Anda di halaman 1dari 5

Nama: Annisa Crysanti

NIM: E1A020133
Kelas: A

UJIAN TENGAH SEMESTER HUKUM PERBANKAN

SOAL

KASUS 1:
Beberapa orang WNI dan Koperasi sepakat untuk mendirikan suatu PT. Bank Perkeditan
Rakyat Konvensional (BPRK).
Pertanyaan:
a. Bagaimana persyaratan dan prosedur yang harus dilakukan agar Bank tsb sampai bisa
beroperasional, jelaskan dengan tahapannya disertai dasar hukumnya !
b. Setelah BPRK tsb. beroperasional, lembaga mana yang mempunyai kewenangan
melakukan
pengaturan dan pengawasan? Jelaskan tujuan, tolok ukur, metode, pendekatan pengawasan
perbankan tsb! .
c. Jika setelah dilakukan pengawasan Bank secara berkala, ternyata hasil penilaian terhadap
BPRK tsb. adalah tergolong sebagai Bank yang tidak sehat, lalu bagaimana tindak lanjut
secara
yuridis terhadap BPRK? Jelaskan!
d. Apakah LPS berperan dalam pengawasan Bank? Jelaskan peran LPS!
(Bobot 50)
KASUS 2:
Dalam Putusan No.1246/pid B/2015/PN.Sby, Jaksa Penuntut Umum (JPU) telah menuntut
Terdakwa bernama Agus Prasetyo (40 tahun ) dengan dakwaan Pasal 49 ayat (1) huruf a dan
b UU No.7/1992 yang telah diubah dengan UU No.10/1998 tentang Perbankan (UU
Perbankan.
Duduk Perkaranya:
Bahwa Terdakwa Agus Prasetyo (40 tahun ) adalah Manajer Marketing PT BPR Dana Mitra
Surabaya, pada bulan Agustus 2015 telah melakukan perbuatan
mengeluarkan/mengembalikan barang jaminan (3 buah BPKB mobil merk Avanza dan 1
SHM) dari 4 Nasabah Peminjam (Debitur) dari PT.BPR Dana Mitra Surabaya, padahal 4
Nasabah tsb kreditnya tercatat di Bank belum lunas. Terdakwa juga telah mencoret dalam
Daftar Registrasi Jaminan (pencoretan tidak seuai dengan ketentuan SOP). Menurut SOP
PT.BPR, pengeluaran benda jaminan tsb bukan kewenangan Manajer Marketing, melainkan
kewenangan dari Kepala Kredit. Menurut SOP setiap nasabah peminjam(debitur)sebelum
menerima fasilitas kredit melalui serangkaian proses dimulai dari permohonan kredit, survei
kelayakan usaha/pekerjaan debitur, survei jaminan dan penelitian dokumentasi administratif
perkreditan dan dilaksanakan oleh petugas sesuai dengan Job discription masing-masing oleh
marketing diajukan dalam suatu komite kredit untuk pengambilan keputusan kredit dimana
komite ini terdiri lebih dari 1 (satu) orang agar keputusan diambil subyektif. Kasus tsb
terungkap ketika dilakukan audit oleh Bank terhadap Nasabah (Debitur) yang kredit nya
menunggak antara 10 -12 bulan, hasil audit Bank sangat mengagetkan bahwa 4 Nasabah
(Debitur) telah menerima pengembalian barang jaminan karena sudah membayar lunas
kreditnya yang pembayaranya dititipkan kepada Agus Prasetyo Manager Marketing tsb, yang
mana uang pembayaran nasabah itu tidak disetorkan/dicatatkan ke dalam sistem Bank, tapi
digunakan untuk kepentingan pribadinya. Surat Bukti lunas yang diberikan kepada 4 Nasabah
adalah Blanko lunas yang ditanda tangani oleh Terdakwa Agus Prasetyo sendiri. Atas
perbuatan Terdakwa Agus Prasetyo PT.BPR Dana Mitra Surabaya dirugikan sekitar
Rp.354.597.826 (Tiga ratus lima puluh empat juta lima ratus sembilan puluh tujuh ribu
delapan ratus dua puluh enam rupiah). JPU menuntut Terdakwa dengan hukuman 6 tahun
penjara dan denda Rp.10 milliar subsider 6 bulan.
Putusan hakim menyatakan Terdakwa bersalah melakukan tipibank dengan hukuman 5 tahun
penjara dan denda Rp.10 Milliar subsider 3 bulan.
Pertanyaan:
a. Jelaskan apa yang dimaksud Tipibankan dan sebutkan jenis-jenis tiibank!
b. Bagaimana wewenang OJK dalam kasus Tipibank di atas? Jelaskan!
c. Jelaskan unsur-unsur dari pasal 49 ayat (1) huruf a dan b UU Perbankan, kemudian kaitkan
dengan kasus tsb apakah semua dakwaan cukup memenuhi semua unsur ? jelaskan kalau
saudara berpendapat lain!
d. Apakah sanksi yang dijatuhkan hakim dalam kasus tsb sudah sesuai dengan ketentuan?
Jelaskan!
(Bobot 50)

Jawaban:

KASUS I
a. Pada pendirian BPR diperlukan izin usaha dari OJK, Pada proses izin usaha dari OJK
diperlukan 2 tahap yaitu tahap persetujuan prinsip dan perolehan izin usaha. Jika proses
tersebut belum terpenuhi maka BPR tidak dapat melaksanakan kegiatan usaha apapun di
bidang perbankan.
Dalam ketentuan Pasal 16 Ayat 2 wajib dipenuhi persyaratan sekurangkurangnya tentang:
1. Susunan Organisasi Dan Kepengurusan
2. Permodalan
3. Kepemilikan
4. Keahlian di bidang Perbankan
5. Kelayakan rencana kerja
Syarat Umum Pendirian BPR
Menurut Pasal 3
a) BPR hanya dapat didirikan dan melakukan kegiatan usaha dengan izin Direksi Bank
Indonesia b) BPR hanya dapat didirikan oleh:
1) Warga Negara Indonesia yang seluruh kepemilikannya oleh Warga Negara Indonesia;
2) Badan Hukum Indonesia yang seluruh kepemilikannya oleh Warga Negara Indonesia;
3) Pemerintah Daerah
4) Dua pihak atau lebih sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c.

Modal BPR.
Menurut Pasal 4 disebutkan
a. Modal disetor untuk mendirikan BPR ditetapkan sekurangkurangnya sebesar:
1. Rp. 2.000.000.000 (Dua Milyar Rupiah) untuk BPR yang didirikan diwilayah Daerah
Khusus Ibukota jakarta Raya dan Kabupaten/Kotamadya Tanggerang, Bekasi, dan
Karawang
2. Rp. 1.000.000.000 (Satu Milyar Rupiah) untuk BPR yang didirikan di wilayah ibukota
propinsi diluar wilayah tersebut pada huruf a;
3. Rp. 500.000.000 (lim ratus juta rupiah) untuk BPR yang didirikan di luar wilayah
tersebut pada huruf a dan huruf b.

b. Modal disetor bagi BPR yang berbentuk hukum Koperasi adalah simpanan pokok,
simpanan wajib, dan hibah sebagaimana diatur dalam undang-undang tentang
perkoperasian;

c. Bagian dari modal disetor BPR yang digunakan untuk modal kerja sekurang-kurangnya
berjumlah 50% (lima puluh perseratus)

b. Lembaga yang mempunyai wewenang dalam melakukan pengaturan dan pengawasan


adalah OJK dan LPS. Tugas mengatur dan mengawasi bank oleh OJK tujuannya agar
tercipta sistem perbankan yang sehat secara menyeluruh maupun individual bank
(mikroprudential)

Mengatur: menetapkan keterangan perbankan yang memuat prinsip kehati-hatian,


bertujuan untuk memberikan rambu-rambu bagi penyelenggara kegiatan usaha perbankan
guna mewujudkan sistem perbankan yang sehat.
Mengawasi: melaksanakan pengawasan langsung dan tidak langsung

Tugas LPS:
1. menjamin simpanan nasabah penyimpan.
2. Turut aktif dlm memelihara stabilitas sistem perbankan sesuai dg kewenangannya.
a. mempunyai kewenangan menetapkan bank gagal yg tdk berdampak sistemik.
b. mempunyai kewenangan penanganan bank gagal yg berdampak sistemik.

c. Tindak lanjut yang dapat dilakukan terhadap BPRK tersebut:


 bank menghapusbukukan kredit atau pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah yang
macet dan memperhitungkan kerugian bank dengan modalnya
 bank melakukan merger atau konsolidasi dengan bank lain
 bank dijual kepada pembeli yang bersedia mengambil alih seluruh kewajiban
 bank menyerahkan pengelolaan seluruh atau sebagian kegiatan bank kepada pihak
lain
 bank dijual sebagian atau seluruh harta dan atau kewajiban bank kepada bank atau
pihak lain.

d. Peran LPS dalam pengawasan bank yaitu:


 Menjamin simpanan nasabah penyimpan.
 Turut aktif dalam memelihara stabilitas sistem perbankan sesuai dengan
kewenangannnya.
Kewenangan LPS yaitu mempunyai kewenangan menetapkan bank gagal yang tidak
berdampak sistemik dan mempunyai kewenangan penanganan bank gagal yang
berdampak sistemik.

KASUS II

a. Tindak pidana perbankan adalah setiap perbuatan yang melanggar ketentuan yang diatur
dalam UU Perbankan maupun yang terdapat dalam ketentuan pidana umum ataupun
dalam tindak pidana khusus lainnya yang terkait dengan tindak pidana di bidang
perbankan.
Jenis-jenis Tipibank:
• Tindak pidana berkaitan dengan perizinan (pasal 46)
 Tindak pidana berkaitan dengan rahasia Bank (pasal 47, 47a)
 Tindak pidana berkaitan dengan pengawasan Bank (pasal 48)
 Tindak pidana berkaitan dengan kegiatan usaha (pasal 49)
 Tindak pidana berkaitan dengan pihak terafiliasi (pasal 50, 50a)
 Fraud di bidang perbankan (SE BI No.13/28/DPNP 2011)
b. Wewenang yang dapat dilakukan oleh OJK dalam kasus tipibank diatas adalah
melakukan pemeriksaan terkait dugaan adanya tipibank yang ada pada bank tersebut dan
melakukan penyidikan internal

c. Unsur-Unsur yang terdapat dalam Pasal 49 Ayat (1)


1) Anggota Dewan Komisaris, Direksi, atau pegawai bank
2) Dengan sengaja
3) Membuat, yaitu menciptakan, menjadikan, atau menghasilkan, melakukan, mengerjakan
pencatatan atas suatu transaksi yang tidak pernah terjadi.
4) Menyebabkan, yaitu menyuruh pihak lain untuk melakukan pencatatan palsu,
mempengaruhi, memberikan instruksi, memberikan data palsu, sehingga mengakibatkan
adanya pencatatan palsu.
5) Pencatatan Palsu, yaitu melakukan proses atau cara mencatat, perbuatan mencatat transaksi
yang tidak sah atau tidak benar atau fiktif.
6) Pembukuan, laporan, dokumen, laporan kegiatan usaha, laporan transaksi, atau rekening
suatu bank,
Dalam kasus tersebut jika dikaitkan dengan Pasal 49 Ayat (1) terdakwa Agus Prasetyo yang
merupakan Manajer Marketing PT BPR Dana Mitra Surabaya yang statusnya adalah pegawai
bank, terbukti dengan sengaja tidak melakukan pencatatan dan tidak disetorkannya ke bank
dan melakukan pencatatan palsu yaitu membuat Surat Bukti lunas yang diberikan kepada 4
Nasabah yang ditanda tangani oleh Terdakwa Agus Prasetyo sendiri.

d. Sanksi yang dijatuhkan oleh hakim pada kasus tersebut sudah sesuai dengan ketentuan
Pasal 49 Ayat (1) dimana dalam pasal tersebut jika melanggar diancam dengan pidana
penjara 5 s.d 15 tahun dan pidana denda Rp.10.000.000.000,00 s.d
Rp.200.000.000.000,00

Anda mungkin juga menyukai