Anda di halaman 1dari 11

PRAKTIK BAIK IMPLEMENTASI KURIKULUM MERDEKA

PENERAPAN PEMBELAJARAN BERDIFERENSIASI MELALUI


STRATEGI PREPARE DENGAN ALUR MERDEKA DALAM
DI SD NEGERI 6 TUBAN

OLEH

SD NO 6 TUBAN

KECAMATAN KUTA, KABUPATEN BADUNG

TAHUN 2021
A. SITUASI
Sebagai bentuk implementasi konsep merdeka belajar, pemerintah
melalui Kemdikbud meluncurkan Program Sekolah Penggerak (PSP).
Sebagai salah satu sekolah pelaksana Program Sekolah Penggerak (PSP)
Angkatan 1 Tahun 2021 sesuai dengan Surat Keputusan Dirjen PAUD,
Dikdasmen Nomor : 6555/C/HK.00/2021 tentang Penetapan Satuan
Pendidikan Pelaksana Program Sekolah Penggerak, SD No. 6 Tuban yang
terletak di Desa Tuban, Kecamatan Kuta, Kabupaten Badung, Propinsi Bali
mendapatkan lima intervensi dalam pelaksanaannya yang salah satunya
adalah menerapkan pembelajaran paradigma baru yang dirancang
berdasarkan prinsip pembelajaran yang terdiferensiasi sehingga setiap
peserta didik belajar sesuai dengan kebutuhan dan tahap perkembangannya.
Hal ini sejalan juga dengan filosofi pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara
yaitu pembelajaran yang berpihak dan berpusat kepada peserta didik
(student-centered learning).
Hal tersebut yang menjadi salah satu fokus kami dalam pelaksanaan
program sekolah penggerak karena pembelajaran berdiferensiasi adalah
salah satu cara untuk untuk membantu semua peserta didik dalam belajar,
meningkatkan motivasi dan hasil belajar peserta didik, menjalin hubungan
yang harmonis guru dan peserta didik, membantu peserta didik menjadi
pelajar yang mandiri dan mampu meningkatkan kreatifitas guru.
Pembelajaran diferensiasi berarti mencampurkan semua perbedaan untuk
mendapatkan suatu informasi, membuat ide, serta mengekspresikan apa
yang sudah dipelajari oleh murid. Dengan kata lain, dapat dikatakan bahwa
pembelajaran diferensiasi merupakan upaya untuk menciptakan kelas yang
beragam dengan memberikan kesempatan murid dalam meraih konten,
memproses suatu ide, dan meningkatkan hasil setiap murid. Upaya ini
membuat murid akan belajar dengan lebih efektif. Pembelajaran
berdiferensiasi haruslah berakar pada pemenuhan kebutuhan belajar murid
dan cara yang dilakukan guru dalam merespon kebutuhan belajar tersebut.
Dengan demikian, guru perlu melakukan identifikasi kebutuhan belajar

2
dengan lebih komprehensif, agar dapat merespon dengan lebih tepat
terhadap kebutuhan belajar murid-muridnya. (Thomlinson dalam purba
2021) . Sesuai dengan kondisi sekolah kami dari hasil observasi terdapat
hanya sebagian kecil guru (2 dari 9 guru) yang memberikan perhatian
terhadap keberbedaan peserta didik dan lalu melakukan berbagai usaha
penyesuaian untuk memastikan setiap peserta didik terlayani kebutuhannya
dengan nyaman dan bahagia. Namun sebagian besar guru yang secara sadar
atau tidak sadar tidak merasakan keberbedaan peserta didik ini dan bahkan
beranggapan keberbedaan peserta didik ini sebagai sesuatu yang tidak
penting.

Situasi diatas yang melatarbelakangi penulis untuk melakukan


praktik baik dengan judul “Penerapan Pembelajaran Berdiferensiasi
Melalui Strategi Prepare dengan Alur Merdeka di SD No. 6 Tuban”. Dan
ini menjadi hal yang sangat penting karena proses pembelajaran yang
berpihak kepada peserta didik wajib untuk kita terapkan agar peserta didik
dapat berkembang sesuai dengan kodratnya dan guru dapat memenuhi
kebutuhan belajar peserta didik yang beragam dengan baik.
Kepala sekolah dan guru memiliki peran dan tanggung jawab yang
sangat penting dalam keterlaksanaan pembelajaran berdiferensiasi di
sekolah. Strategi dan program yang diterapkan harus mampu memberikan
kemudahan dan pengetahuan yang dapat membekali dan memfasilitasi para
guru dalam pelaksanaan pembelajaran berdiferensiasi di kelas.

B. TANTANGAN
Terkait dengan sesuatu yang baru tentu saja bukanlah hal yang
mudah. Perlu banyak sekali adaptasi yang harus dilakukan agar program
yang diharapkan dapat berjalan sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai.
Tujuan dari praktik baik ini adalah agar para guru memiliki pengetahuan
dan pemahaman serta dapat menerapkan pembelajaran berdiferensiasi di
kelas dengan baik. Adapun beberapa tantangan yang penulis hadapi antara
lain :

3
a) Rendahnya komitmen guru dalam mencoba hal-hal baru.
Para guru sudah terlanjur nyaman dengan zonanya masing-masing
sehingga enggan keluar dari zona nyamannya tersebut untuk mencoba
hal-hal baru yang membawa dampak perubahan bagi proses
pembelajaran di kelas dan peserta didik.
b) Pemahaman guru tentang pembelajaran berdiferensiasi yang masih
sangat dangkal. Guru belum memiliki pengetahuan yang mendalam
terkait apa dan bagaimana pembelajaran berdiferensiasi.
c) Sarana dan prasarana sekolah yang belum sepenuhnya mendukung
penerapan pembelajaran berdiferensiasi.
d) Rendahnya kemampuan guru dalam penguasaan TIK.
Terutama guru-guru senior yang sudah akan memasuki masa purnabakti.
e) Kurangnya penggunaan media dan model pembelajaran yang inovatif oleh
guru.
Guru masih nyaman dengan pola pembelajaran lama yang bersifat
konvensional yaitu pembelajaran yang berpusat kepada guru (teacher
centered).

Bercermin dari segala kendala dan tantangan yang penulis hadapi


dalam memfasilitasi kebutuhan guru maka dipandang sangat perlu untuk
melakukan sebuah kolaborasi yang efektif antar stakeholder yang ada di
sekolah dan juga melibatkan pihak lain yang bisa membantu dalam
pelaksanaan program tersebut dengan baik.

C. AKSI
Untuk menjawab semua tantangan yang dihadapi maka penulis
menggunakan strategi “Prepare” dengan alur merdeka dalam penerapan
pembelajaran berdiferensiasi di SD No. 6 Tuban. Adapun strategi “Prepare”
yang dimaksud adalah paham, rencana, praktik, dan refleksi sedangkan
alur merdekanya adalah mulai dari diri, eksplorasi konsep, ruang
kolaborasi, demonstrasi kontekstual, elaborasi pemahaman, koneksi
antar materi dan aksi nyata. Kata “Prepare” dalam bahasa inggris

4
memiliki makna mempersiapkan, ini sejalan juga dengan praktik baik ini
bahwa sebelum menerapkan pembelajaran berdiferensiasi maka harus perlu
persiapan-persiapan yang dilakukan agar pelaksanaannya lebih terarah dan
sesuai dengan tujuan yang akan dicapai. Berikut adalah langkah-langkah
yang kami lakukan dalam penerapan strategi tersebut, antara lain:
1) Paham
Pada tahap awal, guru harus diberikan pemahaman mendalam
tentang pembelajaran berdiferensiasi. Dalam tahapan ini alur merdeka
yang digunakan adalah mulai dari diri dan eksplorasi konsep. Dalam
memberikan pemahaman tentang pembelajaran berdiferensiasi para
guru diajak untuk melakukan refleksi (mulai dari diri) tentang
bagaimana guru menerapkan pembelajaran di kelas untuk memenuhi
kebutuhan belajar peserta didik kemudian mereka mengidentifikasi
bersama harapan dan ekspektasi tentang pembelajaran berdiferensiasi
itu sendiri. Kegiatan yang dilakukan untuk memfasilitasi kebutuhan
guru tersebut adalah kegiatan Fokus Grup Diskusi (FGD), yang
dilakukan setiap hari jumat, setelah proses kegiatan belajar mengajar
hari itu selesai

Gambar. Kegiatan penguatan internal sekolah melalui Workshop, IHT dan kegiatan “JUDIKA”

Adapun materi yang diberikan pada tahapan eksplorasi konsep ini


adalah mengeksplorasi pengertian pembelajaran berdiferensiasi dan
mengapa pembelajaran berdiferensiasi diperlukan, termasuk juga teori-
teori yang mendasari, mengeksplorasi cara memetakan kebutuhan

5
belajar peserta didik, mengeksplorasi cara mengakomodasi kebutuhan
belajar peserta didik melalui 3 (tiga) strategi pembelajaran
berdiferensiasi (diferensiasi konten, proses, dan produk) dan diskusi
tentang contoh-contoh praktik terbaik (best practices) pembelajaran
berdiferensiasi melalui eksplorasi berbagai kasus pembelajaran yang
banyak ditemui dalam praktik pembelajaran sehari-hari di
kelas/sekolah. Dalam kegiatan ini, cukup memberikan pemahaman dan
pengetahuan kepada para guru dalam menerapkan pembelajaran
berdiferensiasi di kelasnya masing-masing.
Pada tahapan ini juga para guru diberikan motivasi untuk berani
mencoba keluar dari zona nyamannya, belajar tentang hal-hal baru,
menerima perubahan dengan senang hati, terus berusaha lebih kreatif
dan inovatif dalam penggunaan media pembelajaran berbasis TIK serta
menerapkan model-model pembelajaran inovatif di kelasnya masing-
masing yang mendukung penerapan pembelajaran berdiferensiasi. Hal
ini sangat membantu guru dalam mendapatkan pengalaman belajar
yang lebih bermakna dalam memantapkan diri sebelum merencanakan
pembelajaran berdiferensiasi di kelasnya masing-masing.

2) Rencana
Setelah guru memiliki pemahaman tentang pembelajaran
berdiferensiasi, barulah guru diajak untuk menyusun rencana
bagaimana penerapan pembelajaran berdiferensiasi di kelas dan apa
saja yang diperlukan dalam penerapannya. Pada tahapan ini alur
merdeka yang diterapkan adalah ruang kolaborasi dan elaborasi
pemahaman. Pada alur ruang kolaborasi, guru diajak untuk melakukan
diskusi untuk menganalisis kasus yang beragam dan memberikan solusi
melalui pembelajaran berdiferensiasi dalam bentuk rencana
pembelajaran atau modul ajar.
Optimalisasi komunitas praktisi yang sudah terbentuk di sekolah
kami yaitu Judika ( Jumat berdiskusi dan berbagi) . Dalam komunitas

6
praktisi ini guru melakukan alur demonstrasi kontekstual yaitu
membuat rencana pelaksanaan pembelajaran atau modul ajar dan
mengevaluasi efektivitas RPP atau modul ajar yang dibuat oleh sesama
rekan guru (peer assessment). Disamping itu melalui kegiatan
workshop review kurikulum dan penyusunan perangkat ajar, mereka
saling bertukar pendapat, pengetahuan dan pengalaman dalam
penyusunan RPP atau modul ajar berdiferensiasi yang akan diterapkan
di kelasnya masing-masing. Setelah itu pada alur elaborasi pemahaman
para guru diajak untuk mengelaborasi pemahaman tentang
pembelajaran berdiferensiasi dengan melihat pada pertanyaan-
pertanyaan seperti misalnya, apa yang ingin diketahui lebih lanjut?, apa
yang masih meresahkan dan membingungkan?, bagaimana melakukan
penilaian awal pembelajaran dan bagaimana evaluasi yang dilakukan.
Masalah-masalah ini didiskusikan untuk mendapatkan kesepakatan
tentang bagaimana cara menerapkan pembelajaran berdiferensiasi di
kelas. Pada tahapan ini juga direncanakan pemenuhan sarana dan
prasarana pendukung di kelas dalam penerapan pembelajaran
berdiferensiasi seperti halnya kelas digital, penataan ruang kelas dan
pendukung lainnya.

3) Praktik
Setelah melewati tahap paham dan rencana. Guru akan mulai
melakukan aksinya di dalam kelas. Guru mempraktikkan segala yang
mereka pahami tentang pembelajaran berdiferensiasi dalam proses
pembelajaran di kelasnya masing-masing. Sebelum melakukan praktik,
alur merdeka yang dilakukan adalah koneksi antar materi dan aksi
nyata. Pada koneksi antar materi, para guru mengaitkan materi yang
telah dipelajari untuk meningkatkan pemahaman dan keterampilan
dalam mengimplementasikan pembelajaran berdiferensiasi di kelasnya.
Saling mengaitkan dan menghubungkan materi sebagai pendukung
keberhasilan penerapan pembelajaran berdiferensiasi di kelas.

7
Pada tahapan aksi nyata, dengan menggunakan pengetahuan dan
keterampilan yang telah dipelajari untuk membuat rencana,
mengimplementasikan dan melakukan refleksi pembelajaran
berdiferensiasi yang kemudian mendokumentasikan proses penerapan
pembelajaran berdiferensiasi tersebut. Setelah melakukan penilaian
awal pembelajaran atau asesmen diagnostik untuk mengetahui
pemetaan kebutuhan belajar murid yang terdiri dari kesiapan belajar,
minat belajar dan gaya belajar murid tersusunlah RPP atau modul ajar
berdiferensiasi baik itu diferensiasi secara konten, proses maupun
produk. Dan RPP atau modul ajar inilah yang dipraktikkan dalam
tahapan aksi nyata ini. Dalam aksi nyata ini para guru berkolaborasi
satu sama lainnya terutama dalam hal pendokumentasian aksi yang
dilakukannya dan ketika menggunakan perangkat TIK karena belum
semua guru fasih dalam penggunaan TIK dalam proses pembelajaran.
Ada 3 praktik aksi yang dilakukan, antara lain :
a) Pemenuhan sarana dan prasarana pendukung penerapan
pembelajaran berdiferensiasi di kelas seperti pengecatan ruang kelas
yang lebih memfasilitasi kenyamanan ruang belajar peserta didik
berdasarkan minatnya, pemenuhan perangkat TIK di masing-masing
kelas sebagai media pembelajaran bagi peserta didik yang gaya
belajaranya audiovisual serta mewujudkan ruang kelas literat sebagai
media bagi peserta didik untuk mencari bahan belajar dari sumber
yang bervariasi.
b) Memfasilitasi bakat/minat dan potensi peserta didik dengan program
15 jenis ekstrakurikuler yaitu :
1) Ekstrakurikuler olahraga yang terdiri dari sepakbola,
bulutangkis, pencak silat, dan dance sport
2) Ekstrakurikuler Seni dan Budaya yang terdiri dari seni tari, seni
lukis, Utsawa Dharma Gita dan Kaligrafi;
3) Ekstrakurikuler Karakter yang terdiri dari pramuka dan Pokja
Adiwiyata;

8
4) Ekstrakurikuler Akademik yang terdiri dari english club, klub
matematika dan klub sains, kelas calistung dan jurnalistik
c) Guru menerapkan pembelajaran berdiferensiasi di kelasnya masing-
masing.

D. Refleksi
Setelah pelaksanaan praktik aksi oleh guru-guru, perlu dilakukan
sebuah refleksi untuk mengetahui sejauh mana keterlaksanaan
pembelajaran berdiferensiasi di dalam kelas. Apakah pelaksanaannya
sudah berjalan dengan baik, apa yang masih menjadi kendala atau
hambatan dalam pelaksanaannya, apakah perlu dilakukan perbaikan-
perbaikan serta tindak lanjut apa yang perlu diupayakan agar penerapan
pembelajaran berdiferensiasi selanjutnya bisa lebih baik lagi.
Dari hasil observasi dan wawancara yang dilakukan dengan guru
dan peserta didik yang kami lakukan didapatkan bahwa :
a) Strategi ini efektif untuk meningkatkan kemampuan guru dalam
penerapan pembelajaran berdiferensiasi di kelas kendatipun di awal
melakukan aksi guru merasakan agak kesulitan tetapi dengan terus
berproses dan sharing bersama teman guru lainnya, kendala yang
dihadapi mulai berkurang.

b) Peserta didik menjadi lebih senang dan bersemangat dalam belajar


karena peserta didik belajar sesuai dengan kesiapan belajarnya,
gaya belajar dan minat belajarnya. Motivasi siswa dalam belajar
meningkat dan aktifitas belajar di kelas pun menjadi lebih menarik.
Hal ini dikarenakan guru benar-benar memfasilitasi apa yang
menjadi kebutuhan belajarnya baik itu dengan media pembelajaran
dan sumber belajar yang beragam maupun model-model
pembelajaran yang bervariasi.
c) Sarana dan prasarana sekolah serta penataan ruang kelas menjadi
lebih baik sebagai pendukung penerapan pembelajaran
berdiferensiasi di kelas.

9
Dari hasil tersebut hal-hal yang perlu diperbaiki ke depannya adalah:
1) Perlu diadakan kegiatan berupa In House Training (IHT) untuk
menguatkan kembali penerapan pembelajaran berdiferensiasi di
kelas terutama dalam hal asesmen diagnostik dan evaluasi
pembelajaran serta mencarikan solusi terhadap kendala/hambatan
yang ditemui dalam penerapannya di kelas.
2) Melengkapi lagi sarana dan prasarana pendukung penerapan
pembelajaran berdiferensiasi di kelas melalui anggaran BOS sekolah
baik dana BOS Reguler maupun BOS Kinerja terutama pengadaan
media pembelajaran.
Demikianlah praktik baik yang berjudul Strategi “Prepare” dengan
Alur Merdeka untuk Meningkatkan Kemampuan Guru dalam
Penerapan Pembelajaran Berdiferensiasi di SD No. 6 Tuban yang
penulis lakukan. Semoga bermanfaat dan dapat menjadi inspirasi bagi
kepala sekolah lain dalam penerapan pembelajaran berdiferensiasi.

1
0
Daftar Pustaka

dari google.com, https://ditpsd.kemdikbud.go.id

kurikulum.kemdikbud.go.id, https://kurikulum.kemdikbud.go.id

Juknis Implementasi Kurikulum


TK PAUD,SD/MI,SMP/MTs,SMA/MA/SMK tahun
pelajaran 2022/2023

dikutip dari https://blog.kejarcita.id

Kurikulum Operasional Satuan Pendidikan (KOSP) SD No. 6


Tuban tahun pelajaran 2022/2023.

1
1

Anda mungkin juga menyukai