publik

Kontrak Absen R. Absen Publik

Parkir Tempat Parkir Publik

Mengurus R. Staff Privat

perijinan dan Perijinan &

kontrak Kontrak

Bertemu dengan R. Tamu Publik

Tamu

Membuat dan R. Staff Privat

menerima Perijinan &

laporan Kontrak

Rapat R.Rapat Privat

Istirahat - -

BAK/BAB Toilet Servis

Ibadah Musholla Servis

Pulang Drop-off Publik

18 Staff CSR Datang Drop-off Publik

(Corporate Social Absen R. Absen Publik

Responsibility) Parkir Tempat Parkir Publik

Mengadakan R. Staff CSR Privat

kerjasama

dengan pihak lain

Bertemu dengan R. Tamu Publik

61
Tamu

Membuat dan R. Staff CSR Privat

menerima

laporan

Rapat R.Rapat Privat

Istirahat - -

BAK/BAB Toilet Servis

Ibadah Musholla Servis

Pulang Drop-off Publik

19 Ast. Payroll Datang Drop-off Publik

Absen R. Absen Publik

Parkir Tempat Parkir Publik

Membagikan gaji R. Ast. Privat

karyawan Payroll

Bertemu dengan R. Tamu Publik

Tamu

Membuat dan R. Ast. Privat

menerima Payroll

laporan

Rapat R.Rapat Privat

Istirahat - -

BAK/BAB Toilet Servis

Ibadah Musholla Servis

Pulang Drop-off Publik

20 Staff Klinik Datang Drop-off Publik

Absen R. Absen Publik

Parkir Tempat Parkir Publik

62
Mengobati Klinik Privat

Pasien

Istirahat - -

BAK/BAB Toilet Servis

Ibadah Musholla Servis

Pulang Drop-off Publik

21 Staff Personalia Datang Drop-off Publik

dan Hubungan Absen R. Absen Publik

Industri Parkir Tempat Parkir Publik

Bertemu dengan R. Tamu Publik

Tamu

Membuat dan R. Staff Privat

menerima Personalia

laporan dan

Hubungan

Industri

Rapat R.Rapat Privat

Istirahat - -

BAK/BAB Toilet Servis

Ibadah Musholla Servis

Pulang Drop-off Publik

22 Buruh & Datang dan Tempat Parkir Publik

Karyawan Pabrik Parkir

Absen R. Absen Publik

63
Menyimpan R. Loker Publik

barang

Mengerjakan R. Produksi Privat

pekerjaan

pengolahan

Istirahat - -

BAK/BAB Toilet Servis

Ibadah Musholla Servis

Pulang

Tabel 3.2. Studi Aktivitas Pendukung

64
Gambar 3.2. Pola aktivitas pendukung

PENUNJANG DAN SERVICE

No PELAKU AKTIVITAS RUANG SIFAT

1 Security Datang dan Parkir Tempat Publik

65
Parkir

Absen R. Absen Publik

Menerima/membuat R. Security Privat

laporan

Memantau R. CCTV & Privat

keamanan Area pabrik

Istirahat - -

BAK/BAB Toilet Servis

Ibadah Musholla Servis

Pulang

2 Office Boy/Girl Datang dan Parkir Tempat Publik

Parkir

Absen R. Absen Publik

Menyimpan barang R. Loker Publik

Menyiapkan R. Kantor Privat

minuman, mencuci,

dan membersihkan

ruangan

Istirahat - -

BAK/BAB Toilet Servis

Ibadah Musholla Servis

Pulang

3 Perawat Datang dan Parkir Tempat Publik

Parkir

Absen R. Absen Publik

Mengobati pasien Klinik Privat

Istirahat - -

66
BAK/BAB Toilet Servis

Ibadah Musholla Servis

Pulang

4 Tukang Kebun Datang dan Parkir Tempat Publik

Parkir

Absen R. Absen Publik

Merawat Tanaman Area pabrik Publik

Istirahat - -

BAK/BAB Toilet Servis

Ibadah Musholla Servis

Pulang

Tabel 3.3 Studi Aktivitas Penunjang & Service

67
Gambar 3.3. Pola aktivitas Penunja

68
3.1.2. Studi Fasilitas Ruang

FASILITAS UTAMA

RUANG SIFAT INDOOR/OUTDOOR

Area Screening PRIVAT INDOOR

Area sterilisasi

Area sortasi raw

material

Area Washing dan

Peeling

Area Steaming

Area Slicing

Area Coating

Area Frying

Area Blanching

Area De-oiling

Area Shaking

Area Sorting

Area Packing

Area Workshop

Power Station

Tabel 3.4. Studi fasilitas utama

69
FASILITAS PENGELOLA

RUANG SIFAT INDOOR/OUTDOOR

Ruang Direktur PRIVAT INDOOR

Ruang General

Manager

Ruang Manager

Ruang Asisten

Manager

Ruang Mandor

Ruang Staff

Ruang Rapat

Ruang Administrasi

Ruang Arsip &

Brankas

Ruang IT

Gudang

Receptionist PUBLIK

Ruang Tamu

Lavatory SERVIS

Pantry

Tabel 3.5. Studi fasilitas pengelola

70
FASILITAS PENDUKUNG

RUANG SIFAT INDOOR/OUTDOOR

Gudang produk jadi PRIVAT INDOOR

Laboratory

Gudang raw material

Gudang limbah B3

Gudang limbah non

B3

Gudang peralatan

Gudang laboratorium

Area dropping raw

material

Kolam limbah OUTDOOR

Jembatan timbang

Area parkir truk PUBLIK

Area parkir karyawan

Tabel 3.6. Studi fasilitas pendukung

71
FASILITAS PENUNJANG

RUANG RUANG RUANG

Ruang ganti PRIVAT INDOOR

karyawan dan loker

Klinik

Kantin PUBLIK

Musholla

Tabel 3.7. Studi fasilitas penunjang

FASILITAS SERVIS

RUANG RUANG RUANG

Ruang security PRIVAT INDOOR

Ruang CCTV

Ruang M&E

Pantry PUBLIK

Lavatory

Tabel 3.7. Studi fasilitas servis

72
Pola Pergerakan Ruang

Pola ruang merupakan analisis dari pengelompokan aktivitas pada pembahasan

sebelumnya. Pola ruang dibedakan menjadi pola ruang produksi dan pengelola.

1. Pola pergerakan ruang kantor pengelola

Gambar 3.4. Pola pergerakan ruang kantor pengelola

2. Pola pergerakan ruang pabrik produksi

Gambar 3.5. Pola pergerakan ruang produksi

73
3.1.3. Studi Ruang khusus

Alur Proses Bawang Goreng

Proses produksi minyak dari pengolahan raw material (RM) hingga pada

produk bumbu kemasan (FG) dalam prosesnya mengalami beberapa tahapan

proses. Tahapan proses tersebut dijelaskan dalam alur proses sebagaimana

Gambar 3.6.

Preparation slicing coating

de oiling /
Circulation oil fryer
separating oil

Shaking sorting packing

Gambar 3.6 Alur proses produksi bawang goreng

 Preparation

Tahap persiapan yang merupakan tahap awal. Pada tahap ini dilakukan proses

pembersihan raw material yaitu bawang merah. Bawang dimasukkan ke brush

washer untuk pencucian dengan cara memutar sikat sambil disemprotkan air untuk

menghilangkan kotoran-kotoran yang ada pada bawang.

Selanjutnya bawang akan turun menuju bak cuci 1. Pada proses ini dilakukan

perendaman sambil menunggu untuk diangkut secara otomatis secara berkala agar

tidak terjadi penumpukan dan bawang berjalan dengan jumlah yang konstan.

Bawang diangkut secara otomatis ke konveyor dan dilakukan proses sortasi.

Proses ini dilakukan untuk mengambil/memisahkan benda asing yang ada diantara

74
bawang. Selanjutnya proses akhir pada tahap ini yaitu menampung bawang pada

bak cuci 2 sebelum masuk pada proses selanjutnya yaitu slicing.

 Slicing

Tahap ini merupakan proses pengirisan dari bawang utuh menjadi irisan-irisan

kecil. Proses ini dilakukan dengan menggunakan mata pisau silindris yang berputar

sehingga bawang teriris dan langsung jatuh diconveyor untuk selanjutnya dikirimkan

keproses berikutnya. Terdapat 3 buah mata pisau (triple slicer) yang bernama CC

untuk produk renyah dan slice yang berbentuk irisan bawang dan RRA untuk produk

granul yang berbentuk dadu kecil.

 Coating

Proses coating dilakukan untuk memberikan campuran tepung pada bawang

yang telah dipotong. Tepung yang digunakan terlebih dahulu diolah di mixer dan

melalui shaker. Proses coating mengaduk campuran tepung tersebut dengan

bawang hasil pemotongan menggunakan mesin coating. Proses ini dilakukan agar

bawang yang dihasilkan tebih renyah dan tidak melempem. Namun pada produk

granul ditambahkan kanji terlebih dahulu sebelum diberikan tepung untuk

menghasilkan bawang dengan bentuk granul.

 Fryer & De Oiling / Separasi Minyak

Fryer merupakan proses penggorengan bawang dengan minyak panas. Di FID

Semarang terdapat 3 jenis mesin fryer yaitu fryer pada mesin HNC yang saat ini

rusak, tungku penggorengan di area proses minyak dan continuous frying.

Continuous frying bekerja dengan feeding bawang melalui conveyor untuk

mengatur jumlah feeding bawang yang masuk ke fryer. Setelah bawang masuk

pada proses penggorengan dengan berisikan minyak panas diaduk hingga bawang

bergerak menuju sisi lainnya. Sementara pada sisi tersebut bawang diangkat dan

75
sudah dalam kondisi kering sambil ditiriskan. Pada proses continuous frying ini

langsung dilakukan pengeringan minyak/separasi minyak yang berfungsi untuk

memisahkan/mengeringkan minyak dari bawang hasil penggorengan. Selanjutnya

bawang yang sudah kering akan diteruskan pada proses shaking.

Sementara tungku penggorengan hanya digunakan untuk bawang jika

mengalami order yang banyak atau ketika kapasitas mesin continuous frying kurang

untuk menutupi order. Sistem kerja tungku penggorengan sama seperti proses

pemasakan minyak.

Kondisi awal tungku dipanaskan dengan menggunakan tenaga gas dari PGN

atau LPG sambil dilakukan pengisian minyak olein dengan menggunakan pompa.

Setelah suhu mencapai 140 derajat bawang dimasukkan dan diaduk hingga matang

dengan indicator pencapaian suhu. Setelah matang bawang goreng ditiriskan

dengan menumpahkan bawang goreng beserta minyak kesaringan bawang

sehingga bawang akan tersangkut sementara minyak akan jatuh menuju tangki

penampungan. Kemudian bawang goreng dituangkan pada wadah-wadah

penyimpanan untuk dikeringkan/separasi minyaknnya. Sementara minyak yang

disimpan pada tangki penyimpanan akan digunakan kembali pada proses

selanjutnya dengan penambahan minyak baru.

 Circulation oil

Circulation oil berfungsi untuk mengatur minyak yang digunakan dalam proses

penggorengan/pemanasan bawang goreng. Minyak yang digunakan harus memiliki

kualitas yang bagus sehingga pada mesin HNC terdapat cara kerja sistem dalam

melakukan proses penyaringan dan sirculasi minyak dan memisahkan kotoran

sehingga minyak hasil filtrasi menjadi baik kembali dan dapat digunakan kembali.

Sementara pada mesin continuous frying penambahan minyak dilakukan namun

pengaturan suhu tetap stabil tetapi berbeda pada tungku pemanasan harus

76
menunggu suhu minyak panas dahulu, terlebih jika dimasukkan bawang akan

mengalami penurunan suhu secara drastis.

 Shaking

Bawang yang telah melalui proses penggorengan dan pengeringan minyak

menghasilkan bawang yang kering. Bawang tersebut kemudian melalui proses

shaking untuk memisahkan ukuran bawang melalui ukuran mesh yang ditentukan.

Bawang yang berukuran besar atau menggumpal akan tersingkir sementara

bawang yang ukurannya lebih kecil dari mesh tersebut akan dilanjutkan pada

konveyor yang akan diteruskan pada proses sorting.

 Sorting

Proses sorting dilakukan oleh karyawan untuk mencari benda asing yang ada

diantara produk yakni bawang goreng sebelum dilakukan proses pengepakan.

Proses sorting dilakukan diatas conveyor yang terus berjalan menuju area

pengemasan.

 Packing

Proses packing merupakan tahap akhir untuk menghasilkan finish goods dari

produk bawang goreng. Proses ini dilakukan dengan memasukan bawang goreng

ke plastic packing untuk kapasitas 1 dus/karton. Selanjutnya dikemas pada karton

hingga disalurkan ke gudang FG melalui konveyor.

77
Mesin dan Peralatan

Produksi minyak menggunakan beberapa mesin dan peralatan yang digunakan

dalam menunjang produksi bumbu. Mesin dan peralatan tersebut diantaranya

dijabarkan sebagai berikut.

a. Bak pencuci

Bak pencuci digunakan untuk mencuci raw material dari sayuran yang merupakan

bahan pengolahan produk minyak. ( 1.8 X 0.8 + 2 X 0.9= 3.24 m2 )

b. Grinder

Grinder merupakan alat yang digunakan untuk menghaluskan bumbu untuk

campuran minyak dari raw material utuh menjadi dalam bentuk bubur yang nantinya

akan dicampurkan dalam proses pemasakan minyak (0.95 X 0.8 + 1.8 X 0.8= 2.2m2)

c. Tungku pemanas

Tungku pemanas atau kajiwara berfungsi untuk memasak atau megolah minyak

dengan campuran Sayuran (bawang putih, bawang merah, cabai, campuran

lainnya). Minyak dan rempah dimasak atau dipanaskan pada tungku pemanas

kajiwara dengan menggunakan gas PGN ataupun LPG. (2.5 X 1.2= 3 m2 )

d. Pompa vakum

Pompa vakum digunakan untuk memompa benda cair/fluida dari penampung/tangki

yang satu ke tangki/penampung lainnya. Proses aliran dan instalasi pipa dari proses

produksi di produksi minyak dialirkan oleh pompa-pompa vakum yang ada.

e. Colling Tank

Tangki pendinginan difungsikan untuk menurunkan suhu minyak hasil olahan dari

tungku pemanas. Proses pendinginan menggunakan water chiller dengan metode

heat exchanger dengan pipa memutar didalam tangki yang berisikan aliran air

dingin sehingga suhu panas akan langsung diserap atau terjadi pertukaran

temperature antara air dingin dan minyak panas. (3 X 1.1 + 1.8 X 0.8= 4.74 m2 )

78
f. Storage Tank

Hasil produk dengan suhu yang sudah tidak terlalu panas kemudian disimpan pada

storage tank yang nantinya akan dialirkan pada setiap mesin packing melalui

instalasi pipa stainless steel dengan menggunakan pompa. (4 X 4= 16 m2 )

g. Valve

Valve digunakan untuk mengisi produk pada mesin packing secara manual. Ketika

valve dibuka maka minyak, kecap, ataupun sambal akan turun ke tangki

penyimpanan sementara sambil proses sealing dilakukan.(3 X 0.9= 2.7 m2 )

h. Mesin Packing

Mesin packing digunakan untuk mengemas minyak, sambel, dan kecap ke dalam

kemasan dalam berbagai produk. mesin ini bekerja dengan menggunakan keran

pembuka dihubungkan ke motor yang berputar yang kerjanya meyedot dan

menyemprotkan minyak, sambal ataupun kecap kedalam etiket yang diap diseal.

Sementara terdapat 2 jenis mesin packing yaitu sachet potong dan tanpa potong.

Yang membedakan adalah hasilnya yakni mesin packing potong memiliki pisau

pemotong sehingga produk yang berbentuk renceng langsung dipotong sesuai

panjang sachet yang ada. (1.2 X 1 + 1.8 X 0.8= 2.64 m2 )

i. Folding Machine / CP Loader

Mesin ini digunakan pada produk sachet renceng agar hasil packing pada karton

rapi dan efisien dalam memuat produk minyak sebelum dikirimkan pada divisi

noodle. (3.5 X 1.2= 4.2 m2 )

j. Belt Conveyor

Conveyor dengan tipe belt digunakan untuk mempermudah perpindahan produk

dari setiap mesin menuju gudang finish goods (FG) yang telah ditata didalam

karton/dus untuk selanjutnya dilakukan perekatan. (1.8m2)

79
Alur Proses Mesin Continuous Drying

Proses produksi sayuran kering dari mesin continuous drying dan menjadi bubuk

dengan penggilingan pisau comitrol hingga menjadi produk jadi (FG). Mesin

continuous drying ini biasanya digunakan untuk mengolah cabai kering menjadi

bubuk cabai. Dalam proses mesin continuous drying ini mengalami beberapa

tahapan alur proses. Tahapan proses tersebut dijelaskan dalam alur proses

sebagaimana Gambar 3.7.

Sortasi 1 +
Feed RM Bak pencucian Steam
Sprayer

Continuous Continuous
Sortasi 2 Drying
drying B drying A1

Metal separator Magnetic MS Precutting Cutting/Grinding

Gambar 3.7. Alur proses produksi sayuran mesin continuous drying

 Proses awal pada mesin continuous drying ini adalah feeding RM yang

digunakan untuk cabai kering. Selanjutnya cabai kering melalui proses

sortasi 1 untuk memisahkan benda asing sambil dilakukan pencucian

dengan sprayer.

 Kemudian cabai masuk kedalam bak pencucian untuk selanjutnya dibawa

oleh conveyor dalam jumlah yang konstan. Cabai kering ini masih

mengandung kadar air dan akan dilakukan proses pengeringan kembali

80
dengan proses pengeringan tahap pertama dengan menggunakan steam di

area drying A2.

 Setelah keluar dari area A2 selanjutnya cabai dibawa pada area A1 namun

dengan meratakan ke area yang lebih luas dengan menggunakan conveyor

yang terus bergerak dalam sudut yaw sehingga cabai yang jatuh pada

conveyor di area A1 merata baik disisi kanan maupun disisi kiri. Meskipun

demikian masih terkadang diperlukan operator untuk meraihkan kembali

karena feeding cabai yang tidak konstan.

 Pada area A1 dilakukan pemanasan dengan menggunakan burner atau

pembakaran oleh gas LPG. Proses ini dilakukan untuk mengurangi kadar air

dengan efektif dibandingkan dengan pemanasan steam. Selanjutnya proses

melewati area drying B dengan menggunakan steam kembali. Jika kadar air

belum mencapai kadar yang diinginkan untuk proses selanjutnya yaitu

pengilingan dengan mesin komitrol maka proses tersebut dihentikan dalam

waktu sesaat sehingga proses pengeringan lebih lama untuk mengurangi

kadar air. Akan tetapi jika proses pengeringan terlalu lama maka cabai akan

remuk.

 Selanjutnya setelah melalui area drying B maka dilakukan pemilahan /

sortasi terhadap benda-benda asing dan metal separator untuk menghindari

metal yang ada sebelum masuk pada proses penggilingan mesin comitrol.

Setelah melalui proses tersebut cabai melalui proses precutting dengan

mata pisau yang lebih besar jaraknya untuk mempermudah proses cutting

selanjutnya. Proses cutting dilakukan untuk memperhalus tekstur hingga

menjadi bubuk.

81
 Bubuk cabai kemudian disemprotkan dengan menggunakan pompa vakum /

blower menuju pada tangki penampungan dan silo untuk selanjutnya

dipacking.

Alur Proses Sayuran Kering Static Dryer

Proses produksi sayuran kering dari mesin static dryer dan menjadi bubuk dengan

penggilingan pisau FFC 37 atau FFC 64 hingga menjadi produk jadi (FG) dalam

prosesnya mengalami beberapa tahapan proses. Tahapan proses tersebut

dijelaskan dalam alur proses sebagaimana Gambar 3.8.

Proses awal Pengeringan Steam

Pengemasan Penggilingan Blower

Gambar 3.8 Alur proses produksi sayuran mesin static dryer

 Proses awal dilakukan untuk mempersiapkan raw material (RM) sayuran dan

proses pencucian sebelum dilakukan pengeringan.

 Langkah berikutnya sayuran diletakan pada bak penampungan static dryer.

Fungsi kerja static dryer yaitu memanaskan sisi bawah pada bak yang berisi

sayuran kering dengan menggunakan sirkulasi uap panas.

82
 Steam atau uap panas di suplay pada salah satu sisi static dryer.

Selanjutnya blower bekerja untuk menarik uap panas sehingga terjadi

sirkulasi udara yang panas dari uap hingga sayuran kering karena sirkulasi

uap panas. Proses pemanasan ini dilakukan selama kurang lebih 4-5 jam.

 Selanjutnya sayuran yang telah melalui tahap pengeringan digiling /

dihaluskan pada mesin crusher, FFC 37 atau FFC 64. Crusher bekerja untuk

menghancurkan sayuran tetapi ukurannya masih cukup besar dan

bertekstur. Namun FFC 37 bekerja untuk menjadikan sayuran kering

menjadi bubuk dan FFC 64 bekerja untuk menjadikan sayuran kering

menjadi flake.

Setelah dilakukan penggilingan proses selanjutnya yaitu pengemasan untuk

menghasilkan finish goods

83
3.1.4. Studi Kebutuhan Luas Ruangan

FASILITAS UTAMA

NO RUANG KEEBUTUHAN KAPASITAS

LUAS (m2) (ORANG)

1 Area Screening 1.26 2

2 Area sterilisasi 16 2

3 Area sortasi raw material 24.42 4

4 Area Washing dan Peeling 3.24 2

5 Area Steaming 2.7 4

6 Area Slicing 2.2 1

7 Area Coating 3 1

8 Area Frying 4.74 1

9 Area Blanching 4.2 1

10 Area De-oiling 19.2 1

12 Area Shaking 4.74 1

13 Area Packing 2.64 2

14 Area Workshop 120 10

15 Power Station 160 9

LUAS TOTAL 368.3

Luas Total + Sirkulasi 20% 441.6

Tabel 3.8. Studi luas fasilitas utama

FASILITAS PENGELOLA

NO RUANG KEBUTUHAN KAPASITAS JUMLAH LUASAN

RUANG (m2) (ORANG) RUANG (m2)

1 Ruang 16 (4x4) 1 1 16

Direktur

84
2 Ruang 12 (4x3) 1 1 12

General

Manager

3 Ruang 9 (3x3) 3 3 27

Manager

4 Ruang 26 (6.5x4) 4 1 26

Asisten

Manager

5 Ruang 30 (5x6) 5 1 30

Mandor

6 Ruang Staff 42.25 16 4 169

(6.5x6.5)

7 Ruang Rapat 24 (6x4) 10 1 24

8 Ruang 25 (5x5) 1 25

Administrasi

9 Ruang Arsip 9 (3x3) 1 1 9

& Brankas

10 Ruang IT 6 (2x3) 2 1 6

11 Gudang 4 (2x2) 1 1 4

12 Receptionist 4 (2x2) 2 1 4

13 Ruang Tamu 9 (3x3) 5 1 9

14 Lavatory 2.25 (1.5x1.5) 1 8 18

15 Pantry 6 (3x2) 2 1 6

Luas total 385

Luas total+sirkulasi 20% 462

Tabel 3.9. Studi luas fasilitas pengelola

85
FASILITAS PENDUKUNG

NO RUANG KEBUTUHAN KAPASITAS JUMLAH LUASAN

RUANG (m2) RUANG (m2)

1 Gudang 144 9 1 144

produk jadi

2 Laboratory 24 5 1 24

3 Gudang raw 144 9 1 144

material

4 Gudang 120 1 1 120

limbah B3

5 Gudang 200 1 1 200

limbah non

B3

6 Gudang 144 9 1 144

peralatan

7 Gudang 4 1 1 4

laboratorium

9 Jembatan 60 3 1 60

timbang

10 Area parkir 67 5 1 350

truk

11 Area parkir 667.5 Mobil = 35 1 667.5

karyawan Motor = 115

LUAS TOTAL 1574.5

Luas Total + Sirkulasi 20% 1889.4

Tabel 3.10. Studi luas fasilitas pendukung

86
FASILITAS PENUNJANG

NO RUANG KEBUTUHAN KAPASITAS JUMLAH LUASAN

RUANG (m2) RUANG (m2)

1 Ruang ganti 18 20 1 18

karyawan

dan loker

2 Klinik 10.5 5 1 10.5

3 Kantin 48 24 1 48

4 Musholla 16 9 1 16

LUAS TOTAL 92.5

Luas Total + Sirkulasi 20% 111

Tabel 3.11. Studi luas fasilitas penunjang

FASILITAS SERVIS

NO RUANG KEBUTUHAN KAPASITAS JUMLAH LUASAN

RUANG (m2) RUANG (m2)

1 Ruang 20 (5x4) 5 1 20

security

2 Ruang CCTV 12 (4x3) 1 1 12

3 Ruang M&E 16 (4x4) 20 1 16

4 Pantry 6 2 1 6

LUAS TOTAL 54

Luas Total + Sirkulasi 20% 64.8

Tabel 3.12. Studi luas fasilitas servis

87
N FASILITAS LUASAN (m2)

1 Fasilitas Utama 441.6

2 Fasilitas Pengelola 462

3 Fasilitas Pendukung 1889.4

4 Fasilitas Penunjang 111

5 Fasilitas Servis 64.8

TOTAL 2968.8

Tabel 3.13. Luas total kebutuhan ruang

Jumlah pelaku

Pabrik beroperasi selama 20 jam untuk produksi dan 4 jam untuk perawatan

mesin-mesin pabrik. Pada pabrik sayuran ini digunakan 2 shift kerja dengan shift

pertama pukul 09-19.00 dan shift kedua pukul 19.00-05.00. perikut jumlah pelaku

berdasarkan pengelompokan aktivitasnya :

KELOMPOK AKTIVITAS JUMLAH PEKERJA

Pengelola 35

Pendukung 168

Servis dan Penunjang 30

TOTAL 229

Tabel 3.14. Studi jumlah pekerja

88
3.2 PPIC

3.2.2 Struktur Departemen PPIC

Departemen Production Planning Inventory Control (PPIC) berada dibawah

Factory Manager (FM) dengan struktur sebagaimana Gambar 3.9. Supervisor

PPIC bertanggung jawab kepada factory manager (FM) atas keberlangsungan

proses control dari production planning dan inventory.

Production planning control (PPC) bertugas untuk melakukan rekap

penerimaan order dan membuat rencana produksi berdasarkan kebutuhan produksi

dan kapasitas mesin. Sementara inventory control bertugas untuk mengatur

penyimpanan stok produk jadi (Finish goods) ataupun raw material (RM) yang ada.

Sedangkan bagian distribusi bertugas untuk memberikan perintah pada departemen

gudang untuk melakukan mengiriman dengan memperhatikan kapasitas angkut

truck.

PPIC SPV

adm & PPC

Inventory control Distribusi

Gambar 3.9 Struktur departemen PPIC

89
3.2.3 Alur Proses

Gambar 3.10 Diagram alir proses kerja PPIC

3.2.4 Ruang Lingkup PPIC

90
Departemen PPIC melakukan tugasnya untuk mengatur proses produksi

berdasarkan beberapa aspek. Aspek yang mempengaruhi proses produksi

diantaranya dijabarkan sebagai berikut.

a. Order

Order dilakukan melalui sistem SAP. Order ini juga menjadi tumpuan dan

penentu produksi selanjutnya. Perhitungan kapasitas mesin, waktu produksi

berdasarkan sift karyawan, dan jadwal produksi dengan rincian pada setiap

produknya akan dipengaruhi oleh jumlah order yang diterima di FID semarang.

Order yang masuk biasanya merupakan pesanan untuk periode satu minggu yang

biasanya pula dilakukan pada hari rabu.

b. Stok FG

Pengiriman barang berdasarkan order disiapkan pada gudang finish goods

(FG). Sementara untuk mengantisipasi kebutuhan lain yang mendesak ataupun hal-

hal diluar prediksi, untuk itu dilakukan adanya stok produk pada gudang finish

goods. Hal ini juga menjadi buffer untuk keberlangsungan pengiriman barang

secara kontinu.

c. Kapasitas mesin

kapasitas mesin produksi dipengaruhi oleh kemampuan dari setiap mesin

terhadap produksi berdasarkan kecepatan dan kapasitas produksi dari mesin.

Setiap mesin untuk memproduksi produk tertentu memiliki kapasitas dan kecepatan

yang berbeda-beda. Sehingga waktu proses produksi dari setiap mesin dan jenis

produk yang diproduksi berbeda pula. Jadwal produksi disampaikan satu hari

sebelumnya biasanya sampai ke produksi sekitar jam satu siang.

d. Order RM

91
Raw material (RM) merupakan bahan baku produksi yang menjadi

kebutuhan utama dalam produksi dari setiap produk. Terdapat dua jenis RM

diantaranya RM basah dan RM kering. RM basah merupakan bahan produksi yang

mudah busuk/rusak yang berupa sayuran, bawang, sambal, kecap, dan lain

sebagainya. Sementara RM kering berupa etiket, karton, dan barang yang tidak

mudah busuk/rusak dalam rentang waktu yang relative lama.

3.2.5 Distribusi

Kegiatan distribusi produk dikoordinir oleh departemen PPIC sesuai dengan

permintaan/order dan dilakukan oleh departemen gudang. Distribusi produk

dilakukan dengan menggunakan truck dengan kapasitas yang disesuaikan

berdasarkan jumlah order. Terdapat dua jenis truck yang digunakan untuk proses

distribusi yaitu truck built up dan truck ankle. Truck built up memiliki kapasitas

angkut sebanyak 1120 dus karton dengan 20 tumpuk yang beratnya sekitar 16 ton.

Sementara truck ankle memiliki kapasitas angkut sebanyak 840 dus karton yang

beratnya sekitar 12,5 ton.

3.2.6 Analisis SWOT Departemen PPIC

92
Gambar 3.11 Analisa SWOT departemen PPIC

BAB IV

PENYELUSURAN MASALAH DESAIN

4.1. Analisa situasi (Konflik antara potensi dan kendala) :

4.1.1. Analisa komprehensif antara penghuni, fungsi, ruang dan bentuk

terhadap lingkungan fisik (tapak dan lokasi )

1. Faktor Fungsional dalam Perancangan Komprehensif

Bangunan dapat menampung lebih dari sekedar fungsi (fisik)

dengan baik. Pengertian ‘fungsi’ diperluas lagi menyangkut

kualitas, dalam konteks perancangan komprehensif, yaitu:

1. Ukuran tangga yang banyak dilewati pengunjung

diperhatikan supaya nyaman dan aman.

93
2. Datail-detail konstruksi, diusahakan dalam pemilihan bahan

supaya menghemat biaya.

3. Lubang pada balok yang akan ditembus jalur ME bila

space diatas plafon sempit.

4. Lubang-lubang shaft dan ukurannya, baik untuk instalasi

air, listrik, AC, dll perlu diperhatikan supaya tidak merusak

esensi dari ruangan yang dipakai.

5. Letak panel listrik dan ukuran-ukurannya serta ruang panel

utama yang diletakkan pada tempatnya supaya tidak

menggangu kegiatan dalam pasar.

6. Perletakkan ruang trafo yang aman supaya terhindar dari

rusaknya trafo serta hindari saluran plumbing yang

melintas dibawahnya.

7. Arah floor drain untuk tempat tertentu (waterproofing)

8. Crossing antar ME

2. Faktor Eksternal dalam Perancangan Komprehensif

Bangunan harus memiliki estetika visual formal: komposisi,

harmoni, proporsi, suasana, karakter, kepantasan visual, dalam

konteks perancangan komprehensif, yaitu:

1. Daerah ruang tangga dihindari adanya tonjolan-tonjolan

balok.

2. Perletakan lampu dalam dan luar, letak stop kontak dan

saklarnya.

3. Perletakkan diffuser AC terhadap rencana plafon

4. Letak titik kran-kran air terhadap pola dinding dan lantai.

94
5. Pemilihan tipe saniter pengaruhnya terhadap ruang dan

letak balok lantai.

6. Penempatan unit-unit diluar jangan sampai menggangu

tampak dan halaman.

3. Faktor Keselamatan dalam Perancangan Komprehensif:

Bangunan memiliki sarana penyelamatan dari

kemungkinan bahaya (kebakaran) berupa fasilitas statis (tangga

kebakaran, alarm, pintu darurat), dinamis (hidran, springkler,

pemadam kebakaran portabel), dalam konteks perancangan

komprehensif, yaitu

1. Letak dan detail manhole pada atap beton.

2. Letak central fire alarm, panel zone indicator, alarm bell

dan push button.

3. Perletakan hydrant pillar, mudah dicapai dari luar

bangunan.

4. Pemilihan STP/septic tank terhadap efisiensi dan

kenyamanan lingkungan.

4.1.2. Analisa penghuni, fungsi, ruang, bentuk, terhadap lingkungan non

fisik (sosial, budaya dan ekonomi)

1. Fungsi

 Fungsi dari bangunan pabrik sayuran adalah tempat

pengolahan bahan mentah sayur dapat diubah menjadi

bahan dasar atau bahan baru. Pabrik sayuran ini juga

dapat membuka banyak lapangan pekerjaan, menjadi

95
sumber pendapatan daerah dan menjadikan kota bebas

dari permasalahan kemiskinan.

 Permasalahan yang timbul adalah bagaimana menyusun

ruang dan sirkulasi di dalam bangunan Pabrik ini,

Penyusunan ruang yang disesuaikan oleh kebutuhan

produksi, ruang terbuka hijau yang memadahi, serta

sirkulasi yang nyaman bagi pegawai dan pengelola

sehingga aktifitas di dalam Pabrik ini dapat terjadi seacara

nyaman.

2. Tatanan Ruang dan Bentuk

Permasalahan yang muncul di dalam tatanan ruang dan

bentuk pada pabrik adalah penyesuaian bentuk arsitektural

yang memiliki cerminan sebagai bangunan yang menarik, tetapi

tidak melenceng jauh dari fungsi utamanya yaitu sebagai pusat

produksi.

Gambar 4.1 Pabrik Sayuran (Sumber: Google)

Pabrik ini dapat memperlihatkan bentuk bangunan yang

unik dan menarik, namun bentuk yang di gunakan menekankan

fungsi dan kegiatan yang terjadi di dalam bangunan pabrik.

96
Sebagai mana mestinya bentuk yang digunakan tidak terlalu

ekstream dan juga mencerminkan green industrial building,

permainan pada kolom yang dibentuk bercabang memberikan

kesan estetika yang menarik bagi bangunan Pabrik sayuran ini.

Selain bentuk bangunan pengaturan ruang terbuka juga

berperan penting didalam bangunan Pabrik ini. Ruang terbuka

hijau di area Pabrik dapat memberikan kesan sejuk kepada

pengunjung sehingga memberikan kesan nyaman bagi

pengunjung dan penghuni Pabrik sayuran Ini.

Gambar 4.2 Ruang Terbuka Hijau (Sumber: Google)

3. Citra Arsitektural

Desain eksterior akan menggunakan permainan bentuk

pada bukaan di bagian atap, selain itu juga permainan bukaan

alami pada dinding dan pencahayaan diharapkan dapat berbeda

dari pabrik-pabrik pada umumnya namun tetap tidak merubah

fungsi utama dari bangunan tersebut. Selain itu dengan adanya

greenspaces yang diolah pada tapak diharapkan menjadi nilai

tambah bagi estetika bangunan ini sendiri. Warna bangunan

akan menggunakan warna-warna yang netral dan selaras

dengan lingkungan sekitar.

97
Interior pada bangunan pabrik akan didominasi oleh

mesin-mesin pengolahan, namun untuk meningkatkan nilai

estetika digunakan finishing epoxy pada lantai dengan dominan

warna hijau karena warna hijau dapat membantu menyegarkan

kembali mata dari pekerja dan menenangkan pikiran,

sedangkan dominan warna merah digunakan untuk area-area

yang dibutuhkan kehati-hatian seperti ruang sterilizer karena

mesinnya yang menghasilkan panas. Warna kuning juga

digunakan sebagai arah penunjuk sirkulasi pengolahan pabrik.

Pada setiap stasiun-stasiun juga akan diberi sign penanda

mesin. Sedangkan pada bangunan kantor akan digunakan

warna warna yang netral sehingga menyatu dengan lingkungan

sekitar.

4.2. Penetapan masalah desain.

4.2.1 Aspek Citra

Untuk pabrik sayuran ini sendiri pastinya akan mempunyai

sebuah identitas. Nantinya dipabrik tersebut akan menggunakan

tema / bangunan model green industrial building agar terlihat

berbeda dari pabrik-pabrik lainnya. Model ini ramah lingkungan dan

di kolaborasi sedikit lebih bermodel modern.

4.2.2 Aspek Fungsi Bangunan

Dalam pencapaian fungsi utama bangunan pabrik

pengolahan kelapa sawit yaitu mengolah bahan baku sayuran

seperti bawang dan cabai menjadi barang jadi diperlukan penataan

ruang yang tepat, alur produksi yang jelas serta desain ruang yang

tepat sesuai dengan kebutuhan dan persyaratan masing-masing

ruang sehingga tercapai hasil produksi yang maksimal.

98
4.2.3 Aspek Lingkungan

Pabrik sayuran tersebut mempunyai lokasi tapak di daerah

kawasan terminal terboyo dimana merupakan daerah kawasan

industri sehingga disekitar lingkungan dipenuhi oleh bangunan

pabrik. Oleh karena itu tema dari bangunan ini adalah green

industrial building yang ramah lingkungan dan dapat menjadikan

teladan bagi pabrik lainnya agar suasana di kawasan terminal

terboyo tidak semakin panas dan terpolusi oleh banyak pabrik.

BAB V

KAJIAN TEORI

5.1 Kajian Teori

Tema desain yang digunakan dalam proyek Pabrik sayuran di


kawasan terminal terboyo Semarang ini adalah green industrial building.
Berdasarkan fungsi bangunan sebagai pengolahan sayur mentah menjadi
produk jadi, tentu saja target saya membuat bangunan pabrik yang tidak
memberi dampak buruk bagi lingkungan sekitar. Maka dari itu, arsitektur
green industrial building menjadi tema desain.

5.1.1 Uraian Interpretasi dan Elaborasi Teori Tema Desain

99
Dalam paradigma masyarakat tidak dapat dipungkiri bahwa
pabrik dianggap penyumbang kerusakan lingkungan, hal ini terjadi
karena bentuk limbah dan polusi udara yang dihasilkan dapat
dilihat dengan mudah secara kasat mata karena jumlahnya yang
besar. Selain itu juga penggunaan mesin-mesin pada pabrik selalu
diidentikan dengan penggunaan energi yang besar. Oleh karena
itu keseimbangan antara bangunan dan lingkungan harus dijaga
agar tidak muncul dampak negatif dari keberadaan pabrik
tersebut. Salah satunya adalah dengan penerapan Green
Industrial Building pada tema desain pabrik pengolahan kelapa
sawit ini.
a. Pengertian
Bangunan hijau (Green Building) adalah bangunan berkelanjutan
yang mengarah pada struktur dan pemakaian proses yang
bertanggung jawab terhadap lingkungan dan hemat sumber daya
sepanjang siklus hidup bangunan tersebut, mulai dari pemilihan
tempat sampai desain, konstruksi, operasi, perawatan, renovasi,
dan peruntuhan. Praktik ini memperluas dan melengkapi desain
bangunan klasik dalam hal ekonomi, utilitas, durabilitas, dan
kenyamanan.
Bangunan hijau (Green Building) dirancang untuk mengurangi
dampak lingkungan bangunan terhadap kesehatan manusia dan
lingkungan alami dengan:
• Menggunakan energi, air, dan sumber daya lain secara efisien
• Melindungi kesehatan penghuni dan meningkatkan
produktivitas karyawan
• Mengurangi limbah, polusi dan degradasi lingkungan
b. Permasalahan
• Penerapan “Zero Waste Management” sehingga tidak ada
limbah yang terbuang.
• Penerapan “Zero Energy Building” dengan menghasilkan
energi listrik sendiri.
c. Aspek Green Building
• Tepat Guna Lahan (Approtiate Site Development / ASD)
• Efisiensi dan Konservasi Energi (Energy Efficiency &
Conservation / EEC)

100
• Konservasi Air (Water Conservation / WAC)
• Sumber dan Siklus Material (Material Resource and Cycle /
MRC)
• Kualitas Udara & Kenyamanan Ruang (Indoor Air Health and
Comfort / IHC)
• Manajemen Lingkungan Bangunan (Building and Environment
Management / BEM)
d. Penerapan Aspek Green Building dari Segi Desain
Bangunan
• Bentuk dan Orientasi Bagunan
Gedung Menteri Kementerian Pekerjaan Umum
memiliki bentuk massa bangunan yang tipis, baik secara
vertikal maupun horizontal. Sisi tipis di puncak gedung
didesain agar mampu menjadi shading bagi sisi bangunan
dibawahnya sehingga dapat membuat bagian tersebut
menjadi lebih sejuk. Pada desain gedung ini memiliki area
opening yang lebih banyak di sisi timur. hal ini dikarenakan
cahaya pada sore hari (matahari barat) lebih bersifat panas
dan menyilaukan.
• Shading & Reflektor
Shading light shelf bermanfaat mengurangi panas
yang masuk ke dalam gedung namun tetap memasukan
cahaya dengan efisien. Dengan light shelf, cahaya yang
masuk kedalam bangunan dipantulkan ke ceilin. Panjang
shading pada sisi luar light shelfditentukan sehingga sinar
matahari tidak menyilaukan aktifitas manusia di dalamnya.
Cahaya yang masuk dan dipantulkan ke ceiling tidak akan
menyilaukan namun tetap mampu memberikan cahaya
yang cukup.
• Sistem Penerangan
Sistem penerangan dalam bangunan menggunakan
intelegent lighting system yang dikendalikan oleh main
control panel sehingga nyala lampu dimatikan secara
otomatis oleh motion sensor & lux sensor. Dengan begitu,
penghematan energy dari penerangan ruang akan mudah
dilakukan.

101
e. Konsep Green Building
• Energi
Penerapan panel surya diyakini dapat mengurangi biaya
listrik bangunan. Selain itu, bangunan juga selayaknya
dilengkapi jendela untuk menghemat penggunaan energi,
terutama lampu dan AC. Untuk siang hari, jendela sebaiknya
dibuka agar mengurangi pemakaian listrik. Jendela tentunya
juga dapat meningkatkan kesehatan dan produktivitas
penghuninya. Green building juga harus menggunakan lampu
hemat energi, peralatan listrik hemat energi, serta teknologi
energi terbarukan, seperti turbin angin dan panel surya.
• Air
Penggunaan air dapat dihemat dengan menginstal sistem
tangkapan air hujan. Cara ini akan mendaur ulang air yang
dapat digunakan untuk menyiram tanaman atau menyiram
toilet. Gunakan pula peralatan hemat air, seperti pancuran air
beraliran rendah, tidak menggunakan bathtub di kamar mandi,
menggunakan toilet hemat air, dan memasang sistem
pemanas air tanpa listrik.
• Kesehatan
Penggunaan bahan-bahan bagunan dan furnitur harus
tidak beracun, bebas emisi, rendah atau non-VOC (senyawa
organik yang mudah menguap), dan tahan air untuk mencegah
datangnya kuman dan mikroba lainnya. Kualitas udara dalam
ruangan juga dapat ditingkatkan melalui sistim ventilasi dan
alat-alat pengatur kelembaban udara.
5.1.2 Teori pengaruh bentuk tapak terhadap bentuk masa bangunan
Adaptasi bangunan yang kontekstual terhadap
tapak/kapling adalah adaptasi yang mempertimbangkan bentuk
tapak yang ada, sehingga bentuk masa bangunan akan sesuai
dengan bentuk tapak dan orientasi muka bangunan akan sejajar
dengan jalan utama.
Menurut sumber Edward, T. White. Concept Source Book :
A Vocabuary of Architectural Form. Ada beberapa langkah
sebelum kita menentukan bentuk bangunan berdasarkan bentuk
tapak yang ada, yaitu :

102
a. Location
1. Penentuan lokasi wilayah kota yang meanaungi tapak.
2. Jarak dan waktu tempuh antara tapak dengan daerah
lainnya yang ada di sekitar tapak
b. Neighborhood context
1. Existing zoning
2. Usia dan kondisi bangunan sekitar
3. Letak pedestrian dan juga keadaan lalu lintas di sekitar
tapak
4. Pola sirkulasi dalam tapak
5. Pola sirkulasi untuk pejalan kaki di dalam tapak
6. Hubungan sirkulasi antara ruang kosong dan ruang
solid
7. Pola pencahayaan dalam tapak
8. Pola bayangan cahaya matahari dalam tapak
9. Kontur tapak
10. Drainase
11. Vegetasi

c. Utilities
1. Sumber listrik, dan telephone
2. Jaringan air bersih dan air kotor
d. Sensory
1. View to site
2. View from site
3. View dari beberapa posisi dalam tapak
4. Point of interest
5. Kebisingan
6. Polusi udara
e. Human and Cultural
1. Populasi lingkungan
2. Aktivitas negatif ( kriminalitas )

103
3. Sikap terhadap proyek dan lingkungan sekitar
f. Climate
1. Temperatur
2. Pengendapan
3. Kelembaban relatif
4. Kecepatan angin
5. Cahaya matahari

BAB VI

PENDEKATAN DESAIN

6.1 Pendekatan desain adaptasi-kontekstual


6.1.1 Definisi umum
Menurut sebuah kamus bahasa inggris, konteks diartikan sebagai
“situation in which an event happens” ( Oxford Learner’s Pocket Diary ).
Secara harafiah, konteks dapat diartikan sebagai bagian suatu uraian
atau kalimat yang yang dapat menjelaskan suatu makna atau situasi yang
ada hubungannya dengan suatu kejadian.
6.1.2 Definisi khusus
Arsitektur green industrial building merupakan ungkapan dan
gambaran perjalanan sejarah arsitektur neovernakular yang secara

104
khusus menunjuk pada karya-karya arsitektur yang bernilai tinggi dan first
class.
Dengan pemahaman bila arsitektur neovernakular adalah arsitektur
yang menyatu dengan daerah sekelilinganya dengan menyatukan
bangunan modern dan bangunan budaya lingkungan sekitar.
6.1.3 Hubungan masalah desain dengan pendekatan teori arsitektur klasik
Sebelumnya pada bab III, penulis sudah menyatakan
permasalahan yang didapat dari analisa penetapan desain yaitu :
1. Membuat bentuk bangunan green industrial building.
Tapak yang memiliki luas 2 hektar dan berbentuk persegi akan cukup
untuk membantu dalam bentuk bangunan yang bertema green
industrial building.

Bangunan Pabrik
Potensi yang sesuai
Tapak Sayuran
dengan tapak

Dengan menggunakan pendekatan arsitektural green industrial building,


penulis menargetkan akan terciptanya bangunan pabrik sayuran , yang
tidak melupakan tapak dan kondisi sekitar, terhadap terciptanya pabrik
sayuran di Semarang.

6.2 Pendekatan desain teknologi


Dalam proyek pabrik pengolahan sayuran ini digunakan teknologi-
teknologi sbb:
a. Turbine Ventilator
Turbine Ventilator merupakan penghawaan buatan dan akan
diaplikasikan pada bangunan pabrik, Turbine Ventilator ini akan membantu
pengeluaran udara panas karena hampir seluruh mesin menghasilkan suhu dan

105
kelembaban tinggi. Alat ini akan ditempatkan pada atap bangunan pabrik.

Gambar 6.1 Turbine Ventilator


(Sumber: GenNext,www.gennextmarketing.com, Kamis 16 Oktober 2018)

b. Air Conditioner (AC)


Teknologi ini digunakan untuk mendinginkan udara pada bangunan
penunjang seperti bangunan kantor. Hal ini dilakukan karena iklim di Indonesia
panas dan lembab yang akan berakibat pada berkurangnya kenyamanan
pengguna bangunan.

Gambar 6.2 Air Conditioner


(Sumber: vox, www.voxelectronics.com, Kamis 16 Oktober 2018)

c. Turbine Uap
Turbine Uap digunakan untuk mengkonversikan uap yang dihasilkan
oleh mesin Boiler menjadi energi listrik. Energi listrik tersebut lalu akan dialirkan
untuk menghidupkan mesin pengolahan dan bangunan-bangunan penunjang.

106
Gambar 6.3 Turbine Uap
(Sumber: Alibaba, www.alibaba.com, Kamis 16 Oktober 2018)

d. Boiler
Mesin ini merupakan ketel uap yang digunakan untuk men-supply uap
ke dalam mesin-mesin pengolahan yang membutuhkan uap seperti perebusan
(Sterilizer) dan klarifikasi. Selain itu uap yang dihasilkan juga akan disalurkan
ke turbine uap untuk dikonversi menjadi energi listrik.

Gambar 6.4 Boiler


(Sumber: Rizki, rizkiuad.blogspot.co.id, Kamis 16 Oktober 2018)

e. Biogas
Salah satu limbah yang dihasilkan pada pabrik pengolahan kelapa sawit
ini adalah limbah cair atau POME, pada pereduksian nilai BOD dan COD
limbah tersebut digunakan proses anaerobic menggunakan bakteri anaerob
yang menghasilkan gas metana. Gas metana tersebut merupakan elemen
utama dari biogas. Pada proyek ini, gas metana akan dikonversikan menjadi
biogas yang lalu dikonversikan lagi menjadi energi listrik dengan menggunakan
gas engine.

107
Gambar 6.5 Gas Engine
(Sumber: PEI, www.powerengineeringint.com, Kamis 16 Oktober 2018)

f. Photovoltaic
Lokasi dari pabrik pengolahan kelapa sawit ini memiliki iklim yang cukup
panas karena tidak adanya vegetasi peneduh, vegetasi hanya berupa pohon
kelapa sawit. Oleh karena itu, cahaya matahari akan dimanfaatkan dan
dikonversikan menjadi energi listrik dengan menggunakan panel
surya/photovoltaic.

Gambar 6.6 Photovoltaic


(Sumber: GBA, www.greenbuildingadvisor.com, Kamis 16 Oktober 2018)

6.3 Pendekatan melalui studi preseden

108
Gedung Kementrian PUPR, Indonesia

Gambar 6.7 Gedung Kementrian PUPR

(Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Bangunan ini terletak di Jakarta Indonesia dan telah mendapatkan

Certificate Platinum Green Building. Konsep dari bangunan ini adalah green

site & green building sehingga menjadi low energy consumption building

serta berperan mengurangi dampak global warming.

Konsep Gedung Kementrian PU:

1. Zero Run Off: - Meminimalkan buangan air hujan ke luar kawasan

- Pembuatan detention pond / swale

- Pembuatan resapan setempat

- Optimalisasi jaringan saluran drainase keliling

2. Thermal Control : - Membentuk mikro klimat

- Dari tatanan pola & pemilihan vegetas

- Membentuk sirkulasi udara ruang luar yang

mengalir

- Pengelolaan O2 & CO2 dengan penanaman

tanaman bertajuk padat & lebar

109
3. Eco Friendly: - Pemilihan material secara tepat

- Meminimalkan material alami

- Memilih produk finishing yg. Poreus

- Menyediakan & melengkapi sarana bagi pejalan kaki

(termasuk penyandang cacat)

4. Recycle Reduce Reuse : - Penerapan sistem pengelolaan sampah

tanaman

- Penerapan pengelolaan air tanah dengan

baik

- Mengurangi penggunaan air siram dgn

meminimalkan tanaman perdu

- Efisiensi penggunaan daya listrik dengan

penggunaan pencahayaan ruang luar dan

pemilihan jenis lampu & sensor

Pada bangunan Kementrian PUPR ini memiliki luas ruang hijau yang

tinggi sebesar 33,54% dari lahan dengan pengolahan RTH untuk

penanaman pohon penyerap polusi udara. 0.5 Ha RTH dapat menahan

aliran permukaan akibat hujan dan meresapkan air ke dalam tanah

sebanyak 10,219 m3/tahunnya.

Selain itu juga vegetasi pada RTH dapat menyerap 80% radiasi

matahari sehingga tapak menjadi teduh. Dilakukan juga pemilihan material

secara tepat, terutama dari jenis yang memiliki poroeusitas tinggi serta

memberikan kemudahan dan kenyamanan bagi pejalan kaki & penyandang

cacat. Pada bangunan ini orientasi dan bentuk bangunan dilakukan

pengurangan luasan dinding yang terkena paparan panas sinar matahari

(dinding timur dan barat), tanpa mengurangi intensitas cahaya yang akan

masuk ke dalam gedung.

110
Gambar 6.8 Ilustrasi Panas Matahari Gedung
Sumber: data pribadi

Gambar 6.9
Grey Water System
Sumber: data pribadi

Pada bangunan ini juga digunakan sistem Grey Water System pada air kotor
sehingga dapat digunakan kembali.

BAB VII

KONSEP DESAIN

111
7.1. Konsep Perancangan

7.1.1. Prinsip Desain

 Struktur bangunan

Struktur disini mencangkup bagaimana pemilihan penggunaan teknologi

pada suatu bangunan berkenaan dengan kondisi lingkungan tempat

bangunan tersebut berada. Jenis struktur dan posisi struktur yang

digunakan juga sangat mempengaruhi bagian termal bangunan, karena

struktur tersebut juga bisa digunakan sebagai penghalang panas masuk

kedalam bangunan.

 Orientasi bangunan

Penentuan orientasi bangunan sangat berpengaruh terhadap konservasi

energi. Orientasi bangunan dengan bukaan yang menghadap arah Utara

dan Selatan memberikan keuntungan yang lebih dalam mengurangi insuli

panas. Sedangkan pada arah Timur dan Barat sebaiknya diletakkan luas

permukaan bangunan sekecil mungkin dan memberikan double layer

pada dinding tersebut.

Gambar 7.1 Orientasi tampak bangunan terhadap panas matahari

Sumber : www.google.com/image

 Penempatan Bukaan Jendela

112
Bukaan jendela yang baik mengahadap pada arah Utara dan Selatan.

Pemilihan material bisa menggunakan kaca yang didesain khusus untuk

ventilasi,perlindungan panas, dan penerangan alami.

 Penggunaan teras

Penggunaan teras – teras yang lebar bisa dimanfaatkan dalam

pembuatan taman, dimana tanaman yang ada nantinya dapat dijadikan

sebagai pembayang sinar alami.

 Membuat Ruang Transisional

Ruang transisional dapat diletakkan pada sekeliling bangunan sebagai

ruang udara, dan dapat menjadi ruang perantara antara ruang dalam dan

ruang luar bangunan. Penempatan ruang tersebut pada bagian sisi

bangunan yang terkena panas dapat mengurangi penggunaan panel –

panel anti panas.

 Desain Dinding

Dinding luar sebagai pelingkup bangunan harus bisa menahan panas.

Dinding luar tersebut berupa pelindung insulasi yang bagus tetapi harus

dapat dibuka pada musim kemarau, sehingga harus bisa digerakkan

untuk pengendalian cross ventilation guna kenyamanan dalam bangunan.

 Korelasi yang baik dengan landscape

Lantai dasar bangunan harus lebih terbuka keluar dan menggunakan

ventilasi yang alami karena hubungan lantai dasar dengan jalan harus

juga diperhatikan. Tumbuhan dan desain lanskap digunakan tidak hanya

untuk kepentingan estetika dan ekologis semata, namun juga membuat

bangunan menjadi lebih sejuk.

 Penggunaan alat penyambang pasif

113
Penyambang sinar matahari merupakan pembiasan sinar matahari

secara langsung yakni pada sisi Timur dan Barat. Cross ventilation

dengan peraturan volumetric aliran udara digunakan untuk memasukkan

udara segar dan mengeluarkan udara panas sehingga ruangan kembali

segar.

 Penyekat panas pada lantai

Insolator panas pada kulit bangunan dapat mengurangi pertukaran udara

panas dengan udara dingin yang berasal dari dalam bangunan.

Komposisi thermal insulation sangat menentukan karakteristiknya.

Penyekat panas pada lantai terdiri dari beberapa jenis yakni serpihat,

berserabut, butiran – butiran, terdiri dari sel, dan memantulkan.

7.2 Konsep Perencanaan Sistem Bangunan

7.2.1 Sistem Struktur

Sistem struktur yang akan diterapkan pada bangunan ini dibagi menjadi

3 jenis yaitu:

a. Struktur Bawah

1. Pondasi

Pada bangunan industri ini akan menggunakan pondasi strauss pile

karena pondasi ini mampu menahan beban bangunan industri pabrik

tepung terigu yang memiliki tinggi tidak lebih dari 3 lantai. Pondasi ini dipilih

karena dalamproses pengerjaannya tidak menimbulkan kebisingan

sehingga tidak mengganggu ketenangan lingkungan sekitar dan bangunan

ini memiliki beban struktur yang tidak terlalu besar.

Cara pengerjaan pondasi strauss pile :

1. Persiapan kerja

114
Tahap persiapan adalah tahap menyiapkan peralatan yang

digunakan seperti mata bor, pipa,stang dan alat pendukung lainnya.

2. Pengeboran

Kemudian tanah akan dibor secara manual menggunakan tenaga

manusia dengan ukuran antara 25 – 30 cm. proses pengerjaan

memerlukan 2 hingga 4 orang pekerja.

3. Pembesian

Pondasi strauss pile pada umumnya menggunakan besi 8 mm

polos yang disusun secara spiral dengan jarak sengkang 15 – 20

cm dan tulangan pokok menggunakan 5 buah besi 13 mm ulir.

4. Pengecoran

Kemudian tulangan dimasukkan ke dalam tanah yang sudah di bor

lalu dicor dengan beton dengan mutu k-225. Jika kondisi tanah

berair dapat menggunakan pipa paralon dalam prosesnya.

b. Struktur Tengah

1. Lantai

 Floor Hardener

Pada struktur tengah yaitu pada bagian lantai bangunan akan

digunakan lantai beton dengan finishing floor hardener supaya bangunan

dapat langsung digunakan dan dapat mengakomodasi mobilitas pelaku

yang sangat tinggi.

Cara pengaplikasian floor hardener

1. Persiapan permukaan

Ratakan beton yang baru dituang dengan menggunakan concrete

vibrator supaya lebih cepat memadat serta ditambahkan bahan additive

plastikizer untuk mempermudah proses pengecoran dan menjaga mutu

115
beton. Tebal plat beton yang akan aplikasikan floor hardner harus

memiliki tebal minimal 15 cm.

2. Peralatan permukaan

Kemudian beton diratakan menggunakan vibrator truss screed sesuai

level yang diinginkan. Kemudian ratakan permukaan beton dengan

menggunakan trowel kayu dan trowel finish mesin.

3. Penaburan

Taburkan bubuk floor hardener pada permukaan plat beton secara

merata.

4. Pemadatan

Tunggu hingga bubuk floor hardener menyatu dengan campuran beton

yang masih basah. Kemudian ratakan dengan menggunakan mesin

trowel dengan putaran rendah dan dasar yang benar – benar rata.

5. Penghalusan awal

Setelah beton mulai mengeras, haluskan menggunakan mesin trowel

dengan mesin trowel finish dengan putaran baling – baling logam yang

lebih halus dengan posisi sudut rendah.

6. Penghalusan akhir

Tahap terakhir penghalusan menggunakan mesin trowel dengan

putaran tinggi. Untuk menghindari permukaan beton dari penguapan

dari air yang terlalu cepat dan retakan, semprot dengan bahan curing

transparent.

 Bondek

Lantai bondek akan digunakan pada lantai atas yaitu pada kantor dan

ruangan – ruangan lain yang tidak berada di lantai dasar. Pemilihan lantai

bondek ini bertujuan untuk menghemat biaya pengerjaan dan

meminimalisir material yang terbuang (bekisting).

116
Pemasangan bondek:

1.Pasang plat lantai bondek pada portal konstruksi baja atau beton

2. Pasang besi tulangan atau wiremesh bagian atas

3. Kemudian cor lantai (jika menggunakan beton pengecoran

dilakukan bersamaan dengan kolom dan balok, jika menggunakan

baja pengecoran dilakukan setelah pemasangan portal konstruksi

baja)

2. Kolom

 Baja WF

Kolom yang digunakan adalah konstruksi baja WF (wide flange) karena

lebih cepat dalam pemasangan, praktis, serta tahan lama.

Gambar 7.2 Baja WF


Sumber :http://www.gudangbesibaja.com/wpcontent/uploads/2015/01/wf-opus-
131-300x225.jpg

3. Dinding

Dinding merupakan material pengisi saja yang bahannya tidak

memerlukan kekuatan yang besar untuk menahan struktur bangunan, jadi

material dinding yang akan digunakan meliputi:

 Bata Ringan

Bata ringan merupakan jenis bata yang mempunyai berat yang lebih

ringan dari bata merah dengan ukuran yang sama. Bata ringan memiliki

117
bahan dasar pasir kuarsa, semen, kapur, gypsum dan alumunium pasta.

Ukuran bata ringan ini bervariasi mulai dari 200 mm x 600 mm dengan

ketebalan 75 mm hingga 200 mm.

Kelebihan :

1. Memiliki bentuk yang presisi tinggi dan seragam dalam jumlah yang

banyak.

2. Pemasangannya cepat

3. Lebih ringan sehingga memperkecil beban struktur

4. Kuat tekan tinggi

5. Lebih kedap suara

6. Tidak membutuhkan plesteran yang tebal

Kekurangan :

7. Membutuhkan perekat khusus yaitu dengan semen instan yang sudah

tersedia banyak dipasar

8. Membutuhkan tenaga pemasang yang sudah berpengalaman

memasang bata ringan

9. Pada pekerjaan yang membutuhkan pemotongan bata, dapat

menyisakan bata yang terbuang

10. Jika terkena air proses pengeringannya lama

11. Harus menggunakan roskam bergerigi untuk menempelkan semen

mortar

12. Bata ringan dengan kualitas rendah dapat menyebabkan air rembes

sehingga bisa merusak cat.

Sebagian dinding akan menggunakan botol bekas sebagai

pemanfaatan kembali barang bekas menurut konsep bangunan ekologis.

118
Botol yang digunakan adalah botol bekas dengan ukuran 600 ml yang

biasa digunakan untuk kemasan kecap, saus dan minuman.

c. Struktur Atas

1. Atap

 Space Frame

Pada struktur atap akan mengunakan struktur rangka ruang atau

space framekarena struktur ini memiliki fleksibilitas yang sangat tinggi serta

memiliki bentang ruang yang lebar tanpa perlu bantuan kolom di tengah

sehingga cocok untuk bangunan industri yang memiliki kebutuhan ruang

bebas kolom yang lebar.

Gambar 7.3 Pengaplikasian Struktur Space Frame Pada Bangunan


Industri
Sumber:http://www.htsteels.com/Hgwang/manage/uploadfile/
2014915145028.jpg

2. Penutup Atap

 Zincalume

Atap zincalume digunakan karena atap ini memiliki harga yang cukup

murah, mudah didapatkan, ringan dan cara pemasangannya tidak terlalu

rumit.

119
Gambar 7.4 Atap Zincalume
Sumber:https://supplierbahanbangunandisda.files.wordpress.com/
2012/09/klip-lok-lurus-01.jpg

7.2.2 Sistem Utilitas Bangunan

 Penghawaan

Pada bangunan ini nantinya menggunakan system penghawaan

buatan yang berupa A/C yang menggunakan system VRV (Variable

Refrigerant Volume) dikarenakan dari fungsi bangunan itu sendiri

yang merupakan bangunan fasilitas umum dengan fungsi sampingan

sebagai fungsi komersil sehingga membuthkan penghawaan yang

konsisten agar bangunan selalu nyaman saat dikunjungi

Keunggulan dari system ini adalah system penunjang dari

system A/C itu sendiri tidak terlalu banyak sehingga bisa menghemat

ruang yang diperlukan untuk system A/C itu sendiri

Gambar 7.5 System A/C VRV (Variable Refrigerant Volume)


Sumber : www.google.com

120
 Pencahayaan

Sistem pencahayaan dibagi menjadi 2 yaitu system

pencahayaan alami dan system pencahayaan buatan.

 Alami

Sistem pencahayaan alami yang dimaksud adalah

pencahayaan yang berasal dari sinar matahari. Bangunan ini

diharapkan mampu menerima sinar matahari sebaik mungkin.

Sehingga pada saat siang hari, bangunan ini tidak perlu

menyalakan lampu, dsb.

 Buatan

Pencahayaan buatan diterapkan pada ruangan yang kurang

menerima cahaya alami secara langsung, selain itu juga berfungsi

senagai elemen estetis bangunan. Berikut adalah beberapa jenis

lampu yang digunakan sebagai sumber pancahayaan buatan pada

bangunan ini, adalah lampu LED. Lampu LED digunakan pada

bangunan ini karena lampu ini merupakan lampu yang paling

hemat energi nya sehingga lampu ini lebih ramah lingkungan dan

juga lampu LED mempunyai daya tahan yang cukup lama.

Gambar 7.6 Lampu LED


Sumber : www.google.com

121
Dalam teknik pencahayaan sebuah ruang akan mempengaruhi

kesan dari aktivitasnya. Yang nantinya akan digunakan pada

Bangunan Berikut adalah berbagai teknik pencahayaan, yaitu :

 Pencahayaan umum

Untuk pencahayaan umum pada tiap ruang nantinya yang

diaplikasikan adalah teknik pencahayaan downlight. Pencahayaan

downlight adlaah pencahayaan yang memanfaatkan reflektor,

pemasangan / aplikasi pada plafond. Nantinya system pencahayaan

ini akan di aplikasikan pada semua ruang yang ada di dalam

bangunan kecuali untuk ruang servis.

Gambar 7.7 General Lighting Menggunakan Sistem Downlight


Sumber : www.google.com

Lalu untuk system dari pencahayaan khusus yang nantinya

akan diterapkan pada ruang Pusat informasi dan beberapa ruang

lain itu sendiri untuk teknik pencahayaan yang digunakan nantinya

adalah sebagai berikut

122
 Hidden Lamp

Gambar 7.8 Hidden Lamp


Sumber : www.google.com
Untuk hidden lamp ini nantinya akan digunakan hanya pada

ruang pusat informasi sebagai aksen pada ruang

C. Sistem Utilitas

a. Jaringan Listrik

Jaringan listrik pada industri ini akan menggunakan sumber

energi pln dan mesin genset Untuk energi listrik alternatif lain

menggunakan generator pada setiap bangunan utama untuk

mendukung kegiatan produksi supaya tidak berhenti ketika terjadi

kekurangan daya.

b. Sistem Jaringan Air Bersih

Untuk jaringan air bersih tetap menggunakan air dari PDAM

dan dibantu dengan system rainwater harvesting serta penggunaan

kembali air dari limbah yang telah diolah.

c. Sistem Utilitas Limbah

Jenis limbah yang dihasilkan oleh bangunan industri makanan

olahan buah belimbing ini berupa :

123
 Limbah cair. Berupa air bekas cucian buah sebelum diolah.

Air bekas merendam untuk olahan manisan berupa air

kapur, air garam dan air tawas.

 Limbah padat. Berupa sisa dari buah belimbing yang tidak

dapat diproduksi yaitu kulit bawang, ampas cabai, dan lain-

lain.

 Limbah gas. Berupa hawa panas dan bau yang berasal dari

proses produksi makanan olahan bawang dan cabai.

Usulan upaya pengelolaan lingkungan

 Limbah Cair. IPAL Instalasi Pengolahan Limbah dengan

sistem biofilter kemudian dibuang menuju sumur resapan.

 Limbah Padat. Pengomposan dan mengunakan lubang

biopori.

 Limbah Gas. Cooker hood yang berfungsi sebagai penyaring

sisa lemak dan bau yang berasal dari proses produksi.

d. Keamanan

Pengamanan terhadap bangunan selain petugas keamanan,

akan dilengkapi juga dengan CCTV yang akan dipasang pada titik –

titik tertentu seperti koridor, ruang produksi, pintu masuk, area parkir

dan ruangan – ruangan lain.

e. Penanggulangan Kebakaran

Penaggulangan terhadap kebakaran akan menggunakan

jaringan sprinkler yang akan dilengkapi dengan ruang pompa. Serta

tambahan keamanan darurat berupa fire extinguisher pada setiap

alat yang berpotensi memicu kebakaran dan pada titik – titik rawan

kebakaran.

124
BAB VIII

STRATEGI DESAIN

Sebelumnya pada bab III, penulis sudah menyatakan permasalahan yang didapat
dari analisa penetapan desain yaitu :
1. Membuat tema bangunan yang ramah lingkungan dan modern. Terdapat
berbagai permasalahan terkait tapak/lokasi terhadap bangunan pabrik ini.

Dari permasalahan ini, penulis memiliki strategi penyelesaian berupa :


PERMASALAHAN STRATEGI
a) gas emisi CO2 (gas pencemaran) a) Pemilihan tanaman yang ada
yang dihasilkan pabrik dalam disekitar bangunan pabrik, yakni
kurun waktu yang lama bisa tanaman dengan penyerapan gas
menyebabkan peningkatan suhu CO2 tertinggi, sehingga bisa
muka bumi. meminimalisir
dampak dari emisi gas buangan.

b) penggunaan listrik dan b)Pemanfaatan vertikal garden pada


penghawaan udara (AC) yang area bangunan pabrik, misalnya
berlebihan dan suhu tinggi pada pagar
area Lokasi tapak dikarenakan tanaman ataupun tanaman rambat
merupakan area kawasan industri pada dinding – dinding sehingga
penyerapan gas buangan CO2 oleh
pabrik bisa diminimalisir lagi.

c) Pemanfaatan pencahayaan alami c) Penempatan luas jendela dan


tanpa memasukkan panas material yang digunakannya agar
matahari bisa
mendapatkan pencahayaan alami
yang maksimal tanpa memasukkan
panas matahari. Pemilihan bahan
kaca menggunakan kaca tempered
atau kaca berbahan titanium yang
bisa memantulkan 96% inframerah
dan 77% sinar ultra ungu.

125
d) Penempatan ruang service dan d) Penempatan posisi ruang seperti
mechanical electrical toilet,mekanical electrical dan
plumbing disisi yang paling banyak
menerima sinar matahari yakni
dibagian timur bangunan. Ruang –
ruang tersebut merupakan ruang
dengan intensitas kerja yang rendah
sehingga tidak mengganggu
kenyamanan pekerja ketika
beraktifitas.

e) Cahaya matahari langsung dan e) Penggunaan teras bangunan


Orientasi bangunan terhadap pada sisi barat dan timur bangunan
tapak agar
panas tidak langsung terkena dalam
bangunan, selain itu orientasi
bangunan dengan permukaan yang
diminimalisir mengarah arah barat
dan timur. Menggunakan material
pelingkup bangunan seperti dinding
berbahan penahan panas seperti
hebel, sehingga panas dari luar
bangunan bisa masuk ke dalam
secara perlahan. Dan juga
penggunaan insuli pada atap
bangunan agar panas tidak masuk.

f) Pergerakan udara/sirkulasi pada f) Pengolahan lubang – lubang


pabrik yang membuat penghuni udara pada dinding dan atap
pabrik tidak nyaman bangunan
sehingga menghasilkan suatu cross
ventilasi agar bisa mendapatkan
pergerakan udara alami dan
membuat para pekerja nyaman.

126
Tabel 8.1 : Strategi desain dari permasalahan desain

Sumber : Dokumen pribadi

Permasalahan dominan yang diangkat yakni “Penataan Alur Produksi ”


diharapkan dapat menjadi solusi yang baik bagi pabrik pengolahan tepung terigu
agar menjadi suatu bangunan yang efisien dalam kinerja bangunannya. Pabrik
pengolahan tepung terigu ini merupakan suatu proyek bangunan dimana proses
produksi merupakan fasilitas utamanya yang diharapkan dapat dilaksanakan
dengan efisien dan menggunakan energi sekecil mungkin.

Retail product sendiri merupakan suatu bangunan penjualan produk atau


pengenalan produk untuk memperkenakan pada mayarakat dan pelaku usaha
makanan akan kegunaan jenis tepung sesuai kebutuhan pada bahan dasar
pembuaatan makanan yang berbahan baku tepung terigu.

Gambar 8.1 : Strategi alur produksi

Sumber : www.google.com

127
DAFTAR PUSTAKA

Tri Harso Karyono, 2010, GREEN ARCHITECTURE, Rajawali Pers, Jakarta

Christine E Mediastika, 2013, HEMAT ENERGI DAN LESTARI

LINGKUNGAN MELALUI BANGUNAN, Penerbit Andi, Yogyakarta

Prasasto Satwiko, 2004, FISIKA BANGUNAN EDISI 1, Penerbit Andi, Yogyakarta

Prasasto Satwiko, 2004, FISIKA BANGUNAN EDISI 2, Penerbit Andi, Yogyakarta

Oswald W. Grube, 1971, INDUSTRIAL BUILDINGS AND FACTORIES, The


Architectural Press, London

Hegger Fuchs Stark Zeumer, 2008, ENERGY MANUAL, Birkhauser, Berlin

Jurgen Adam, dkk., 2009, INDUSTRIAL BUILDINGS, Birkhauser, Berlin

Ade Sri Rahayu, dkk., 2015, KONVERSI POME MENJADI BIOGAS, Winrock
International, United States

Tamaryn Brown, dkk., 2012, REDUCING CO2 EMISSIONS FROM HEAVY


INDUSTRY: A REVIEW OF TECHNOLOGIES AND CONSIDERATIONS FOR
POLICY MAKERS, Imperial College, London

Brinkmann Consultancy, 2009, GREENHOUSE GAS EMISSIONS FROM PALM OIL


PRODUCTION, Netherlands

https://wiryawiguna.wordpress.com/2012/11/06/pengertian-dandefinisipabrikindustri/

http://www.finishingfloorhardener.com/2014/09/apa-itu-finishing-floorhardener.html

http://rzsduniatekniksipil.blogspot.co.id/2013/07/definisi-batu-batamerah.html

http://www.jasasipil.com/2014/09/kelebihan-dan-kekurangan-bataringan.html

http://www.jasasipil.com/2015/10/pengertian-struktur-rangka-spaceframe.html

http://pembangkit-uap.blogspot.co.id/2015/03/sistem-pembangkit-listriktenaga.html

128

Anda mungkin juga menyukai