Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PRAKTIKUM

PRAKTIKUM HIDROPONIK DAN GREENHOUSE

ACARA XI
ANALISIS USAHA TANI HIDROPONIK

Mega Safitri
NIM A1D020091
Kelas D

PJ Asisten:
Regina Septiani Zahro
Imarotunnairoh

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET DAN


TEKNOLOGI
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2023
ACARA XI
ANALISIS USAHA TANI HIDROPONIK

A. TUJUAN PRAKTIKUM

Tujuan praktikum acara XI yaitu:


1. Mahasiswa mampu mengidentifikasi faktor-faktor produksi usaha tani.
2. Mahasiswa mampu membuat analisis usaha tani hidroponik tanaman
sayuran daun dan buah pada beberapa sistem hiroponik.

B. LANDASAN TEORI

Saat ini, perkembangan industri mengalami kemajuan yang sangat pesat.


Perubahan tersebut memberikan dampak berupa penggusuran lahan pertanian,
terutama di daerah sekitar perkotaan. Akibatnya, lahan pertanian semakin
sempit. Di sisi lain, permintaan akan produk pertanian meningkat seiring
dengan bertambahnya jumlah penduduk. Salah satu solusi yang dapat ditempuh
adalah meningkatkan produktivitas tanaman. Dengan cara ini diharapkan
produksi yang besar dapat dihasilkan dari lahan yang sempit. Salah satunya
adalah dengan sistem hidroponik (Al Endy, 2015).
Usahatani adalah suatu kegiatan mengorganisasi sarana produksi
pertanian dan teknologi dalam suatu usaha menyangkut bidang pertanian.
Usahatani lebih diartikan untuk kegiatan usaha dibidang pertanian berskala
kecil, seperti usahatani padi, usahatani jagung, usahatani ayam buras dan
lainnya. Sementara usaha pertanian lebih artikan sebagai suatu usaha dengan
skala besar yang mengelola lahan yang cukup luas, modal yang besar seperti
usaha perkebunan, usaha peternakan dan lainnya. ilmu usahatani adalah ilmu
yang mempelajari bagaimana seseorang mengalokasikan sumber daya yang
ada secara efektif dan efisien untuk memperoleh keuntungan yang tinggi pada
waktu tertentu. Dikatakan efektif bila petani dalam mengalokasikan sumber
daya yang mereka miliki sebaik-baiknya, dan dapat dikatakan efisien bila
pemanfaatan sumberdaya tersebut mengeluarkan output yang melebihi input
(Abas et al., 2018).
Dalam analisis usaha tani, input yang berpengaruh terhadap produktivitas
ditentukan oleh faktor-faktor usaha tani. Menurut Dewi et al. (2017), faktor-
faktor tersebut meliputi lahan pertanian, tenaga kerja, teknologi, waktu, modal,
dan manajemen usaha. Faktor-faktor tersebut memiliki fungsi yang saling
berkaitan dan jika dikelola dengan baik, mampu meningkatkan output yang
dihasilkan, termasuk produksi, penjualan produk, dan pendapatan. Namun,
Melgiana (2013) berpendapat bahwa produktivitas dipengaruhi oleh faktor
sosial dan ekonomi yang ada di sekitarnya.
Usahatani sayuran hidroponik adalah teknologi yang bisa menyesuaikan
diri dengan perubahan dan inovasi, yang memiliki potensi keuntungan yang
relatif besar (Ismail & Syam, 2019). Sayuran hidroponik dapat dipasarkan di
pasar swalayan, restoran, kafe, dan hotel di kota-kota besar, serta dapat
diekspor (Heriwibowo & Budiana, 2014). Selain itu, dengan meningkatnya
kesadaran gaya hidup sehat, budidaya sayuran hidroponik menawarkan
peluang usaha yang menjanjikan karena sayuran yang diproduksi
menggunakan teknologi hidroponik cenderung lebih sehat, segar, tahan lama,
dan mudah dicerna (Indriasti & Kusnadi, 2013). Namun, perlu dicatat bahwa
produksi sayuran hidroponik membutuhkan biaya yang relatif tinggi, sehingga
masih sedikit pelaku usaha yang mengembangkannya dalam skala bisnis
(Sesanti & Sismanto, 2016).
Dalam konteks peningkatan kesadaran konsumen terhadap kesehatan,
bahaya pestisida, dan isu lingkungan, sayuran hidroponik semakin populer
sebagai pilihan konsumsi sehari-hari. Seiring dengan meningkatnya konsumsi
sayuran hidroponik, peluang usaha dalam bidang ini semakin besar. Usaha
budidaya sayuran dengan teknologi hidroponik memiliki banyak keunggulan
dibandingkan dengan sistem konvensional, seperti ramah lingkungan, produk
yang dihasilkan lebih higienis dan sehat, pertumbuhan tanaman yang lebih
cepat, kualitas hasil tanaman yang terjaga, dan produksi yang dapat meningkat
(Mulyani, 2021; Sitorus, 2020).
C. BAHAN DAN ALAT PRAKTIKUM

Bahan yang diperlukan meliputi perangkat instalasi budidaya hidroponik


beserta tanamannya hingga panen. Alat yang diperlukan meliputi kalkulator,
program ms word/ms excel dan alat tulis.

D. TATA LAKSANA PRAKTIKUM

Praktikum acara XI dilakukan dengan menggunakan prosedur, sebagai


berikut:
1. Lakukan identifikasi terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi produksi
usaha tani pada sistem hidroponik yang diterapkan.
2. Susunlah daftar pengeluaran biaya yang diperlukan dalam usaha
hidroponik dalam bentuk tabel (format terlampir) yang terdiri dari biaya
investasi, biaya tenaga kerja, biaya sarana produksi dan biaya lain-lain,
serta hitung pendapatan dan keuntungan yang diperoleh dari budidaya
sistem hidroponik.
3. Susun dan hitung analisis kelayakan usaha tani sistem hidroponik yang
diterapkan pada masing-masing jenis tanaman dengan menghitung Break
Even Point (BEP) dengan persamaan sebagai berikut.
a. BEP produksi (kg) dihitung dengan menggunakan rumus perhitungan
sebagai berikut:
𝐹𝐶
𝐵𝐸𝑃 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑠𝑖 (𝑘𝑔) =
𝑃𝑦 − 𝐴𝑉𝐶
Keterangan:
FC = Biaya tetap
AVC = Biaya variabel per unit
Py = Harga produk
b. BEP harga (Rp/kg) dihitung dengan menggunakan rumus perhitungan
sebagai berikut:
𝐶
𝐵𝐸𝑃 ℎ𝑎𝑟𝑔𝑎 (𝑅𝑝/𝑘𝑔) =
𝑌
Keterangan:
C = Total biaya
Y = Total produksi
c. BEP penerimaan (Rp) dihitung dengan menggunakan rumus
perhitungan sebagai berikut:
𝐹𝐶
d. 𝐵𝐸𝑃 𝑝𝑒𝑛𝑒𝑟𝑖𝑚𝑎𝑎𝑛 (𝑅𝑝) = 𝑉𝐶
1−
𝑅

𝐹𝐶
e. 𝐵𝐸𝑃 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑠𝑖 (𝑘𝑔) = 𝐴𝑉𝐶
1−
𝑃𝑦

Keterangan:
FC = Biaya tetap
VC = Biaya variabel
R = Penerimaan
AVC = Biaya variabel per unit
Py = Harga produk
E. HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Hasil

Tabel 11.1. Biaya investasi hidroponik sistem wick dan NFT


Harga Nilai Umur
Penyusutan
No Uraian Unit Satuan Perolehan Ekonomi
(Rp)
(Rp) (Rp) (bulan)
1 Bak 10 14.000 140.000 60 2.333
Sterofoam
2 10 5.000 50.000 60 833
50x50 cm
3 Netpot 435 buah 500 217.500 60 3.625
Flanel 24x24
4 435 buah 200 87.000 60 1.450
cm
5 Nampan 5 35.000 175.000 60 2.917
6 Pipa 2,5” 20 buah 40.000 800.000 60 13.333
7 Baja Ringan 16 buah 90.000 1.440.000 60 24.000
8 Baut 6 bungkus 5.000 30.000 60 500
9 Dop 2,5” 20 buah 7.500 150.000 60 2.500
10 Pipa L 2,5” 4 buah 8.000 32.000 60 533
11 Klem 2,5” 56 buah 2.000 112.000 60 1.867
12 Pipa 1” 4 buah 15.000 60.000 60 1.000
13 Dop 1” 4 buah 3.500 14.000 60 233
14 Selang ¼” 4 meter 2.000 8.000 60 133
15 Selang ¾” 8 meter 14.000 112.000 60 1.867
16 Pompa air 4 buah 83.000 332.000 60 5.533
17 Ember 100 L 2 buah 150.000 300.000 60 5.000
18 Sealtape 2 buah 4.500 9.000 60 150
TOTAL 4.068.500 67.808

Tabel 11.2. Panen dan penanganan pasca panen


HOK (Hari
Jumlah Hari
No Kegiatan Orang Upah (Rp)
(orang) Kerja
Kerja)
1 Pemasangan instalasi 3 3 9 180.000
2 Budidaya 3 10 30 600.000
3 Panen dan Pasca Panen 4 2 8 160.000
TOTAL 47 940.000
Ket: Upah per hari 20.000,00
Tabel 11.3. Biaya sarana produksi
Harga satuan Nilai Perolehan
No Uraian Unit
(Rp) (Rp)
1 Rockwoll 1 slab 1 65.000 65.000
2 Nutrisi 4 85.000 340.000
3 Bio P/Bio T 1 65.000 65.000
4 Benih kangkung 1 15.000 15.000
5 Benih pakcoy 1 15.000 15.000
6 Garam 1 4.000 4.000
7 Air 100 L 2 20.000 40.000
8 Listrik 1 1.500 1.500
9 Solasi fresh vegetable 1 5.000 5.000
TOTAL 550.500

Tabel 11.4. Biaya lain-lain


No. Uraian Biaya (Rp)
1 Transportasi 80.000
2 Pulsa dan internet 105.000
TOTAL 185.000

Tabel 11.5. Pendapatan budidaya


Produksi
No. Jenis Tanaman Harga Penerimaan
(kg)
1 Kangkung 50,28 42.000 2.111.760
2 Pakcoy 101,25 70.000 7.087.500
TOTAL 9.199.260

Tabel 11.6 Komponen biaya budidaya hidroponik sistem NFT dan wick
No. Uraian Nominal (Rp) Persentase (%)
1 Biaya Tetap
a. Penyusutan Peralatan 67.808 3,87
b. Pajak Bumi dan Bangunan 10.114 0,58
Jumlah Biaya Tetap 77.922 4,44
2 Biaya Variabel
a. Sarana Produksi 550.500 31,40
b. Tenaga Kerja 940.000 53,61
c. Lain - lain 185.000 10,55
Jumlah Biaya Variabel 1.675.500 95,56
BIAYA TOTAL 1.753.422 100
Tabel 11.7. Keuntungan budidaya hidroponik sistem NFT dan wick
No. Uraian Nominal (Rp)
1 Penerimaan 9.199.260
2 Biaya Total 1.753.422
3 Keuntungan 7.445.838

Tabel 11.8. titik impas atau Break Event Point (BEP) budidaya hidroponik sistem
NFT dan wick
No Uraian Nilai
1 Jumlah produksi (Y) 151,53 kg
2 Harga produk (Py) Rp112.000
3 Penerimaan (R) Rp9.199.260
4 Biaya total (C) Rp1.753.422
5 Biaya tetap (FC) Rp77.922
6 Biaya variabel (VC) Rp1.675.500
7 Biaya variabel per unit (AVC) Rp3.852
8 BEP Produksi 0,72
9 BEP Harga Rp11.571/kg
10 BEP Penerimaan Rp80.697

2. Pembahasan

Hidroponik adalah bentuk budidaya yang tidak biasa. Hal ini


dikatakan tidak biasa karena pada umumnya tumbuhan hanya tumbuh di
dalam tanah, dan tanah merupakan penopang tumbuhan. Namun, tidak
demikian dengan hidroponik. Tanah tidak berperan dan fungsinya
digantikan oleh air. Pada model budidaya hidroponik lebih ditekankan
pada pemenuhan kebutuhan nutrisi, dengan air sebagai sumber nutrisi
tanaman. Oleh karena itu, meski tidak melibatkan tanah ke dalam
medianya, tanaman hidroponik tetap tumbuh meski kualitasnya lebih
tinggi dari tanaman biasa (Herwibowo & Budiana, 2014).
Biaya usahatani atau biaya produksi merujuk pada pengeluaran yang
diperlukan untuk memperoleh sarana produksi yang dibutuhkan. Biaya
produksi mencakup semua pengeluaran yang dilakukan baik dalam bentuk
tunai maupun non-tunai. Biaya produksi dapat dibagi menjadi biaya tetap
dan biaya variabel. Biaya tetap adalah biaya produksi yang jumlahnya dan
jenisnya tidak berubah dalam satu musim tanam meskipun jenis produksi
yang dihasilkan berbeda. Biaya variabel adalah biaya produksi yang
jumlahnya dapat berubah-ubah dalam satu musim tanam.
Tujuan dari usahatani adalah untuk meningkatkan produktivitas dan
menghasilkan keuntungan yang lebih tinggi. Produktivitas dan produksi
bergantung pada faktor-faktor produksi yang dimiliki oleh petani untuk
meningkatkan hasil panen mereka. Pendapatan petani dapat menjadi
rendah karena produktivitas tenaga kerja yang rendah. Meskipun faktor-
faktor produksi yang dimiliki petani terbatas, mereka masih ingin
meningkatkan produksi usahatani mereka. Oleh karena itu, petani harus
menggunakan faktor-faktor produksi mereka secara efisien dalam
pengelolaan usahatani. Salah satu cara untuk menentukan efisiensi
penggunaan faktor-faktor produksi usahatani adalah dengan menghitung
efisiensi alokatif (Mardani, 2017).
Usaha tani dipengaruhi oleh faktor-faktor produksi seperti tanah atau
lahan, tenaga kerja, dan modal seperti bibit dan pestisida. Produktivitas
usaha tani dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor internal dan eksternal.
Faktor internal mencakup jenis tanah, iklim setempat, penggunaan sarana,
dan pendidikan petani. Faktor eksternal mencakup harga input dan output,
ketersediaan kredit, keberadaan pasar, ketersediaan sarana produksi di
tempat usaha tani, dan lain-lain (Roosmawati, 2015).
Dalam analisis usahatani, terdapat dua cara yang umum digunakan
yaitu analisis finansial dan analisis ekonomi. Dalam analisis finansial, data
biaya yang digunakan adalah data riil yang benar-benar dikeluarkan dalam
pengelolaan usahatani. Sedangkan dalam analisis ekonomi, data biaya
yang digunakan adalah berdasarkan harga bayangan (shadow price).
Menurut Damayanti (2017), biaya merujuk pada setiap kegiatan
dalam sebuah usaha yang memerlukan pengorbanan baik fisik maupun
non-fisik, baik secara langsung maupun tidak langsung. Dalam aktivitas
ekonomi, setiap tindakan untuk memperoleh barang atau jasa
mengharuskan pengorbanan dari barang atau jasa lain, sehingga
pengorbanan ini dianggap sebagai modal atau biaya.
Dalam kasus budidaya hidroponik, telah dilakukan analisis usahatani
dengan mempertimbangkan biaya investasi untuk perakitan instalasi
hidroponik sistem wick dan NET sebesar Rp4.068.500 dengan biaya
penyusutan Rp67.808 setiap bulannya. Selain itu, terdapat biaya untuk
sarana produksi sebesar Rp550.500 dan biaya lain-lain sebesar Rp185.000.
Dalam suatu budiaya selalu ada biaya tak terduga untuk hal yang diluar
perencanaan. Menurut Mardani et al. (2017), biaya lain-lain biasa disebut
sebagai biaya tak terduga, biasanya digunakan apabila sewaktu-waktu
dibutuhkan dalam keadaan darurat misalnya terjadi bencana alam atau
kemungkinan-kemungkinan lain yang menimpa usahataninya.
Biaya produksi ialah seluruh biaya yang dikeluarkan dalam kegiatan
usahatani sayuran hidroponik dalam satu kali musim tanam yang terdiri
dari biaya tetap dan biaya variabel (Ekaria, 2019). Biaya sarana produksi
yang dikeluarkan dihitung dengan mengalikan jumlah input produksi yang
digunakan dengan harga masing-masing input. Biaya sarana produksi
mencakup biaya yang dikeluarkan untuk proses budidaya tanaman pakcoy
dan kangkung, seperti biaya benih dan media tanam, sedangkan biaya lain-
lain mencakup biaya transportasi dan pulsa internet untuk pemasaran hasil
panen.
Dalam usaha budidaya hidroponik, diperlukan sejumlah tenaga kerja
untuk melakukan beberapa tahapan, yaitu 3 orang untuk pemasangan
instalasi selama 3 hari, 3 orang untuk proses budidaya selama 10 hari, dan
4 orang untuk pelaksanaan panen dan pascapanen selama 2 hari. Total
waktu kerja yang diperlukan adalah selama 47 hari dengan upah per
pekerja sebesar Rp20.000 per hari. Jadi, biaya total yang dikeluarkan untuk
tenaga kerja adalah sebesar Rp940.000. Menurut Dewi, et al. (2017), ada
beberapa faktor yang dapat memengaruhi produktivitas tenaga kerja,
seperti pendidikan, keterampilan, tingkat penghasilan, lingkungan dan
iklim usaha, serta sarana dan teknologi produksi.
Dalam melakukan analisis usaha tani, umumnya dilakukan
perhitungan biaya yang terbagi menjadi dua yaitu biaya tetap dan biaya
variabel. Biaya tetap mencakup biaya yang tidak berubah meskipun
produksi bertambah seperti biaya penyusutan alat, pajak bumi dan
bangunan (PBB), dan bunga modal. Sedangkan biaya variabel mencakup
biaya yang berubah sesuai dengan tingkat produksi seperti biaya sarana
produksi pertanian dan tenaga kerja (Apriani, et al., 2016). Pada praktikum
budidaya hidroponik ini, biaya tetap yang dikeluarkan sebesar Rp77.922
dan biaya variabel sebesar Rp1.675.500, sehingga total biaya yang
dikeluarkan sebesar Rp1.753.422. Biaya tetap dan variabel ini didapatkan
dari analisis sebelumnya yaitu biaya investasi, biaya sarana produksi,
biaya lain-lain, dan biaya tenaga kerja.
Usaha tani budidaya hidroponik ini menghasilkan bobot produksi
kangkung seberat 50,28 kg, dan pakcoy seberat 101,25 kg, sehingga
diperoleh berat total sebanyak 151,53 kg. Jika hasil panen ini memiliki
harga Rp42.000/kg untuk tanaman kangkung dan Rp70.000/kg untuk
tanaman pakcoy, maka penerimaan hasil panen yang didapat sebesar
Rp9.199.260. Penerimaan ini menunjukan bahwa usaha tani hidroponik
mengalami keuntungan sebanyak Rp7.445.838.
Menurut Boediono (2002) dalam Damayanti (2017), penerimaan
(Revenue) adalah penerimaan yang didapat seorang produsen dari hasil
penjualan outputnya. Jumlah penerimaan (total revenue) didefinisikan
sebagi penerimaan dari hasil penjualan barang tertentu yang diperoleh dari
jumlah satuan barang yang terjual dikalikan dengan harga penjualan tiap
satuan barang. Penerimaan usahatani adalah perkalian antara volume
produksi yang diperoleh dengan harga jual (Soekartawi, 2006 dalam Dodi
et al. 2014 dalam Kilmanum et al. 2020), selanjutnya dikatakan,
pendapatan atau keuntungan adalah selisih antara penerimaan dan semua
biaya. Analisis usahatani dapat dipakai untuk melihat seberapa besar
keberhasilan kegiatan usahatani untuk tolak ukur rancangan keadaaan
mendatang. Untuk menghitung pendapatan diperlukan dua data
pengeluaran selama usahatani dijalankan dalam waktu yang ditetapkan
dan keseluruhan penerimaan.

F. KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diperoleh dari praktikum hidroponik dan


greenhouse acara XI adalah:
a. faktor-faktor produksi terdiri dari faktor alam (seperti tanah atau
lahan), faktor tenaga kerja, dan faktor modal (seperti bibit dan
pestisida). Produktivitas usaha tani dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu
faktor internal dan eksternal. Faktor internal meliputi jenis tanah,
iklim setempat, penggunaan sarana, dan pendidikan petani.
Sedangkan faktor eksternal meliputi harga input dan output,
ketersediaan kredit dan pasar, ketersediaan sarana produksi di tempat
usaha tani, dan faktor-faktor lainnya.
b. Analisis usahatani terdapat dua cara yang bisa dilakukan, yaitu
analisis finansial dan analisis ekonomi. Dalam analisis finansial, data
biaya yang dipakai adalah data riil yang sebenarnya dikeluarkan.
Sedangkan dalam analisis ekonomi data biaya yang dipakai adalah
menurut ukuran harga bayangan (shadow price).

2. Saran

Saran yang dapat diberikan pada praktikum acara XI ini adalah


Sebaiknya praktikan harus memahami dan mengetahui hal yang akan
dilakukan. Mengetahui cara menghitung dan membuat analisis usaha tani.
Praktikan harus memperhatikan instruksi dari asisten agar praktikum
berjalan dengan lancar dan sesuai.
DAFTAR PUSTAKA

Al Endy, KST. 2015. Hidroponik. Pontianak. Derwati Press.


Abas, H., Murtisari, A., & Boekoesoe, Y. 2018. Analisis efisiensi padi sawah
dengan penerapan sistem tanah jajar legowo di Desa Iloheluma
Kecamatan Tilongkabila Kabupaten Bone Bolango. Agrinesia, 2(2): 122-
131.
Apriani, A. E., Soetoro, & Yusuf, M. N. 2016. Analisis usahatani jagung (Zea mays
L). Jurnal Ilmiah Mahasiswa Agroinfo Galuh, 2(3): 145-150.
Damayanti, A. 2017. Analisis usahatani selada sistem hidroponik dengan sistem
NFT di Kecamatan Tenggarong Seberang. Migrobis Jurnal, 17(1): 34-
46.
Dewi, N. L. P. R., Utama, M. S., & Yuliarmi, N. N. 2017. Faktor-faktor yang
mempengaruhi produktivitas usaha tani dan keberhasilan program
Simantri di Kabupaten Klungkung. E-Jurnal Ekonomi dan Bisnis
Universitas Udayana, 6(2): 701-728.
Ekaria, E. 2019. Analisis usahatani sayuran hidroponik di PT. Kusuma Agrowisata.
Jurnal Biosainstek, 1(1): 16-21.
Heriwibowo, K., & Budiana, N. S. 2014. Hidroponik Sayuran Untuk Hobi dan
Bisnis. Jakarta: Penebar Swadaya.
Indriasti, R., & Kusnadi, N. 2013. Analisis Usaha Sayuran Hidroponik Pada PT
Kebun Sayur Segar Kabupaten Bogor. Skripsi. Fakultas Ekonomi dan
Manajemen, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Ismail & Syam, A. 2019. Edukasi teknologi hidroponik untuk pemberdayaan lahan
pekarangan. Jurnal Dedikasi, 21(2): 105– 109.
Kilmanun, J. C., & Ndaru, R. K. 2020. Analisis pendapatan usahatani sayuran
hidroponik di Malang Jawa Timur. Jurnal Pertanian Agros, 22(2), 180-
185.
Mardani, T. M. Nur, dan Halus, S. 2017. Analisis Usaha Tani Tanaman Pangan
Jagung Di Kecamatan Juli Kabupaten Bireuen. Jurnal S. Pertanian 1(3):
203-204.
Melgiana, S. M., Karmana, M. H., & Sulistyowati, L. 2013. Analisis Faktor-Faktor
Penyebab Kemiskinan Petani (Studi Kasus di Kecamatan Kupang Timur
– Kabupaten Kupang). Bandung: Unpad.
Mulyani, A. S. 2021. Analisis Pemasaran Sayuran Hidroponik (Studi Kasus Tirta
Tani Farm di Desa Tetebatu Kecamatan Pallangga Kabupaten Gowa).
Skripsi. Fakultas Pertanian, Universitas Muhammadiyah Makassar.
Roosmawati, H. 2015. Analisis faktor-faktor produksi pada usaha tani kentang di
Desa Ujan Mas, Kecamatan Dempo Utara, Kota Pagar Alam. Jurnal
Societa 4(1): 59-61.
Sesanti, R. N., & User, S. 2016. Pertumbuhan dan hasil pakchoi (Brasicca rapa L.)
pada dua sistem hidroponik dan empat jenis nutrisi. inovasi
pembangunan: Jurnal Kelitbangan. 4(1): 1-9.
Sitorus, A. 2020. Strategi pengembangan produk sayur segar hidroponik PT
Hidrotani Sejahtera (Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang).
Skripsi. Fakultas Pertanian, Universitas Muhammadiyah Sumatra Utara,
Medan.
LAMPIRAN

Lampiran 1. ACC
Lampiran 2. Dokumentasi

Anda mungkin juga menyukai