Anda di halaman 1dari 8

KANDUNGAN TIMBAL PADA TANAMAN SAWI HIJAU

(Brassica juncea L) DI SEKITAR JALAN RAYA


PADANG PANJANG – BUKITTINGGI
SUMATERA BARAT
Oleh:

Tolan, Erismar Amri, Yosmed Hidayat

Prodi Pendidikan Biologi STKIP-PGRI Sumatera Barat, lantol656@gmail.com

ABSTRACT

Vegetables are plant around in the highway risk has of exposure to heavy metals that can
negatively impact if the consume with people. One of heavy metal waste products such as vehicles
are Plumbun (Pb) and can enter through the roots and plant of stomata. Highway of Padang-
Bukittinggi is an area that a lot of growing vegetables, but no researcher who describes metal
contamination of Plumbun in green mustard plants in this area. This research is a descriptive study
which analyzes the metal content of Plumbun (Pb) on green cabbage are known looking the
absorbance used the tool of atomic absorption spectrophotometry (AAS) at a wavelength of 217
nm. Sampling was done by sampling proposive based on the spacing of green cabbage from the
highway including a distance of 5 m, 10 m, 20 m, 40 m. Based on this observations known to the
Plumbuns content of lead in green mustard plants around in the highway Padang Panjang –
Bukittinggi which have been categorize exceeded the threshold that is the first location within 5
meters has a Plumbun content of lead is as high as 15,20 mg/kg and within 10 meters of 1,41
mg/kg. While in the second location at a distance of 40 Plumbuns of 0,64 mg/kg.

Key words: Bassica juncea L, Plumbun (Pb).

PENDAHULUAN

Sayur-sayuran merupakan salah satu Sayur-sayuran yang ditanam di pinggir


makanan yang banyak dikosumsi di kalangan jalan raya memiliki resiko terpapar logam berat
masyarakat, karena sayur-sayuran berfungsi yang cukup tinggi seperti timbal (Pb), tembaga
sebagai sumber vitamin dan mineral yang (Cu), merkuri (Hg), kadmium (Cd), dan seng
sangat penting dalam proses metabolisme (Zn) pada semua bagian tanaman yaitu akar,
tubuh. Menurut Muchtadi (2011) serat yang batang, daun dan buah (Widaningrum dkk,
terdapat dalam sayuran juga berfungsi untuk 2007). Logam berat merupakan zat pencemar
mencegah kanker, melancarkan pembuangan, yang memilki efek berbahaya karena sifatnya
menurunkan kolesterol dan mengurangi resiko yang tidak dapat diuraikan secara biologis.
penyakit jantung dan lain-lain. Dalam Menurut Ridhowati (2013) logam berat tidak
menerapkan hidup sehat masyarakat selalu dapat di hancurkan oleh organisme yang hidup
berupaya menjadikan sayuran sebagai menu di lingkungan dan pada konsentrasi rendah
hariannya sehingga terjadi peningkatan umumnya sudah beracun bagi makhluk hidup.
kebutuhan akan sayuran. Sanra dkk (2015) melaporkan kandungan
Memenuhi pentingnya kebutuhan akan logam timbal pada tanaman tomat yang
sayuran tersebut, maka pada saat ini para petani ditanam di pinggir jalan raya telah melewati
banyak melakukan pembukaan lahan-lahan ambang batas yaitu sebesar 1,0725 mg/Kg.
baru penanaman sayuran agar sayuran tidak Menurut surat keputusan Direktur Jendral
berkurang. Salah satu lahan yang banyak Pengawasan obat dan makanan dengan nomor
ditanami sayuran adalah daerah di sekitar jalan 03725/B/SK/VII/89, tentang batas maksimum
raya yang ramai dilalui kendaran bermotor. Hal cemaran logam dalam makanan, untuk batas
ini disebabkan karena transfortasi atau akses cemaran logam timbal pada daun yaitu 0,5
pemasaran lebih mudah.
mg/Kg yang disyaratkan oleh Standar Nasional melihat hasil absorbansi mengunakan alat
Indonesia 7387-2009. spektrofotometri serapan atom (SSA) pada
Salah satu daerah yang ditanami sayur- panjang gelombang 217 nm. Pengambilan
sayuran yang dekat dengan jalan raya yaitu sampel dilakukan secara proposive sampling
daerah pinggir jalan raya Padang Panjang- berdasarkan jarak tanam sawi hijau dari jalan
Bukittinggi. Terdapat beberapa daerah raya diantaranya jarak 5 m, 10 m, 20 m, 40 m.
pertanian di sekitar jalan raya Padang Panjang- Pengambilan sampel dilakukan pada 2 lokasi
Bukittinggi yaitu Kenagarian Panyalaian, berbeda yaitu Kenagarian Panyalaian dan
Paninjauan, Aie Anggek, Koto Baru, Sungai Kenagarian Aie Anggek. Sedangkan untuk
Pua dan Padang Lua. Beberapa daerah tersebut kontrol sampel sawi hijau diambil pada lokasi
merupakan area pertanian yang dekat dengan yang jauh dari jalan raya.
jalan raya. Jalan raya Padang Panjang-
Bukittinggi tersebut merupakan jalan antar Pengambilan Sampel
lintas Sumatera yang banyak dilalui oleh
kendaraan bermotor dan mobil sehingga akan Sampel daun sawi hijau diambil dari kebun
beresiko terakumulasi logam timbal pada petani, sebelum sampel di ambil di lakukan
tanaman yang hidup di sekitar jalan raya. pengukuran jarak penanaman sawi hijau dari
Berdasarkan observasi salah satu sayuran jalan raya dengan mengunakan rol meter dan
yang banyak ditanam oleh petani di daerah sampel diambil dengan jarak yang berbeda
sekitar jalan raya Padang Panjang-Bukittinggi yaitu pada jarak 5 m, 10 m, 20 m dan 40 m dari
yaitu sawi hijau. Menurut Haryanto dkk (2003) pinggir jalan raya dengan berat ±500 gram dan
sawi hijau merupakan bahan makanan sayuran di bungkus dengan kertas chart dan beri kode
yang mengandung zat-zat gizi yang cukup dan (A1) dengan jarak 5 meter, kemudian (A2)
lengkap sehingga apabila dikonsumsi sangat dengan jarak 10 meter, (A3) dengan jarak 20
baik untuk mempertahankan kesehatan tubuh. meter dan (A4) dengan jarak 40 meter dari
Sawi hijau dipercaya dapat menghilangkan rasa jalan raya. Sampel yang akan menjadi kontrol
gatal di tenggorokan pada penderita batuk. diambil dengan jarak ±500 meter dari pinggir
Bagi penderita penyakit ginjal dianjurkan untuk jalan raya. Kemudian sampel yang telah di
banyak mengkonsumsi sawi karena dapat bungkus dan di beri kode di masukan ke dalam
membantu memperbaiki fungsi ginjal. Sebagai plastik volume 50 kg, kemudian sampel dibawa
sayuran berserat, sawi baik pula dikonsumsi ke laboratorium Terpadu Kopertis Wilayah X.
untuk memperbaiki dan memperlancar
pencernaan. Selain itu, rasanya yang segar Analisis Kandungan logam timbal (Pb) pada
sehingga banyak digunakan sebagai sayuran daun sawi hijau
yang di tambahkan didalam bakso, mie ayam
atau masakan restoran cina. a. Penentuan Kadar air
Mengingat pentingnya peranan sawi hijau Masing-masing sampel daun sawi hijau
dan buruknya efek negatif dari logam timbal berupa potongan-potongan kecil dari daun
maka telah dilakukan Penelitian dengan Judul Sawi hijau digerus halus. Kemudian sampel
“Kandungan timbal pada tanaman sawi hijau dimasukan kedalam oven pada suhu 105 0C
(Brassica juncea L.) di sekitar jalan raya sampai sampel sawi hijau kering.
Padang Panjang- Bukittinggi Sumatera Barat”. Selanjutnya sampel didinginkan dalam
desikator selama 30 menit dan digerus
METODE PENELITIAN kemudian ditimbang, setelah digerus
tanaman diletakan diatas hot plate untuk
Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan dibakar, dan dimasukan didalam furnes
November 2015, dimana sampel daun sawi (Dachriyanus, 2004 dalam Sanra dkk,
hijau diperoleh dari daerah pertanian di sekitar 2015).
jalan raya Padang Panjang-Bukittinggi.
Analisis kandungan logam timbal (Pb) b. Destruksi
dilakukan di Laboratorium Terpadu Kopertis Sampel daun sawi hijau dari penentuan
Wilayah X. kadar air, dimasukkan ke dalam labu ukur
Penelitian ini merupakan penelitian 50 ml, kemudian ditambahkan pelarut
deskriptif dimana analisis kandungan logam HNO3 65 % sebanyak 25 mL. Untuk proses
timbal (Pb) pada sawi hijau diketahui dengan destruksi, dilakukan pemanasan mulai dari
panas yang rendah kemudian dinaikkan
secara perlahan-lahan. Setelah kira-kira 30
menit pemanasan dihentikan lalu
ditambahkan 5 tetes H2O2 pa 30% dan Keterangan :
pemanasan dilanjutkan kembali. Pemberian M = Konsentrasi logam dalam sampel
H2O2 pa 30% dilakukan berulang-ulang (mg/kg)
sampai cairan menjadi jernih. Hasil C = Konsentrasi logam dalam nilai
destruksi di dinginkan dan disaring dengan absorbansi (mg/L).
kertas saring Whatman No. 42. Larutan V = Volume larutan dari hasil destruksi
sampel siap diukur kandungan logam sampel (L)
timbal menggunakan alat SSA F = Faktor pengeceran
(Dachriyanus, 2004 dalam Sanra dkk, B = Berat sampel yang didestruksi (kg)
2015).
HASIL DAN PEMBAHASAN
c. Penentuan konsentrasi timbal dengan
(SSA).
1) Pengukuran absorbasi larutan standar 20 Lokasi 1

konsentrasia kandungan
15.20

logam timbal (mg/L)


timbal. Lokasi 2
15
Sampel yang sudah siap untuk Lokasi 3
dilihan kandungan logam timbal dengan 10
mengunakan AAS, terlebih dahulu 5
Blanko disiapkan dan absorban diatur 1.41 0.50 0.28 0.33 0.64 0.08
0.08 0.11
yaitu sama dengan nol. Larutan standar 0
timbal disiapkan dengan deretan 5 10 20 40 500
konsentrasi 1,0; 2,0; 3,0; dan 4,0 dan 5,0 Jarak sampel sawi hijau dari jalan raya (m)
mg/L. Selanjutnya dilakukan stabilisasi
alat Spektrofometri Serapan Atom. Gambar. Kandungan Pb sawi hijau dengan
Dilakukan pemasangan lampu katoda lokasi tanam yang berbeda
berongga Pb. Peralatan Spektrofometri
Serapan Atom disetting dengan kuat Hasil kandungan logam timbal (Pb) pada
arus 10 mA. Bahan bakar yang sawi hijau dengan mengunakan alat
digunakan adalah kombinasi udara– spektrofotometri serapan atom (SSA)
asetilen. Selanjutnya serapan maksimum didapatkan hasil pada lokasi pertama dengan
diatur pada panjang gelombang 217,0 jarak 5 meter, 10 meter, 20 meter dan 40 meter
nm. Dilakukan pengaturan dari nol yaitu 15,20 mg/kg, 1,41 mg/kg, 0,50 mg/kg dan
dengan menggunakan blanko dan 0,33 mg/kg. Sedangkan pada lokasi ke 2
dilakukan pengukuran absorban larutan dengan jarak 5 meter, 10 meter, 20 meter dan
standar. Pengukuran absorban larutan 40 meter yaitu 0,08 mg/kg, 0,11 mg/kg, 0,28
standar timbal dimulai dari konsentrasi mg/kg dan 0,64 mg/kg. Kandungan logam
yang rendah berurutan sampai timbal pada sawi hijau pada sampel kontrol
konsentrasi tinggi. didapatkan sebesar 0,08 mg/kg.
Hasil pengukuran pH tanah yaitu pada
2) Pengukuran Sampel lokasi pertama dengan jarak 5 m dan 20 m
Sampel hasil destruksi selanjutnya yaitu 5, pada jarak 20 m dan 40 m yaitu 6 dan
diukur serapan logam timbal dengan 6,3. Sedangkan lokasi kedua yaitu untuk jarak
kombinasi yang sesuai dengan 5 m, 10 m dan 40 m pH tanah didapatkan 6.
pengukuran standar timbal. Konsentrasi Sedangkan padak jarak 20 m yaitu 5,6. pH
larutan sampel ditentukan dengan tanah pada lokasi 3 sebagai kontrol yaitu 6.
bantuan kurva kalibrasi larutan standar Berdasarkan hasil pengamatan kandungan
(Dachriyanus, 2004 dalam Sanra dkk, logam timbal pada tanaman sawi hijau, berbeda
2015). untuk setiap jarak tanaman dari sekitar jalan
raya untuk masing-masing lokasi. Pada lokasi
Dalam menentukan konsentrasi dalam pertama kandungan logam timbal yang
sampel digunakan persamaan sebagai berikut: tertinggi yaitu pada jarak 5 m dan 10 m yaitu
sebesar 15,20 mg/kg dan 1,41 mg/kg di
bandingkan jarak 20 meter dan 40 meter yaitu
0,50 mg/kg dan 0,33 mg/kg. Berdasarkan hasil jalan yang mendaki sehingga akan
pengamatan bahwa tanaman yang dekat dengan memungkinkan emisi yang dikeluarkan oleh
jalan raya akan terakumulasi logam timbal kendaraan akan lebih banyak. Sedangkan pada
lebih besar. Menurut Sanra dkk (2015), bahwa lokasi kedua yaitu mempunyai area kebun yang
kadar logam timbal pada setiap jarak memiliki tidak terlalu luas, banyaknya tanaman gulma,
akumulasi yang berbeda. Perbedaan ini terjadi dan ukuran daun sawi hijau yang kecil.
karena jarak sampel dari sekitar jalan raya, Menurut Darmono (1995) dalam Ratnasari dkk
semakin dekat jarak sampel dari jalan raya, (2013), bahwa ada beberapa faktor yang
maka sampel akan tercemar lebih besar. Selain mempengaruhi kadar timbal dalam tanaman
itu, Erdayanti dkk (2015) melaporkan dari hasil antara lain morfologi dan fisiologi tanaman,
penelitian yang dilakukan sayur kangkung dan lamanya paparan logam Pb pada tanaman,
bayam bahwa pada jarak yang dekat dengan kadar timbal dalam tanah, umur tanaman dan
jalan raya akumulasi logam timbal yang faktor yang mempengaruhi areal seperti
didapatkan lebih tinggi dari pada jarak yang banyaknya tanaman penutup serta jenis
jauh dari sekitar jalan raya. tanaman di sekeliling tanaman tersebut.
Pada lokasi kedua diperoleh Hasil Kandungan logam timbal pada lokasi
kandungan logam timbal pada tanaman sawi pertama tinggi karena lahan pertanian
hijau pada lokasi kedua yaitu pada jarak 5 mengunakan mulsa plastik yang menyebabkan
meter, 10 meter, 20 meter dan 40 meter yaitu logam timbal akan langsung diserap oleh
sebesar 0,08 mg/kg, 0,11 mg/kg, 0,28 mg/kg, tanaman. Sedangkan pada lokasi kedua
0,64 mg/kg. Hasil tersebut menunjukan jarak 5 ditanam tidak mengunakan mulsa plastik
meter lebih kecil kandungan logam timbalnya sehingga tanaman gulma mudah tumbuh di
dari pada jarak 40 meter dari jalan raya. Hal ini sekitar sawi hijau. Oleh sebab itu, akumulasi
membuktikan semakin dekat tanaman dari jalan logam timbal pada sawi hijau lebih kecil karena
raya, maka kandungan logam timbal akan tumbuhan gulma ikut meyerap logam timbal
semakin kecil. Sedangakan semakin jauh yang di keluarkan oleh kendaraan. Secara
tanaman dari jalan raya, kandungan logam kolektif akar-akar tanaman yang kecil
timbalnya semakin tinggi. Perbedaan membentuk permukaan luas yang berhubungan
kandungan timbal ini disebabkan oleh dengan tanah dan sama dengan halnya dengan
pertumbuhan daun sawi hijau dan juga daun-daun yang membentuk permukaan yang
dipengaruhi oleh kecepatan angin. luas dengan udara (Loveless, 1983). Senyawa
Sebagaimana menurut Hughes dkk (1980) timbal yang menempel pada tanaman akan
dalam Connel dan Miller (1995), bahwa terabsobsi masuk kedalam daun tanaman
masuknya partikel logam di dalam tanaman di tersebut. Sedangkan yang jatuh ke tanah akan
pengaruhi oleh beberapa factor yaitu (1) ukuran diserap tanaman melalui akar dan dibawa
partikel, (2) morfologi permukaan deposisi, (3) melalui jaringan pengangkut dan disebarkan ke
umur aerosol dan (4) kecapatan angin. seluruh bagian tanaman.
Senyawa timbal yang dibawa oleh angin akan Perbedaan terhadap kandungan logam
jatuh di permukaan daun sehingga akan diserap timbal dalam penelitian ini, hahwa pH tanah
oleh daun melalui stomata. Sebagaimana tidak terlalu mempengaruhi penyerapan logam
menurut Connell dan Miller (1995), terdapat timbal. Hal ini dibuktikan dengan hasi daril
dua jalan masuk logam pada tanaman yaitu (1) pengukuran pH pada lokasi pertama dan lokasi
melalui pemukaan daun di atas tanah dan (2) kedua menunjukan masih dalam kategori netral
melalui sistem perakaran. Akumulasi logam yaitu berkisar antara 5,5 sampai dengan 6,5.
timbal pada sampel kontrol juga menunjukan Menurut Hanafi dkk (2013) pH 5.5 sampai 6
kandungan logam timbal yaitu sebesar 0,08 (rata-rata tanah di Indonesia) terdapat unsur
mg/kg. Hal ini menunjukan bahwa kecepatan hara yang optimum untuk tanaman dan pH di
angin mempengaruhi penyerapan logam pada atas Nilai pH tanah menunjukan banyaknya
tanaman. konsentrasi ion hidrogen (H+) didalam tanah.
Kandungan logam timbal pada lokasi Makin tinggi kadar ion H+ di dalam tanah,
pertama lebih tinggi dari pada lokasi kedua semakin masam tanah tersebut.
juga disebabkan oleh perbedaan luas lahan,
ukuran tanaman dan bentuk dari jalan raya. KESIMPULAN DAN SARAN
Pada lokasi pertama memiliki lahan yang luas, Berdasarkan hasil pengamatan diketahui
ukuran daun sawi hijau yang besar, dan bentuk kandungan logam timbal pada tanaman sawi
hijau, di sekitar jalan raya Padang Panjang– Muchtadi, D. 2011. Karbohidrat Pangan dan
Bukittinggi telah dikategorikan melewati Kesehatan. Bogor : Alfabeta
ambang batas menurut surat keputusan
Direktur Jendral Pengawasan obat dan Nazzarudin. 2000. Budidaya dan Pengaturan
Makanan yaitu untuk daun 0,5 mg/kg. Pada Panen Sayuran Dataran Rendah.
lokasi pertama yang berjarak 5 meter memiliki Jakarta: Penebar swadaya.
kandungan logam timbal yang sangat tinggi
sebesar 15,20 mg/kg dan jarak 10 meter yaitu Palar. H.1994. Pecemaran dan Toksikologi
1,41 mg/kg. Sedangkan pada lokasi kedua yang Logam Berat. Jakarta: Rineka Cipta.
telah dikategorikan melebihi ambang batas
pada jarak 40 meter sebesar 0,64 mg/kg. Ratnasari. H. ,. I. M. Siaka dan D. A. Suastuti.
Hal-hal yang dapat disarankan dari 2013. Kandungan Logam Total Cu
penelitian ini diantaranya adalah Perlu adanya pada Sayuran dari sentra hortikultura
penelitian lebih lanjut mengenai analisis daerah Bedegul. Jurnal kimia
seluruh bagian sayuran yang dapat FMIPA Universitas udayana.
terakumulasi logam berat dan juga perlu
adanya penelitian tentang menghitung Rhidhowati, S. 2013. Mengenal Pencemaran
kecepatan angin dan suhu udara. Sebaiknya Ragam Logam. Yogyakarta: Ghaya
petani yang menanam sayuran di sekitar jalan Ilmu
raya tidak mengunakan mulsa plastik, karna
mulsa plastik bisa mempermudah masuknya Sanra .Y , P. T. A. Hanifah dan S. Anita. 2015.
logam timbal pada tanaman sayur-sayuran Analisis kandungan Logam Timbal
tanpa diserap oleh tanaman lain seperti gulma. pada Sayur Kangkung Dan Bayam
Di Jalan Kartama Pekanbaru Secara
DAFTAR PUSTAKA Spektrofotometeri Serapan Atom.
Jurnal Fakultas Matematika dan
Connel, D.W., G. J. Miller. 1995. Kimia dan Ilmu Pengetahuan. Pekanbaru: Alam
Ekotosikologi Pencemaran. Jakarta: Bina Widya
UI Press.
Standar Nasional Indonesia. 2009. SNI 7387-
Erdayanti. P., T. Abu Hanifah., Sofia Anita. 2009. Batas Maksimum Cemaran
2015. Analisis Kandungan Logam Logam Berat dalam Makanan.
Timbal pada Sayur Kangkung dan Badan Standarisasi Nasional:
Bayam di Jalan Kartama Pekanbaru Jakarta.
secara Spektrofotometeri Serapan
Atom. Jurnal Pekanbaru: kampus Widaningrum, Miskiyah dan Suismono. 2007.
Bina Widya Bahaya Kontaminasi Logam Berat
dalam Sayuran dan Alternative
Hanafi. A,. H. Mubarok,. M. Tontowi,. R. pencegahan percemarannya.
Harimukti. 2013. Pengaruh Bulletin Teknologi Pertanian.VOL.3
berbagai pH tanah terhadap
tanaman. Makalah http://biolog-
indonesia.blogspot.
co.id/2013/05/pengaruh-berbagai-
pH-tanah-terhadap_7922.html.
diakses 23 Desember 2015

Haryanto, E., T. Suhartini.,dan E. Rahayu.


2003. Sawi dan Selada. Jakarta:
Penebar Swadaya.

Loveless, A.R. 1983. Prinsip-prinsip Biologi


Tumbuhan untuk Daerah Tropic.
Jakarta: Gramedia.

Anda mungkin juga menyukai