Anda di halaman 1dari 43

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI SEDIAAN LIQUIDA DAN

SEMISOLIDA STERIL

PERCOBAAN IV

OBAT TETES STERIL

Disusun oleh:

Nama : Novia Nur Islamiati (10060319011)


Shannie Megaliane (10060319012)
Jasmine Ayu D. (10060319013)
Siti Anggina I.S. (10060319014)
Ega Mulya Permata D. (10060319015)
Daifa Ermanda M. (10060319016)
Ayu Suci Dewi (10060319018)

Shift/Kelompok : A/2
Tanggal Praktikum : 14 Desember 2021
Tanggal Laporan : 21 Desember 2021
Nama Asisten : Nina Bonita, S. Farm.
LABORATORIUM FARMASI TERPADU UNIT D

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG

BANDUNG

2021 M / 1443 H

PERCOBAAN IV

OBAT TETES STERIL

I. Nama Sediaan
1.1. Obat Tetes Mata Pilokarpin
Nama Generik : Tetes Mata Pilokarpin
Nama Dagang : Pilokarp eye
1.2. Obat Tetes Telinga Kloramfenikol
Nama Generik : Tetes Telinga Kloramfenikol
Nama Dagang : Erlamycetin, Reco, Ramicort

II. Kekuatan Sediaan


2.1. Obat Tetes Mata Pilokarpin
Kekuatan Sediaan : 2%
Volume Sediaan : 5 mL/botol
Jumlah Sediaan : 10 botol
2.2. Obat Tetes Telinga Kloramfenikol
Kekuatan Sediaan : 3%
Volume Sediaan : 10 mL/botol
Jumlah Sediaan : 10 botol

III. Teori Dasar

IV. Preformulasi Zat Aktif


4.1. Obat Tetes Mata Pilokarpin
Pilokarpin Hidroklorida

Pemerian Hablur tidak berwarna, agak transparan,


: tidak berbau, rasa agak pahit, higroskopis
dan dipengaruhi oleh cahaya, bereaksi asam
terhadap kertas lakmus.
Kelarutan Sangat mudah larut dalam air, mudah larut
: dalam etanol, sukar larut dalam kloroform,
tidak larut dalam eter
Titik didih 431,8℃
:
Bobot molekul 244,72
:
pH 3,5 dan 5,3
:
Stabilitas Stabil pada pemanasan suhu 120 oC selama
: 20 menit. Mengalami hidrolisis yang
dikatalisis oleh ion hydrogen dan hidroksida,
terjadi epimerasi pada pH basa, peningkatan
temperature akan meningkatkan kecepatan
hidrolisis bila pH larutan 10,4, pH stabilitas
maksimum 5,12 dan tidak tahan terhadap
cahaya.
Inkompatibilitas Inkompatibel dengan klorheksidin asetat dan
: garam.
Penyimpanan Disimpan pada wadah kedap udara,
: terlindung dari cahaya dan pada suhu 2 -
8˚C.
Khasiat Glaukoma dan mata kering.
:
(Dirjen POM,2020)
4.2. Obat Tetes Telinga Kloramfenikol
Kloramfenikol

Pemerian Hablur halus berbentuk jarum atau lempeng


: memanjang, putih sampai putih kelabu atau
putih kekuningan, tidak berbau, rasa sangat
pahit. Dalam larutan asam lemah, mantap.
Kelarutan Larut dalam lebih kurang 400 bagian air,
: dalam 2,5 bagian etanol (95 %) P dan dalam
7 bagian propilenglikol P, sukar larut dalam
kloroform P dan dalam eter P.
Titik Leleh 149-153℃
:
Bobot molekul 323,13 gram/mol
:
pH Antara 4,5 dan 7,5
:
Stabilitas Stabilitas baik pada suhu kamar dan pada
: kisaran pH 2-7 suhu 25oC memiliki waktu
paruh 3 tahun. Sangat tidak stabil dalam
suasana basa. Stabil dalam basisi minyak
dalam air, basis adeps lanae.
Inkompatibilitas Endapan segera terbentuk bila kloramenikol
: 500 mg dan eritromisin 250 mg/ tetrasiklin
HCl 500 mg dan dicampurkan dalam 1 liter
larutan dekstrosa 5%.
Penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat dan simpan di
: tempat yang sejuk dan kering.
Khasiat Antibiotik
:
(Dirjen POM,2020:905; Sweetman, 2009:142)

V. Pengembangan Formula
5.1 Tetes Mata Pilokarpin
Sediaan tetes mata adalah sediaan atau obat steril yang diaplikasikan
pada mata, yang steril dan terbebas dari partikel asing dan terdiri dari
campuran senyawa yang sesuai. Tetes mata pilokarpin memiliki khasiat atau
kegunaan sebagai miotikum yaitu obat yang dapat mengecilkan pupil,
biasanya digunakan untuk mengobati penyakit glaukoma yang diakibatkan
karena tingginya tekanan pada okular sehingga saraf optik dan retinanya
tertekan, yang dapat beresiko mehilangkan penglihatan secara progresif.
dengan kecilnya pupil, akan membuka aliran cairan dalam bola mata sehingga
dapat keluar dan menurunkan tekanan bola mata.
Bahan aktif dari pilokarpin HCl yaitu mudah larut dalam air sehingga
dibuat sediaan obat tetes mata dalam bentuk larutan (British Pharmacopeia,
2009: 4736).
Sediaan obat tetes mata yang akan dibuat merupakan sediaan dosis
ganda (multiple doses) yang memiliki resiko masuknya mikroorganisme hidup
ketika sediaan kontak dengan udara. Oleh karena itu, ditambahkan
benzalkonium klorida dengan konsentrasi 0,01% sebagai pengawet untuk
mencegah terjadinya pertumbuhan mikroorganisme dalam sediaan selama
masa penggunaan (Rowe, 2009: 27).
Zat tambahan lain yang ditambahkan pada sediaan adalah polivinil
alkohol untuk meningkatkan viskositas larutan. Peningkatan viskositas
sediaan bertujuan untuk meningkatkan waktu kontak larutan dengan kornea
mata sehingga obat dapat berpenetrasi lebih baik ke dalam mata dan efek yang
dihasilkan pun mejadi lebih baik. Konsentrasi yang dianjurkan ialah 0,25-3%
(Rowe, 2009: 491-492).
Pada sediaan obat tetes mata pilokarpin HCl mempunyai rentang pH
yang cukup luas. Untuk mempertahankan nilai pH sesuai yang diinginkan
maka digunakan HCl dengan pH 5,3.
Pada sediaan obat tetes mata pilokarpin HCl tonisitas yang didapat
yaitu hipotonis kurang dari 0,9% maka ditambah NaCl untuk memenuhi
syarat sediaan tetes mata yang isotonis. Isotonis dengan air mata, ataupun bila
memungkinkan isohidris dengan pH air mata (Lund, 1994: 163). Apabila
sediaan tidak ditambahkan NaCl (hipotonis) maka akan berbahaya bagi tubuh
karena sel akan mengembang yang disebabkan karena sel menarik
larutan/pelarut untuk masuk ke dalam sel sehingga sel akan mengembang dan
akhirnya pecah (lisis). Hal ini membahayakan apabila sel yang pecah adalah
pembuluh darah karena akan menyumbat aliran darah.
Aqua pro injeksi digunakan sebagai pelarut atau pembawa pada
sediaan tetes mata pilokarpin HCl. Dimana kelarutan obat tetes mata
pilokarpin HCl yaitu sangat mudah larut dalam air, kompatibel dengan cairan
mata, tidak toxic, bebas pirogen dan umum digunakan. Digunakannya aqua
pro injeksi karena aqua pro injeksi adalah air untuk injeksi yang telah
disterilisasi dan dikemas dengan cara yang sesuai. Tidak mengandung bahan
antimikroba atau bahan tambahan lainnya (Depkes RI, 1995).
Pada sediaan tetes mata pilokarpin HCl digunakan wadah botol tetes
plastic, dikarenakan zat aktif yang digunakan tahan panas dan stabil terhadap
cahaya. Selain itu digunakan wadah botol tetes karena sediaan digunakan
secara multiple dose dengan penggunaan langsung diteteskan ke mata.

5.2 Tetes Telinga Kloramfenikol


Tetes telinga kloramfenikol akan dibuat dengan volume 10 mL
sebanyak 10 botol. Dengan formulasi kloramfenikol 3 %, propilenglikol 10
mL, dan timerosal 0,01 %. Obat tetes telinga kloramfenikol ini digunakan
untuk mengobati infeksi oleh bakteri pada bagian telinga pasien yang bekerja
dengan cara menghambat pertumbuhan bakterinya. Kloramfenikol bertindak
sebagai zat aktif yang diindikasikan sebagai obat yang berfungsi sebagai obat
untuk membunuh dan menghambat pertumbuhan mikroorganisme.
Penggunaan kloramfenikol merupakan zat aktif yang digunakan pada
pembuatan obat dalam sediaan tetes telinga yang berkhasiat sebagai antibiotic
atau zat-zat yang digunakan unuk menghambat atau membunuh
mikroorganisme, tetapi dalam pembuatannya zat ini tidak boleh digunakan
terlalu banyak karena efek yang dihasilkan sangat fatal hingga bisa
menyebakan iritasi. Kloramfenikol merupakan antibiotic spectrum luas,
dimana berhubungan dengan gangguan darah yang serius jika timbul efek
yang tidak diinginkan sehingga harus disimpan untuk pengobatan infeksi
berat. Alasan digunakannya konsentrasi 3 % yakni karena disesuaikan dengan
ketentuan yang ada pada CODEX (Depkes RI, 2020: 905; Lund, 1994: 1055).
Pada formulanya, sediaan tetes telinga tidak dipersyaratkan untuk
isotonis, karena rute pemberiannya yang topical serta tidak masuk ke system
sirkulasi darah sehingga tidak akan kontak atau mempengaruhi cairan tubuh
sehingga tidak diperlukan zat pengisotonis.
Penggunaaan propilen merupakan zat tambahan yang berguna sebagai
pelarut/pembawa dari kloramfenikol, selain sebagai pelarut yang umum dalam
pembuaan sediaan tetes telinga, propilenglikol digunakan karena
kloramfenikol sukar larut dalam air sehingga digunakan propilenglikol
sebagai pelarut. Alasaan digunakan propilenglikol sebanyak 10 mL hal
tersebut disesuaikan dengan volume botol dari sediaan obat tetes telinganya
(Depkes RI, 2020: 1446). Propilenglikol bertindak sebagai zat tambahan atau
pelarut untuk larutkan sediaan tetes telinga, karena mempunyai viskositas
yang tinggi sehingga kontak obat lebih lama. Alasan dipilihnya propilenglikol
yakni karena cairan yang digunakan harus mempunyai kekentalan yang sesuai
agar obat mudah menempel pada dinding telinga.
Pengunaan timerosal ditambahkan sebagai antimikroba atau sebagai
pengawet, hal tersebut dilakukan karena penggunaannya sering digunakan
secara berulang atau multiple dose dan tidak mengiritasi jaringan lain. Alasan
digunakan timerosal dengan kadar 0,01 % hal tersebut, disesuaikan dengan
ketentuan HOPE (Depkes RI, 2020: 1712; Rowe, 2009: 736).
Pada sediaan tetes telinga kloramfenikol digunakan wadah botol tetes
plastik putih. Selain itu digunakan wadah botol tetes karena sediaan
digunakan secara multiple dose dengan penggunaan langsung diteteskan ke
telinga.

VI. Perhitungan Tonisitas/Osmolaritas


6.1. Tetes Mata Pilokarpin
1. Metode Ekivalensi
R/ Pilokarpin HCl 2%
Benzalkonium Klorida 0, 01 %
Polivinil Alkohol 0, 1 %
Aqua pro injeksi ad. 5 mL

Nama Zat E % E ×%
Pilokarpin HCl 0,23 2% 0,23 x 2% = 0,46%
Benzalkonium Klorida 0,18 0,01% 0,18 x 0,01% = 0,0018%
Polivinil Alkohol 0,02 0,1% 0,02 x 0,1% = 0,002
Jumlah 0,4638% (Hipotonis, karena
kurang dari 0,9% NaCl)

Nilai Tonisitas yang didapat < 0,9 % atau bersifat hipotonis, sehingga perlu
ditambahkan NaCl (zat pengisotonis) agar sediaan bersifat isotonis.

 % NaCl = 0,9% - 0,4638% = 0,4362% 0,4362 gr/100 mL


0,4632
 NaCl yang ditambahkan = × 5 mL=0,02181 gram 21 , 81 mg
100 mL

2. Metode Penurunan Titik Beku


Diketahui :
Pilokarpin HCl ∆ Tf 2% = 0,26°
Benzalkonium klorida ∆ Tf 0,5% = 0,048°
Polivinil alcohol ∆ Tf 0,5% = 0,004°

Konversi ∆ Tf
2%
- Pilokarpin HCl = × 0,26 °= 0,26°
2%
0,01 %
- Benzalkonium klorida = × 0,048 °= 0,00096°
0,5 %
0,1 %
- Polivinil alcohol = ×0,004 ° = 0,0008°
0,5 %

Nama Zat Konsentrasi Konversi % × ∆ Tf


∆ Tf
Pilokarpin HCl 2% 0,26° 0,52°
Benzalkonium 0,01% 0,00096° 0,0000096°
Klorida
Polivinil Alkohol 0,1% 0,0008° 0,00008°
Jumlah 0,52008° (Isotonis, karena
sama dengan 0,52° NaCl)

Karena sudah isotonis, maka tidak diperlukan penambahan NaCl.

VII. Formula Akhir


7.1. Tetes Mata Pilokarpin
R/ Pilokarpin HCl 2%
Benzalkonium Klorida 0, 01 %
Polivinil Alkohol 0, 1 %
HCl q.s
NaCl 0,4362%
Aqua Pro Ijection ad. 5 mL

7.2. Tetes Telinga Kloramfenikol


R/ Kloramfenikol 3%
Timerosal 0,01%
Propilenglikol ad 10 ml

VIII. Preformulasi Eksipien


8.1. Tetes Mata Pilokarpin
8.1.1 Benzalkonium Klorida

Pemerian Gel kental atau potongan seperti gelatin,


: putih atau kekuningan. Biasanya berbau
aromatik lemah. Larutan dalam air berasa
pahit, jika dikocok sangat berbusa dan
biasanya sedikit alkali.
Kelarutan Sangat mudah larut dalam air dan dalam
: etanol, bentuk anhidrat mudah larut dalam
benzen dan agak sukar larut dalam eter.
Titik Leleh 40℃
:
Bobot molekul 372,028 gram/mol
:
pH 6-9
:
Stabilitas Higroskopik dan dapat terpengaruhi oleh
: cahaya, udara, dan logam. Dalam bentuk
larutan, stabil di range pH yang luas dan
dapat disterilisasi dengan autoklaf.
Inkompatibilitas Inkompatibel dengan alumunium, surfaktan
: anionik, sitrat, kapas, fluorscein, hidrogen
peroksida, hypromellose, iodida, kaolin,
lanolin, nitrat, surfaktan nonionik dalam
konsentrasi tinggi, permanganat, protein,
salisilat, garam perak, sabun, sulfonamida,
tartrat, zinc oxida, zinc sulfat, campuran
karet, dan campuran plastik.
Penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat.
:
Penggunaan Antimikroba.
:

(Dirjen POM,2014:219; Rowe et al,2009:56-57)

8.1.2 Polivinil Alkohol

Pemerian Berbentuk granul, tidak berbau, berwarna


: putih sampai berwarna krem.
Kelarutan Larut dalam air, sedikit larut dalam etanol,
: tidak larut dalam pelarut organik.
Titik leleh 228°C (dalam grade terhidrolisis) 180-
: 190℃ (dalam grade sebagian terhidrolisis).
Bobot molekul 20.000 - 200.000 gram/mol (viskositas
: rendah sampai tinggi)
pH 5-8
:
Stabilitas Terdagradasi lambat pada suhu 100℃ dan
: terdegradasi cepat pada suhu 200℃.
Inkompatibilitas Mengalami reaksi esterifikasi, terurai pada
: asam kuat, dan menjadi lembut atau larut
dalam asam lemah dan alkali. Dalam
konsentrasi tinggi, inkompatibel dengan
garam anorganik, terutama sulfat dan fosfat.
Penyimpanan Disimpan pada wadah yang tertutup rapat
: dalam tempat yang kering dan sejuk.
Penggunaan Peningkat viskositas
:
(Rowe et al,2009:564-565)

8.1.3 Aqua Pro Injeksi

Pemerian Cairan jernih,tidak berwarna, tidak berbau


: dan tidak berasa.
Titik lebur 0℃
:
pKa 3,128 (25℃ )
:
Titik didih 100℃
:
Ukuran 18,02
partikel :
Bobot Jenis 1 gram/cm3
:
Bobot molekul 18,05128 gram/mol
:
pH 7
:
Stabilitas Stabil saat berkontak dengan keadaan fisik
: (es,cairan,udara).
Inkompatibilitas Air dapat bereaksi dengan obat-obatan dan
: eksipien lain yang rentan terhadap hidrolisis.
Bereaksi dengan cepat dengan logam alkali
dan dapat bereaksi dengan garam anhidrat
untuk membentuk hidrat dengan berbagai
komposisi.
Penyimpanan Dalam wadah tertutup baik.
:
Penggunaan Pelarut dan Pembawa.
:
(Dirjen POM,1979:96;Rowe et al,2009:766)

8.1.4 Natrium Klorida

Pemerian Hablur, tidak berwarna atau berwarna putih,


: rasa asin
Kelarutan Mudah larut dalam air, sedikit lebih mudah
: larut dalam etanol mendidih, larut dalam
gliserin, sukar larut dalam etanol.
Titik Leleh 804℃
:
Bobot molekul 58,44 gram/mol
:
pH 6,7-7,3
:
Stabilitas NaCl berbentuk larutan stabil tetapi dapat
: memisahkan partikel gelas dari suatu jenis
wadah gelas. NaCl dalam bentuk larutan
dapat disterilisasi dengan autoklaf.
Inkompatibilitas NaCl berbentuk larutan korosif terhadap
: besi. NaCl juga bereaksi membentuk
endapan dengan perak, timbal dan garam
merkuri.
Penyimpanan Disimpan dalam wadah tertutup baik.
:
Penggunaan Pengisotonis
: (Depkes RI, 2014:917; Rowe,2009:638-639)

8.1.5 Asam Klorida

Pemerian Cairan tidak berwarna, berasap bau


: merangsang. Jika diencerkan dengan 2
bagian volume air asap akan hilang.
Kelarutan Larut dalam air dingin, air panas, dan dietil
: eter
Titik Didih 108,58°C
:
Bobot molekul 36,46 gram/mol
:
pH 1-6
:
Stabilitas Stabil
:
Inkompatibilitas Sangat reaktif terhadap logam, reaktif
: dengan pengoksidasi, senyawa organik,
alkali, dan air.
Penyimpanan Disimpan dalam wadah tertutup rapat di
: tempat sejuk
Penggunaan Pengadjust pH
:
(Dirjen POM,2014:156)

8.2. Tetes Telinga Kloramfenikol


8.2.1 Propilenglikol

Pemerian Cairan kental, jernih, tidak berwarna; rasa


: khas; praktis tidak berbau; menyerap air
pada udara lembab.
Bobot molekul 76,09 gram/mol
:
Stabilitas Higroskopis, harus disimpan dalam wadah
: tertutup rapat, terlindungi dari cahaya,
ditempat dingin dan kering. Pada suhu yang
tinggi akan teroksidaasi menjadi
propionaldehid, asam laktat, asam piruvat,
dan asam asetat. Stabil jika dicampur
dengan etanol, gliserin, dan air.
Inkompatibilitas Inkompatibel dengan zat pengoksidasi
: seperti potassium permanganat.
Penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat dan terlindung
: dari cahaya.
Penggunaan Bersifat antimikroba, desinfektan, pelembab,
: plastisazer, pelarut, dan penstabil untuk
vitamin.
(Depkes RI, 2020:1446; Rowe, 2009:592)

8.2.2 Timerosal

Pemerian Serbuk hablur, warna krem muda, berbau


: khas lemah; dipengaruhi oleh cahaya
Bobot molekul 404,81 gram/mol
:
Stabilitas Stabil dalam tekanan dan suhu normal,
: dengan paparan cahaya menyebabkan
terjadinya perubahan warna.
Inkompatibilitas Inkompatibel dengan aluminium dan logam
: lainnya, agen oksidator kuat, asam dan basa
kuat, larutan sodium klorida, lectin, senyawa
fenilmerkuri, senyawa quarternary
ammonium, tioglikolat, dan protein.
Penyimpanan Disimpan dalam wadah tertutup, terlindung
: dari cahaya, dalam wadah yang dingin dan
tempat kering.
Penggunaan Antimicrobial
:
(Dirjen POM,2020:1712; Rowe et al,2009:736)

IX. Perhitungan dan Penimbangan


9.1. Tetes Mata Pilokarpin
1. Pilokarpin HCl 2%
Bobot Pilokarpin HCl untuk 1 botol
2 gram
= × 5 mL=¿ 0,1 gram
100 mL
Air untuk melarutkan Pilokarpin HCl
Kelarutan (1:1)
0,1 gram×1 mL = 0,1 mL 1 mL
Bobot Pilokarpin HCl untuk 10 botol
= 0,1 gram×10=¿ 1 gram
Air untuk melarutkan Pilokarpin HCl
Kelarutan (1:1)
1 gram×1 mL = 1 mL
2. Benzalkonium Klorida 0,01%
Bobot Benzalkonium klorida untuk 1 botol
0,01 gram
= ×5 mL=¿ 0,0005 gram
100 mL
Air untuk melarutkan Benzalkonium Klorida
Kelarutan (1:1)
0,0005 gram ×1 mL = 0,0005 mL 1 mL
Bobot Benzalkonium klorida untuk 10 botol
= 0,0005 gram×10=¿ 0,005 gram
Air untuk melarutkan Pilokarpin HCl
Kelarutan (1:1)
0,005 gram×1 mL = 0,005 mL 1 mL
3. Polivinil Alkohol
Bobot Polivinil Alkohol untuk 1 botol
= 0,005 gram
Air untuk melarutkan Polivinil Alkohol
Kelarutan (1:30)
0,005 gram ×30 mL = 0,15 mL 1 mL
Bobot Polivinil Alkohol untuk 10 botol
= 0,005 gram×10=¿ 0,05 gram
Air untuk melarutkan Pilokarpin HCl
Kelarutan (1:30)
0,05 gram×30 mL = 1,5 mL 2 mL
4. Natrium Klorida 0,4362%
Bobot Natrium klorida untuk 1 botol
0,4362 gram
= ×5 mL=¿ 0,02181 gram
100mL
Air untuk melarutkan Benzalkonium Klorida
Kelarutan (1:10)
0,02181 gram ×10 mL = 0,2181 mL 1 mL
Bobot Natrium Klorida untuk 10 botol
= 0,02181 gram ×10=¿ 0,2181 gram
Air untuk melarutkan Natrium Klorida
Kelarutan (1:10)
0,2181 gram×10 mL = 2,181 mL 1 mL
5. HCl
Bobot HCl untuk 1 botol = Q.S
Bobot HCl untuk 10 botol = Q.S
6. Aqua Pro Injeksi
Bobot Aqua Pro Injeksi untuk 1 botol = ad 5 mL
Bobot Aqua Pro Injeksi untuk 10 botol = ad 50 mL

No. Nama Zat Konsentrasi Untuk 1 Botol Untuk 10 botol


1. Pilokarpin 2% 0,1 gram 1 gram
HCl
Air untuk 0,1 mL 1 mL
Pilokarpin 1 mL
HCl
Kelarutan
(1:1)
2. Benzalkonium 0,01% 0,0005 gram 0,005 gram
klorida
Air untuk 0,0005 mL 0,005 mL
benzalkonium 1 mL 1
klorida mL
Kelarutan
(1:1)
3. Polivinil 0,005 gram 0,05 gram
Alkohol
Air untuk 0,15 mL 1,5 mL
Polivinil 1 mL 2
Alkohol mL
Kelarutan
(1:30)
4. NaCl 0,4362% 0,02181 gram 0,2181 gram
Air untuk 0,2181 mL 2,181 mL
NaCl 1 mL 1
Kelarutan mL
(1:10)
5. HCl Q.S Q.S
6. Aqua Pro Ad 5 mL Ad 50 mL
Injeksi

9.2. Tetes Telinga Kloramfenikol


1. Kloramfenikol 3%
Bobot Kloramfenikol untuk 1 botol
3 gram
= × 10 mL=¿ 0,3 gram
100 mL
Propilenglikol untuk melarutkan Kloramfenikol
Kelarutan (1:10)
0,3 gram ×10 mL = 3 mL
Bobot Kloramfenikol untuk 10 botol
= 0,3 gram×10=¿ 3 gram
Propilenglikol untuk melarutkan Kloramfenikol
Kelarutan (1:10)
3 gram×10 mL = 30 mL
2. Timerasol 0,01%
Bobot Timerasol untuk 1 botol
0,01 gram
= ×10 mL=¿ 0,001 gram
100 mL
Air untuk melarutkan Timerasol
Kelarutan (1:1)
0,001 gram ×1 = 0,001 mL 1 mL
Bobot Timerasol untuk 10 botol
= 0,001 gram ×10=¿ 0,01 gram
Air untuk melarutkan Kloramfenikol
Kelarutan (1:1)
0,01 gram×1 mL = 0,01 mL 1 mL
3. Propilenglikol
Bobot Propilenglikol untuk 1 botol = ad 10 mL
Bobot Propilenglikol untuk 10 botol = ad 100 mL

No. Nama Zat Konsentrasi Untuk 1 Botol Untuk 10 botol


1. Kloramfenikol 3% 0,3 gram 3 gram
Propilenglikol 3 mL 30 mL
untuk
Kloramfenikol
Kelarutan
(1:10)
2. Timerasol 0,01% 0,001 gram 0,01 gram
Air untuk 0,001 mL 0,01 mL
timerasol 1 mL 1
Kelarutan mL
(1:1)
3. Propilenglikol Ad 10 mL Ad 100 mL

X. Penentuan Metode Sterilisasi


10.1. Tetes Mata Pilokarpin
A. Sterilisasi Alat

Alasan Pemilihan
No. Nama Alat Metode Sterilisasi
Metode Sterilisasi
1. Batang Metode Sterilisai panas Alasan pemilihan metode
Pengaduk lembab (autoklaf 121℃ sterilisasi panas lembab
selama 15 menit) karena batang pengaduk
merupakan alat yang
tidak berpresisi serta
tahan panas dan tahan
lembab
2. Corong Kaca Metode Sterilisai panas Alasan pemilihan metode
lembab (autoklaf 121℃ sterilisasi panas lembab
selama 15 menit) karena corong kaca bukan
termasuk alat presisi serta
tahan panas dan tahan
lembab sehingga
digunakan metode
sterilisasi panas lembab.
3. Erlenmeyer Metode Sterilisai panas Alasan pemilihan metode
lembab (autoklaf 121℃ sterilisasi panas lembab
selama 15 menit) karena erlenmeyer bukan
termasuk alat presisi serta
tahan panas dan tahan
lembab maka digunakan
metode sterilisasi panas
lembab.
4. Gelas kimia Metode Sterilisai panas Alasan pemilihan metode
lembab (autoklaf 121℃ sterilisasi ini karena gelas
selama 15 menit) kimia bukan termasuk
alat presisi serta tahan
panas dan tahan lembab,
maka digunakan metode
sterilisasi panas lembab.
5. Gelas ukur Metode Sterilisai panas Alasan pemilihan metode
lembab (autoklaf 121℃ sterilisasi panas lembab
selama 15 menit) karena gelas ukur ini
merupakan alat presisi
(alat ukur) yang mana
jika dipilih metode
sterilisasi panas kering
akan memungkinkan
untuk memuai sehingga
dipilih metode sterilisasi
panas lembab.
6. Kaca Arloji Metode Sterilisai panas Alasan pemilihan metode
lembab (autoklaf 121℃ sterilisasi panas lembab
selama 15 menit) karena kaca arloji bukan
termasuk alat presisi
sehingga dilakukan
sterilisasi menggunakan
panas selain itu tahan
panas dan tahan lembab.
7. Pipet tetes Metode Sterilisai panas Alasan pemilihan metode
lembab (autoklaf 121℃ sterilisasi panas lembb
selama 15 menit) karena pipet tetes
merupakan alat yang
tahan panas dan tahan
lembab.
8. Pipet Volume Metode Sterilisai panas Alasan pemilihan metode
lembab (autoklaf 121℃ sterilisasi panas lembab
selama 15 menit) karena pipet volume
merupakan alat presisi
atau alat ukur sehingga
terdapat kemungkinan
memuai dan merusak
ketelitian alat ukur
tersebut maka digunkan
metode sterilisasi panas
lembab.
9. Spatel Metode Sterilisai panas Alasan pemilihan metode
lembab (autoklaf 121℃ sterilisasi panas lembab
selama 15 menit) karena spatel tahan panas
dan lembab sehingga
dipilih metode sterilisasi
panas lembab.
10. Labu takar Metode Sterilisai panas Alasan pemilihan metode
lembab (autoklaf 121℃ sterilisasi panas lembab
selama 15 menit) karena labu takar tahan
panas dan lembab
sehingga dipilih metode
sterilisasi panas lembab.

B. Sterilisasi Bahan

Alasan Pemilihan
No. Nama Bahan Metode Sterilisasi
Metode Sterilisasi
1. Pilokarpin HCl Metode Sterilisai panas Alasan pemilihan metode
kering (oven 121℃ sterilisasi panas kering
selama 1-2 jam) karena Pilokarpin HCl
tahan panas tinggi dan
merupakan zat padat yang
tahan pemanasan.
2. Benzalkonium Metode Sterilisai panas Alasan pemilihan metode
Klorida lembab (autoklaf 121℃ sterilisasi panas lembab
selama 15 menit) karena dalam bentuk
larutan benzalkonium
klorida tahan panas dan
dapat bercampur dengan
air.
3. Polivinil Metode Sterilisai Alasan pemilihan metode
Alkohol radiasi sinar pengion sterilisasi radiasi sinar
(Sinar gamma) pengiion yaitu sinar
gamma karena polivil
alkohol dapat
terdegradasi pada suhu
yang panas sehingga
dipilih metode sterilisasi
radiasi sinar gamma.
4. Asam Klorida Metode Sterilisai panas Alasan pemilihan metode
lembab (autoklaf 121℃ sterilisasi panas lembab
selama 15 menit) karena asam klorida ini
merupakan asam klorida
yang telah diencerkan
yang mana tahan panas
dan tahan lembab.
5. Natrium Metode Sterilisai panas Alasan pemilihan metode
Klorida kering (oven 121℃ sterilisasi panas kering
selama 1-2 jam) karena natrium klorida
erupakan zat berbentuk
serbuk yang tahan panas
dan stabil dalam panas
yang tinggi.
6. Aqua Pro Metode Sterilisai panas Alasan pemilihan metode
Injection lembab (autoklaf 121℃ sterilisasi panas lembab
selama 15 menit) karena Aqua Pro
Injection ini berbentuk
cair, yang tahan terhadap
panas dan kompatibel
terhadap uap air panas.
Aqua pro injection akan
mudah menguap pada
suhu yang tinggi oleh
pemanasan yang kering,
sehingga metode yang
digunakan adalah metode
sterilisasi panas lembab
dengan uap air panas.

C. Sterilisasi Wadah

Alasan Pemilihan
No. Nama Wadah Metode Sterilisasi
Metode Sterilisasi
1. Botol Tetes Metode Sterilisai panas Alasan pemilihan metode
kering (oven 121℃ sterilisasi panas lembab
selama 1-2 jam) karena botol tetes terbuat
dari plastik tahan panas
dan lembab sehingga
dipilih metode sterilisasi
panas lembab.

D. Sterilisasi Akhir
Sterilisasi Akhir yang digunakan pada sediaan obat tetes mata
pilokarpin HCl adalah metode sterilisasi panas lembab karena bahan atau
zat aktif tahan pemanasan dan dapat bercampur dengan air sehingga
dipilih metode sterilisasi akhir panas lembab dengan menggunakan
autoklaf 121℃ selama 15 menit.

10.2. Tetes Telinga Kloramfenikol


A. Sterilisasi Alat

Alasan Pemilihan
No. Nama Alat Metode Sterilisasi
Metode Sterilisasi
1. Batang Metode Sterilisai panas Alasan pemilihan metode
Pengaduk lembab (autoklaf 121℃ sterilisasi panas lembab
selama 15 menit) karena batang pengaduk
merupakan alat yang
tidak berpresisi serta
tahan panas dan tahan
lembab
2. Corong Kaca Metode Sterilisai panas Alasan pemilihan metode
lembab (autoklaf 121℃ sterilisasi panas lembab
selama 15 menit) karena corong kaca bukan
termasuk alat presisi serta
tahan panas dan tahan
lembab sehingga
digunakan metode
sterilisasi panas lembab.
3. Erlenmeyer Metode Sterilisai panas Alasan pemilihan metode
lembab (autoklaf 121℃ sterilisasi panas lembab
selama 15 menit) karena erlenmeyer bukan
termasuk alat presisi serta
tahan panas dan tahan
lembab maka digunakan
metode sterilisasi panas
lembab.
4. Gelas kimia Metode Sterilisai panas Alasan pemilihan metode
lembab (autoklaf 121℃ sterilisasi ini karena gelas
selama 15 menit) kimia bukan termasuk
alat presisi serta tahan
panas dan tahan lembab,
maka digunakan metode
sterilisasi panas lembab.
5. Gelas ukur Metode Sterilisai panas Alasan pemilihan metode
lembab (autoklaf 121℃ sterilisasi panas lembab
selama 15 menit) karena gelas ukur ini
merupakan alat presisi
(alat ukur) yang mana
jika dipilih metode
sterilisasi panas kering
akan memungkinkan
untuk memuai sehingga
dipilih metode sterilisasi
panas lembab.
6. Kaca Arloji Metode Sterilisai panas Alasan pemilihan metode
lembab (autoklaf 121℃ sterilisasi panas lembab
selama 15 menit) karena kaca arloji bukan
termasuk alat presisi
sehingga dilakukan
sterilisasi menggunakan
panas selain itu tahan
panas dan tahan lembab.
7. Pipet tetes Metode Sterilisai panas Alasan pemilihan metode
lembab (autoklaf 121℃ sterilisasi panas lembb
selama 15 menit) karena pipet tetes
merupakan alat yang
tahan panas dan tahan
lembab.
8. Pipet Volume Metode Sterilisai panas Alasan pemilihan metode
lembab (autoklaf 121℃ sterilisasi panas lembab
selama 15 menit) karena pipet volume
merupakan alat presisi
atau alat ukur sehingga
terdapat kemungkinan
memuai dan merusak
ketelitian alat ukur
tersebut maka digunkan
metode sterilisasi panas
lembab.
9. Spatel Metode Sterilisai panas Alasan pemilihan metode
lembab (autoklaf 121℃ sterilisasi panas lembab
selama 15 menit) karena spatel tahan panas
dan lembab sehingga
dipilih metode sterilisasi
panas lembab.
10. Labu takar Metode Sterilisai panas Alasan pemilihan metode
lembab (autoklaf 121℃ sterilisasi panas lembab
selama 15 menit) karena labu takar tahan
panas dan lembab
sehingga dipilih metode
sterilisasi panas lembab.

B. Sterilisasi Bahan

Alasan Pemilihan
No. Nama Bahan Metode Sterilisasi
Metode Sterilisasi
1. Kloramfenikol Metode Sterilisai Alasan pemilihan metode
radiasi pengion (sinar sterilisasi radisi sinar
gamma) pengion (sinar gamma)
karena kloramfenikol
tidak tahan panad dan
tidak dapat bercampur
dengan air atau mudah
terhidrolisis air sehingga
digunakan metode
sterilisasi sinar gamma.
2. Timerosal Metode Sterilisai panas Alasan pemilihan metode
kering (oven 121℃ sterilisasi panas panas
selama 15 menit) kering karena tiomerosal
dalam bentuk serbuk
yang tahan panas dan
tahan pemanasan yang
lama sehingga digunakan
metode sterilisasi panas
kering.
3. Propilenglikol Metode Sterilisai panas Alasan pemilihan metode
lembab (autoklaf 121℃ sterilisasi panas lembab
selama 15 menit) karena propilenglikol
berbentuk cair dan tahan
panas serta dapat
menembus air sehingga
dipilih metode sterilisasi
panas lembab.
4. Aqua Pro Metode Sterilisai panas Alasan pemilihan
Injeksi lembab (autoklaf 121℃ metode sterilisasi panas
selama 15 menit) lembab karena Aqua
Pro Injection ini
berbentuk cair, yang
tahan terhadap panas
dan kompatibel terhadap
uap air panas. Aqua pro
injection akan mudah
menguap pada suhu
yang tinggi oleh
pemanasan yang kering,
sehingga metode yang
digunakan adalah
metode sterilisasi panas
lembab dengan uap air
panas.
C. Sterilisasi Wadah

Alasan Pemilihan
No. Nama Wadah Metode Sterilisasi
Metode Sterilisasi
1. Botol Tetes Metode Sterilisai panas Alasan pemilihan metode
kering (oven 121℃ sterilisasi panas lembab
selama 1-2 jam) karena botol tetes terbuat
dari plastik tahan panas
dan lembab sehingga
dipilih metode sterilisasi
panas lembab.

D. Sterilisasi Akhir
Sterilisasi akhir yang digunakan pada sediaan obat tetes telinga
kloramfenikol yaitu metode sterilisasi filtrasi membran karena terdapat
kandungan bahan yang tidak tahan panas dan tidak dapat bercampur
dengan air.

XI. Prosedur Pembuatan


11.1. Tetes Mata Pilokarpin
Mula-mula alat dan bahan yang akan digunakan disediakan. Alat-alat
yang akan digunakan disterilisasi terlebih dahulu. Alat presisi meliputi pipet
volume, labu ukur, gelas ukur disterilisasi dengan metode panas lembab
menggunakan autoklav, sedangkan pada alat non presisi meliputi pipet tetes,
gelas kimia, batang pengaduk, spatel dilakukan sterilisasi dengan metode
panas kering. Bahan yang akan digunakan disediakan, bahan yang berwujud
padat meliputi pilokarpin hidroklorida, benzalkonium klorida, natrium
klorida, dan polivinil alkohol ditimbang dengan neraca analitik. Sedangkan
bahan yang berwujud cair meliputi asam klorida, natrium hidroksida,dan
aqua pro injection diukur dengan menggunakan alat ukur. Persiapan bahan
dilakukan secara aseptis di dalam Laminar Air Flow.
Zat aktif pilokarpin hidroklorida dilarutkan kedalam aqua pro injection
sebanyak 1 mL, kemudian diaduk hingga larut sempurna. Zat tambahan
benzalkonium klorida dilarutkan kedalam aqua pro injection sebanyak 0,5 mL
kemudian diaduk hingga larut sempurna. Zat tambahan natrium klorida
dilarutkan kedalam aqua pro injection sebanyak 2,181 mL, kemudian diaduk
hingga larut sempurna. Polivinil alkohol dilarutkan kedala aqua pro injection
sebanyak 1,5 mL, kemudian diaduk hingga larut sempurna. Masing-masing
bahan yang sudah dilarutkan dan bahan berbentuk cair, dicampurkan kedalam
beaker glass. Campuran bahan diaduk hingga terlarut sempurna. Kemudian
campuran dimasukan kedalam labu ukur. Aqua pro injection ditambahkan
kedalam campuran bahan pada labu ukur hingga volume mencapai tanda
batas. Labu ukur dikocok dengan menggoyangkan labu ke atas ke bawah
hingga larutan homogen. pH sediaan, diuji dengan kertas lakmus. Dilakukan
adjust pH dengan larutan asam klorida hingga mencapai pH sediaan yang
diinginkan yakni 5,3. Sediaan diaduk kembali hingga homogen.
Sediaan dimasukan kedalam botol tetes mengggunakan syringe
sejumlah 5 mL tiap botol. Setelah semua terisi dengan sediaan yang dibuat,
botol tetes ditutup. Kemudian dilakukan sterilisasi akhir menggunakan metode
panas lembab dengan autoklav. Sediaan dimasukan kedalam autoklav,
kemudian suhu dan waktu sterilisasi menggunakan autoklav diatur. Setelah
dilakukan sterilisasi, dilakukan uji evaluasi terhadap sediaan.
11.2. Tetes Telinga Kloramfenikol

Mula-mula alat dan bahan yang akan digunakan disediakan. Alat-alat


yang akan digunakan disterilisasi terlebih dahulu. Alat presisi meliputi pipet
volume, labu ukur, gelas ukur disterilisasi dengan metode panas lembab
menggunakan autoklav, sedangkan pada alat non presisi meliputi pipet tetes,
gelas kimia, batang pengaduk, spatel dilakukan sterilisasi dengan metode
panas kering. Bahan yang akan digunakan disediakan, bahan yang berwujud
padat meliputi kloramfenikol dan thimerosal ditimbang dengan menggunakan
neraca analitik. Sedangkan bahan yang berwujud cair meliputi propilen glikol
diukur dengan menggunakan alat ukur. Persiapan bahan dilakukan secara
aseptis di dalam Laminar Air Flow.

Zat aktif kloramfenikol dilarutkan kedalam propilenglikol, kemudian


diaduk hingga larut sempurna. Zat tambahan thimerosal dilarutkan kedalam
propilenglikol, kemudian diaduk hingga larut sempurna. Masing-masing
bahan yang sudah dilarutkan, dicampurkan kedalam beaker glass. Campuran
bahan diaduk hingga terlarut sempurna. Kemudian campuran dimasukan
kedalam labu ukur. Propilen glikol ditambahkan kedalam campuran bahan
pada labu ukur hingga volume mencapai tanda batas. Labu ukur dikocok
dengan menggoyangkan labu ke atas ke bawah hingga larutan homogen.
dilakukan sterilisasi dengan metode filtrasi menggunakan membran filter yang
terdapat didalam syringe. Sediaan dimasukan kedalam syringe, kemudian
disaring dan ditampung kedalam beaker glass. Sediaan dimasukan kedalam
botol tetes mengggunakan syringe sejumlah 10 mL tiap botol. Setelah semua
terisi dengan sediaan yang dibuat, botol tetes ditutup.

XII. Evaluasi
12.1. Tetes Mata Pilokarpin
1. Uji Organoleptik
Tujuan : Memeriksa kesesuaian antara sediaan yang dibuat dengan
spesifikasi yang telah ditentukan pada monografi
Prinsip : Pemeriksaan organoleptik dengan menggunakan
panca indra
Prosedur : Sejumlah sampel pada sediaan diambil, kemudian warna dan
bau dari sediaan tetes mata yang sudah diformulasikan diamati
2. Uji Kejernihan
Tujuan : Melihat kesesuaian dan ada tidaknya partikel sehingga dapat
dipastikan sediaan tidak mengandung zat pengotor

Prinsip : Dengan menyinari wadah dari samping dengan latar hitam


atau putih

Prosedur : Sejumlah sampel pada sediaan diambil, kemudian dilakukan


penataan sediaan pada tabung. Kejernihan dari sediaan tetes
mata yang sudah diformulasikan diamati

3. Uji Volume Terpindahkan


Tujuan : Untuk menetapkan volume obat tetes mata yang dimasukkan
ke dalam wadah agar volume obat tetes mata yang digunakan
tepat atau sesuai dengan yang tertera pada etiket.

Prinsip : Pemantauan volume dengan mengambil sampel dari gelas


ukur, kemudian memasukannya kedalam gelas ukur lain.

Prosedur : Sediaan uji diambil seluruhnya dari botol tetes mata dengan
menggunakan syringe. Sediaan dimasukan kedalam gelas ukur.
Gelembung udara pada sediaan dipastikan hilang saat
pengujian volume. Volume sediaan diukur terhadap gelas ukur.

4. Uji Penetapan pH
Tujuan : Menetapkan pH sediaan sesuai dengan persyaratan yang telah
ditentukan

Prinsip : Pengukuran pH sediaan tetes mata dengan pH meter yang


telah dikalibrasi menggunakan elektroda indikator
Prosedur : Mula-mula buffer pH 4 untuk mewakili pH asam, pH7 untuk
mewakili pH netral, dan pH 8 untuk mewakili pH basa
disediakan. pH meter yang terdiri dari monitor dan elektroda
disediakan. pH meter dinyalakan, kemudian dilakukan
kalibrasi dengan menyelupkan elektroda kedalam larutan
buffer. Amati ukuran pH yang tertera pada layar monitor.
Elektroda dibilas dengan aquadest. pH sediaan diuji dengan pH
meter, pH yang tertera pada layar monitor diukur.

5. Uji Viskositas
Tujuan : Untuk mengukur tingkat viskositas atau kekentalan dalam
sediaan obat tetes mata serta menjamin penggunaan sediaan
obat tetes mata

Prinsip : Pengukuran gaya sebuah spindel yang dicelupkan kedalam


sediaan dimana semakin kuat putaran semakin tinggi
viskositasnya, sehingga hambatan semakin besar.

Prosedur : Mula-mula, kabel disambungkan ke listrik, kemudian alat


viskometer brookfield dinyalakan dengan menekan tombol on
pada alat. Spindel dipasang No. 62. Alat disesuaikan dengan
menekan tombol motor on/off. Spindel disesuaikan dengan
motor alat dengan mengatur nomor spindel 62 pada layar.
Tombol select spindel dinyalakan. Kemudian kecepatan
putaran diatur dengan menekan tombol set speed. Viskositas
sediaan diukur pada kecepatan 10,30,50, dan 100 rpm, dengan
pengulangan. Sediaan uji disediakan pada kelas kimia. Atur
alat hingga spindel tercelup kedalam sediaan. Nilai viskositas
diamati pada layar.

XII.2 Tetes Telinga Kloramfenikol


1. Uji Organoleptik
Tujuan : Memeriksa kesesuaian antara sediaan yang dibuat dengan
spesifikasi yang telah ditentukan pada monografi
Prinsip : Pemeriksaan organoleptik dengan menggunakan
panca indra
Prosedur : Sejumlah sampel pada sediaan diambil, kemudian warna dan
bau dari sediaan tetes mata yang sudah diformulasikan diamati
2. Uji Kejernihan
Tujuan : Melihat kesesuaian dan ada tidaknya partikel sehingga dapat
dipastikan sediaan tidak mengandung zat pengotor

Prinsip : Dengan menyinari wadah dari samping dengan latar hitam


atau putih

Prosedur : Sejumlah sampel pada sediaan diambil, kemudian dilakukan


penataan sediaan pada tabung. Kejernihan dari sediaan tetes
mata yang sudah diformulasikan diamati

3. Uji Volume Terpindahkan


Tujuan : Untuk menetapkan volume obat tetes mata yang dimasukkan
ke dalam wadah agar volume obat tetes mata yang digunakan
tepat atau sesuai dengan yang tertera pada etiket.

Prinsip : Pemantauan volume dengan mengambil sampel dari gelas


ukur, kemudian memasukannya kedalam gelas ukur lain.

Prosedur : Sediaan uji diambil seluruhnya dari botol tetes mata dengan
menggunakan syringe. Sediaan dimasukan kedalam gelas ukur.
Gelembung udara pada sediaan dipastikan hilang saat
pengujian volume. Volume sediaan diukur terhadap gelas ukur.

4. Uji Penetapan pH
Tujuan : Menetapkan pH sediaan sesuai dengan persyaratan yang telah
ditentukan

Prinsip : Pengukuran pH sediaan tetes mata dengan pH meter yang


telah dikalibrasi menggunakan elektroda indikator

Prosedur : Mula-mula buffer pH 4 untuk mewakili pH asam, pH7 untuk


mewakili pH netral, dan pH 8 untuk mewakili pH basa
disediakan. pH meter yang terdiri dari monitor dan elektroda
disediakan. pH meter dinyalakan, kemudian dilakukan
kalibrasi dengan menyelupkan elektroda kedalam larutan
buffer. Amati ukuran pH yang tertera pada layar monitor.
Elektroda dibilas dengan aquadest. pH sediaan diuji dengan pH
meter, pH yang tertera pada layar monitor diukur.

5. Uji Viskositas
Tujuan : Untuk mengukur tingkat viskositas atau kekentalan dalam
sediaan obat tetes mata serta menjamin penggunaan sediaan
obat tetes mata

Prinsip : Pengukuran gaya sebuah spindel yang dicelupkan kedalam


sediaan dimana semakin kuat putaran semakin tinggi
viskositasnya, sehingga hambatan semakin besar.

Prosedur : Mula-mula, kabel disambungkan ke listrik, kemudian alat


viskometer brookfield dinyalakan dengan menekan tombol on pada alat.
Spindel dipasang No. 62. Alat disesuaikan dengan menekan tombol motor
on/off. Spindel disesuaikan dengan motor alat dengan mengatur nomor
spindel 62 pada layar. Tombol select spindel dinyalakan. Kemudian kecepatan
putaran diatur dengan menekan tombol set speed. Viskositas sediaan diukur
pada kecepatan 10,30,50, dan 100 rpm, dengan pengulangan. Sediaan uji
disediakan pada kelas kimia. Atur alat hingga spindel tercelup kedalam
sediaan. Nilai viskositas diamati pada layar
XIII. Hasil Evaluasi
13.1. Tetes Mata Pilokarpin

Organoleptik pH
pH Kejerniha Volume Uji
Setelah Kekentalan
Warna Bau Awal n Terpindahkan Partikulat
Adjust
Tidak Tidak 6,00
5,298 Jernih + 100% Tidak ada
Berwarna Berbau 3

Keterangan :
+ : Agak Kental
++ : Kental
+++ : Sangat Kental
13.2. Tetes Telinga Kloramfenikol

Organoleptik Volume Uji


pH Kejernihan Kekentalan
Warna Bau Terpindahkan Partikulat
Tidak Tidak
7,206 Jernih +++ 99% Tidak ada
Berwarna Berbau

Keterangan :
+ : Agak Kental
++ : Kental
+++ : Sangat Kental
XIV. Pembahasan
14.1. Tetes Mata Pilokarpin
14.2. Tetes Telinga Kloramfenikol
XV. Kesimpulan
15.1. Tetes Mata Pilokarpin
15.2. Tetes Telinga Kloramfenikol
XVI. Wadah dan Kemasan
16.1. Tetes Mata Pilokarpin
16.2. Tetes Telinga Kloramfenikol

DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI. (1979). Farmakope Indonesia, Edisi III. Jakarta: Departemen Kesehatan
Republik Indonesia.
Depkes RI. (1995). Farmakope Indonesia, Edisi IV. Jakarta: Departemen Kesehatan
Republik Indonesia.
Depkes RI. (2020). Farmakope Indonesia, Edisi VI. Jakarta: Departemen Kesehatan
Republik Indonesia.
Rowe,Raymond et al. (2009). Handbook of Pharmaceutical Excipients, 6 th Edition.
USA:Pharmaceutical Press.

PEMBAGIAN TUGAS LAPORAN OBAT TETES STERIL


1. Ega Mulya Permata D (10060319015)
Nama sediaan, Kekuatan sediaan, Preformulasi zat aktif, Preformulasi
eksipien, Daftar pustaka, Edit.
2. Ayu Suci Dewi (10060319018)
Pengembangan formula, Perhitungan tonisitas, Formula akhir, Daftar
pustaka.
3. Siti Anggina I.S (10060319014)
Perhitungan dan penimbangan, Penentuan metode sterilisasi, Data
pengamatan.
4. Jasmine Ayu D (10060319013)
Prosedur pembuatan, Evaluasi sediaan, Hasil evaluasi sediaan.
5. Daifa Ermanda Mawali (10060319016)
Teori Dasar, Kemasan obat.
6. Pembahasan, Kesimpulan, Daftar pustaka
 Novia Nur Islamiati (10060319011) Tetes Mata Pilokarpin
 Shannie Megaliane (10060319012) Tetes Telinga
Kloramfenikol

Anda mungkin juga menyukai