Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PRAKTIKUM

PRAKTIKUM HIDROPONIK DAN GREENHOUSE

ACARA III
FORMULASI NUTRIEN HIDROPONIK

Mega Safitri
NIM A1D020091
Kelas D

PJ Asisten:
Regina Septiani Zahro
Imarotunnairoh

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET DAN


TEKNOLOGI
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2023
ACARA III
FORMULASI NUTRIEN HIDROPONIK

A. TUJUAN PRAKTIKUM

Tujuan praktikum acara III yaitu:


1. Mahasiswa mengetahui karakteristik bahan dan alat untuk membuat
larutan nutrient AB.
2. Mahasiswa mampu meramu dan membuat larutan nutrien AB.
3. Mahasiswa bisa membuat larutan nutrien AB peramuan pabrikan.
4. Mahasiswa bisa menentukan nilai EC dan pH berdasarkan perhitungan
bahan-bahan yang digunakan maupun dengan pengukuran dengan alat.
5. Mahasiswa bisa mengontrol pH larutan nutrien.

B. LANDASAN TEORI

Hidroponik berasal dari kata Yunani hidroponik. Kata hidroponik terbagi


menjadi dua suku kata, yaitu hydro yang berarti air dan ponous yang berarti
kerja. Menurut pengertian tersebut, pertanian hidroponik adalah teknologi
pertanian yang menggunakan air, nutrisi dan oksigen (Fitri et al., 2020 dalam
Ambarwati & Abidin, 2021). Hidroponik adalah metode budidaya yang
menggunakan substrat tanam selain tanah, seperti batu apung, kerikil, pasir,
sabut kelapa, potongan kayu atau busa dan dapat dilakukan di pekarangan
rumah tinggal (Herraprastanti et al., 2021). Keuntungan dari beberapa tanaman
yang menggunakan sistem hidroponik adalah kerapatan tanaman per satuan
luas dapat dilipatgandakan sehingga menghemat penggunaan lahan. Kualitas
produk seperti bentuk, ukuran, rasa, warna, kebersihan dapat terjamin karena
kebutuhan nutrisi tanaman dipasok secara terkendali di dalam rumah kaca.
Tidak tergantung musim/waktu tanam dan panen, sehingga dapat disesuaikan
dengan kebutuhan pasar (Roidah, 2014).
Tumbuhan membutuhkan unsur hara untuk pertumbuhan dan
perkembangannya. Terdapat 16 unsur yang merupakan unsur hara esensial
yang dapat dibagi menjadi unsur hara makro dan mikro. Unsur hara makro
relatif dibutuhkan tanaman seperti : C, H, O, N, P, K, Ca, Mg, S, sedangkan
unsur hara mikro sama pentingnya dengan unsur hara makro hanya dalam hal
ini tanaman hanya membutuhkan zat-zat ringan tersebut seperti : Fe, Mn, Bo,
Mo, Co, Zn dan Cl (Suarsana et al, 2019). Nutrisi dalam budidaya
menggunakan sistem hidroponik disediakan dalam bentuk larutan nutrisi.
Larutan nutrisi yang digunakan dalam sistem hidroponik adalah pupuk
anorganik yang terbuat dari garam mineral. Formulasi nutrisi hidroponik
adalah susunan nutrisi dalam larutan yang digunakan untuk menumbuhkan
tanaman ke ukuran yang "tepat". Ukuran yang tepat meliputi jenis yang tepat
dan kadar nutrisi yang tepat. Jenis unsur hara meliputi unsur Karbon (C),
Hidrogen (H), Oksigen (O), Nitrogen (N), Fosfor (P), Kalium (K), Kalsium
(Ca), Magnesium (Mg), Belerang (S), Besi (Fe), Mangan (Mn), Seng (Zn),
Tembaga (Cu), Kobalt (Co), Boron (B), Molibdenum (Mo), Nikel (Ni) dan
Klorin (Cl). Unsur C tidak dimasukkan dalam rumusan, unsur H dan O
dimasukkan dalam rumusan, tetapi tidak diperhitungkan, karena unsur H dan
O sudah ada dalam larutan. Unsur C diisi dengan udara, H diisi dengan molekul
air dan O dipenuhi dari air dan udara. Unsur N, P, K, Ca, Mg, S, Fe, Mn, Cu,
Zn, Co, B, Mo, Ni, dan Cl pada larutan nutrien hidroponik merupakan garam
larut air yang termasuk senyawa ionik. Budidaya secara hidroponik umumnya
menggunakan larutan hara berupa larutan hidroponik standar AB mix (Nugraha
& Susila, 2015).
Dalam sistem hidroponik, nutrisi diberikan dalam bentuk larutan nutrisi
yang tersedia untuk tanaman. Unsur hara yang diberikan mengandung semua
unsur hara esensial yang dibutuhkan tanaman untuk mencapai pertumbuhan
yang optimal. Faktor keberhasilan budidaya sayuran hidroponik adalah nutrisi
yang digunakan. Nutrisi sangat penting untuk keberhasilan budidaya
hidroponik, karena tanpa nutrisi pertumbuhan tanaman akan terhambat dan
dapat memberikan hasil dan hasil tanaman yang kurang maksimal. Unsur hara
adalah unsur hara makro dan mikro yang harus ada untuk pertumbuhan
tanaman. Unsur hara dikatakan bergerak apabila unsur hara mampu berpindah
dari suatu bagian ke bagian lain sesuai dengan kebutuhan pertumbuhan
tanaman (Qurrohman, 2017).
Dalam pembuatan larutan nutrisi hidroponik, baik untuk sayuran daun,
sayuran batang dan sayuran buah, dibuat dua bagian konsentrat A dan B.
Konsentrasi A terdiri dari campuran garam-garam yang larut dalam air yang
tidak bereaksi dengan Ca dan Fe membentuk endapan. pada konsentrasi tinggi,
sedangkan konsentrat B terdiri dari campuran garam yang larut dalam air yang
tidak bereaksi dengan sulfat dan fosfat membentuk endapan pada konsentrasi
tinggi. Pencampuran kedua konsentrat tidak akan membentuk endapan jika
kedua konsentrat diencerkan atau konsentrasinya rendah. Ketika kedua
konsentrasi dicampur dan diencerkan sedikit, tanaman menunjukkan gejala
kahat Ca, S, P, dan Fe (Sutiyoso, 2009; Jones Jr., 2012).

C. BAHAN DAN ALAT PRAKTIKUM

Bahan yang dibutuhkan dalam formulasi nutrien hidroponik meliputi air


bersih, campuran A dan campuran B. Alat yang digunakan dalam formulasi nutrien
hidroponik meliputi ember, pengaduk, gunting, dan gelas ukur.

D. TATA LAKSANA PRAKTIKUM

Praktikum acara II dilakukan dengan menggunakan prosedur, sebagai berikut:


1. Persiapan alat dan bahan
a. Alat (ember, pengaduk, gunting, dan gelas ukur) dan bahan (air bersih,
campuran A, dan campuran B) disiapkan terlebih dahulu.
2. Pembuatan pekatan A
a. Air sebanyak 3 liter dimasukkan ke dalam ember.
b. Campuran A dimasukkan ke dalam ember yang sudah berisi air.
c. Campuran A diaduk hingga homogen dengan menggunakan pengaduk.
d. Campuran A kemudian ditambahkan air hingga volume total menjadi 5
liter.
3. Pembuatan Pekatan B
a. Air dimasukkan ke dalam ember sebanyak 3 liter.
b. Campuran B dimasukkan ke dalam ember yang sudah berisi air.
c. Campuran B kemudian diaduk dengan menggunakan pengaduk.
d. Campuran B kemudian ditambahkan dengan air hingga volume total
menjadi 5 liter.
4. Pengambilan pekatan A dan pekatan B
a. Pekatan A dan pekatan B dimasukkan ke dalam botol plastik sebanyak 300
ml dengan menggunakan gelas ukur.
5. Pembuatan campuran pekatan A dan pekatan B
a. Air dimasukkan ke dalam baki sebanyak 5 liter dengan menggunakan gelas
ukur.
b. 30 ml pekatan A ditambahkan ke dalam 5 liter air yang ada di dalam baki.
Kemudian diaduk hingga homogen dengan menggunakan pengaduk.
c. Jika pekatan A sudah homogen, 30 ml pekatan B dimasukkan ke dalam
baki kemudian diaduk hingga homogen dengan menggunakan pengaduk.
6. Penambahan air untuk campuran pekatan A dan pekatan B
a. Campuran pekatan A dan pekatan B ditambahkan air hingga 6 liter dengan
menggunakan gelas ukur.
b. Larutan AB mix siap untuk diguanakan.

E. HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Hasil

Tabel 1. Formulasi Nutrien Hidroponik


No Kegiatan Prosedur Kerja Dokumentasi
1. Persiapan alat dan Alat (Ember, pengaduk,
bahan gunting, dan gelas ukur) dan
bahan (air bersih, campuran A
dan campuran B) disiapkan
terlebih dahulu.
2. Pembuatan Air sebanyak 3 liter
pekatan A dimasukkan ke dalam ember.

Campuran A dimasukkan ke
dalam ember yang sudah
berisi air.

Campuran A diaduk hingga


homogen dengan
menggunakan pengaduk.

Campuran A kemudian
ditambahkan air hingga
volume total menjadi 5 liter.

3. Pembuatan Air dimasukkan ke dalam


pekatan B ember sebanyak 3 liter.
Campuran B dimasukkan ke
dalam air yang sudah berisi
air.

Campuran B kemudian diaduk


dengan menggunakan
pengaduk.

Campuran B kemudian
ditambahkan dengan air
hingga volume total menjadi 5
liter.

4. Pengambilan Pekatan A dan pekatan B


pekatan A dan dimasukkan ke dalam botol
pekatan B plastik sebanyak 300 ml
dengan menggunakan gelas
ukur.
5. Pembuatan Air dimasukkan kedalam baki
campuran pekatan sebanyak 5 liter dengan
A dan pekatan B menggunakan gelas ukur.

30 ml pekatan A ditambahkan
ke dalam 5 liter air yang ada di
dalam baki. Kemudian diaduk
hingga homogen dengan
menggunakan pengaduk.

Jika pekatan A sudah


homogen, 30 ml pekatan B
dimasukkan ke dalam baki
kemudian diaduk hingga
homogen dengan
menggunakan pengaduk.
6. Penambahan air Campuran pekatan A dan B
untuk campuran ditambahkan air hingga
pekatan A dan B volume total menjadi 6 liter
dengan menggunakan gelas
ukur. Larutan AB mix pun siap
untuk digunakan.

2. Pembahasan

Menanam tanaman hidroponik membutuhkan nutrisi yang sama


dengan tanaman yang ditanam secara konvensional di tanah. Pada tanaman
yang ditanam secara hidroponik, kebutuhan akan unsur hara sepenuhnya
berasal dari unsur hara (nutrisi) yang terlarut dalam air. Kebutuhan nutrisi
tanaman pada umumnya membutuhkan 16 unsur dengan berbagai
konsentrasi. Berdasarkan jumlah yang dibutuhkan oleh tanaman, beberapa
unsur hara dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu unsur hara makro dan
mikro, sedangkan unsur hara lainnya dikelompokkan menjadi tiga bagian
yaitu unsur makro, unsur sekunder (Ca, Mg, S) dan unsur mikro (Winarso,
2005 dalam Qurrohman, 2017). Makronutrien: C, H, O, N, P, K, Ca, Mg,
S, mikronutrien: Fe, Cu, Mn, Zn, B, Mo, Cl. Beberapa jenis tanaman
memerlukan tambahan unsur Na, Si, Va dan Co.
Ketika dikelompokkan lebih lanjut, nutrisi tanaman dibagi menjadi
nutrisi bergerak (N, P, K, Mg, Zn) dan tidak bergerak (Ca, B, Cl, Co, Cu,
Fe, Mn, Mo, Se, Si, S). Unsur hara tergolong mobile apabila unsur hara
tersebut dapat berpindah (translokasi) dari satu tempat ke tempat lain
sesuai dengan kebutuhan tumbuh tanaman. Jika terjadi defisiensi pada
jaringan muda, nutrisi yang terdapat pada jaringan tua akan berpindah ke
jaringan muda yang membutuhkan unsur tersebut. Misalnya, jika
kebutuhan N ada di daun bagian atas, maka tanaman itu akan mengambil
alih daun yang ada di bawahnya. Unsur hara tergolong tidak bergerak jika
terjadi defisiensi pada jaringan yang lebih muda, unsur hara yang
terkandung pada jaringan tanaman yang lebih tua tidak tertranslokasi ke
jaringan yang lebih muda. Gejala defisiensi unsur terimobilisasi masih
akan terlihat pada jaringan yang lebih muda (Suyono et al., 2006 dalam
dalam Qurrohman, 2017).
Tiga belas unsur tambahan yang dibutuhkan tanaman hidroponik
diberikan dalam bentuk senyawa garam (pupuk) yang dikenal dengan
nama pupuk AB Mix. Istilah pupuk hidroponik, nutrisi hidroponik, AB
Mix atau pupuk AB Mix memiliki makna yang sama, yaitu mengacu pada
unsur hara bagi pertumbuhan tanaman. Pupuk atau nutrisi hidroponik lebih
populer dengan istilah AB Mix karena nutrisi hidroponik dibagi dua jenis,
yaitu nutrisi A dan nutrisi B. pemisahan nutrisi A dan B tujuannya adalah
agar senyawa garam yang mengandung unsur Ca dalam konsentrasi pekat
tidak bereaksi dengan ion PO atau ion SO, reaksi tersebut akan membentuk
CaSO4, dan Ca3(PO4)2. Keberhasilan dalam melakukan budidaya
hidroponik tidak sepenuhnya pada formulasi nutrisi akan tetapi pada
nutrisi yang diberikan dengan tepat dan efisien pada tanaman menjadi
kunci keberhasilan budidaya hidroponik.
Praktikum acara III yang dilakukan berkaitan dengan formulasi
nutrien hidroponik. Formulasi ini dilakukan dengan membuat campuran
larutan A dan larutan B pabrikan. Praktikum acara III dalam
pelaksanaannya membutuhkan alat dan bahan yang berupa ember,
pengaduk, gunting, gelas ukur, air bersih, campuran A, dan campuran B.
Tahapan awal yang dilakukan adalah dengan melakukan pembuatan
pekatan A dengan mengisi ember dengan 3 liter air kemudian campuran A
dimasukkan, diaduk hingga homogen, dan ditambahkan dengan air hingga
mencapai volume 5 liter. Setelah pekatan A sudah jadi dibuat maka
dilanjutkan dengan membuat pekatan B. Pekatan B dibuat dengan tahapan
ember diisi dengan 3 liter air dan dimasukkan campuran B kemudian
dihomogenkan dengan cara diaduk. Setelah diaduk, pekatan ditambahkan
air hingga volume larutan menjadi 5 liter. Setelah pekatan A dan B sudah
jadi, masing masing pekatan dimasukkan ke dalam botol yang terpisah
sebanyak 300 ml. Tahapan akhir adalah proses pencampuran pekatan A
dan pekatan B di dalam baki. Baki diisi dengan 5 liter air kemudian 30 ml
pekatan A diukur dan dimasukkan ke dalam baki yang sudah berisi air.
Kemudian diaduk hingga homogen. Setelah homogen, 30 ml pekatan B
diukur dan dimasukkan ke baki. Kemudian diaduk hingga homogen.
Larutan AB mix siap untuk di gunakan pada sistem wick.
Nutrisi AB Mix adalah nutrisi yang digunakan untuk budidaya
hidroponik, AB Mix dibuat dalam dua kemasan yang berbeda yaitu
campuran A dan campuran B. Campuran A mengandung Kalsium,
sedangkan campuran B Mengandung sulfat dan fosfat (Suarsana et al.,
2019). Ketiganya tidak bisa dicampur dalam keadaan terkonsentrasi untuk
tidak menyebabkan pengendapan, karena jika kation campuran kalsium
(Ca) dalam campuran A memenuhi anion sulfat (SO42-) pada campuran B
itu akan terjadi endapan kalsium sulfat (CaSO4) sehingga unsur Ca dan S
tidak dapat diserap oleh akar dan kation kalsium (Ca) dalam pekatan
campuran A bertemu anion fosfat (PO43-) pada campuran B, maka akan
terjadi endapan kalsium fosfat (Ca3(PO4)2), jadi unsur Ca dan P tidak dapat
diserap oleh akar. Untuk memenuhi kebutuhan unsur atau nutrisi tersebut,
tanaman yang dibudidayakan secara hidroponik membutuhkan larutan
nutrisi atau pupuk (Sastro dan Nofi, 2016).
Unsur-unsur yang ada di dalam AB Mix memiliki fungsinya masing-
masing dalam tanaman yang dibudidayakan secara hidroponik. Unsur
makro terdiri dari nitrogen (N) yang jika kekurangan unsur ini
pertumbuhan tanaman akan terganggu, warna daun menjadi pucat. Jika
tanaman mengalami defisiensi dalam jangka waktu lama maka daun
tanaman akan menguning dan berguguran. Defisiensi unsur fosfor (P) pada
tanaman akan mengakibatkan tanaman kerdil, bentuk daun yang tidak
normal, dan mengalami hasil panen yang menurun. Unsur kalium (K)
menjadi unsur yang dibutuhkan oleh tanaman sehingga kekurangan unsur
K akan membuat tanaman mudah terserang hama dan penyakit,
pertumbuhan menjadi terhambat, suhu daun yang ada pada daun menjadi
meningkat dan akan menyebabkan ujung daun seperti terbakar. Tanaman
yang mengalami defisiensi magnesium (Mg) akan menunjukkan gejala
daun kuning, berwarna kecoklatan, dan pada bagain daun menunjukkan
vena teteap hijau. Tanaman yang kekurangan unsur makro kalsium (Ca)
maka pertumbuhan tanaman akan terganggu, karena unsur ini membantu
dalam memperkuat dinding sel sehingga dapat meningkatkan tanaman dari
serangan hama dan penyakit. Unsur makro terakhir yang dibutuhkan oleh
tanamna adalah sulfur (S). Gejala defisiensi unsur ini jarang ditemukan,
karena banyak bahan-bahan yang digunakan untuk nutrisi mengandung
unsur S (Winarso, 2005 dalam Qurrohman, 2017).
Hasil penelitian Alvarenga et al. (2015) tanaman yang diberikan
perlakuan tanpa salah satu unsur hara mikro memiliki pertumbuhan yang
abnormal bila dibandingkan dengan tanaman yang memperoleh unsur hara
mikro yang lengkap. Kebutuhan unsur hara mikro tanaman lebih sedikit
jika dibandingkan dengan kebutuhan unsur hara makro pada tanaman.
Akan tetapi, masing-masing unsur hara memiliki peranannya yang penting
dalam menjaga pertumbuhan tanaman secara optimal. Pembuatan
formulasi nutrisi hidroponik agar tanaman mampu tumbuh dan
memberikan hasil panen yang optimum tergantung pada beberapa
variabel. Variabel-variabel tersebut perlu diperhatikan dalam pembuatan
formulasi hidroponik diantaranya spesies dan varietas tanaman, fase
pertumbuhan tanaman, bagian tanaman yang akan dipanen (akar, batang,
daun, buah), musim (panjang hari), cuaca (suhu, intensitas cahaya, lama
penyinaran) (Resh, 2013).
Larutan nutrisi yang memenuhi formulasi harus memenuhi standar
atau parameter. Parameter yang harus dipenuhi adalah kandungan nutrisi,
nilai total padatan terlarut (TDS), nilai konduktivitas listrik (EC) dan nilai
pH larutan. TDS adalah jumlah padatan terlarut dalam bentuk ion organik,
senyawa atau koloid dalam air. Konsentrasi TDS terionisasi dalam cairan
mempengaruhi konduktivitas listrik cairan (Zamora et al., 2015).
Konsentrasi TDS yang sangat terionisasi zat cair mempengaruhi
konduktivitas listrik cairan. Lebih tinggi dan lebih tinggi konsentrasi TDS
terionisasi dalam air, semakin tinggi konduktivitas listrik larutan itu.
Sedangkan juga konsentrasi TDS dipengaruhi oleh suhu (Bevilacqua, 1998
dalam Zamora et al., 2015). Konsentrasi TDS dalam air minum melebihi
ambang batas yang diperbolehkan itu bisa berbahaya bagi kesehatan
karena dapat menyebabkan masalah ginjal.
Electic Conductivity meter (EC) adalah alat untuk mengukur nilai
konduktivitas listrik (electric conductivity) suatu larutan atau cairan. Nilai
konduktivitas listrik sebuah zat cair menjadi referensi atas jumlah ion serta
konsentrasi padatan (Total Dissolved Solid, TDS) yang terlarut di
dalamnya (Mujadin et al., 2017). EC digunakan untuk menentukan
kesesuaian unsur hara bagi tanaman, keberhasilan produksi sangat
ditentukan oleh kualitas unsur hara sedangkan kualitas unsur hara
tergantung pada konsentrasi. EC yang tinggi menunjukkan tingginya
kandungan garam yang terkandung dalam larutan nutrisi. Konsentrasi
garam yang tinggi dapat merusak akar tanaman dan mengganggu
penyerapan air dan nutrisi oleh akar tanaman. Kebutuhan EC larutan
bervariasi untuk setiap jenis dan umur tanaman, kebutuhan EC disesuaikan
dengan tahap pertumbuhan. Ketika tanaman masih kecil maka EC yang
dibutuhkan juga kecil, kebutuhan EC akan semakin besar seiring
bertambahnya usia tanaman (Rifai et al., 2020).
pH adalah derajat keasaman yang digunakan untuk menyatakan
tingkat keasaman atau tingkat kebasaan dari suatu larutan. Dalam
menanam tanaman secara hidroponik hal yang paling penting adalah
menjaga kadar pH (derajat keasaman atau kebasaan) dalam air. Karena pH
air berdampak pada penyerapan unsur-unsur hara yang dibutuhkan
tanaman (Ibadarrohman et al., 2018). Tanaman hidroponik menyerap
nutrisi yang dibutuhkan pertumbuhan melalui akar dalam bentuk yang
sudah larut dalam air. Jadi pH dalam air akan menentukan kualitas nutrisi
yang terkandung di dalamnya (Fakhruzzaini & Aprilianto, 2017).
pH adalah derajat keasaman yang digunakan untuk menunjukkan
keasaman atau kebasaan suatu larutan (Fakhruzzaini & Aprilianto, 2017).
Jika pH tidak sesuai dengan kebutuhan tanaman artinya tanaman akan
kehilangan kapasitasnya menyerap nutrisi yang diperlukan tanaman.
Setiap tanaman membutuhkan nilai pH yang berbeda, tergantung pada
jenis tanaman. Namun pada umumnya tumbuhan membutuhkan pH antara
5,5 dan 6,5 (Mufida et al., 2020). Dengan aturan pemberian pasokan nutrisi
ini, menuntut petani hidroponik untuk selalu memantau kadar nutrisi
dalam larutan yang digunakan untuk tanaman (Dzikriansyah, Hudaya dan
Nurhaeti, 2017).

F. KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diperoleh dari praktikum hidroponik dan


greenhouse acara III adalah:
1. Alat dan bahan yang dibutuhkan dalam acara III yaitu, ember,
pengaduk, gunting, gelas ukur, air bersih, campuran A, dan campuran
B.
2. Tahapan awal yang dilakukan adalah dengan melakukan pembuatan
pekatan A dengan mengisi ember dengan 3 liter air kemudian
campuran A dimasukkan, diaduk hingga homogen, dan ditambahkan
dengan air hingga mencapai volume 5 liter. Setelah pekatan A sudah
jadi dibuat maka dilanjutkan dengan membuat pekatan B. Pekatan B
dibuat dengan tahapan ember diisi dengan 3 liter air dan dimasukkan
campuran B kemudian dihomogenkan dengan cara diaduk. Setelah
diaduk, pekatan ditambahkan air hingga volume larutan menjadi 5
liter. Setelah pekatan A dan B sudah jadi, masing masing pekatan
dimasukkan ke dalam botol yang terpisah sebanyak 300 ml. Tahapan
akhir adalah proses pencampuran pekatan A dan pekatan B di dalam
baki. Baki diisi dengan 5 liter air kemudian 30 ml pekatan A diukur
dan dimasukkan ke dalam baki yang sudah berisi air. Kemudian
diaduk hingga homogen. Setelah homogen, 30 ml pekatan B diukur
dan dimasukkan ke baki. Kemudian diaduk hingga homogen. Larutan
AB mix siap untuk di gunakan pada sistem wick.
3. pH larutan nutrien dalam budidaya hidroponik sebaiknya dicek secara
berkala dengan cara mencelupkan pH meter kedalam larutan nutrien.

2. Saran

Saran yang dapat diberikan pada praktikum acara III ini adalah
Sebelum melakukan praktikum, praktikan harus memahami dan
mengetahui hal yang akan dilakukan. Mengetahui kebutuhan nutrisi yang
dibutuhkan dan juga harus memperhatikan intruksi dari asisten agar
praktikum berjalan dengan lancar dan sesuai.
DAFTAR PUSTAKA

Alvarenga, I. C. A., Boldrin, P. F., Pacheco, F. V., Silva, S. T., Bertolucci, S. K. V.,
& Pinto, J. E. B. P. (2015). Effects on growth, essential oil content and
composition of the volatile fraction of Achillea millefolium L. cultivated
in hydroponic systems deficient in macro- and microelements. Scientia
Horticulturae, 197, 329-338.
https://doi.org/10.1016/j.scienta.2015.09.046.
Ambarwati, D. & Abidin, Z. 2021. Rancang bangun alat pemberian nutrisi otomatis
pada tanaman hidroponik. Jurnal Teknologi dan Sistem Informasi, 2(1):
29-34.
Dzikriansyah, F. F., Hudaya, R., & Nurhaeti, C. W. 2017. Sistem kendali berbasis
pid untuk nutrisi tanaman hidroponik. Industrial Research Workshop and
National Seminar, 621–626.
Fakhruzzaini, M., & Aprilianto, H. 2017. Sistem otomatisasi pengontrolan volume
dan pH air pada hidroponik. Jutisi, 6: 1335–1344.
Herraprastanti, E. H., Korawan, A. D., & Suprawikno, S. 2021. Berkebun
hidroponik untuk ketahanan pangan selama pandemi covid-19 di perum
cepu asri blora. JATI EMAS (Jurnal Aplikasi Teknik dan Pengabdian
Masyarakat), 5(2): 1-6.
Ibadarrohman, Salahuddin, N. S., & Kowanda, A. 2018. Sistem kontrol dan
monitoring hidroponik berbasis android. STMIK ATMA LUHUR
Pangkalpinang, 8–9.
Jones Jr., J. B. 2012. Plant nutrition and soil fertility manual, 2nd edition. CRC
Press, Boca Raton.
Mufida, E., Anwar, R. S., Khodir, R. A., Rosmawati, I. P. 2020. Perancangan alat
pengontrol ph air untuk tanaman hidroponik berbasis arduino uno. Jurnal
Inovasi dan Sains Teknik Elektro, 1(1): 13-19.
Mujadin, A., Astharini, D., & Samijayani, O. N. 2017. Prototipe pengendalian ph
dan elektro konduktivitas pada cairan nutrisi tanaman hidroponik. Jurnal
Al-Azhar Indonesia Seri Sains dan Teknologi, 4(1): 1-6.
Nugraha, R. U. & Susila, A. D. 2015. Sumber sebagai hara pengganti ab mix pada
budidaya sayuran daun secara hidroponik. Jurnal Hortikultura Indonesia,
6(1): 11-19.
Qurrohman, B. F. T. 2017. Formulasi Nutrisi Hidroponik AB Mix dengan Aplikasi
MS Excel dan Hydrobuddy. Yogyakarta: plantaxia.
Resh, H. M. 2013. Hydroponic Food Productuin (7th ed.). New York: CRS Press.
Rifai, A., Sembiring, S., Farissi, A., Karo, D. G. K. 2020. perancangan sistem
pengatur Electrical Conductivity (EC) air menggunakan kendali logika
fuzzy. Jurnal Informatik, 16(1): 47-58.
Roidah, I. S. 2014. Pemanfaatan lahan dengan menggunakan sistem hidroponik.
Jurnal Universitas Tulungagung Bonororo, 1(2): 43-50.
Sastro, Y. & Nofi, A.R. 2016. Hidroponik Sayuran di Perkotaan. Jakarta: BPTP.
Suarsana, M., I. P. P., & Kadek, A. G. 2019. Pengaruh konsentrasi nutrisi ab mix
terhadap pertumbuhan dan hasil sawi pakcoy (Brassica rapa L.) dengan
hidroponik sistem sumbu (wick system). Agro Bali, 2(2): 98-105.
Suarsana, M., Parmila, I. P., & Gunawan, K. A. 2019. Pengaruh konsentrasi nutrisi
ab mix terhadap pertumbuhan dan hasil sawi pakcoy (Brassica rapa L.)
dengan hidroponik sistem sumbu (wick system). Agro Bali (Agricultural
Journal), 2(2): 98-105.
Zamora, R., Harmadi, & Wildian. 2015. Perancangan alat ukur tds (total dissolved
solid) air dengan sensor konduktivitas secara real time. Jurnal Sainstek,
7(1): 11-15.
LAMPIRAN

Lampiran 1. ACC
Lampiran 2. Dokumentasi

Anda mungkin juga menyukai