Anda di halaman 1dari 5

Nama : Audrey Prisila Rizky

NIM : 044796197

Tugas 1 Sistem Hukum Indonesia

1. Dalam konsep tujuan hukum yakni keadilan, kemanfaatan,dan kepastain hukum dalam
pandangan Fidelis, silakan dianalisis terpenuhinya atau tidak ketiga tujuan tersebut?
Berikan argumentasi Anda!

Jawab : konsep tujuan hukum yang terdiri dari keadilan, kemanfaaatan, dan kepastian
hukum sangan penting dalam menjalankan sistem hukum yang adil dan berfungsi
dengan baik. Namun, untuk menentukan apakah ketiga tujuan tersebut terpenuhi atau
tidak, perlu kita lihat dari pengamplikasian dalam masyarakat dalam pandangan Fidelis,
tujuan hukum untuk mencapai keadilan belum sepenuhnya terpenuhi. Masih banyak
kasus di mana hukum tidak memberikan keadilan pada semua pihak yang terlibat.
Misalnya, dalam sistem peradilan yang ada, terkadang keputusan hakim, lebih condong
ke pihak yang memiliki kekuasaan atau uang. Hal ini menyebabkan keadilan tidak
tercapai dan masyarakat kehilangan kepercayaan terhadap sistem peradilan.

Akan tetapi, tujuan hukum untuk mencapai kemanfaatan telah terpenuhi dalam banyak
kasus. Hukum telah digunakan untuk melindungi masyarakat dari berbagai tindakan
kejahatan dan memberikan perlindungan terhadap hak-hak individu. Selain itu, hukum
juga telah digunakan untuk menfisilitasi transaksi bisnis yang menguntungkan dan
mempromosikan kesejateraan masyarakat secara keseluruhan.

Sementara itu, tujuan hukum untuk mencapai kepastian hukum juga telah terpenuhi
dalam sebagian besar kasus. Hukum memberikan kerangka kerja yang jelas bagi
individu dan perusahaan untuk berpotensi, melakukan transaksi, dan menyelesaikan
sengketa. Kepastian hukum juga mempromosikan stabilitas dan keamanan dalam
masyarakat. Secara keseluruhan, dapat kita simpulkan bahwa ketiga tujuan hukum
tersebut tidak sepenuhnya terpenuhi dalam semua kasus. Namun,, hukum masih
memiliki peran yang sangat penting dalam mempromosikan keadilan,kemanfaatan,dan
kepastian hukum dalam masyarakat. Oleh sebab itu, perlu adanya upaya terus-menerus
untuk memperbaiki sistem hukum dan memastikan bahwa hukum berfungsi dengan
baik untuk mengwujudkan tujuan-tujuan ini.

2. Berbicara tentang warisan, perlu juga diidentifikasi masalah pewaris, harta waris, dan
ahli waris yang berhak menerima karena secara hukum ada aturannya. Di Indonesia,
ada 3 hukum waris yang berlaku, yakni hukum adat, perdata, Islam. jika kasus tersebut
dilihat dari perspektif hukum adat maka silakan dianalisis :

a) Kedudukan anak diluar kawin menurut sistem kekerabatan


patrilineal,matrilineal,dan parental.
Jawab : Dalam sistem kekerabatan patrilineal, yang dianggap penting adalah
garis keturunan laki-laki. Anak luar kawin dalam sistem kekerabatan patrilineal
sering kali dianggap tidak memiliki kedudukan yang sama dengan anak
kandung yang dilahirkan oleh istri sah. Anak luar kawin dalam sistem
kekerabatan patrilineal tidak diakui sebagai anggota keluarga dan tidak
memiliki hak atas warisan keluarga, kecuali jika ada kesepakatan khusus antara
keluarga.

Dalam sistem kekerabatan matrilineal, yang dianggap penting oleh sistem


kekerabatan ini adalah garis keturunan perempuan. Anak luar kawin dalam
sistem kekerabatan matrilineal dianggap memiliki kedudukan yang sama
dengan anak kandung yang dilakukan istri sah, karena yang dianggap penting
adalah garis keturunan ibu. Dalam sistem kekerabatan matrilineal ini anak luar
kawin bisa saja diakui sebagai anggota keluarga dan memiliki hak atas warisan
keluarga.

Dalam sistem kekerabatan parental, yang dianggap penting dalam kekerabatan


ini adalah kedua garis keturunan, baik dari pihak ibu maupun ayah. Dalam
sistem kekerabatan parental, anak diluar kawin diakui sebagai anggota keluarga
dan memiliki atas warisan keluarga.

Dalam hukum adat, sistem kekerabat yang digunakan bisa berbeda-beda


tergantung dari adat dan kebiasaan yang berlaku di suatu masyarakat. Oleh
karena itu, kedudukan anak luar kawin dalam hukum adat dapat berbeda-beda
pula tergantung pada sistem kekerabatan patrilineal cenderung memiliki
kedudukan yang lebih rendah dibandingkan dengan anak diluar kawin dalam
sistem kekerabatan matrilineal dan parental.

b) Pembagian harta warisan terhadap anak luar kawin berdasarkan sistem


patrilineal, matrilinel, dan parental ?

Jawab : Pembagian harta warisan terhadap anak luar kawin dalam sistem
kekerabatan patrilineal cenderung tidak mengakui anak luar kawin atas harta
warisan. Dalam sistem kekerabatan patrilineal ini, warisan diberikan secara
turun menurun kepada keturunan laki-laki dan diteruskan dari ayah ke anak laki-
laki yang sah atau yang di akui oleh hukum. Anak luar kawin oleh sistem
kekerabatan patrilineal tidak dianggap sebagai keturunan yang sah dan tidak
memiliki hak atas warisan. Namun, dalam beberapa kasus, anak luar kawin
menerima harta jika keluarga yang bersangkutan memberikan persetujuan.

Dalam sistem kekerabatan matrilineal, anak luar kawin memiliki hak atas harta
warisan karena yang dianggap penting adalah garis keturunan ibu. Dalam sistem
kekerabatan matrilineal, warisan diberikan secara turun menurun kepada
keturunan perempuan dan diteruskan dari ibu ke anak perempuan yang sah atau
yang diakui oleh hukum. Anak luar kawin dalam sistem kekerabatan matrilineal
dianggap sebagai keturunan yang sah dan memiliki hak atas warisan.

Dalam sistem kekerabatan parental, anak luar kawin juga memiliki hak atas
harta warisan. Dalam sistem kekerabatan parental, warisan diberikan secara
merata terhadap seluruh anak, baik yang lahir dari perkawianan sah maupun
yang lahir diluar perkawinan. Anak luar kawin dalam sistem kekerabatan
parental dianggap sebagai keturunan yang sah dan memiliki hak atas warisan.

Pembagian harta warisan dalam hukum adat dapat berbeda-beda tergantung dari
sistem kekerabatan yang dianut oleh masyarakat tersebut. Namun, secara umun
pembagian harta warisan bagi anak luar kawin dalam sistem kekerabatan
patrilineal cenderung tidak mengakui anak luar kawin atas harta warisan,
sementara dalam sistem kekerabatan matrilineal atau parental, anak luar kawin
diakui sebagai keturunan yang sah dan memiliki hak atas warisan.

c) Pembagian harta warisan terhadap anak luar kawin berdasarkan sistem


kekerabatan patrilineal, matrilineal, dan parental pasca terbitnya putusan
mahkamah agung konsitusi nomor 46/PUU-VII/2010?

Jawab : Putusan Mahkamah Konsitusi Nomor 46/PUU-VII/2010 telah


memperkuat hak anak luar kawin terhadap harta warisan, terlepas dari sistem
kekerabatan yang dianut oleh masyarakat. Dalam putusan tersebut, Mahkamah
Konsitusi menyatakan bahwa anak luar kawin mempunyai hak untuk mewarisi
harta warisan dari orang tua kandungnya, baik dari pihak ayang maupun ibu,
sebagaimana diatur dalam pasal 830 KUI Perdata.

Dengan demikian, dalam sistem kekerabatan patrilineal,anak di luar kawin yang


diakui oleh hukum memliki hak untuk mewarisi harta dari ayahnya, meskipun
tidak dianggap sebagai keturunan yang sah dalam sistem tersebut. Begitu juga
dalam sistem kekerabatn matrilineal , anak luar kawin memiliki hak atas harta
warisan dari ibunya. Sedangkan dalam sistem kekerabatan perental, anak luar
kawin juga memiliki hak yang sama dengan anak-anak yang lahir dalam
perkawinan sah.

Namun, dalam prakteknya masih terdapat kendala-kendala dalam implementasi


putusan tersebut. Masih ada kasus-kasus di mana anak luar kawin sulit untuk
mendapatkan hak warisan mereka karena berbagai faktor seperti diskriminasi
sosial,perbedaan keyakinan agama, dan perbedaan pandangan budaya. Oleh
karena itu, diperlukan upaya-upaya untuk mengedukasi masyarakat tentang
hak-hak anak luar kawin dalam mewarisi harta warisan serta penegakan hukum
yang tegas bagi pihak-pihak yang mengabaikan hak anak luar kawin tersebut.
3. Rachel Maryam dan suaminya, Edwin Aprihandono, mengajukan permohonan isbat
pernikahan ke Pengadilan Agama Jakarta Selatan dan permohonan isbat pernikahan
yang dilayangkan Rachel Maryam dikabulkan oleh majelis hakim.

a. Kedudukan isbat nikah yang sudah disahkan di Pengadilan Agama dan


implikasinya terhadap status perkawinan!

Jawab : Dalam kasus Rachel Maryam dan Edwin Aprihandono, permohonan


isbat pernikahan yang diajukan oleh Rachel Maryam telah dikabulkan oleh
pengadilan agama Jakarta Selatan. Dengan demikian, maka keduanya dianggap
telah sah manikah sejak awal, sebagaimana yang telah dinyatakan dalam
putusan. Implikasi dari adanya putusan isbat nikah ini adalah bahwa status
perkawinan Rachel Maryam dan Edwin Aprihandono menjadi sah secara
hukum. Dalam arti lain, meskipun sebelumnya terdapat tidakpastian atau
keraguan mengenai sah atau tidaknya pernikahan mereka, namun setelah
putusan isbat nikah, status perkawinan mereka menjadi jelas dan diakui secara
hukum.

Dalam praktiknya, keberdaan putusan isbat nikah ini dapat mempengaruhi


berbagai aspek dalam kehidupan pasangan suami istri tersebut. Contohnya,
dalam hal pembuatan akta-akta hukum seperti akta kelahiran anak, akta
kematian, atau akta perolehan hak atas tanah, status perkawinan yang sah harus
dinyatakan. Dalam hal ini, setelah adanya putusan isbat nikah, Rachel Maryam
dan Edwin Aprihandono dapat memperoleh hak-hak hukum yang sama denagn
pasangan suami istri yang menikah secara sah dan terdaftar secara resmi di
Kantor Catatan Sipil. Selain itu, adanya putusan isbat nikah ini juga
memperkuat posisi Rachel Maryan dan Edwin Aprihandono dalam kasus-kasus
yang berkaitan dengan hak dan kewajiban sebagai pasangan suami istri, seperti
dalam kasusu perceraian atau pembagian harta bersama. Dalam hal ini, putusan
isbat nikah dapat menjadi dasar bagi pengadilan untuk memutuskan hak dan
kewajiban yang harus dipenuhi oleh kedua belah pihak.

b. Dasar Pengadilan Agama mengabulkan isbat nikah!

Jawab : Dalam kasusu Rachel Maryam dan Edwin Aprihando, Pengadilan


Agama Jakarta Selatan mengabulkan permohonan isbat pernikahan yang
diajukan oleh Rachel Maryam. Dasar hukum yang digunakan oleh pengadilan
agama dalam mengabulkan permohonan isbat nikah tersebut adalah Pasal 2 ayat
(1) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang perkawinan yang
menyatakan bahwa perkawianan adalah sah apabila dilakukan menurut bhukum
agama dan kepercayaan yang diakui oleh negara. Dalam kasusu ini, Rachel
Maryam dan Edwin Aprihandono telah menikah secara sirih atau tanpa prosesi
pernikahan resmi yang sah di hadapan Kantor Urusan Agama (KUA) atau
Kantor Catatan Sipil. Namun, dengan adanya putusan isbat nikah dari
Pengadilan Agama Jakarta Selatan, maka perkawinan mereka dianggap sah
menurut hukum agama islam.

Dalam prosesnya, Pengadilan Agama melakukan verifikasi terhadap keabsahan


pernikahan Rachel Maryam dan Edwin Aprihandono, dengan memeriksa
sejumlah bukti-bukti yang diajukan, seperti surat nikah siri, surat surat
pengantar, dan kesaksian dari saksi-saksi yang dapat dipercaya. Setelah
mempertimbangkan semua bukti tersebut, majelis hakim kemudian
memutuskan untuk mengabulkan permohonan isbat nikah yang diajukan oleh
Rachel Maryam.

Dalam hal ini, pengabulan permohonan isbat nikah oleh Pengadilan Agama
Jakarta Selatan menjadi dasar hukum bagi Rachel Maryam dan Edwin
Aprihandono untuk diakui sebagai pasangan suami istri yang sah menurut
menurut hukum agama islam, implikasi dan putusan ini adalah bahwa status
perkawinan mereka menjadi jelas dan diakui secara hukum, dan dapat
mempengaruhi berbagai aspek dalam kehidupan mereka, seperti dalam
pembuatan akta-akta hukum dan hak dan kewajiban sebagai pasangan suami
istri.

SUMBER REFERENSI :
- BMP/ISIP4131/SISTEM HUKUM Indonesia
- https://tirto.id/macam-macam-sistem-kekerabatan-parental-patrilineal-
matrilineal-gh6D
- https://www.kompas.com/hype/read/2020/08/03/183456766/rachel-
maryam-ajukan-permohonan-isbat-pernikahan-dan-sudah-dikabulkan

Anda mungkin juga menyukai