Anda di halaman 1dari 11

1

I. KASUS KEPUTUSASAAN

A. DEFINISI

Menurut NANDA (2015-2017), keputusasaan adalah keadaan subyektif


ketika seorang individu memandang keterbatasan atau tidak adanya pilihan
alternative serta tidak mampu memobilisasi energI untuk kepentingannya sendiri.
Keputusasaan menurut NANDA ini memiliki beberapa batasan karakteristik,
diantaranya: gangguan pola tidur, kurang inisiatif, pasif, meninggalkan orang yang
diajak bicara, penurunan selera makan, kurang kontak mata, dan sebagainya. Faktor-
faktor yang berhubungan yakni: isolasi soasial, penurunan kondisi fisiologis, stress
jangka panjang, serta kehilangan nilai kepercayaan.

Keputusasaan ini berbeda dengan ketidakberdayaan. Orang yang merasaputus


asa tidak mampu melihat adanya solusi untuk masalah yang dihadapinya dan tidak
menemukan cara untuk mencapai sesuatu hal yang diinginkan. Sedangkan
ketidakberdayaan adalah seseorang menemukan solusi masalahnya namun memiliki
keterbatasan untuk melakukannya akibat kurangnya kontrol terhadap kejadian atau
situasi tertentu.
B. ETIOLOGI

- Faktor kehilangan

- Kegagalan yang terus menerus

- Faktor Lingkungan

- Orang terdekat (keluarga)

- Status kesehatan (penyakit yang diderita dan dapat mengancam jiwa)

- Adanya tekanan hidup

- Kurangnya iman

C. TANDA DAN GEJALA

Seseorang yang mengalami keputusasaan dalam dirinya, biasanya mengalami


tanda dan gejala seperti berikut menurut Keliat (2005):
- Ungkapan klien tentang situasi kehidupan tanpa harapan dan terasa
hampa (“saya tidak dapat melakukan sesuatu”)

2
- Sering mengeluh dan nampak murung

3
- Kurag bicara atau tidak mau bicara sama sekali

- Menunjukkan kesedihan, afek datar atau tumpul

- Menarik diri dari lingkungan

- Kontak mata kurang

- Mengangkat bahu tanda masa bodoh

- Nampak selalu murung atau blue mood

- Menurun atau tidak adanya selera makan

- Peningkatan waktu tidur

- Penurunan keterlibatan dalam perawatan

- Bersikap pasif dalam menerima perawatan

- Penurunan keterlibatan atau perhatian pada orang lain yang bermakna

- Dapat merupakan lanjutan ansietas


D. RENTANG RESPON

Respon Adaptif Respon Maladaptif

Harapan Putus harapan


Yakin Tidak berdaya
Percaya Putus asa

Inspirasi Apatis
Tetap hati Gagal dalam kehidupan

Ragu-ragu
Sedih

Depresi
Bunuh diri
E. FAKTOR PREDISPOSISI

1) Faktor resiko biologis

Status nutrisi menurun, berat badan menurun akibat pasien


kehilangan nafsu makannya.
4
2) Faktor resiko psikologis

Psikologis pasien menjadi tidak stabil setelah pasien didiagnosis


HIV oleh dokter, pasien sering mengurung diri di kamar dan sering uring-
uringan saat ada anggota keluarga yang ingin membujuknya. Pasien tidak
memiliki semangat untuk sembuh, ia merasa sudah tidak memiliki
harapan.

3) Faktor resiko sosiokultural

Sejak pasien didiagnosis oleh dokter mengidap HIV, hubungan


pasien dengan lingkungan sekitarnya menjadi sangat tidak baik. Tetangga
sering menggunjingkannya sehingga pasien merasa malu dengan
keadaannya. Keluarga pasien merasa sangat sedih karena dukungan dan
semangatnya tidak dapat membuatnya semangat untuk sembuh. Selain
itu, pasien menjadi tidak yakin dengan spiritualnya akibat dari
keputusasaan yang dialami. Pasien merasa hidupnya tidak akan lama lagi.
F. FAKTOR PRESIPITASI

a) Faktor presipitasi secara biologis

Riwayat keluarga menderita depresi, status nutrisi, ststus kesehatan


secara umum, pembatasan aktivitas jangka panjang ( stuuartd, 2011).
b) Faktor Psikologis.

Stres jangka panjang, Retardasi mental, kemampuan komunikasi


verbal kurang, pengalaman masa lalu kurang menyenangkan dan konsep
diri kurang baik.
c) Faktor sosial budaya

- Adanya hambatan pelaksanaan interaksi sosial

- Kehilangan kepercayaan pada kekuatan spiritual

- Kehilangan kepercayaan pada nilai penting

- Kurang dukungan sosial

- Putus sekolah dan pemutusan hubungan kerja

5
G. MEKANISME KOPING

a) Mekanisme koping yang konstrukstif

- Melakukan perubahan perilaku yang menurunkan keputusasaan

- Beradaptasi dengan lingkungannya

- Membangun kepercayaan diri dan bersikap optimis

- Memanfaatkan dukungan keluarga/orang terdekat ( Struart, 2011)

- Fokus pada masalah

6
II. PROSES TERJADINYA KEPUTUSASAAN

Setiap penyakit kronis dan atau terminal dapat menyebabkan atau menunjang keputusasaan
(misal penyakit jantung, penyakit ginjal, kanker, dan AIDS) Berhubungan dengan:
• Kegagalan atau penyimpangan kondisi fisologis

• Tanda atau gejala baru dan tidak diharapkan dari proses penyakit sebelumnya
• Nyeri, tidak nyaman, kelemahan yang berkepanjangan

• Kerusakan kemampuan fungsi (berjalan, eliminasi, dan makan)

III. KEMUNGKINAN DATA FOKUS PENGKAJIAN:


1) Faktor predisposisi : Faktor predisposis pada klien dengan keputusasaan adalah faktor :
Biologis, adanya penyakit infeksi yang kronis. Faktor psikologis antara lain perasaan terbuang,
kehilangan kepercayaan pada kegiatan spiritual (Towsend, 2019) Faktor sosial dan budaya
adalah pembatasan aktivitas jangka panjang .
2) Faktor presipitasi : Riwayat keluarga menderita depresi, status nutrisi, status kesehatan secara
umum, pembatasan aktivitas jangka panjang.
3) Faktor Psikologis. : Stres jangka panjang, Retardasi mental, kemampuan komunikasi verbal
kurang, pengalaman masa lalu kurang menyenangkan dan konsep diri kurang baik.
4) Faktor sosial budaya : Adanya hambatan pelaksanaan interaksi sosial, Kehilangan kepercayaan
pada kekuatan spiritual, Kehilangan kepercayaan pada nilai penting, Kurang dukungan sosial,
Putus sekolah dan pemutusan hubungan kerja
IV. ANALISA DATA
No Data Etiologi Masalah
1. DS : Stres jangka Keputusaasaan
panjang “D.0088”
- Klien mengatakan sulit
tidur
- Klien mengatakan
selera makan menurun
DO :
- Klien berperilaku pasif
- Klien kurang inisiatif
- Klien meninggalkan
lawan bicara
7
V. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Keputusasaan b.d stres jangka panjang


VI. INTERVENSI
DIAGNOSA KEPERAWATAN : KEPUTUSASAAN
TINDAKAN
TUJUAN STRATEGI PELAKSANAAN
KEPERAWTAN
Pasien: 1) Diskusi tentang SP 1 : Assesmen keputusasaan dan latihan berfikir
1) Mampu kejadian yang positif melalui penemuan harapan dan makna
mengenal membuat putus hidup
masalah asa, 1) Bina hubungan saling percaya
keputusasaan perasaan/pikiran/ a) Mengucapkan salam terapeutik,
nya perilaku yang memperkenalkan diri, panggil pasien sesuai
2) Mampu berubah
nama panggilan yang disukai
memberdaya 2) Latihan berfikir
positif melalui b) Menjelaskan tujuan interaksi: melatih
kan diri
dalam penemuan harapan pengendalian perasaan putis asa agar proses
aktivitas dan makna hidup penyembuhan lebih cepat
3) Mampu 3) Latihan 2) Membuat kontrak (inform consent) dua kali
menggunaka melakukan pertemuan latihan pengendalian perasaan
n keluarga aktivitas untuk putus asa
sebagai menumbuhkan
harapan dan 3) Bantu pasien mengenal keputusasaan:
sumber daya
makna hidup a) Bantu pasien untuk mengidentifikasi dan
menguraikan perasaan sedih/ kesendirian/
keputusasaannya.
b) Bantu pasien mengenal penyebab putus asa
c) Diskusikan perbedaan antara perasaan dan
pikiran klien terhadap kondisinya dengan
kondisi real kondisi klien
d) Bantu pasien menyadari perilaku akibat putus
asa
e) Dukung klien untuk mengungkapkan
pengalaman yang mendukung pikiran,
perasaan dan perilaku positif
4) Latih restrukturisasi pikiran melalui latihan
berpikir positif dengan mengidentifikasi
harapan dan penemuan makna hidup.

8
SP 2 : Evaluasi assesmen keputusaan, manfaat
berfikir positif, dan latihan melakukan
aktivitas untuk menumbuhkan harapan
dan makna hidup
1) Pertahankan rasa percaya pasien
a) Mengucapkan salam dan memberi motivasi
b) Asesmen ulang keputusasaan dan
kemampuan melakukan restrukturisasi
pikiran
2) Membuat kontrak ulang: cara mengatasi
keputusaaan
3) Diskusikan aspek positif diri sendiri, keluarga,
dan lingkungan
4) Diskusikan kemampuan positif diri sendiri
5) Latih satu kemampuan positif
Tekankan bahwa kegiatan melakukan
kemampuan positif berguna untuk
menumbuhkan harapan dan makna hidup
Keluarga 1) Mendiskusikan SP 1 keluarga: Penjelasan kondisi pasien dan cara
mampu: kondisi pasien: merawat
keputusaan, 1) Bina hubungan saling percaya
1) mengenal penyebab, a) Mengucapkan salam terapeutik,
masalah proses memperkenalkan diri
keputusas terjadi, tanda
b) Menjelaskan tujuan interaksi:
aan pada dan gejala,
anggota akibat menjelaskan keputusasaan pasien dan
keluargan 2) Melatih keluarga cara merawat agar proses
ya merawat pasien penyembuhan lebih cepat
2) merawat dengan ansietas 2) Membuat kontrak (inform consent) dua
anggota 3) Melatih keluarga kali pertemuan latihan cara merawat
keluarga yang melakukan pasien dengan keputusasaan
mengalami follow up
3) Bantu keluarga mengenal putus asa pada pasien:
keputusasaan
3) memfollow a) Menjelaskan keputusasaan, penyebab,
up anggota proses terjadi, tanda dan gejala, serta
keluarga yang akibatnya
mengalami b) Menjelaskan cara merawat pasien dengan
keputusasaan putus asa: menumbuhkan harapan positif
melalui restrukturisasi pikiran melalui
penemuan harapan dan makna hidup serta
melatih kemampuan positif
c) Sertakan keluarga saat melatih restrukturisasi
pikiran dan latihan kemampuan positif

9
SP 2 keluarga : Evaluasi peran keluarga merawat
pasien
1) Pertahankan rasa percaya keluarga dengan
mengucapkan salam, menanyakan peran
keluarga merawat pasien & kondisi pasien
2) Membuat kontrak ulang: latihan
lanjutan cara merawat dan follow up
3) Menyertakan keluarga saat melatih pasien
melatih kemampuan positif
4) Diskusikan dengan keluarga follow up dan
kondisi pasien yang perlu dirujuk
(muncul ide bunuh diri atau perilaku
pengabaian diri) dan cara merujuk pasien

VII.IMPLEMENTASI

Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat untuk membantu klien dari
masalah status kesehatan yang dihadapi ke status kesehatan yang baik yang menggambarkan kriteria hasil yang
diharapkan (Hidayat, 2021).

VIII. EVALUASI

Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan dengan cara melakukan identifikasi sejauh mana
tujuan dari rencana keperawatan tercapai atau tidak. Evaluasi keperawatan dibagi menjadi (Hidayat, 2021) :
a. Evaluasi Formatif : Hasil observasi dan analisa perawat terhadap respon segera pada saat dan setelah
dilakukan tindakan keperawatan.
b. Evaluasi Sumatif : Rekapitulasi dan kesimpulan dari observasi dan analisa status kesehatan sesuai waktu
pada tujuan ditulis pada catatan perkembangan.

1
0
DAFTAR PUSTAKA

Capernito, Lynda Juall. 2009. Diagnosis Keperawatan: Aplikasi Pada Praktik Klinis Edisi 9 alihbahasa
Kusrini Semarwati Kadar. Jakarta: EGC.
Hidayat, Aziz Alimul (2021) Proses Keperawatan; Pendekatan NANDA, NIC, NOC dan SDKI -Google
Books. Surabaya: Health Books Publishing.

Keliat, Budi Anna & Akemat. 2007. Model Praktik Keperawatan ```professional Jiwa. Jakarta:EGC.

NANDA International. 2015. Nursing Diagnoses: Definitions & Classification 2015- 2017.
Philadhelpia.
Puwati, Susi. 2013. Analisis Praktik Klinik Asuhan Keperawatan Masalah Kesehatan Masyarakat Perkotaan:
Ketidakberdayaan pada Klien dengan Gangguan Penggunaan Opiat di RSKO Jakarta. Jakarta:
Universitas Indonesia.
Stuart, G, W. 2007. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi 5. Jakarta: EGC.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI). Edisi 1.
Jakarta: Persatuan Perawat Indonesia.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI). Edisi 1.
Jakarta: Persatuan Perawat Indonesia.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI). Edisi 1.
Jakarta: Persatuan Perawat Indonesia

1
1

Anda mungkin juga menyukai