Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PRAKTIKUM

PRAKTIKUM HIDROPONIK DAN GREENHOUSE

ACARA II
PERAKITAN INSTALASI HIDROPONIK

Mega Safitri
NIM A1D020091
Kelas D

PJ Asisten:
Regina Septiani Zahro
Imarotunnairoh

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET DAN


TEKNOLOGI
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2023
ACARA II
PERAKITAN INSTALASI HIDROPONIK

A. TUJUAN PRAKTIKUM

Tujuan praktikum acara II yaitu:


1. Mahasiswa mampu menjelaskan bahan dan alat yang diperlukan untuk
membuat instalasi hidroponik system NFT dan Wick system.
2. Mahasiswa mampu merancang instalasi hidroponik dengan NFT dan Wick
system.
3. Mahasiswa mampu menjelaskan prinsip instalasi hidroponik dengan
sistem NFT dan Wick system.
4. Mahasiswa mampu merakit instalasi hidroponik dengan sistem NFT dan
wick system.

B. LANDASAN TEORI

Pertanian menjadi sektor yang penting bagi masyarakat Indonesia. Sektor


pertanian menjadi sumber penghasilan bagi beberapa masyarakat karena
sebagian besar kawasan indonesia merupakan lahan pertanian. Biasanya,
sebagaian besar petai banyak yang menggunakan tanah sebagi media tanam
untuk bercocok tanam dalam mengembangkan hasil pertanian. Hal tersebut
menjadi hal yang sudah biasa dilakukan dalam dunia pertanian. Melihat
banyaknya lahan di daerah pedesaan dan juga minimnya lahan di perkotaan
yang dapat digunakan untuk budidaya, hidroponik hadir sebagai solusi dan juga
alternatif untuk mengembangkan usaha hasil pertanian (Roidah, 2014).
Hidroponik adalah sistem budidaya pertanian tanpa menggunakan media
tanah tetapi menggunakan media seperti batu apung, kerikil, pasir, sabut
kelapa, potongan kayu atau busa. Fungsi tanah sebagai pendukung akar
tanaman dan menjadi perantara unsur hara dapat digantikan dengan
memanfaatkan aliran air yang ditambahkan dengan nutrisi melalui media
tersebut (Roidah, 2014). Sistem pertanian hidroponik memang tidak
membutuhkan lahan yang begitu luas sehingga dapat dilakukan di pekarangan
rumah maupun lahan lainnya. Hidroponik secara harfiah berarti Hydro = air
dan phonic = pengerjaan. Secara umum, hidroponik adalah sistem budidaya
pertanian tanpa menggunakan tanah sebagai media tanam tetapi menggunakan
air yang berisi larutan nutrient. Budidaya hydroponik biasanya dilaksanakan di
dalam greenhouse untuk menjaga pertumbuhan tanaman agar optimal dan
terlindungi dari hujan, hama penyakit, iklim dan lain–lain (Waluyo et al.,
2021).
Prinsip dasar dari hidroponik adalah memperkaya air dengan garam
nutrisi seperti yang terkandung dalam tanah. Apabila di dalam sistem budidaya
pada umumnya menggunakan tanah sebagai tempat tanaman memperoleh
unsur hara, maka pada sistem hidroponik, tanaman mengambil unsur hara
dalam larutan nutrisi yang mengandung zat anorganik. Media hidroponik
subtrat pada umumnya bersifat inert yang artinya media tanam tidak
menyediakan unsur hara esensisal bagi pertumbuhan tanaman, sehingga
kebutugan nutrisi dari tanaman diberikan dalam bentuk larutan. Larutan irigasi
diberikan dengan cara irigasi tetes. Beberapa tanaman yang cocok untuk
dibudidayakan denagn sistem hidroponik adalah tanaman hortikultura, seperti
kangkung dan pakcoy (Aini & Azizah, 2018).
Hidroponik pertama kali masuk ke Indonesia sekitar tahun 1970-an, yang
diperkenalkan untuk kegiatan praktikum di perguruan tinggi. Selanjutnya sejak
tahun 1980, teknik hidroponik ini mulai berkembang untuk budidaya secara
komersil sebagai sala satu alternatif pertanian pada lahan terbatas karena tidak
adanya sumur ataupun padatnya penduduk. Pada tahun 1982, budiddaya secara
hidroponik mulai digunakan dalam skala indusri yang dipelopori oleh Bob
Sadino di Jakarta. Sistem hidroponik yang pertama kali dikenalkan di
Indonesia adalah sistem subtrat hingga beberapa tahun kemudian mulai
berkembang sistem Nutrient Film Technique (NFT). Belakangan ini muncul
sistem hidroponik yang lain, seperti aeroponik, hidroponik wick, rakit apung
dan Ebb and Flow (pasang surut) sudah mulai dikembangkan di Indonesia
(Aini & Azizah, 2018).
Keuntungan budidaya secara hidroponik menurut Aini & Azizah (2018)
mempunyai beberapa kelebihan dibandingkan dengan budidaya secara
konvensional di lahan. Keuntungan budidaya tanaman dengan sistem ini
adalah:
1. Fleksibel, sistem hidroponik mudah diterapkan diberbagai kondisi baik itu di
daerah perkotaan maupun pedesaan.
2. Pengontrolan nutrisi mudah dilakukan, dengan sistem hidroponik penambahan
dan pengurangan unsur hara lebih mudah dilakukan dan juga pengecekan pH
larutan lebih mudah dikontrol.
3. Menghasilkan produksi yang lebih tinggi, karena kondisi lingkungan dan
kebutuhan dari tanaman dapat dikendalikan sehingga mampu untuk
meningkatkan produksi dua hingga empat kali limat dibandingkan dengan
budidaya secara konvensional.
4. Hasil produksi yang seragam, hal ini berhubungan dengan media tanam dan
juga sistem irigasi serta sirkulasi nutrisi yang digunakan lebih stabil.
5. Kualitas produk lebih terjamin terutama dalam hal kebersihan dna keamanan
produk, karena media hidroponik yang digunakan adalah media steril dan
larutan nutrisi yang lengkap sehingga menghasikan produk yang bersih.
6. Hemat tenaga kerja, budidaya hidroponik tidak memerlukan pekerjaan
budidaya intensif seperti pengolahan tanah, penyiangan dan pembubunan.
Selain itu, pengairan hidroponik dapat dilakukan secara otomatis.
7. Hemat air dan pemupukan, sistem hidroponik menggunakan air secara efisien
karena jumlah air dan konsentrasi unsur hara yang diberikan sesuai dengan
kebutuhan tanaman.
8. Hampir tidak ada gulma, hidroponik yang menggunakan media selain tanah
dan disterilisasi dapat emngurangi pertumbuhan gulma bahkan tidak ada sama
sekali.
Selain memiliki banyak kelebihan dari sistem budidaya hidroponik,
sistem ini juga banyak memiliki kekurangan. Kelemahan yang paling utama
dari sistem hidroponik adalah memperlukan modal awal yang tinggi terutama
untuk menginstal sistem. Beberapa kekurangan dari sistem hidroponik menurut
Turner (2008) dan Domingues (2012) dalam Aini dan Azizah (2018) adalah:
1. Dalam pengoperasian sistem hidroponik dibutuhkan pemantauan secara terus-
menerus khususnya pada pasokan listrik dan pengontrolan larutan nutrisi.
2. Apabila areal penanaman hidroponik terserang oleh penyakit, maka dapat lebih
cepat menyebar ke seluruh lubang tanaman melalui tangki nutrisi yang sama
terutama pada sistem tertutup.
3. Membutuhkan tenaga kerja kompeten dengan keterampilan khusus untuk
menjalankan sistem hidroponik.
4. Adanya kegagalan dapat menimbulkan kerugian yang cukup besar.
5. Tidak semua tanaman hidroponik dapat ditanam dengan menggunakan metode
hidroponik.
Hidroponik dapat dibedakan menurut jenis media dan sistem irigasi.
Menurut jenis medianya, hidroponik dibagi menjadi 2, yaitu kultur air dan
kultrur substrat. Macam-macam hidroponik berdasarkan pada sistem kultur air,
seperti wick system, drip system, ebb and flow system, Nutrient film technique
(NFT) dan Aeroponik (Purbajanti et al., 2017). Sedangkan hidroponik kultur
subtrat adalah media kerikil, media pasir, media rockwool, media serbuk
gergaji, media sabut kelapa, dan lain-lain. Sedangkan berdasarkan pada sistem
irigasinya, hidroponik dibedakan menjadi 2, yaitu sistem hidroponik terbuka
dan tertutup (Aini & Azizah, 2018).

C. BAHAN DAN ALAT PRAKTIKUM

Bahan yang dibutuhkan dalam perakitan instalasi hidroponik meliputi


stirofoam, kain flanel, baki, dan netpot. Alat yang digunakan dalam perakitan
instalasi hidroponik meliputi cutter, penggaris, spidol, dan kaleng bekas.

D. TATA LAKSANA PRAKTIKUM

Praktikum acara II dilakukan dengan menggunakan prosedur, sebagai berikut:


1. Terlebih dahulu alat dan bahan disiapkan.
2. Stirofoam dipotong disesuaikan dengan bentuk dan ukuran baki.
3. Stirofoam diukur jarak tanamnya untuk kangkung 9 cm x 11 cm sedangkan
untuk pakcoy 13 cm x 15 cm.
4. Stirofoam dilubangi dengan menggunakan kaleng bekas dan cutter sesuai
dengan ukuran kaleng bekas.
5. Kain flanel dipasangkan pada lubang bagian bawah netpot dan disesuaikan
agar kain flanel mampu menyerap unsur hara yang ada di dalam baki.
6. Netpot yang sudah dipasangkan kain flanel dimasukkan ke lubang stirofoam
satu persatu.
7. Instalasi hidroponik wick system siap untuk digunakan.

E. HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Hasil

Tabel 1. Perakitan Instalasi Hidroponik Wick System


No Karakteristik Keterangan
1. Sistem Hidroponik Wick System
Bahan Stirofoam, kain flanel, baki, dan netpot
Alat Cutter, penggaris, spidol, dan kaleng
bekas
Keunggulan 1. Mempermudah perawatan tanaman
karena tidak perlu melakukan
penyiraman (Kurnia, 2018).
2. Biaya alat yang murah serta
tanaman mendapatkan suplai air
dan unsur hara secara terus-
menerus.
3. Sistem hidroponik yang sederhana
dengan menggunakan alat-alat
sederhana (Kamalia et al., 2017).
Kekurangan Kelemahan dari hidroponik sistem
sumbu adalah larutan nutrisi yang tidak
tersirkulasi sehingga rawan ditumbuhi
lumut (Kamalia et al., 2017). Pada
sistem ini terjadi penambahan nutrisi
secara manual sehingga harus
dilakukan kontrol baki nutrisi secara
rutin (Kurnia, 2018).
Dokumentasi
Tantangan dalam Pembuatan 1. Pemotongan dan pelubangan
stirofoam harus hati-hati karena
mudah patah.
2. Pelubangan stirofoam harus
disesuaikan dengan ukuran netpot
agar netpot tidak jatuh ke dalam
baki.
3. Penentuan jarak tanam harus sesuai
agar pertumbuhan tanaman dapat
maksimal.
4. Pemasangan kain flanel harus
disesuaikan dengan banyaknya air
di dalam baki.
2. Pembahasan

Hidroponik adalah alternatif yang dapat digunakan untuk


meningkatkan produktivitas tanaman terutama pada daerah lahan yang
sempit (Siswandi dan Sarwono, 2013). Hidroponik hadir sebagai inovasi
bagi dunia pertanian yang nantinya mampu menghasilkan produk
pertanian dengan nilai jual yang tinggi. Selain itu, budidaya tanaman
dnegan menggunakan sistem hidroponik dapat memberikan kesan design
interior yang bagus dan menarik untuk digunakan sebagai hiasan di rumah
(Hidayati et al, 2017).
Pada praktikum acara 2 ini membahas terkait perakitan instalasi
hidroponik. Model perakitan instalasi hidroponik yang dilakukan pada
acara 2 ini adalah model wick system. Wick system atau yang dikenal
dengan sistem sumbu merupakan sistem hidroponik yang mengandalkan
sumbu sebagai penghubung antara nutrisi yang ada pada wadah dengan
bagian perakaran pada media tanam (Kamalia, Dewanti, & Soedradjad,
2017). Sistem wick sangat tepat digunakan untuk pemula karena sistem ini
mudah untuk diterapkan karena prinsipnya sistem hidroponik ini hanya
memanfaatkan kapilaritas air (naiknya air dengan menggunakan sumbu)
(Hidayat et al, 2020). Sistem wick pada dasarnya merupakan sistem yang
paling sederhana hanya dengan menggunakan media tanam berupa pelite,
vermiculite, kerikil pasir, sekam bakar, dan serat/serabut kulit kelapa. Pada
sistem ini media tanam yang digunakan untuk budidaya akan terus-
menerus basah oleh air dan nutrisi yang diberikan pada areal sekitar akar
tanam (Herwibowo et al., 2014).
Pada praktikum acara 2 bahan yang digunakan untuk perakitan
instalasi hidroponik sistem wick, yaitu stirofoam, kain flanel, baki, dan
netpot, sedangkan alat yang digunakan, yaitu cutter, penggaris, spidol, dan
kaleng bekas. Sumbu yang digunakan pada praktikum adalah kain flanel
karena mudah ditemukan dan juga memiliki sifat mudah menyerap air.
Selain kain flanel juga bisa menggunakan sumbu kompor, kapas, ataupun
kain bekas (Hidayati et al., 2017). Penggunaan kain flanel ini bertujuan
agar akar tanaman tidak langsung masuk ke dalam air melainkan akan
tumbuh pada media tanam misalnya rockwool. Fungsi dari penggunaan
stirofoam adalah selain bahannya yang mudah untuk digunakan dan
mudah untuk disesuaikan dengan bentuk dari wadah yang akan digunakan,
stirofoam juga praktis dan efisien dalam penggunaannya sehingga
mempermudah dalam proses pembuatan instalasi hidroponik sistem wick.
Pada praktikum acara 2 ini dilakukan perakitan instalasi hidroponik
model sistem wick dengan tahapan, stirofoam diukur dan dipotong dengan
cutter sesuai dengan ukuran baki penampungan. Setelahnya stirofoam
diukur dengan jarak tanam untuk kangkung 9 cm x 11 cm dan pakcoy 13
cm x 15 cm. Kemudian stirofoam dipotong dan disesuaikan dengan ukuran
kaleng bekas. Netpot kemudian dipasangkan kain flanel sebagai sumbu
dan dipastikan satu sisi dari flanel lebih panjang untuk memudahkan dalam
penyerapan unsur hara. Selanjutnya netpot dimasukkan ke dalam lubang
stirofoam satu per satu. Instalasi hidroponik sistem wick sudah siap untuk
digunakan. Setelah instalasi hidroponik sistem wick sudah selesai dirakit,
langkah selanjutnya adalah pembuatan larutan AB mix dan pemindahan
semaian pakcoy dan kangkung ke dalam netpot yang ada pada sistem wick.
Larutan yang sudah jadi kemudian dimasukkan ke dalam baik
penampungan dengan volume 6 L. Bibit kangkung dan pakcoy
dimasukkan ke dalam netpot yang bagian bawahnya sudah dipasangkan
kain flanel. Kemudian netpot yang sudah berisi bibit dimasukkan ke dalam
lubang tanam dan netpot diatur sehingga lubang tanam sudah terisi
seluruhnya. Instalasi pun siap untuk dioperasikan. Pada sistem ini tidak
banyak membutuhkan perawatan hanya saja harus dilakukan kontrol
larutan unsur hara dan kondisi kain flanel agar tetap basah dan pupuk
selalu tersedia (Herwibowo et al., 2015).
Sistem wick pada hidroponik memiliki banyak keunggulan karena
sistem ini merupakan sistem yang paling sederhana karena menggunakan
alat dan bahan yang mudah dicari dibandingkan dengan sistem yang
lainnya (Kamalia et al., 2017). Selain itu, sistem ini memiliki kelebihan
dari segi perawatan tanaman yang mudah untuk dilakukan karena tidak
memerlukan adanya penyiraman secara rutin (Kurnia, 2018). Kelebihan
lain yang dimiliki oleh sistem ini adalah tanaman yang dibudidayakan
dengan sistem ini mendapatkan suplai air dan nutrisi secara terus-menerus
dan tidak bergantung dengan aliran listrik. Sedangkan kekurangan dari
sistem wick adalah Larutan nutrisi yang tidak tersirkulasi sehingga rawan
ditumbuhi lumut (Kamalia et al., 2017). Pada sistem ini terjadi
penambahan nutrisi secara manual sehingga harus dilakukan kontrol baki
nutrisi secara rutin (Kurnia, 2018). Kekurangan lain dari sitem wick adalah
air dan nutrisi yang diberikan tidak akan dapat kembali legi sehingga lebih
boros dan juga banyaknya air yang diberikan akan sedikit susah diatur
(Herwibowo et al., 2014).
Dalam proses pembuatan instalasi hidroponik sistem wick pada
praktikum acara 2 ini terdapat beberapa tantangan diantaranya dalam
proses pemotongan dan pelubangan stirofoam harus hati-hati karena bahan
tersebut mudah patah. Selain itu, pelubangan stirofoam harus disesuaikan
dengan ukuran netpot agar netpot tidak jatuh ke dalam baki. Penentuan
jarak tanam harus disesuaikan agar pertumbuhan tanaman dapat maksimal.
Tantangan lain yang dialami selama proses pembuatan instalasi sistem
wick adalah pemasangan kain flanel harus disesuaikan agar tidak terlalu
pendek. Jika kain flanel terlalu pendek maka kai flanel tidak dapat
maksimal menyerap larutan yang ada di dalam baki. Sehingga volume
larutan di dalam baki harus disesuaikan.
Selain sistem wick, hidroponik memiliki metode lain seperti sistem
substrat, Deep Water Culture (DWC), Nutrient Film Technique (NFT),
dan Aeroponik. Sistem hidroponik substrat adalah metode budidaya
tanaman dengan akar yang tumbuh pada media porus selain tanah yang
dialiri oleh larutan nutrisi, sehingga tanaman dapat memperoleh air,
nutrisi, dan oksigen secara cukup. Dalam budidaya tanaman sistem subtrat
memakai media tanam arang sekam, cocopeat, serbuk gergaji kayu, akar
pakis, dan batu zeolit (Abror et al., 2018). Larutan nutrisi yang biasa
digunakan dalam hidroponik adalah larutan nutrisi lengkap dengan unsur
makro dan mikro yang dibutuhkan tanaman budidaya. Teknik bercocok
tanam hidroponik sering disebut sebagai teknik bercocok pada lahan
terbatas. Lingga (2002) dalam Abror et al. (2018), mengemukakan bahwa
prinsip hidroponik dibagi menjadi dua bagian yaitu hidroponik substrat
dan Nutrient Film Technique (NFT), hidroponik substrat tidak
menggunakan air sebagai media tetapi menggunakan media padat (bukan
tanah) yang dapat menyerap atau menyuplai unsur hara, air dan oksigen
tetap tersedia bagi akar tanaman dan mampu menopang tanaman.
Keunggulan dari hidroponik substrat yaitu tanaman dapat berdiri
lebih tegak, kebutuhan unsur hara mudah dipantau, biaya operasional tidak
berlebihan, tidak mempengaruhi pH air, tidak berubah warna dan tidak
mudah busuk. Selain memiliki beberapa keunggulan, sistem hidroponik
substrat juga memiliki beberapa kelemahan antara lain populasi tanaman
dalam wadah tidak terlalu banyak, lumut mudah tumbuh (Roidah, 2014).
Alat dan bahan yang diperlukan untuk perakitan instalasi hidroponik
sistem substrat adalah media tanam, polybag, selang tetes, dan tangki
nutrisi. Perakitan tanaman hidroponik sistem substrat dimulai dengan
persiapan media tanam yang tersedia. Media tanam ditempatkan dalam
polybag. Tabung tetes terhubung ke pompa yang sudah terhubung ke
tangki nutrisi. Ujung tabung tetes dicelupkan ke dalam media tanam yang
telah disiapkan.
Instalasi selanjutnya adalah Deep Water Cluture (DWC) atau sistem
hidroponik yang biasa disebut dengan sistem rakit apung yang hampir
sama dengan sistem sumbu, yaitu sistem yang statis dan sederhana. Pada
sistem ini hanya dibutuhkan wadah atau baki, stirofoam dan juga aerator.
Bedanya, sistem ini tidak menggunakan sumbu sebagai bantuan kapiler
air, melainkan media tanam dan akar tanaman yang bersentuhan langsung
dengan larutan nutrisi. Wadah tempat tanaman berada dalam keadaan
terapung dan bersentuhan langsung dengan air nutrisi. Pada prinsipnya
sistem rakit apung memiliki kelebihan dan kekurangan yang sama dengan
sistem sumbu. Hanya saja sistem rakit apung lebih banyak menggunakan
air dibandingkan dengan sistem wick. Sistem rakit apung dapat digunakan
untuk sayuran yang membutuhkan banyak air dengan masa tanam yang
relatif singkat, seperti Kubis, Caisim, Pakcoy dan Petsai (Susilawati,
2019).
Menurut Susilawati (2019) Sistem rakit apung pada hidroponik
memiliki kelebihan yang tentunya sangat menguntungkan bagi
penggunanya, diantaranya memiliki iaya pembuatan yang murah karena
tidak memerlukan alat yang rumit, bahan yang dibutuhkan untuk proses
pembuatan mudah dicari, perawatan yang mudah, tidak bergantung pada
ketersediaan listrik sehingga lebih menghemat pengeluaran, lebih hemat
air dan juga nutrisi. Selain kelebihan yang dimiliki, sistem ini juga
memiliki beberapa kekurangan, yaitu rancangan hidroponik tanaman
dengan sistem raikit apung lebih cocok dilakukan di dalam ruangan bukan
untuk dilakukan di ruangan yang terbuka, akar tanaman lebih rentan
mengalami pembusukan karena terus tergenang dalam larutan nutrisi, dan
juga kadar oksigen yang sedikit.
Model instalasi hidroponik yang lainnya adalah model Nutrient Film
Technique (NFT). NFT adalah teknik hidroponik yang dilakukan dengan
melakukan pengairan unsur hara ke dalam talang air secara terus-menerus.
Air akan mengalir pada bagian yang tinggi ke bagian yang rendah. Air
nutrisi yang diserap oleh akar tanaman akan diserap untuk pertumbuhan
dan perkembangan tanaman. Kemudian untuk mengalirkan air dapat
mengguankan pompa air kemudian masuk ke bak penampungan
(Herwibowo & Budiana, 2015).
Pada umumnya, prinsip kerja dari sistem NFT ini adalah Larutan (air
dan unsur hara) yang mengalir melalui akar tanaman dengan cara dipompa
dari reservoir, dengan aliran setebal 2-3 mm, terus-menerus bersirkulasi
selama 24 jam dengan kemiringan 5%. Aliran masuk diatur ke kisaran 0,3
hingga 0,75 liter/menit saat keran dibuka. Aliran dalam sistem dapat
berhenti hingga 10 menit setelah itu harus diberikan air kembali karena
akar tanaman tidak boleh terlalu lama kering. Dalam sistem NFT,
komponen utama yang mendukungnya antara lain talang (bed), tangki
penyimpanan (menampung larutan nutrisi), dan pompa air.
Kelebihan dari instalasi model NFT ini adalah model ini sangat
cocok untuk tanaman yang membutuhkan banyak air. Memiliki masa
tanam dari suatau tanaman menjadi lebih singkat sehingga dapat
melakukan penanaman tanaman dengan lebih banyak dibandingkan
dengan sistem hidroponik konvensional sehingga mendapatkan
keuntungan yang lebih besar. Pada sistem ini, perawatan, pengontrolan,
dan pemantauan aliran maupun kondisi nutrisi lebih mudah karena nutrisi
ditempatkan pada satu tempat sehingga tidak membutuhkan kontrol
larutan berulang kali. Kelebihan lain yang dimiliki sistem ini adalah aliran
yang stabil di jalur nutrisi sehingga kondisi nutrisi di semua bagian
menjadi seragam. Nutrisi yang seragam membuat tanaman mendapatkan
kebutuhan asupan secara merata. Hasil panen yang lebih baik dan seragam
akan tercapai karena pertumbuhan tanaman terjadi secara optimal tanpa
ada tanaman yang dominan mendapatkan lebih banyak unsur hara
(Susilawati, 2019).
Sedangkan kekurangan yang dimiliki oleh sistem NFT, yaitu bahan-
bahan yang digunakan untuk membuat instalasi tergolong sangat mahal
meskipun banyak bahan alternatif yang dapat digunakan. Sistem NFT ini
membutuhkan ilmu sehingga tidak cocok untuk pemula karena dibutuhkan
kemampuan dan ketelitian agar dapat berhasil. Sistem ini sangat
bergantung pada listrik karena beberapa alat membutuhkan listrik yang
stabil dan terus menyuplai agar sistem terus berjalan. Sistem NFT sangat
rentan dengan penyakit apabila beberapa tanaman terkena serangan
penyakit. Akar tanaman yang terintegrasi dengan aliran nutrisi akan lebih
mudah menyebarkan penyakit ke tanaman lain yang berada pada wadah
tersebut (Susilawati, 2019).
Sistem aeroponik adalah nutrisi yang disemprotkan melalui nozel
yang berbentuk butiran lembut seperti kabut sehingga mambasahi bagian
akar tanaman. Posisi akar menggantung dengan menyerap nutrisi
sedangkan sisa nutrisi yang tidak terserap akar akan jatuh kembali ke bak
penampungan lalu nutrisi disemprotkan kembali (Herwibowo & Budiana,
2015). Frekuensi dan juga durasi dari penyemprotan diatur dengan
pengatur waktu. Penyemprotan boleh dilakukan dengan nonstop selama 24
jam. Pompa bertugas mengalirkan nutrisi menuju nozel membentuk
butiran halus. Bahan-bahan yang diperlukan, yaitu bak penampungan,
penutup boks bisa dengan stirofoam, pompa air, nozel, pipa PVC 0,5 inci,
Knee T dan dop 0,5 inci (Herwibowo & Budiana, 2015).
Aeroponik adalah sistem penanaman sayuran terbaik yang
menggunakan ekosistem udara dan air tanpa menggunakan tanah. Teknik
ini merupakan metode menanam hidroponik dengan menggunakan
bantuan teknologi. Desain aeroponik adalah desain paling canggih dari
semua sistem hidroponik. Akar tanaman menggantung di dalam wadah
dan nutrisi disemprotkan terus menerus dalam semburan yang terus
menerus. Sistema eroponik merupakan langkah yang tepat dan baik dalam
pembudidayaan tanaman sebab dari teknik ini tanaman akan mendapatkan
dua hal yaitu nutrsi serta oksigen secara bersamaan. Kualitas sayuran yang
ditanam dengan teknik ini terbukti mempunyai kualitas yang baik,
higeinis, segar, renyah, beraroma dan disertai juga dengan citarasa yang
tinggi (Susilawati, 2019).
Prinsip kerja dari sistem hidroponik aeroponik ini adala dengn
penggunaan alat penyiram dapat menjamin ketepatan waktu irigasi, jumlah
air dan pemerataan air di permukaan akar tanaman secara terus menerus
selama pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Cara ini dapat
menciptakan kelembaban udara di sekitar tanaman dan memberikan
lapisan air di atas akar sehingga menurunkan suhu di sekitar daun dan
mengurangi evapotranspirasi. Sistem pancaran atau pengabutan dapat
diatur secara bergantian nyala-mati bergantian menggunakan timer.
Pemompaan dilakukan selama 15 sampai 20 menit.
Kelebihan dari sistem ini adalah mampu untuk mengendalikan akar
tanaman, mampu memeui kebutuhan air dengan baik dan juga mudah,
keseragaman nutrisi dan juga kadar konsentrasi nutrisi dan dapat diatur
sesuai denagn umur dan jenis tanaman. Selain itu, tanaman dapat
diproduksi sehingga beberapa kali dengan periode yang pendek dan dapat
dijadikan sebagai media eksoerimen sebab adanya variabel yang dapat
dikontrol sehingga dapat memungkinkan hasil tanaman high planting
density. Sedangkan kelemahan dari sistem ini adalah memerlukan
investasi dan biaya perawatan yang sangat mahal, sangat bergantung pada
energi listrik, dan juga mudah terserang penyakit apabila tidak dirawat
dengan baik dan bener (Susilawati, 2019).

F. KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diperoleh dari praktikum hidroponik dan


greenhouse acara II adalah:
1. Bahan yang digunakan untuk perakitan instalasi hidroponik sistem
wick, yaitu stirofoam, kain flanel, baki, dan netpot, sedangkan alat
yang digunakan, yaitu cutter, penggaris, spidol, dan kaleng bekas.
Komponen utama yang ada pada sistem NFT adalah talang (bed),
tangki penyimpanan (menampung larutan nutrisi), dan pompa air.
2. Stirofoam diukur dan dipotong dengan cutter sesuai dengan ukuran
baki penampungan. Setelahnya stirofoam diukur dengan jarak tanam
untuk kangkung 9 cm x 11 cm dan pakcoy 13 cm x 15 cm. Kemudian
stirofoam dipotong dan disesuaikan dengan ukuran kaleng bekas.
Netpot kemudian dipasangkan kain flanel sebagai sumbu dan
dipastikan satu sisi dari flanel lebih panjang untuk memudahkan
dalam penyerapan unsur hara. Selanjutnya netpot dimasukkan ke
dalam lubang stirofoam satu per satu. Instalasi hidroponik sistem wick
sudah siap untuk digunakan. Sedangkan sistem NFT teknik
hidroponik yang dilakukan dengan melakukan pengairan unsur hara
ke dalam talang air secara terus-menerus. Air akan mengalir pada
bagian yang tinggi ke bagian yang rendah. Air nutrisi yang diserap
oleh akar tanaman akan diserap untuk pertumbuhan dan
perkembangan tanaman. Kemudian untuk mengalirkan air dapat
mengguankan pompa air kemudian masuk ke bak penampungan.
3. Prinsip kerja dari instalasi sistem wick adalah dengan menggunakan
sistem kapilaritas, yaitu dengan mengguankan sumbu sebagai
penyambung dengan sumbu yang digunakan adalah kain flanel karena
mudah ditemukan dan juga memiliki sifat mudah menyerap air.
Sedangkan prinsip kerja sistem NFT adalah larutan (air dan unsur
hara) yang mengalir melalui akar tanaman dengan cara dipompa dari
reservoir, dengan aliran setebal 2-3 mm, terus-menerus bersirkulasi
selama 24 jam dengan kemiringan 5%. Aliran masuk diatur ke kisaran
0,3 hingga 0,75 liter/menit saat keran dibuka.

2. Saran

Saran yang dapat diberikan pada praktikum acara II ini adalah


sebaiknya praktikan mencoba merakit berbagai macam instalasi
hidroponik yang dapat digunakan dalam budidaya hidroponik sehingga
praktikan dapat mengenal dan mempelajari kelebihan dan kekurangan dari
berbagai macam instalasi hidroponik tersebut secara langsung.
DAFTAR PUSTAKA

Abror, M & Harjo, R. P. 2018. Efektifitas pupuk organik cair limbah ikan dan
trichoderma sp. terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman kailan (Brassica
oleraceae sp.). Jurnal Agrosains dan Teknologi, 3(1): 1-12.
Aini, N & Azizah, N. 2018. Teknologi Budidaya Tanaman Sayuran Secara
Hidroponik. Malang: UB Press.
Herwibowo, K. & Budiana, N. S. 2014. Hidroponik Sayuran Untuk Hobi dan
Bisnis. Jakarta Timur: Penebar Swadaya.
---------------. 2015. Hidroponik Portable. Jakarta Timur: Penebar Swadaya.
Hidayat, S., Satria, Y., Laila, N. 2020. Penerapan model hidroponik sebagai upaya
penghematan lahan tanam di Desa Babadan Kecamatan Ngajum
Kabupaten Malang. Jurnal Graha Pengabdian, 2(2): 141-148.
Hidayati, N., Rosawanti, P., Yusuf, F., Hanafi, N. 2017. Kajian penggunaan nutrisi
anorganik terhadap pertumbuhan kangkung (Ipomoea reptans Poir)
hidroponik sistem wick. Jurnal daun, 4(2): 75-81.
Kamalia, S., Dewanti, P., & Soedradjad, R. 2017. Teknologi hidroponik sistem
sumbu pada produksi selada Lollo rossa (Lactuca sativa L.) dengan
penambahan CaCl2 sebagai nutrisi hidroponik. Jurnal Agroteknologi,
11(1): 96-104.
Kurnia, M. E. 2018. Sistem Hidroponik Wick Organik Menggunakan Limbah
Ampas Tahu Terhadap Respon Pertumuhan Tanaman Pakcoy (Brassica
chinensis L.). Skripsi. Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam
Negeri Raden Intan, Lampung.
Purbajanti, E. D., Slamet, W., Kusmiyati, F. 2017. Hydroponic Bertanam Tanpa
Tanah. Semarang: EF Press Digimedia.
Roidah, I. S. 2014. Pemanfaatan lahan dengan menggunakan sistem hidroponik.
Jurnal Universitas Tulungagung Bonororo, 1(2): 43-50.
Siswandi dan Sarwono. 2013. Uji sistem pemberian nutrisi dan macam media
terhadap pertumbuhandan hasil selada (Latuca sativa L.) hidroponik. J.
Agronomika. 8(1): 144-148.
Susilawati. 2019. Dasar-Dasar Bertanam Secara Hidroponik. Palembang: UPT.
Penerbit dan Percetakan Universitas Sriwijaya.
Waluyo, M. R., Nurfajriah, Mariati, F. R. I., Rohman, Q. A. H. H. 2021.
Pemanfaatan hidroponik sebagai sarana pemanfaatan lahan terbatas bagi
karang taruna Desa Limo. Ikraith Abdimas, 4(1): 61-64.
LAMPIRAN

Lampiran 1. ACC
Lampiran 2. Dokumentasi

Anda mungkin juga menyukai